Tuesday, April 16, 2019

Yesus Imam Besar yang Turut Merasakan Kelemahan Kita


Ev.  Endi Darmawan

Ibrani 4:14-16
14  Karena kita sekarang mempunyai Imam Besar Agung, yang telah melintasi semua langit, yaitu Yesus, Anak Allah, baiklah kita teguh berpegang pada pengakuan iman kita.
15  Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.
16  Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya.

Kelemahan (Weakness) dan Dosa

              Berbicara tentang “kelemahan”, hal apa yang terlintas dalam pikiran kita ketika ada orang yang berkata, “Aku sedang memiliki kelemahan dalam diriku”? Kapan kita merasa diri kita lemah? Ada beberapa alternatif jawaban misalnya :

-        Waktu mengalami kegagalan walau telah berusaha mencoba berulang-kali (contoh : saat studi, bekerja)  namun tetap gagal.
-        Ketika merasa sakit. Tubuh yang seharusnya bisa melakukan banyak hal tetapi sekarang sudah tidak bisa lagi terutama saat usia sudah di atas 60 tahun. Jemaat gereja saya di GKKK BCS Serpong (BSD) ada yang sudah berusia di atas 60 tahun dan tergabung dalam komunitas lansia. Biasanya saat sharing , yang mereka saksikan adalah tentang kesehatan. Misalnya : tadi sewaktu bangun tidur, saya tidak bisa berdiri karena lutut terasa sakit. Atau mungkin pinggang, tangan atau lehernya yang sakit. GKKK BCS tempat saya melayani berlokasi di Froggie Flaoting Castle di mana toilet-nya terletak di lantai 2 sedangkan tempat ibadah di lantai 1. Jadi setelah saya ajak minum, bila mau buang air kecil, maka para lansia perlu berjuang. Maka ia minta diantar ke atas karena lututnya mulai terasa sakit.
-        Saat tidak punya uang. Istri yang tidak diberi uang belanja oleh suami, maka saat bangun tidur di pagi hari merasa lemas dan tidak bergairah. Demikian juga saat suami tidak punya uang akan merasa lemas sekali (karena istri akan cemberut, anak-anak merengek-rengek) dan sedih.

         Khotbah hari ini bukan untuk menghibur saat kita menghadapi sakit-penyakit, tidak punya uang, gagal, tetapi berbicara hal yang jauh lebih rumit serta mempengaruhi bahkan merusak hidup kita yaitu dosa. Dosa adalah sebuah perkara yang rumit dalam hidup kita karena semua manusia terlahir dengan natur dosa. Dosa menjadi sebuah kelemahan yang kita sadari sebagai sesuatu yang sulit dihindari. Jatuh dalam dosa bukanlah sesuatu hal yang mengenakkan tetapi membuat susah hati kita. Apalagi menyadari setelah konseling (kosnultasi) dengan hamba Tuhan untuk meninggalkan dosa itu tetapi masih terus jatuh. Anak-istri  sakit hati bahkan kita bisa berkali-kali menyalahkan diri karena berkali-kali jatuh. Dosa membuat hidup semakin rumit. Tidak ada yang tidak pernah melakukan dosa.
              Ada dosa yang sulit bagi kita untuk ditinggalkan . Dosa bisa membawa kita ke situasi di mana kita merasa frustasi. Apalagi saat kita dipercayakan untuk melayani, satu kalimat yang seringkali dikatakan,”Aku tidak layak!”. Dosa seringkali menjadi hal yang membuat kita frustasi. Ketika orang yang melihatnya komplain dan berkata,”Kok kamu tidak berubah?” Ia menjawab,”Bukannya aku tidak berubah, tetapi tiap kali godaan datang, tiap kali itu juga aku jatuh dalam dosa.” Godaan dosa menjadi sesuatu yang rumit.
              Dari cuplikan sebuah video dikisahkan ada seorang anak kecil yang nakal. Ketika ia ditanya oleh ibunya, “Mengapa kamu masih main ke sawah?” Ia mencoba menjawab,”Ini lho otakku ma! Otakku ini yang membawaku” Mendengar jawaban anaknya, ibunya kembali bertanya,”Siapa yang mengajak kamu bermain? Otakmu? Di mana otakmu?” Anak tersebut kembali menjawab,”Jangan dipukul ma, sakit!” Ini fakta yang lucu. Ada anak kecil dimarahi. Dia mencari kambing hitam seperti otak, tangannya, yang penting bukan dirinya sendiri. Bukankah kita seringkali sama seperti itu? Melakukan dosa, tetapi mengatakan,”Habis teman-teman yang ajak, kalau saya tidak ikut , tidak enak.” Korupsi juga dikatakan,”Habis kalau tidak begitu, kasihan yang lain. Kan lumayan uangnya bisa dibagi-bagi.” Proyek suap dikatakan,”Habis kalau tidak begitu, kasihan karyawan saya, saya tidak terlalu butuh-butuh amat, saya hanya memikirkan karyawan saya.” Jadi akhirnya jatuh dalam dosa. Memang banyak alasan manusia jatuh dalam dosa.
Suatu kali saya didatangi seorang jemaat yang sangat mencintai Tuhan. Dia datang dan berkata bahwa dia frustasi. Ada hal yang membuatnya frustasi. Ia datang dan berkata,”Saya tidak mau melayani  lagi karena saya merasa tidak layak”. Saya bertanya apa yang membuatnya tidak layak. Dia berkata,”Sulit bagiku untuk meninggalkan hal itu.” Ia merasa frustasi. Ia merasa ada kalanya hidupnya tidak berguna. Sulit sekali meninggalkan dosa itu. Dosa menghancurkan banyak hal dalam hidup-nya. Tidak ada seorang pun yang imun (kebal) terhadap dosa. Dari seorang anak kecil , orang dewasa sampai orang tua bisa melakukan dosa dalam kemengertian mereka.

