Ev. Putra Waruwu
Yohanes 20:24-29
24
Tetapi Tomas, seorang dari kedua belas murid itu, yang disebut Didimus,
tidak ada bersama-sama mereka, ketika Yesus datang ke situ.
25
Maka kata murid-murid yang lain itu kepadanya: "Kami telah melihat
Tuhan!" Tetapi Tomas berkata kepada mereka: "Sebelum aku melihat
bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas
paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak
akan percaya."
26 Delapan hari kemudian murid-murid
Yesus berada kembali dalam rumah itu dan Tomas bersama-sama dengan mereka.
Sementara pintu-pintu terkunci, Yesus datang dan Ia berdiri di tengah-tengah
mereka dan berkata: "Damai sejahtera bagi kamu!"
27
Kemudian Ia berkata kepada Tomas: "Taruhlah jarimu di sini dan
lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku dan
jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah."
28
Tomas menjawab Dia: "Ya Tuhanku dan Allahku!"
29
Kata Yesus kepadanya: "Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau
percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya."
Pendahuluan
Bagaimana
kebangkitan Kristus menguatkan iman murid-muridNya? Kalau minggu-minggu sebelumnya
kita belajar garis besar apa yang telah Allah lakukan, tanpa memandang kepada semua
manusia yang berdosa. Itu berlaku bagi setiap kita yang mau merespon akan
anugerah penyelamatan Allah. Tetapi pagi ini kita diajak melihat bahwa kebangkitan
itu menguatkan iman murid-muridNya. Murid yang dimaksudkan adalah orang-orang
yang telah diselamatkan oleh Tuhan, jadi bukan untuk orang kafir (orang luar).
Tetapi saya dan bapak-ibu yang sudah ada di dalam Kristus disebut murid. Firman
pagi ini memang khusus untuk kita yang sudah ada di dalam Kristus. Sudahkah
kebangkitan itu menguatkan iman kita atau malah sebaliknya melemahkan iman kita?
Ada
lirik dari pujian “Dalam Yesus” (Edward Chen) yang berbunyi , “Ajaib
kau Tuhan penuh kuasa. Sanggup pulihkan keadaanku.” Ajaibnya Tuhan
memulihkan hidup kita. Pertanyaannya : apakah ajaibnya Tuhan sanggup menguatkan
iman kita? Untuk memulai khotbah ini ijinkan saya mengajukan pertanyaan
sederhana :
1.
Kapan terakhir
kali kita merasa paling sedih?
2.
Kapan terakhir
kali kita merasa paling bahagia (senang)?
3.
Kapan terakhir
kali kita merasa semuanya biasa-biasa saja.
Sebelum datang ke gereja hari ini bagaimana perasaan
kita? Ada sukacita atau banyak beban atau biasa saja? Sekedar ibadah, menyanyi ,
mendengar firman lalu pulang? Ini situasi perasaan kita. Setiap mansuia
dianugerahkan perasaan, dan perasaan tidak selalu sama. Adakalanya kita
berjuang dengan kesedihan, kegirangan adakalanya kita merasa semuanya
biasa-biasa saja (tidak ada sesuatu yang baru).
Murid-murid
adalah mereka yang merasa sedih ketika Yesus disalibkan, tercerai-berai saat
Yesus ditangkap. Tidak ada murid yang mengaku menjadi murid Yesus saat
ditangkap. Semua menyelamatkan diri. Murid-murid Yesus adalah murid-murid yang bertanya-tanya
ketika melihat kubur Yesus kosong, memikirkan bahwa jasad Yesus dicuri orang, bersukacita
ketika melihat Yesus yang hidup kembali, ketika mereka semua biasa-biasa saja.
Hari ini sebutan murid-murid itu berlaku untuk kita.
Uniknya Kebangkitan Yesus Kristus
Sedikit
saya mengulas dari apa yang dipelajari beberapa minggu lalu tentang kematian
dan kebangkitan Kristus. Adalah penting untuk memahami bahwa kebangkitan
Kristus adalah unik, berbeda bila dibanding dengan kebangkitan orang sebelum
dan sesudah zaman Yesus. Disebut unik karena beberapa alasan yakni :
1. Kebangkitan Yesus Kristus berkaitan dengan salib,
penderitaan, penganiayaan dan pengorbanan
2. Tuduhan yang disampaikan kepada Yesus sebelum
Ia disalib adalah salah. Sebab apa yang disampaikan / dituduhkan Imam Besar ternyata
tidak sesuai dengan kenyataan.
