Ev.
Endi Darmawan
Ibrani 4:14-16
14
Karena kita sekarang mempunyai Imam Besar Agung, yang telah melintasi
semua langit, yaitu Yesus, Anak Allah, baiklah kita teguh berpegang pada
pengakuan iman kita.
15
Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat
turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah
dicobai, hanya tidak berbuat dosa.
16
Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih
karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat
pertolongan kita pada waktunya.
Kelemahan (Weakness) dan Dosa
Berbicara
tentang “kelemahan”, hal apa yang terlintas dalam pikiran kita ketika ada orang
yang berkata, “Aku sedang memiliki kelemahan dalam diriku”? Kapan kita merasa diri
kita lemah? Ada beberapa alternatif jawaban misalnya :
-
Waktu mengalami
kegagalan walau telah berusaha mencoba berulang-kali (contoh : saat studi,
bekerja) namun tetap gagal.
-
Ketika merasa
sakit. Tubuh yang seharusnya bisa melakukan banyak hal tetapi sekarang sudah
tidak bisa lagi terutama saat usia sudah di atas 60 tahun. Jemaat gereja saya di
GKKK BCS Serpong (BSD) ada yang sudah berusia di atas 60 tahun dan tergabung
dalam komunitas lansia. Biasanya saat sharing
, yang mereka saksikan adalah tentang kesehatan. Misalnya : tadi sewaktu bangun
tidur, saya tidak bisa berdiri karena lutut terasa sakit. Atau mungkin
pinggang, tangan atau lehernya yang sakit. GKKK BCS tempat saya melayani berlokasi
di Froggie Flaoting Castle di mana toilet-nya
terletak di lantai 2 sedangkan tempat ibadah di lantai 1. Jadi setelah saya
ajak minum, bila mau buang air kecil, maka para lansia perlu berjuang. Maka ia minta
diantar ke atas karena lututnya mulai terasa sakit.
-
Saat tidak punya
uang. Istri yang tidak diberi uang belanja oleh suami, maka saat bangun tidur
di pagi hari merasa lemas dan tidak bergairah. Demikian juga saat suami tidak
punya uang akan merasa lemas sekali (karena istri akan cemberut, anak-anak
merengek-rengek) dan sedih.
Khotbah
hari ini bukan untuk menghibur saat kita menghadapi sakit-penyakit, tidak punya
uang, gagal, tetapi berbicara hal yang jauh lebih rumit serta mempengaruhi bahkan
merusak hidup kita yaitu dosa. Dosa adalah sebuah perkara yang rumit dalam hidup
kita karena semua manusia terlahir dengan natur dosa. Dosa menjadi sebuah kelemahan
yang kita sadari sebagai sesuatu yang sulit dihindari. Jatuh dalam dosa
bukanlah sesuatu hal yang mengenakkan tetapi membuat susah hati kita. Apalagi
menyadari setelah konseling (kosnultasi)
dengan hamba Tuhan untuk meninggalkan dosa itu tetapi masih terus jatuh.
Anak-istri sakit hati bahkan kita bisa
berkali-kali menyalahkan diri karena berkali-kali jatuh. Dosa membuat hidup
semakin rumit. Tidak ada yang tidak pernah melakukan dosa.
Ada
dosa yang sulit bagi kita untuk ditinggalkan . Dosa bisa membawa kita ke
situasi di mana kita merasa frustasi. Apalagi saat kita dipercayakan untuk melayani,
satu kalimat yang seringkali dikatakan,”Aku tidak layak!”. Dosa seringkali
menjadi hal yang membuat kita frustasi. Ketika orang yang melihatnya komplain
dan berkata,”Kok kamu tidak berubah?” Ia menjawab,”Bukannya aku tidak berubah,
tetapi tiap kali godaan datang, tiap kali itu juga aku jatuh dalam dosa.” Godaan
dosa menjadi sesuatu yang rumit.
Dari
cuplikan sebuah video dikisahkan ada seorang anak kecil yang nakal. Ketika ia
ditanya oleh ibunya, “Mengapa kamu masih main ke sawah?” Ia mencoba menjawab,”Ini
lho otakku ma! Otakku ini yang membawaku” Mendengar jawaban anaknya, ibunya
kembali bertanya,”Siapa yang mengajak kamu bermain? Otakmu? Di mana otakmu?”
