Ev. Lie Bing
Pendahuluan
Tema ini di gereja aliran protestan jarang dibahas. Padahal
kalau ditanya : apakah semua pernah mengalami luka batin? Terkadang di alam bawah
sadar, kita katakan bahwa kita tidak
pernah mengalami luka batin. Namun kenyataannya setiap orang pernah mengalami
luka batin baik itu luka yang mendalam atau tergores sedikit saja. Berbicara tentang luka batin, pria lebih jarang
mengikuti seminarnya. Namun kali ini peserta kelas Tiranus pria-nya cukup
banyak.
Efesus 4:31-32
Segala kepahitan,
kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu,
demikian pula segala kejahatan. Tetapi hendaklah
kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni,
sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.
Ibrani 12:14-15
Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa
kekudusan tidak seorang pun akan melihat Tuhan. Jagalah supaya jangan ada
seorang pun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar jangan tumbuh akar
yang pahit yang menimbulkan kerusuhan dan yang mencemarkan banyak orang.
Dikatakan segala kepahitan, kegeraman, kemarahan,
pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala
kejahatan. Hal ini bukan hanya terjadi
di luar lingkungan gereja tetapi banyak terjadi baik di lingkungan gereja dan
rumah tangga Kristen. Padahal Tuhan mau agar semua hal tersebut dibuang
jauh-jauh, sayangnya semua itu justru dekat dengan kita. Untuk mengatasinya, Tuhan
kasih memberi nasehat yaitu agar umat Kristen penuh kasih mesra dan saling
mengampuni. Nasehat firman Tuhan banyak dikaitkan dengan kasih. Unsur yang
tidak lepas dari kasih adalah mengampuni, padahal susah untuk mengampuni. Namun
dikatakan ‘sebagaimana Allah di dalam Yesus Kristus telah mengampuni kamu’ maka
tanpa Yesus Kristus tidak mungkin kita mengampuni
karena Tuhan memberi kuasa itu kepada kita. Tuhan minta agar kita hidup dalam
damai sejahtera dengan sesama kita. Ini terkait relasi dengan sesama. Tuhan
ingin kita punya kekudusan hidup. Ada penjagaan sikap yang waspada. Jangan
menjauhkan diri dari kasih karunia, tanpa kasih Allah tumbuh kepahitan dan
selanjutnya kerusuhan dan mencemarkan banyak orang.
Apa Luka Batin?
“inner” =
batin/pusat/inti. Jadi luka batin berarti keadaan batin/jiwa seseorang yang terluka / tidak
sehat. Luka berarti ada
goresan alias
kondisinya
tidak sehat. Seberapa dalam lukanya?
Istilah dalam
Alkitab
Amsal 27:9 ….
Tetapi penderitaan merobek jiwa.
Jiwanya hancur lebur (terobek)
Yes 61:1. Roh Tuhan
ALLAH ada padaku, oleh karena TUHAN telah mengurapi aku; Ia telah mengutus aku
untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara, dan merawat
orang-orang yang remuk hati, untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang
tawanan, dan kepada orang-orang yang terkurung kelepasan dari penjara,
Di dalam Alkitab tidak ada istilah luka batin.
Gambar diri yang
sehat
Dr. Maurice Wagne. Gambar diri yang sehat memiliki 3
konsep perasaan diri :
-
perasaan dimiliki,
-
perasaan berharga (pria yang kehilangan perasaan berharga akan mengalami ‘down’. Pria ingin ‘dipandang’ dan memiliki nilai),
-
perasaan mampu (bisa melakukan sesuatu yang berarti).
Kehilangan ini membuat orang mengalami krisis.
Penyebab Luka Batin
Goresan yang melukai batin seseorang, karena perbuatan
/ peristiwa terentu yang menggoncang & menyakitkan hati mencakup :
-
kehilangan (semakin dekat hubungannya, maka sakitnya lebih dalam.