Surat kepada Orang Ibrani : Yesus adalah Penyingkapan Akhir Allah

              Ada jemaat wanita lansia yang sudah lemah fisiknya dan terus berbaring tidur. Salah seorang anak perempuan-nya mendedikasikan hidupnya untuk merawatnya (memandikan, menyuapi makan dan menjaganya). Tetapi wanita lansia tersebut mencaci-maki anak perempuan-nya tersebut. Setiap kali diingatkan bahwa siapa lagi yang menjaganya, kembali ia mencaci-maki. Begitulah dosa sudah merasuki hidup manusia. Masalah ini terjadi juga di konteks dalam surat Ibrani. Ada cukup banyak jemaat yang tengah bergumul dengan dosa yaitu cukup banyak dari mereka yang kembali pada tradisi-tradisi. Latar belakang jemaat dalam Surat Ibrani adalah orang-orang Yahudi. Sehingga tidak heran, beberapa bagian firman Tuhan di kitab Ibrani membandingkan dengan apa yang terjadi dalam Perjanjian Lama. Ada persoalan di sana di mana mereka digoda untuk kembali kepada tradisi mereka. Misalnya : ketika membahas tentang imam besar. Di mana di Kitab Ibrani ditekankan bahwa Yesus adalah imam besar yang lebih dari imam besar yang lain.

The Lord is My Helper

Cukup banyak di antara mereka yang menjadikan imam besar sebagai objek penyembahan, sosok yang dihormati bahkan mungkin dianggap lebih dari Tuhan. Karena lewat imam besar itulah mereka bisa menghampiri Allah. Ada cukup banyak dari mereka yang menganggap tradisi yang dilakukan oleh nenek moyang mereka (yang oleh Yesus dikatakan sudah digenapi semuanya) mereka menganggap itu jauh lebih penting. Cukup banyak orang Yahudi yang menjadi orang Kristen ditekan dan dianiaya sehingga akhirnya memutuskan meninggalkan Kristus dan kembali kepada kehidupan mereka yang dahulu. Dalam latar belakang seperti itu beberapa bagian firman Tuhan disampaikan dan secara khusus membicarakan kelemahan itu (bagaimana caranya untuk bisa mengatasi dosa). Pertanyaannya : siapa yang bisa menolong sehingga kita bisa menghadapi kelemahan dalam kehidupan kita? Ibrani 13:5b-6 Karena Allah telah berfirman: "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau." Sebab itu dengan yakin kita dapat berkata: "Tuhan adalah Penolongku. Aku tidak akan takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?". The Lord is my helper. Hanya Yesus yang bisa menolong kita, ketika kita merasa begitu mudah tergelincir dalam dosa.