Anak tersebut kembali menjawab,”Jangan dipukul ma, sakit!” Ini fakta yang lucu.
Ada anak kecil dimarahi. Dia mencari kambing hitam seperti otak, tangannya, yang
penting bukan dirinya sendiri. Bukankah kita seringkali sama seperti itu?
Melakukan dosa, tetapi mengatakan,”Habis teman-teman yang ajak, kalau saya tidak
ikut , tidak enak.” Korupsi juga dikatakan,”Habis kalau tidak begitu, kasihan
yang lain. Kan lumayan uangnya bisa dibagi-bagi.” Proyek suap dikatakan,”Habis
kalau tidak begitu, kasihan karyawan saya, saya tidak terlalu butuh-butuh amat,
saya hanya memikirkan karyawan saya.” Jadi akhirnya jatuh dalam dosa. Memang banyak
alasan manusia jatuh dalam dosa.
Suatu kali saya didatangi seorang jemaat yang sangat
mencintai Tuhan. Dia datang dan berkata bahwa dia frustasi. Ada hal yang
membuatnya frustasi. Ia datang dan berkata,”Saya tidak mau melayani lagi karena saya merasa tidak layak”. Saya
bertanya apa yang membuatnya tidak layak. Dia berkata,”Sulit bagiku untuk
meninggalkan hal itu.” Ia merasa frustasi. Ia merasa ada kalanya hidupnya tidak
berguna. Sulit sekali meninggalkan dosa itu. Dosa menghancurkan banyak hal
dalam hidup-nya. Tidak ada seorang pun yang imun (kebal) terhadap dosa. Dari seorang
anak kecil , orang dewasa sampai orang tua bisa melakukan dosa dalam kemengertian
mereka.
Surat kepada Orang Ibrani : Yesus adalah
Penyingkapan Akhir Allah
Ada
jemaat wanita lansia yang sudah lemah fisiknya dan terus berbaring tidur. Salah
seorang anak perempuan-nya mendedikasikan hidupnya untuk merawatnya (memandikan,
menyuapi makan dan menjaganya). Tetapi wanita lansia tersebut mencaci-maki anak
perempuan-nya tersebut. Setiap kali diingatkan bahwa siapa lagi yang menjaganya,
kembali ia mencaci-maki. Begitulah dosa sudah merasuki hidup manusia. Masalah
ini terjadi juga di konteks dalam surat Ibrani. Ada cukup banyak jemaat yang
tengah bergumul dengan dosa yaitu cukup banyak dari mereka yang kembali pada
tradisi-tradisi. Latar belakang jemaat dalam Surat Ibrani adalah orang-orang
Yahudi. Sehingga tidak heran, beberapa bagian firman Tuhan di kitab Ibrani
membandingkan dengan apa yang terjadi dalam Perjanjian Lama. Ada persoalan di
sana di mana mereka digoda untuk kembali kepada tradisi mereka. Misalnya :
ketika membahas tentang imam besar. Di mana di Kitab Ibrani ditekankan bahwa
Yesus adalah imam besar yang lebih dari imam besar yang lain.
The
Lord is My Helper
Cukup banyak di antara mereka yang menjadikan imam
besar sebagai objek penyembahan, sosok yang dihormati bahkan mungkin dianggap lebih
dari Tuhan. Karena lewat imam besar itulah mereka bisa menghampiri Allah. Ada
cukup banyak dari mereka yang menganggap tradisi yang dilakukan oleh nenek
moyang mereka (yang oleh Yesus dikatakan sudah digenapi semuanya) mereka
menganggap itu jauh lebih penting. Cukup banyak orang Yahudi yang menjadi orang
Kristen ditekan dan dianiaya sehingga akhirnya memutuskan meninggalkan Kristus
dan kembali kepada kehidupan mereka yang dahulu. Dalam latar belakang seperti
itu beberapa bagian firman Tuhan disampaikan dan secara khusus membicarakan
kelemahan itu (bagaimana caranya untuk bisa mengatasi dosa). Pertanyaannya :
siapa yang bisa menolong sehingga kita bisa menghadapi kelemahan dalam
kehidupan kita? Ibrani 13:5b-6 Karena
Allah telah berfirman: "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan
Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau." Sebab itu dengan yakin
kita dapat berkata: "Tuhan adalah Penolongku. Aku tidak akan takut. Apakah
yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?". The Lord is my helper. Hanya Yesus yang bisa menolong kita, ketika
kita merasa begitu mudah tergelincir dalam dosa.