Misalnya : seorang yang ditinggalkan pasangan hidup, anggota keluarga yang
dikasihi)
-
ketidakadilan (ketika mengalami ketidakadilan seringkali juga
menimbulkan goresan luka ini)
-
pengkhianatan (misal : diselingkuhi, rumah tangga goncang dan
diambang perceraian maka muncul ledakan kemarahan di dalam dirinya semakin
sulit mengampuni dan memiliki kasih yang mula-mula),
-
kemarahan,
-
penolakan,
-
perasaan bersalah
saya pernah berada di bagian ini. Papa saya menderita sakit selama 9 tahun sebelum
meninggal
dan bukan
saya penyebab sakitnya.
Papa mengalami
sakit
stroke. Saat
itu saya
merasa seolah tidak
berdaya / mampu. Waktu papa sakit, saya masih sekolah SD. Waktu saya SMP , sakit papa tidak juga sembuh-sembuh dan untuk mendapat pengobatan yang layak
tidak ada. Sebagai anak,
saya masuk ke dalam perasaan bersalah yang kuat apalagi mama saya
-
traumatis (peristiwa yang menyebabkan traumatis). .
Kita perlu menyelidiki, apakah ada goresan yang kita
alami di masa hidup kita.
Dosa
Di Alkitab terdapat banyak hal yang menyebabkan timbulnya dosa seperti : pikiran jahat,
percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan,
kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan , kebebalan, penyembahan
berhala, homoseks, kikir, penipu, pemabuk, pemfitnah, perseteruan, perselisihan, kepentingan diri
sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, dusta , amarah, perkataan kotor , kepahitan, kegeraman, pertikaian, nafsu jahat, kenajisan.
(Mrk 7:20-22; 1 Kor 6:9-10; Gal. 5:19-21; Ef 4:25-31; Kol 3:5,8-9)
Lingkaran Pohon
Lingkaran pohon memperlihatkan sejarah pertumbuhan
pohon itu tahun demi tahun yang merekam hidup kita. Rekaman itu mempengaruhi
konsep, perasaan, relasi kita secara mendalam. Pertanyaan: Ingatlah rekaman
masa lampau yang membuat anda terluka atau sedih. Contoh : Sakit ganas,
tersambar halilintar, curah hujan tinggi, kebakaran, kekeringan, pertumbuhan
normal.
David menulis buku penyembuhan luka batin. Perjalanan
hidup kita tidak selalu berjalan lurus dan normal. Tetapi ada ada tandanya. Ini
menimbulkan guratan-guratan. Apakah di masa hidup kita dari kecil sampai
sekarang apakah hidup kita oke saja atau mengalami krisis yang menimbulkan
goresan dalam hati kita. Saya menyadari hal tersebut banyak terjadi di masa kecil ,
masa di mana saya mengalami banyak luka. Tiap bagian punya kisah
sendiri. Kita semua mengalami perjalanan yang tidak mudah.
Tindakan Kekerasan
1.
Kekerasan fisik.
Walaupun pemerintah sudah mengatur tindakan
kekerasan dalam rumah tangga tapi tetap saja ada pelanggaran.
2.
Kekerasan emosi.
Sekarang ada banyak kata yang terucap dengan vulgar dan menyampaikannya lewat sosmed : fitnah
3.
Kekerasan seksual.
Sekarang makin hari semakin
brutal. Orang makin berani melakukan kekerasan seksual.
4.
Kekerasan penelantaran.
Saya berasal dari Jawa Timur , ketika
sampai Jakarta saya melihat ritme kehidupan di Jakarta di mana kebanyakan suami-istri
bekerja. Hal
ini menyebabkan seringkali anak-anak yang jadi korban penelantaran. Ini tidak bisa
dihindari karena factor ekonomi dll.
5.
Kekerasan ringan.
Misal : tidak dihargai /
dihormati.
6.
Kekerasan rohani.
Terkadang hal ini terselubung.