3. Yesus tidak dibangkitkan oleh manusia.
Lazarus dibangkitkan oleh
Yesus. Beberapa tokoh Perjanjian Lama dibangkitan oleh nabi. Tetapi Yesus bukan
manusia yang membangkitkanNya. Karena Ia adalah Allah sendiri yang membangkitkan dari antara orang mati.
4. Pernyataan kepada kita bahwa Ia adalah Tuhan dan Juruselamat
yang hidup. Pilatus bertanya,”Engkaukah raja orang Yahudi itu?” dan dijawab oleh Yesus, “Engkau
sendiri yang mengatakannya”. Ini sebuah pernyataan yang disampaikan melalui
pertanyaan. Pertanyaan yang menimbukan pernyataan. Adalah benar kalau percaya
kepada Yesus, maka kita tidak salah memilih Juruselamat, karena kita memang ada
dalam kebenaran itu.
Untuk melihat kebangkitan itu menguatakan
iman para murid, ada beberapa yang bisa direnungkan :
1.
Kebangkitan Kristus membawa pembebasan yang besar bagi
murid-murid baik kali itu, saat ini dan di masa mendatang.
Membawa pembebasan karena ada 2 keadaan
yang berbeda sebelum dan sesudah kebangkitan Kristus. Sebelum Yesus bangkit,
murid-muridNya ketakutan sehingga mereka berkumpul dalam satu rumah. Karena
bisa saja dituduh mereka menculik dan menyembunyikan mayat Yesus. Sehingga takut
adalah hal yang lumrah. Itu kenyataan saat itu. Mereka bersekutu dengan situasi
yang tidak nyaman. Tetapi setelah bangkit, Yesus memberikan mereka damai
sejahtera. Saat menampakkan diri, Yesus berkata, “Damai sejahtera bagi kamu”.
Itu peneguhan sukacita dan pernyataan pengharapan yang diberikan kepada
murid-muridNya yakni damai sejahtera (suatu sukacita, keadaan hati yang boleh
tenang bersama dengan Tuhan). Murid-murid dipulihkan dari takut menjadi tidak
takut, dari yang tidak berani menjadi berani, dari yang menutup diri menjadi
berani membuka diri. Inilah pembebasan yang Yesus berikan kepada murid saat
itu. KebangkitanNya menyatakan kuasa yang Ia miliki.
Ada 1 murid Yesus yang tidak percaya
yaitu Tomas. Sehingga ada ungkapan bagi orang yang tidak percaya disebut, “Dasar
lu Tomas!”. Tomas berkata, “Aku baru percaya setelah melihat” tetapi di akhir
kisah , ia tidak memegang Yesus. Yesus hanya memperlihatkan dan ia sudah menjadi
percaya. Inilah pembebasan yang Tuhan berikan. Dari yang tidak percaya menjadi
yakin, bahwa Yesus sudah bangkit. Seberapa kita yakin bahwa Yesus benar-benar bangkit?
Sekarang banyak pengajaran yang mengatakan bahwa Yesus tidak bangkit. Momen kebangkitan
Yesus semakin menguatkan atau malah melemahkan iman kita? Kebangkitan Yesus
membuat orang-orang percaya , murid-murid saat itu memiliki kerohanian yang
hidup di hadapan Tuhan. Mereka memiliki iman, pengharapan dan kasih karena Kristus
ada bersama dengan mereka. Mereka bertambah sukacita saat Yesus menampakkan
diri. Ketika Yesus datang, Ia ikut makan. Yesus meminta roti dan ikan (goreng)
untuk membuktikan bahwa Ia benar-benar hidup. Mungkin ini sederhana tetapi itu
bukti bahwa Yesus adalah nyata dan benar. Terlebih lagi Ia berkata, “Damai
sejahtera bagi kamu”. Inilah suatu janji dan peneguhan yang diberikan Tuhan.
Saat perayaan Paskah Sekolah minggu lalu
dibagi 2 kelas untuk firman, yakni kelas besar dan kelas kecil. Untuk kelas yang
besar berupa KKR dan saat itu ada formulir yang harus diisi para anak sekolah minggu.