Bagaimana Yesus Menolongku?
Suatu
kali seorang wanita asyik berjalan-jalan di kebun binatang. Singkat cerita ia tiba
di daerah beruang kutub. Entah mengapa atau mungkin karena gemas, ia mencoba
mendekati kandang beruang dengan cara melewati pagar pembatasnya. Ia berhasil
masuk, dan beruang yang menghuni kandang
itu melihat wanita itu lalu beruang itu menyerang dan menggigit kaki wanita
tersebut. Semua orang yang melihat hanya bisa melihat tidak tahu cara menolongnya.
Siapa yang bisa menolong wanita itu? Hanya pawangnya yang bisa menolong! Pawang
masuk dan memerintahkan beruang itu untuk melepaskan wanita itu sehingga ia
bebas dari cengkeraman beruang. Tuhan itu menjadi penolong kita terhadap godaan
dosa karena Tuhanlah yang bisa mengendalikan ikatan dosa itu. Hanya Tuhan yang
bisa membuat kita bebas dari jerat dosa.
Ayat
15 dikatakan Sebab Imam Besar yang kita
punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan
kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa. Sebaliknya
sama dengan kita Ia pernah dicobai. Kalau pakai kalimat positif maka dikatakan
imam besar itu turut merasakan kelemahan kita. Apakah hal ini berarti kalau
Yesus turut merasakan kelemahan kita, Yesus yang kita sembah dan disebut imam
besar itu adalah imam besar yang juga jatuh dalam dosa? Pertanyaannya : mengapa
Yesus bisa kita jadikan tempat untuk kita bebas dari ikatan dosa? Mengapa Yesus
disebut sebagai penolong?
1.
Karena Yesus punya kuasa.
Ayat 14 Karena kita sekarang mempunyai Imam Besar
Agung, yang telah melintasi semua langit, yaitu Yesus, Anak Allah, baiklah kita
teguh berpegang pada pengakuan iman kita.
-
Yesus “melintasi”
semua langit
Kata “melintasi” adalah kata
menarik. Kata “melintasi” mengacu pada apa yang dilakukan imam besar yang
seorang manusia dalam menjalankan tugasnya. Bait Allah terdiri dari pelataran,
ruang kudus dan maha kudus. Di antara ruang kudus dan maha kudus ada sebuah tirai
pembatas. Seorang imam besar saat melakukan tugasnya, ia tidak hanya sampai
pada ruang kudus, tetapi ia harus melintasi ruang kudus itu dan masuk ruang
maha kudus lalu mempersembahkan korban kepada Allah. Yesus adalah Imam Besar
yang bukan saja melintasi dari ruang
kudus ke ruang maha kudus, tetapi ia adalah Allah yang melintasi dari bumi sampai
kepada langit dan bahkan lebih daripada itu. Apa yang dicatat pada ayat 14
menunjukkan kekuasaan Allah dalam kehidupan kita sebagai imam besar.
-
Yesus adalah
korban itu sendiri
Sebagai
imam besar, Ia bukan saja jadi perantara antara kita dengan Allah tetapi ia
adalah korban itu sendiri. Dia mempersembahkan diri agar kita yang terpisah
dari Allah kemudian disatukan kembali dengan Allah.
-
Yesus adalah anak
Allah
Ada frasa, Yesus disebut
sebagai anak Allah. Untuk konsep orang Romawi ,ketika raja mereka disebut sebagai
anak dewa maka mereka mengkonotasikan anak dewa itu sebagai dewa itu sendiri. Sehingga
waktu Yesus disebut anak Allah, penulis Ibrani hendak menekankan pada jemaat
waktu itu bahwa Yesus yang bisa menjadi penolong mereka adalah Yesus yang berkuasa,
bukan hanya sekedar Ia menjadi imam besar yang melintasi langit bukan saja Ia
menjadi korban itu sendiri tetapi yang paling penting adalah Ia adalah Allah
itu sendiri! Ketika menyadari hal itu, kita tahu satu hal bahwa di dalam Allah
kita mendapat pertolongan. Ketika kita bergumul dengan dosa dan kekotoran hidup
maka hanya Allah yang bisa menolong diri kita . Hanya Allah saja imam besar yang
sudah melintasi langit, turun ke dalam dunia , mengorbankan dirinya dan menebus
dosa kita.