Misal : adanya tuntutan berlebihan. Katanya disuruh hidup kudus, mengejar
kekudusan lalu memberi tuntutan berlebihan terhadap hal-hal rohani atau
menafsirkan firman Tuhan secara tidak benar. Misal : hai suami kasihilah
istrimu . ini dipakai untuk menjatuhkan sesamanya.
Akibat Luka Batin
1. Gangguan fisik :
kepala pusing, jantung berdebar, gemetaran (ketemu orang setipe), stroke dll.
Saya punya paman yang paling kecil. Walau begitu, dia keras sekali didikannya seperti militer. Saya mengalami kekerasan saat kecil. Walaupun paman saya belum
ngomong , dengan
melihatnya saja sepertinya
kita mau ditelan. Pertama kali berhadapan dengannya saya merasa takut. Waktu kecil paman saya
punya aturan tidak boleh menatap mata orang tua. Setiap kali mendengar suaranya
saya ingin berlari. Ini berdampak pada diri kita.
2. Gangguan pikiran : sulit konsentrasi, berpikir
negative, cara pandang yang salah terhadap Tuhan, diri dan sesama. Kalau
peristiwa menggores batin kita mempengaruhi cara pandang kita terhadap Tuhan,
diri sendiri dan orang lain. Kita negative thinking terhadap orang lain.
Sepertinya orang itu tidak ada yang benar. Atau kita menghakimi diri kita. Saya
dulu sempat marah dengan Tuhan (menyalahkan Tuhan). Papa saya seorang figure yang baik. Dari 13
bersaudara, papa anak tertua. Ia tulang punggung keluarga. Ketika ia stroke, ia
collapse secara bertahap. Ia tidak
bisa bekerja dan menjadi kurang dihargai keluarganya. Saya sempat marah ke Tuhan, ketika membawa
papa berobat tetapi tidak mendapat hasil. Saya saat itu belum benar-benar menjadi orang Kristen. Dari kecil
walau
keluarga besar Muslim, tapi di KTP saya ditulis Kristen. Dari kecil walau tidak mengeri jadi Kristen
seperti apa, dapat KTP Kristen. Ini bagian yang waktu kecil yang saya tidak mengerti
. Tetapi perjalanan hidup yang berat membuat saya bertanya apakah benar Tuhan
itu ada. Selama beberapa waktu hal itu mengganggu. Membuat saya terlalu
mempersalahkan Tuhan. Mana buktinya Tuhan itu ada?
3. Gangguan emosi : sedih,
takut, marah belebihan.
4. Gangguan psikologis
: stress, depresi dll. Suatu kali ada orang yang saya layani. Ia punya 2 anak.
Bukan saja dia stress tapi juga sisofrens. Dulu keluarga berada dan kemudian
bangkrut. Peristiwa terjadi satu per satu. Hal ini pada kedua anaknya mengalami
goncangan yang hebat. Itu sangat melukai. Kadang orang yang putus pacar (dikhianati), rumah tangga yang
mengalami retakan hubungan membuat terjadi hal yang tidak diharapkan.
5. Gangguan perilaku :
dendam, kasar, menyakiti diri, sulit percaya pada orang lain, kecanduan dll.
Kecanduan adalah
bentuk
pelarian diri. Contoh di dalam Alkitab : Kain membunuh Habel.
6. Gangguan seksual :
gairah menurun, sulit membangun keintiman. Contoh : suami istri yang kasihnya sudah
hambar, sehingga tidak ada gairah lagi untuk menikmati pernikahan.
7. Gangguan social :
menarik diri, sulit bersosialisasi. Karena relasi nya rusak dan koyak.
8. Gangguan rohani :
relasi dengan Tuhan terganggu. Malas berdoa, bersekutu dalam Tuhan, malas bersaat
teduh. Ini menggangu hubungan kita dengan Tuhan dan sesama.