Bagaimana Yesus Menolongku?

              Suatu kali seorang wanita asyik berjalan-jalan di kebun binatang. Singkat cerita ia tiba di daerah beruang kutub. Entah mengapa atau mungkin karena gemas, ia mencoba mendekati kandang beruang dengan cara melewati pagar pembatasnya. Ia berhasil masuk, dan  beruang yang menghuni kandang itu melihat wanita itu lalu beruang itu menyerang dan menggigit kaki wanita tersebut. Semua orang yang melihat hanya bisa melihat tidak tahu cara menolongnya. Siapa yang bisa menolong wanita itu? Hanya pawangnya yang bisa menolong! Pawang masuk dan memerintahkan beruang itu untuk melepaskan wanita itu sehingga ia bebas dari cengkeraman beruang. Tuhan itu menjadi penolong kita terhadap godaan dosa karena Tuhanlah yang bisa mengendalikan ikatan dosa itu. Hanya Tuhan yang bisa membuat kita bebas dari jerat dosa.
              Ayat 15 dikatakan Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa. Sebaliknya sama dengan kita Ia pernah dicobai. Kalau pakai kalimat positif maka dikatakan imam besar itu turut merasakan kelemahan kita. Apakah hal ini berarti kalau Yesus turut merasakan kelemahan kita, Yesus yang kita sembah dan disebut imam besar itu adalah imam besar yang juga jatuh dalam dosa? Pertanyaannya : mengapa Yesus bisa kita jadikan tempat untuk kita bebas dari ikatan dosa? Mengapa Yesus disebut sebagai penolong?

1.       Karena Yesus punya kuasa.

Ayat 14 Karena kita sekarang mempunyai Imam Besar Agung, yang telah melintasi semua langit, yaitu Yesus, Anak Allah, baiklah kita teguh berpegang pada pengakuan iman kita.
-          Yesus “melintasi” semua langit
Kata “melintasi” adalah kata menarik. Kata “melintasi” mengacu pada apa yang dilakukan imam besar yang seorang manusia dalam menjalankan tugasnya. Bait Allah terdiri dari pelataran, ruang kudus dan maha kudus. Di antara ruang kudus dan maha kudus ada sebuah tirai pembatas. Seorang imam besar saat melakukan tugasnya, ia tidak hanya sampai pada ruang kudus, tetapi ia harus melintasi ruang kudus itu dan masuk ruang maha kudus lalu mempersembahkan korban kepada Allah. Yesus adalah Imam Besar yang  bukan saja melintasi dari ruang kudus ke ruang maha kudus, tetapi ia adalah Allah yang melintasi dari bumi sampai kepada langit dan bahkan lebih daripada itu. Apa yang dicatat pada ayat 14 menunjukkan kekuasaan Allah dalam kehidupan kita sebagai imam besar.

-          Yesus adalah korban itu sendiri
Sebagai imam besar, Ia bukan saja jadi perantara antara kita dengan Allah tetapi ia adalah korban itu sendiri. Dia mempersembahkan diri agar kita yang terpisah dari Allah kemudian disatukan kembali dengan Allah.

-          Yesus adalah anak Allah
Ada frasa, Yesus disebut sebagai anak Allah. Untuk konsep orang Romawi ,ketika raja mereka disebut sebagai anak dewa maka mereka mengkonotasikan anak dewa itu sebagai dewa itu sendiri. Sehingga waktu Yesus disebut anak Allah, penulis Ibrani hendak menekankan pada jemaat waktu itu bahwa Yesus yang bisa menjadi penolong mereka adalah Yesus yang berkuasa, bukan hanya sekedar Ia menjadi imam besar yang melintasi langit bukan saja Ia menjadi korban itu sendiri tetapi yang paling penting adalah Ia adalah Allah itu sendiri! Ketika menyadari hal itu, kita tahu satu hal bahwa di dalam Allah kita mendapat pertolongan. Ketika kita bergumul dengan dosa dan kekotoran hidup maka hanya Allah yang bisa menolong diri kita . Hanya Allah saja imam besar yang sudah melintasi langit, turun ke dalam dunia , mengorbankan dirinya dan menebus dosa kita.