Saya termasuk orang yang suka kuliner dan di depan
saya ada 3 piring. Pada piring pertama ada ikan kembung. Ikan tersebut dapat dibeli
di pasar lalu dimasak dan disajikan di rumah
makan warteg. Harganya dengan nasi sekitar Rp 8.000-10.000 tetapi kemudian menjadi
indah karena ditata dengan sangat baik (dikasih garnish). Di piring kedua ada telor mata sapi yang dibeli di warteg
yang sama. Menjadi menarik karena ada daun bawang yang diiris tipis dan
disajikan sebagai garnish dan dikasih
bon cabe. Piring ketiga ada ikan teri balado. Harganya Rp 2.000 yang cukup dimakan
satu kali bersama dengan nasi panas. Belinya di warteg. Waktu melihat gambar
ini, saya berefleksi. Ketika hidup kita merasa kotor , tidak berguna dan bukan
siapa-siapa tetapi hidup kita bisa menjadi indah ketika berada di tangan yang
tepat. Ikan kembung ini hanya akan menjadi ikan kembung biasa bila disajikan
dengan nasi yang banyak namun ikan kembungnya hanya 1, sehingga melihatnya saja
tidak menimbulkan selera. Tetapi ketika berada di tangan yang tepat ,
diletakkan dengan cara yang tepat hanya dengan ditambahkan dengan beberapa dan
sedikit saus maka dianggap sebagai makanan yang mahal. Bukankah hidup kita juga
demikian? Hidup kita dalam dosa, tetapi kalau hidup kita diserahkan kepada
Allah yang berkuasa, Yesus yang adalah imam besar itu, maka Yesus akan membuat
hidup kita menjadi indah.
2.
Dia Alalh yang memiliki belas kasihan (compassion).
-
Yesus bukanlah Imam besar yang tidak
turut merasakan kelemahan-kelemahan kita
Dikatakan Yesus merasakan
kelemahan kita. Ayat 15 Sebab Imam Besar
yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan
kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya
tidak berbuat dosa.
.
Mengapa penulis Ibrani tidak terus terang (to the point) pada ayat 15 menuliskan
bahwa Yesus adalah imam besar yang turut merasakan kelemahan kita? Tetapi mengapa
ia menggunakan kalimat negatif, (sebab imam besar yang kita punya bukanlah imam
besar yang tidak turut merasakan kelemahan-kelamahan kita). Mengapa penulis
Ibrani tidak terus terang saja bahwa Yesus adalah imam besar yang turut
merasakan. Seolah-olah kalimatnya bertele-tele. Ternyata ketika merenungkan
bagian firman Tuhan kita dapatkan sebuah kebenaran. Beberapa bagian firman
Tuhan dalam kitab Ibrani ingin membandingkan antara Yesus dengan tradisi,
antara Yesus sebagai Imam Besar dengan imam besar yang notabene manusia biasa. Dengan
kata lain Penulis Ibrani ingin mengatakan
bahwa Yesus yang kamu sembah tidak sama dengan imam besar yang selama
ini menghantarkan korban kepada Allah. Yesus yang kamu sembah tidak sama dengan
imam besar yang lain. Apa yang berbeda? Imam besar saat mempersembahkan korban
kepada Allah mungkin mereka tidak peduli dengan pergumulan hidupmu, dengan
kegagalanmu dan dosamu. Mereka hanya tahu tugas mereka yaitu membawa
persembahan yang mereka berikan kepada Allah. Sedangkan Yesus yang disembah
bukanlah imam besar yang seperti itu . Waktu Yesus menjadi imam besar, Ia
adalah imam besar yang punya empati, simpati, tahu apa yang kita rasakan. Ketika mempersembahkan hidupNya
di atas kayu salib, Ia tidak saja secara formalitas melakukan tugas yang
diberikan Allah kepadanya. Ketika Yesus berada di Taman Getsemani , Ia berkata
(dengan gaya bahasa kekinian), “Asal kamu tahu ya, kalau Saya mau minta Allah Saya
menurunkan 12 pasukan malaikat untuk menolong Saya, Saya bisa melakukannya!” Ketika
ada seorang muridNya menebas telinga seorang tentara, Yesus berkata,”Kalau kamu
tahu bahwa kalau Saya mau minta Allah menurunkan 12 pasukan malaikat, saya
bisa. Tetapi Saya tidak mau karena Saya harus mati untuk orang-orang berdosa.”