Dari 49 formulir yang diisi ada 1 anak yang cukup membuat saya terharu dan
memberi perhatian kepadanya. Di dalam doanya ia menulis, “Tuhan terima kasih karena
Tuhan sudah mengampuni saya. Tetapi saya punya satu permintaan. Tuhan tolong sembuhkan
penyakit autis parah saya!” Ia tahu bahwa ia menderita sakit autis. Ketika
membacanya, saya merenungkan sebentar apakah saya akan seperti anak ini yang
meminta pembebasan dari Tuhan? Ia bukan dari kelas sekolah Minggu di sini namun
saya mengenalnya. Ia jujur di hadapan Tuhan. Ia meminta pembebasan dan hanya
Tuhan yang mampu membebaskannya. Sekalipun kita kuat, pintar dan melakukan
segala sesuatu, namun tanpa Tuhan semuanya sia-sia. Bersama Tuhan kita menjadi kuat
dan mampu. Bagaimana dengan kita? Apakah kita sudah dibebaskan dan dikuatkan
dengan berita kebangkitan Kristus?
2.
Kebangkitan Kristus memberi kepastian iman dan tujuan
hidup
Yesus berkata, “Akulah jalan, kebenaran
dan hidup.” Suatu janji, pengharapan, bukan saja impian, tetapi suatu pandangan
di masa mendatang, setelah selesai di dunia ini kita akan jelas dan pasti akan
kemana. Yesus menjanjikan itu. Kita juga akan mengalami kebangkitan. Maka dalam
Pengakuan Iman Rasuli ada kalimat, “Kebangkitan orang mati”. (digunakan istilah
“kebangkitan tubuh” atau dalam vesi yang lama dikatakan”kebangkitan daging”).
Itu adalah kebangkitan orang mati. Kita akan dibangkitkan, dijemput dan
disongsong. Tetapi yang sulung dari yang dibangkitkan adalah Kristus. Yesus
mengawali kebangkitan itu. Setelah Ia bangkit mengalahkan maut, maka kita pun
turut dibangkitkan nanti. Kita yang sudah memiliki kepastian iman di dalam Krsitus
harus tetap berpegang di dalam kepastian itu. Kepastian itu harus mampu
mengubah kehidupan kita. Kepastian itu harus bisa membawa diri kita menjadi
pribadi yang lebih baik. Sebelum dan sesudah mengenal Yesus harus ada perubahan
yang nyata, walaupun kita berada di tengah-tengah krisis iman yang meyulitkan.
Tomas ketika Yesus menampakan diri
kepada murid-muridNya, tidak ada. Ada penafsir Alkitab yang mengatakan bahwa Tomas
sengaja menjauhkan diri dari kumpulan para murid (mungkin malu). Sehingga ketika
Yesus muncul, ia tidak ada. Murid-murid Yesus yang lain berkata, “Ya, Yesus
bangkit!” Ketika Tomas masuk disampaikan bahwa benar Yesus bangkit ia
menentangkannya dengan alasan yang ia sampaikan. Terkadang dalam hidup , kita
menuntut bukti yang nyata dan bisa dipegang, dilihat dan menyakinkan kita bahwa
hal itu benar. Misal untuk memastikan uang kertas denominasi Rp 100.000 itu asli
atau tidak, kita harus melihat, menerawang dan merabanya. Kalau Sdr. Aldin yang
tidak bisa melihat dengan meraba saja dia bisa tahu. Sebelum khotbah, saya
bertanya kepadanya,”Bagi kamu apa makna kebangkitan Kristus?” Ia
menjawab,”Tuhan memulihkan hidup saya”. Saya bertanya lagi,”Seperti apa?” Dia
menjawab lagi,”Saya bisa memberi pengampunan kepada orang-orang di sekitar saya”.
“Mengapa kamu harus memberi pengampunan?” “Karena saya bergumul dengan perasaan
dan dendam yang saya miliki”. Itulah kepastian di dalam Tuhan .
Hidup kita harus diubahkan. Kalau orang
berkata dan mengingatkan , jangan buru-buru menolak mentah-mentah, tetapi terima
dan dengarkan dahulu. Mungkin Rasul Tomas seperti itu, sewaktu yang lain
menjelaskan ia menolak percaya. Dengarkan dulu menjadi pendengar yang yang baik.
Sebelum berespon, pikirkan terlebih dulu. Jangan sampai kita malu karena salah.