Saya termasuk orang yang suka kuliner dan di depan saya ada 3 piring. Pada piring pertama ada ikan kembung. Ikan tersebut dapat dibeli di pasar lalu dimasak dan disajikan  di rumah makan warteg. Harganya dengan nasi sekitar Rp 8.000-10.000 tetapi kemudian menjadi indah karena ditata dengan sangat baik (dikasih garnish). Di piring kedua ada telor mata sapi yang dibeli di warteg yang sama. Menjadi menarik karena ada daun bawang yang diiris tipis dan disajikan sebagai garnish dan dikasih bon cabe. Piring ketiga ada ikan teri balado. Harganya Rp 2.000 yang cukup dimakan satu kali bersama dengan nasi panas. Belinya di warteg. Waktu melihat gambar ini, saya berefleksi. Ketika hidup kita merasa kotor , tidak berguna dan bukan siapa-siapa tetapi hidup kita bisa menjadi indah ketika berada di tangan yang tepat. Ikan kembung ini hanya akan menjadi ikan kembung biasa bila disajikan dengan nasi yang banyak namun ikan kembungnya hanya 1, sehingga melihatnya saja tidak menimbulkan selera. Tetapi ketika berada di tangan yang tepat , diletakkan dengan cara yang tepat hanya dengan ditambahkan dengan beberapa dan sedikit saus maka dianggap sebagai  makanan yang mahal. Bukankah hidup kita juga demikian? Hidup kita dalam dosa, tetapi kalau hidup kita diserahkan kepada Allah yang berkuasa, Yesus yang adalah imam besar itu, maka Yesus akan membuat hidup kita menjadi indah.

2.     Dia Alalh yang memiliki belas kasihan (compassion).

-        Yesus bukanlah Imam besar yang tidak turut merasakan kelemahan-kelemahan kita
Dikatakan Yesus merasakan kelemahan kita. Ayat 15 Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.
.
Mengapa penulis Ibrani tidak terus terang (to the point) pada ayat 15 menuliskan bahwa Yesus adalah imam besar yang turut merasakan kelemahan kita? Tetapi mengapa ia menggunakan kalimat negatif, (sebab imam besar yang kita punya bukanlah imam besar yang tidak turut merasakan kelemahan-kelamahan kita). Mengapa penulis Ibrani tidak terus terang saja bahwa Yesus adalah imam besar yang turut merasakan. Seolah-olah kalimatnya bertele-tele. Ternyata ketika merenungkan bagian firman Tuhan kita dapatkan sebuah kebenaran. Beberapa bagian firman Tuhan dalam kitab Ibrani ingin membandingkan antara Yesus dengan tradisi, antara Yesus sebagai Imam Besar dengan imam besar yang notabene manusia biasa. Dengan kata lain Penulis Ibrani ingin mengatakan  bahwa Yesus yang kamu sembah tidak sama dengan imam besar yang selama ini menghantarkan korban kepada Allah. Yesus yang kamu sembah tidak sama dengan imam besar yang lain. Apa yang berbeda? Imam besar saat mempersembahkan korban kepada Allah mungkin mereka tidak peduli dengan pergumulan hidupmu, dengan kegagalanmu dan dosamu. Mereka hanya tahu tugas mereka yaitu membawa persembahan yang mereka berikan kepada Allah. Sedangkan Yesus yang disembah bukanlah imam besar yang seperti itu . Waktu Yesus menjadi imam besar, Ia adalah imam besar yang punya empati, simpati, tahu apa yang  kita rasakan. Ketika mempersembahkan hidupNya di atas kayu salib, Ia tidak saja secara formalitas melakukan tugas yang diberikan Allah kepadanya. Ketika Yesus berada di Taman Getsemani , Ia berkata (dengan gaya bahasa kekinian), “Asal kamu tahu ya, kalau Saya mau minta Allah Saya menurunkan 12 pasukan malaikat untuk menolong Saya, Saya bisa melakukannya!” Ketika ada seorang muridNya menebas telinga seorang tentara, Yesus berkata,”Kalau kamu tahu bahwa kalau Saya mau minta Allah menurunkan 12 pasukan malaikat, saya bisa. Tetapi Saya tidak mau karena Saya harus mati untuk orang-orang berdosa.” Ketika Yesus dibandingkan dengan imam besar, hal inilah yang ditekankan bahwa  Yesus yang adalah imam besar kita, Ia adalah imam besar yang tahu segala pergumulan dan kelemahan kita dan Ia adalah imam besar yang menerima kita dengan cintaNya. Tetapi persoalannya adalah  apakah itu berarti Yesus jatuh dalam dosa walaupun  di dalam bagian firman Tuhan ini dikatakan,”Ia telah dicobai namun tidak berdosa”. Bagaimana caranya Yesus berempati dengan kita?