Ketika Yesus dibandingkan dengan imam besar, hal inilah yang ditekankan bahwa Yesus yang adalah imam besar kita, Ia adalah
imam besar yang tahu segala pergumulan dan kelemahan kita dan Ia adalah imam
besar yang menerima kita dengan cintaNya. Tetapi persoalannya adalah apakah itu berarti Yesus jatuh dalam dosa
walaupun di dalam bagian firman Tuhan
ini dikatakan,”Ia telah dicobai namun tidak berdosa”. Bagaimana caranya Yesus
berempati dengan kita?
-
Yesus tahu dengan pasti beratnya dicobai. Kapan Yesus
dicobai? Bukankah Yesus pernah dicobai setelah berpuasa 40 hari. Betul Yesus
adalah Allah dan sekaligus manusia. Setelah
40 hari tidak makan, tiba-tiba Iblis berkata, “Ubah batu ini menjadi roti.”
Secara logika, Yesus akan berkata,”Kamu pikir Saya tidak bisa?” Ia bisa
mengubah! Ia mengubah 5 roti dan 2 ikan sisanya 12 keranjang. Ini sangat bisa.
Ketika itu Yesus lapar dan Yesus tahu rasanya dicobai dan hal ini sangat tidak
mudah. Ketika Yesus dibawa ke bubungan Bait Allah dan Iblis berkata,”Jatuhkan
diriMu!” maka Allah akan mengutus
malaikatNya. Kalau kita jadi Yesus, dalam hati bisa berkata,”Memang kamu pikir
Saya tidak bisa?”. Bisa saja ada godaan untuk menunjukkan kepada Iblis bahwa Yesus berkuasa. Namun Yesus tahu satu
hal, sekalipun Ia bisa melakukannya tetapi kalau Ia melakukannya berarti di
momen itu Ia tunduk kepada perintah Iblis. Penulis Ibrani menjelaskan hal itu setelah
menyatakan bahwa Yesus bukanlah adalah imam besar yang tidak turut karena Ia
pernah dicobai . Ini yang mau ditekankan bahwa dicobai oleh dosa itu adalah sesuatu
yang berat. Yesus berkata, “Aku tahu itu. Aku mengerti dan kamu tidak pernah sendirian.”
Ketika merenungkan firman Tuhan ini dan kita merasa dosa sulit untuk dihindari,
kita mendapat penghiburan, kita punya Kristsus yang mau berjalan-jalan dengan kita.
Yesus yang mau memeluk kita di tengah-tengah jatuhnya kita. Yesus yang tidak
pernah bosan-bosannya berkali-kali berkata, “Yuk kembali lagi! Yuk kembali lagi”.
Teddy Hung (洪漢義) “Crossing
From Darkness Into Light”
Teddy
Hung adalah mantan pimpinan kelompok gangster Triad 14K di Hongkong. Ia cukup
terkenal. Ia menulis kesaksian dalam buku Crossing
from darkness into Light. Ia sudah menjadi anggota gangster di usia 15
tahun. Lalu ia berkata, “Jangan kamu pikir orang yang menjadi gangster adalah
orang-orang yang hanya bisa berkelahi dan menakut-nakuti orang. Untuk menjadi
gangter tidak mudah. Untuk menjadi gangster harus memenuhi kualifikasinya yaitu
orang yang otaknya encer karena
dipercayakan banyak bisnis seperti kasino, peredaran narkoba, rumah prostitusi
dan lain sebagainya. Setiap usaha yang dipegangnya maju dan menghasilkan banyak
uang untuk kelompok mereka. Ia berkata, “Tidak mudah menjadi gangster.”