Rasul Tomas pernah berada di posisi demikian. Mungkin di antara kita ada yang seperti
demikian. Kita belajar mengoreksi hati di hadapan Tuhan. Akibatnya apa? Tomas
tidak mengalami sukacita kebangkitan Tuhan seperti murid-murid lain karena
penolakan diri. Tetapi ketika Yesus menampakkan diri kepadanya, baru ia
berkata, “Ya Tuhanku dan Allahku”. Maka Yesus berkata, “Berbahagialah orang
yang tidak melihat tapi percaya” yaitu kita. Kita tidak melihat kebangkitan
Tuhan Yesus, kita modalnya percaya. Dan percaya itu hanya Tuhan yang bisa
memberikannya. Terlepas ketika kita belajar dan membaca (semua kita tahu) tetapi
kalau nurani tidak disentuh dan hati tidak diubahkan maka semuanya akan sia-sia.
Tuhan yang membuat kita berani berkata, “Ya Tuhanku dan Allahku” sama seperti
Tomas.
Dalam persiapan Jumat Agung dan Paskah kemarin,
saya bersama Sdri. Ervina dan Sdr. Jackson
diminta untuk menjadi panita. Ada 2 ibadah besar yaitu Jumat Agung dan Paskah.
Saya pilih orang-orang yang akan melayani dan mereka bersedia. Latihan sudah
jelas. Tapi Tuhan mengijinkan saya bertemu dengan suatu situasi. Saya dan laoshi
Irene memikirkan siapa yang akan dilibatkan. Kalau pada ibadah Jumat Agung semuanya
pemuda, sedangkan pada ibadah Paskah saya teringat Sdri. Santi, Sdri. Feli, Sdr.
Santo dan Sdr. Kevin. Semua dihubungi dan semuanya bersedia jadi singer. Tetapi setelah itu terbentur
dengan waktu. Selanjutnya susah mencari waktu latihan yang sesuai. Setelah itu
bergumul dengan lagu-lagunya yang dikatakan sulit. Nada lagunya tinggi-tinggi. Jadi
saya berkonsultasi dengan pemusik, “Bagaimana kalau nadanya diturunkan?” Tapi dikomentari,”Tidak enak”. Jadi yang lain
harus mengikuti (belajar). Minggu depannya ada lagi pergumulan lain. Ada penatalay
yang minta dieliminasi dalam waktu yang sudah singkat. Saya minta tolong ,”Jangan.
Jangan. Kita sudah latihan” sehingga akhirnya ia tetap latihan. Minggu depannya
lagi ada yang satunya lagi juga minta dieliminasi. Sehingga akhirnya saya
berkata,”Kalau ada yang mengundurkan
diri, maka saya tidak akan minta digantikan.” Saya tidak tahu keberanian mengatakan
hal itu dari mana. Akhirnya ia berkata, “Ya saya akan coba” sehingga pada
akhirnya semua pelayanan berjalan dengan baik. Sampai saat ini, saya bergumul
tentang hal ini, saya berkata, “Tuhan Kau sungguh luar biasa!” Kalau Tuhan yang
memampukan dan memberikan kekuatan maka kita bisa. Ada kemampuan yang
diberikan, namun kita tidak peka dengan kemampuan itu. Kita lemah tapi jangan
biarkan dengan kelemahan yang dimiliki tapi pandanglah Yesus. Ketika ia
berkata, “Pandanglah Yesus” Ia memampukan kita untuk melayani. Inilah kepastian
yang Tuhan berikan.”
3.
Kebangkitan Kristus mengubah kehidupan kita.
Tuhan Yesus dengan penuh kasih Tomas untuk
mencucukkan tangannya. Tapi Tomas tidak melakukannya. Ia hanya berkata,”Ya
Tuhan dan Allahku”. Ini bukti, Yesus tetap mengasihi Tomas yang ragu-ragu dengan imannya. Ia tetap mempedulikan
Tomas sekalipun dengan ketidakpercayaannya. Tuhan Yesus tetap mau merangkul
Tomas walaupun ia berkata, “Kalau aku tidak melihatNya, maka aku tidak percaya”
seakan-akan sedang menentang Tuhan. Tuhan Yesus tetap mengasihi Tomas. Kapan
iman kita bisa turun naik di dalam hidup
kita? Kapan keyakinan kita boleh tetap percaya kepada Tuhan tanpa ragu?