-        Yesus tahu dengan pasti beratnya dicobai. Kapan Yesus dicobai? Bukankah Yesus pernah dicobai setelah berpuasa 40 hari. Betul Yesus adalah Allah dan sekaligus manusia. Setelah 40 hari tidak makan, tiba-tiba Iblis berkata, “Ubah batu ini menjadi roti.” Secara logika, Yesus akan berkata,”Kamu pikir Saya tidak bisa?” Ia bisa mengubah! Ia mengubah 5 roti dan 2 ikan sisanya 12 keranjang. Ini sangat bisa. Ketika itu Yesus lapar dan Yesus tahu rasanya dicobai dan hal ini sangat tidak mudah. Ketika Yesus dibawa ke bubungan Bait Allah dan Iblis berkata,”Jatuhkan diriMu!” maka  Allah akan mengutus malaikatNya. Kalau kita jadi Yesus, dalam hati bisa berkata,”Memang kamu pikir Saya tidak bisa?”. Bisa saja ada godaan untuk menunjukkan kepada Iblis  bahwa Yesus berkuasa. Namun Yesus tahu satu hal, sekalipun Ia bisa melakukannya tetapi kalau Ia melakukannya berarti di momen itu Ia tunduk kepada perintah Iblis.  Penulis Ibrani menjelaskan hal itu setelah menyatakan bahwa Yesus bukanlah adalah imam besar yang tidak turut karena Ia pernah dicobai . Ini yang mau ditekankan bahwa dicobai oleh dosa itu adalah sesuatu yang berat. Yesus berkata, “Aku tahu itu. Aku mengerti dan kamu tidak pernah sendirian.” Ketika merenungkan firman Tuhan ini dan kita merasa dosa sulit untuk dihindari, kita mendapat penghiburan, kita punya Kristsus yang mau berjalan-jalan dengan kita. Yesus yang mau memeluk kita di tengah-tengah jatuhnya kita. Yesus yang tidak pernah bosan-bosannya berkali-kali berkata, “Yuk kembali lagi! Yuk kembali lagi”.

Teddy Hung (洪漢義) “Crossing From Darkness Into Light”