Mengapa? Karena perlu komitmen. Kalau kamu sudah bergabung dengan sebuah
kelompok, maka tidak boleh berkhianat dengan pindah ke kelompok lain. Karena
kalau pindah maka esoknya akan hilang (mati). Kalau kamu ditangkap maka tidak
boleh sedikit pun memberi informasi kepada polisi tentang rekanmu. Karena kalau
ketahuan, meskipun berada di penjara maka keesokannya akan hilang.
Singkat cerita waktu itu Hong Kong dikuasai
oleh Inggris, kemudian ia ditangkap. Penjara tempatnya tinggal adalah kumuh sehingga
ia menyumbang uang dan membangun penjaranya. Ia tetap tinggal di penjara. Ia
menjalankan usahanya di penjara. Ia mengatur kasino, mengedarkan narkoba sehingga
uangnya menjadi banyak. Tetapi sampai pada suatu titik ia merasa hidupnya tidak
berguna ketika ada seorang pendoa di gereja mendatangi dan bertanya, “Kamu
memang kaya, terkenal dan hebat. Pertanyaan saya satu. Kalau meninggal kamu mau
dikenang sebagai apa?” Pertanyaan ini sangat menohok hatinya dan membuat ia
menyadari bahwa selama ini ia melakukan kesalahan. Di tengah-tengah pergumulan yang dialami, ia bertanya, “Kepada siapa
saya harus minta tolong?” Sang pendoa berkata, “Datanglah kepada Yesus!”
Singkatnya ia percaya kepada dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Namun
masalahnya, ketika ia percaya kepada Yesus, ia harus meninggalkan bisnisnya. Ini
pergumulan yang tidak mudah. Teman-temannya berkata, “Kamu bodoh dan mau hidup
susah karena mengikuti Yesus konsekuensinya ia ditinggalkan oleh teman-temannya”.
Di tengah pergumulan seperti itu , Ia berteriak dan berkata, “Tuhan
berbelaskasihan-lah kepadaku.” Akhirnya Ia dipercaya untuk mengelola suatu
usaha yang baik dan benar dan akhirnya Ia berkata ,”bisa menjalankan usahanya
dengan baik dan kehidupannya oke. Mungkin
sekarang ia sudah meninggal, tapi ia mengakhiri hidupnya dengan sangat indah. Apa
yang membuat ia bisa lepas dari pergumulan dosanya? Kata kuncinya adalah “belas
kasihan Tuhan” Saya tidak tahu apa
pergumulan jemaat terkait dengan dosa. Pertanyaan: apakah engkau mencari Yesus
dan berharap belas kasihan kepadaNya?
Penutup
Ada
orang yang diminta berjalan dengan mata terpejam (mata ditutup) dan tidak boleh
mengintip. Setelah tubuhnya diputar-putar lalu ia diberi aba-aba untuk berjalan
mencapai garis akhir yang sudah diperlihatkan saat matanya belum ditutup.
Ternyata orang tersebut gagal melakukan tugasnya. Lalu matanya ditutup kembali
dan tubuhnya diputar-putar kembali, namun kali ini orang tersebut diminta untuk
memegang pundak orang yang melihat yang menuntunnya berjalan mencapai garis
akhir. Sehingga ia bisa mencapai garis akhir dengan mudah. Ilustrasi ini
menggambarkan ketika kita hidup dan bergumul dalam dosa serta memilih berjalan
sendiri, maka hidup akan terasa begitu sulit . Tetapi ketika kita menyadari
hidup bergumul dalam dosa dan mau
berjalan bersama-sama dengan Yesus, maka Yesus akan menuntun kita ke arah yang
benar (ke arah yang Tuhan mau). Sekalipun kita sadar sampai kita kembali ke
rumah Bapak di surga, kita mungkin tidak bisa hidup sebagai manusia yang
sempurna (tetap ada kelemahan). Tetapi kita harus tetap berpegang teguh pada
anugerahNya karena Dia adalah Imam Besar kita. Amin.
No comments:
Post a Comment