Kapan iman kita bisa turun dan mungkin sedang meragukan Tuhan di dalam hidup
kita? Kita adalah manusia dan kita harus jujur akan Allah. Kristus yang telah
bangkit menampakkan diri pada murid-muridNya dan menguatakan iman mereka, memperbarui
hidup mereka, mengubah pola pikir mereka dan mempersiapkan mereka untuk pergi
menjadi saksi-saksinya di seluruh dunia. Itu tugas yang Tuhan berikan ketika Ia
berkata, “Damai sejahtera bagi kamu”. Ada tanggung jawab lebih dan tugas.
Pernyataan damai itu kekuatan bagi para murid. Yang diubahkan adalah semua murid.
Rasul Petrus yang pernah menyangkal Yesus
diubahkan menjadi pengkhotbah yang besar dalam dalam sekali waktu pernah berkhotbah
ia menobatkan 3.0000 orang. Berubah hidupnya. Tomas dan juga murid-muridNya
yang lain, kecuali Yudas Iskariot karena sudah mengakhiri hidupnya. Tetapi
murid yang lainnya menjadi martir karena mati dengan iman mereka bersama dengan
Tuhan. Saulus diubah menjadi Paulus. Dalam surat Paulus banyak bicara tentang
anugerah dan anugerah semata. Itu artinya anugerah yang mengubahkan hidupnya.
Seberapa lama kita sudah menjadi Kristen?
Berapa lama kita sudah menjadi percaya? Adakah iman kita turun naik, stabil
atau sama sekali kita tidak beriman ? Hanya sebatas beragama saja. Para murid Yesus
yang menyaksikan Yesus telah bangkit, mendapati iman mereka semakin kuat dan
diteguhkan (dikokohkan). Setelah itu mereka berani keluar dan mulai menceritakan
Yesus yang telah bangkit, walaupun
mereka harus berjuang dengan tantangan yang datang dari pemerintah Romawi.
Setelah Yesus bangkit, murid-murid berkata, “Yesus adalah anak Allah”. Saat itu
yang disebut Anak Allah atau anak dewa hanyalah mereka yang menjabat sebagai kaisar
Romawi saat itu. Itu artinya bertentangan ketika para murid keluar dan berkata,”Yesus
adalah Anak Allah”. Tetapi kebangkitan itu mengubah mereka. Bagaimana dengan kehidupaan
kita? Kristus yang sulung dibangkitkan dari antara orang mati. Perubahan yang
tidak pernah berubah adalah perubahan itu sendiri. Artinya kita harus bisa meng-upgrade diri kita seperti aplikasi dari handphone yang harus di-upgrade. Kalau belum di-upgrade akan diberi notifikasi Setrelah
itu berarti aplikasi tambah baik. Kehidupan kita juga harus di-upgrade menjadi lebih baik, itu yang
Tuhan tuntut dalam kehidupan kita.
Bagaimana hidup kita bisa berubah? Salah
satunya dengan belajar Firman, mendengar firman Tuhan, hati yang memang mau
berubah. Kalau keras hati kita akan sulit berubah. Kalau kita keraskan hati,
maka Tuhan akan mengubahkan dengan cara yang lebih sulit juga sehingga kita
merasa kesakitan ketika diubahkan oleh Tuhan. Tetapi murid-murid saat itu mau
diubahkan oleh Tuhan dengan lembut.
Penutup
Pada hari Jumat lalu dalam persekutuan usia indah,
para ayi membuat tulisan dengan menggunakan kuas, “Yesu ai wo” atau “wo ai Yesu”.
Ada seorang ayi yang menepuk lengan saya dan meminta saya duduk. Lalu ia
membuka tasnya dan mengeluarkan dompet kecil serta mengeluarkan kertas kecil
putih. Ia langsung memberikan kepada saya dan meminta saya membacanya. Saya pun membacanya
dan ternyata itu adalah pertanyaan teologis. Saya bertanya ,”Darimana
pertanyaan ini?” Ayi ini kemudian menjawab,”Saya belajar, membaca dan menulis apa
yang tidak saya mengerti.” Saya terharu mendengar ucapannya. “Cuang dao tolong
saya untuk mengerti pertanyaan-pertanyaan ini. Pertama, bagaimana engkau bisa
mengenal kehendak Tuhan dalam kehidupan anda? Bagaimana sikap anda ketika
banyak hal terjadi dalam hidup anda? Apa karakteristik yang paling menonjol
dari Yesus?” Setelah itu saya berdiskusi, bercerita akhirnya saya bertanya
apakah ia mengerti dan ia pun mengangguk
dan berkata bahwa ia mengerti.