         Teddy Hung adalah mantan pimpinan kelompok gangster Triad 14K di Hongkong. Ia cukup terkenal. Ia menulis kesaksian dalam buku Crossing from darkness into Light. Ia sudah menjadi anggota gangster di usia 15 tahun. Lalu ia berkata, “Jangan kamu pikir orang yang menjadi gangster adalah orang-orang yang hanya bisa berkelahi dan menakut-nakuti orang. Untuk menjadi gangter tidak mudah. Untuk menjadi gangster harus memenuhi kualifikasinya yaitu  orang yang otaknya encer karena dipercayakan banyak bisnis seperti kasino, peredaran narkoba, rumah prostitusi dan lain sebagainya. Setiap usaha yang dipegangnya maju dan menghasilkan banyak uang untuk kelompok mereka. Ia berkata, “Tidak mudah menjadi gangster.” Mengapa? Karena perlu komitmen. Kalau kamu sudah bergabung dengan sebuah kelompok, maka tidak boleh berkhianat dengan pindah ke kelompok lain. Karena kalau pindah maka esoknya akan hilang (mati). Kalau kamu ditangkap maka tidak boleh sedikit pun memberi informasi kepada polisi tentang rekanmu. Karena kalau ketahuan, meskipun berada di penjara maka keesokannya akan hilang.
Singkat cerita waktu itu Hong Kong dikuasai oleh Inggris, kemudian ia ditangkap. Penjara tempatnya tinggal adalah kumuh sehingga ia menyumbang uang dan membangun penjaranya. Ia tetap tinggal di penjara. Ia menjalankan usahanya di penjara. Ia mengatur kasino, mengedarkan narkoba sehingga uangnya menjadi banyak. Tetapi sampai pada suatu titik ia merasa hidupnya tidak berguna ketika ada seorang pendoa di gereja mendatangi dan bertanya, “Kamu memang kaya, terkenal dan hebat. Pertanyaan saya satu. Kalau meninggal kamu mau dikenang sebagai apa?” Pertanyaan ini sangat menohok hatinya dan membuat ia menyadari bahwa selama ini ia melakukan kesalahan. Di tengah-tengah  pergumulan yang dialami, ia bertanya, “Kepada siapa saya harus minta tolong?” Sang pendoa berkata, “Datanglah kepada Yesus!” Singkatnya ia percaya kepada dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Namun masalahnya, ketika ia percaya kepada Yesus, ia harus meninggalkan bisnisnya. Ini pergumulan yang tidak mudah. Teman-temannya berkata, “Kamu bodoh dan mau hidup susah karena mengikuti Yesus konsekuensinya ia ditinggalkan oleh teman-temannya”. Di tengah pergumulan seperti itu , Ia berteriak dan berkata, “Tuhan berbelaskasihan-lah kepadaku.” Akhirnya Ia dipercaya untuk mengelola suatu usaha yang baik dan benar dan akhirnya Ia berkata ,”bisa menjalankan usahanya dengan baik dan kehidupannya oke.  Mungkin sekarang ia sudah meninggal, tapi ia mengakhiri hidupnya dengan sangat indah. Apa yang membuat ia bisa lepas dari pergumulan dosanya? Kata kuncinya adalah “belas kasihan Tuhan” Saya tidak tahu  apa pergumulan jemaat terkait dengan dosa. Pertanyaan: apakah engkau mencari Yesus dan berharap belas kasihan kepadaNya?

Penutup

              Ada orang yang diminta berjalan dengan mata terpejam (mata ditutup) dan tidak boleh mengintip. Setelah tubuhnya diputar-putar lalu ia diberi aba-aba untuk berjalan mencapai garis akhir yang sudah diperlihatkan saat matanya belum ditutup. Ternyata orang tersebut gagal melakukan tugasnya. Lalu matanya ditutup kembali dan tubuhnya diputar-putar kembali, namun kali ini orang tersebut diminta untuk memegang pundak orang yang melihat yang menuntunnya berjalan mencapai garis akhir. Sehingga ia bisa mencapai garis akhir dengan mudah. Ilustrasi ini menggambarkan ketika kita hidup dan bergumul dalam dosa serta memilih berjalan sendiri, maka hidup akan terasa begitu sulit . Tetapi ketika kita menyadari hidup  bergumul dalam dosa dan mau berjalan bersama-sama dengan Yesus, maka Yesus akan menuntun kita ke arah yang benar (ke arah yang Tuhan mau). Sekalipun kita sadar sampai kita kembali ke rumah Bapak di surga, kita mungkin tidak bisa hidup sebagai manusia yang sempurna (tetap ada kelemahan). Tetapi kita harus tetap berpegang teguh pada anugerahNya karena Dia adalah Imam Besar kita. Amin.

No comments:

Post a Comment