Dari beliau saya belajar salah satu yang dapat membuat
kita berubah adalah dengan belajar dan dengan membaca. Apa yang kita dapatkan ,
kita pertanyakan kalau kita mengerti. Apa yang kurang kita yakini kita tanyakan
agar iman kita makin jelas. Iman makin jelas dan terang, kepercayaan kita makin
diteguhkan. Kita harus diubahkan hidupnya supaya serupa dengan Allah. Tentunya
di dunia ini, kita banyak mengahadapi tantangan seperti ketidakadilan. KIta
harus berjuang dengan orang-orang yang curang di sekitar kita. Mungkin di
tempat pekerjaan ada orang-orang yang memanipulasi banyak hal atau kita sendiri
yang melakukan kecurangan tersebut. Kita harus berjuang dengan ketidakadilan
dan budaya. Apakah kita bisa membangun budaya kekristenan dalam pekerjaan kita?
Apakah kita bisa memikirkan satu hal dengan konsep pemikiran kerajaan Allah? Dalam
ibadah pasutri Jumat kemarin, kita diajar mengatur keuangan di dalam keluarga.
Kesaksian pembicaranya sangat memberkati. Semua harus diatur dengan konsep
kerajaan Allah bukan kerajaanku. Inilah perenungan dari bagian ini. Segala
sesuatu yang harus dipikirkan harus dipikirkan berdasarkan kebenaran Allah.
Kalau memang Kristus bangkit dan menguatkan iman kita, kita berani harus
berkata, “tidak” untuk hal-hal yang Tuhan tidak senangi. Ketiga, kita harus
berjuang dengan penginjilan sama seperti
para murid. Mereka harus keluar dan bertemu banyak budaya, dengan kultur ,
Tuhan memampukan mereka.
Hari ini kita ditantang dengan hal demikian. Mari
bersama menikmati anugerah kebangkitan Kristus yang memampukan kita. Bukan hanya
pada pengajaran Kristus kita berharap, bukan hanya pada mujizat Kristus kita
percaya, bukan hanya pada apa yang Yesus karyakan kita bisa meyakini bahwa Ia
adalah Juruselamat, tetapi yang paling penting adalah yang membuat kita percaya
adalah Dia yang adalah Tuhan. Semua yang Ia karyakan hanyalah pembuktian bahwa
Ia adalah Allah. Tetapi yang lebih dari itu, Dia-nya y ang harus kita percayai.
Karena Dia yang menciptakan kehidupan kita. Apakah kebangkitan Kristus telah
menjadi penghiburan bagi kita? Apakah yang masih sangat membebani hidup kita
sampai saat ini? Apakah yang mungkin menjadi pergumulan, isi hati , doa , pengharapan
yang mungkin belum dijawab sampai hari ini? Mungkin ada yang tengah bergumul di
kehidupan keluarga, berjuang dengan kehidupan ekonomi atau relasi, tetapi janji
pembebasan dari Tuhan menjadi bagian dari iman kita. Ada sebuah lagu himne “Hai
Bangkit Bagi Yesus” (Stand Up, Stand Up
for Jesus, George James Webb, 1837) yang liriknya berbunyi, “Hai bangkit
bagi Yesus, pahlawan salibNya! Anjungkan panji Raja dan jangan menyerah” sebab
kita masih ada di dunia. Sukacita kebangkitan itu akan selalu memampukan kita untuk
hidup menjadi lebih baru. Kalau Kristus mau mentransformasi kehidupan kita maka
kita harus siap ditransformasi. Kalau Kristus mau mengubah hidup kita, maka
kita harus mau diubahkan sesuai dengan cara dan stragegi Tuhan. Sebagai
keluarga di tempat ini, kita boleh berjalan bersama dalam iman, kepercayaan
kita kepada Tuhan. Jangan hanya saat Paskah dan Jumat Agung tiap tahun hanya sebatas
perayaan saja, tetapi ambillah setiap pesan dan makna dari apa yang sampaikan kepada kita. Amin.