Luka batin terkait dengan kehilangan seperti ditinggal
mati keluarga, pasangan, dipecat dengan tidak hormat, kehilangan figure tertentu yang
diidolakan dan tiba-tiba melukai kita. Kehilangan itu menjadi penyebab luka batin. Secara
psikologis, kehilangan itu stress nya 100%. Apalagi bila hubungannya semakin
baik dan dekat akan semakin melukai. Cara pengobatannya : ada orang yang
menyangkali atau ditekan dalam alam bawah sadar. Sebetulnya ia tidak
mengeluarkan. Bagian ‘mengeluarkan’ ini penting.
Pengkhianatan : maka mulai memilih untuk berpisah atau
memperbaiki relasi. Ketika terjadi pengkhianatan, maka hilang relasi dan tidak bisa dekat
seperti itu. Ada kadarnya sendiri-sendiri.
Apakah Tuhan bisa merasakan luka batin terhadap
manusia?
Bisa,
namun Tuhan
itu luar biasa. Hubungan dan perilaku kita terhadap Tuhan, kadarnya sangat
jauh. Tuhan memberi kita kasih yang tanpa syarat walaupun kita rusak , bobrok
dan jahat, Tuhan mengasihi kita apa adanya. Waktu manusia jatuh dalam dosa, Tuhan
sangat bersedih dan berduka. Tuhan menangis. Ketika kita gagal dalam ketundukan
kita taat pada Tuhan, Tuhan mengalami hal itu. Tuhan terluka saat anak nya
tidak mengasihiNya. Namun pintu maaf Tuhan terbuka lebar-lebar.
Ilustrasi gambar Tuhan memeluk anak sangat baik. Orang
banyak yang gagal, Tuhan memberikan pengampunan yang tak terbatas. Daud dikasihi Tuhan.
Ia orang pilihan Tuhan. Ia punya hati yang luar biasa. Saat ia jatuh, Tuhan
bersedih. Tuhan bisa marah dan Duad ditegur melalui nabi Natan. Walaupun saat
ditegur ia tidak merasakan. Ada konsekuensi terhadap dosanya. Menariknya Daud
mengalami pemulihan. Ia dipakai Tuhan walaupun gagal.
Tuhan tidak menginginkan anak-anaknya jatuh dalam luka
batin yang jadi pusaran. Kalau akibatnya sedemikian hebat dan meruntuhkan kita,
apakah kita mau dipulihkan?
Mengelola diri
Ketika Mengalami Luka Batin
1.
Mengenal (I am…)
Apakah kita bisa mengenal dengan baik tentang
kelebihan dan kekurangan sendiri? Apakah kita mengenal area di dalam diri kita
yang sensitive?
Misal :
Ada yang area sensitif berupa suka moody dan berusaha
mengontrol diri agar tidak mudah tersinggung (tidak senang dengan cara
berbicara seseorang). Karena kalau gampang tersinggung maka orang lain juga
bisa begitu. Yang penting bagaimana melihat orang lain.
Atau area sensitive saya : kalau mendengar kata-kata kasar dan
teriak-teriak. Saat mendengarnya telinga saya tidak tahan.
Kalau kita tahu area kelemahan kita, maka kita boleh
pasang rambu-rambu di area itu. Contoh : telinga tidak tahan dengan kata-kata
kasar. Kalau saya mendengar itu, saya menenangkan diri, menjaga jarak sehingga
lawan bicara saya berkata-kata dengan tenang daripada saya tidak tahan , bereaksi dan
membalas.
Saya dengan nenek dari pihak papa, omongannya selalu tentang sekolah saya. Saat itu papa saya kurang
uang dan pinjam dari nenek. Waktu saya ke rumah nenek, secara tidak langsung ia mulai
menyinggungnya sehingga membuat hati saya terluka. Tetapi pada kunjungan berikutnya saya lupa, namun kalau disinggung lagi jadi teringat kembali. Jadi kita perlu benar-benar tahu
area hidup kita yang rentan.
John Calvin : Knowing
yourself begins with knowing God. (Kenal Allah – Kenal Diri – Tahu Diri)
Pengenalan diri kita dimulai dari pengenalan Allah.
Ini menjadi bagian yang sentral. Cara mengenal diri dengan mengenal Allah. Kita
tidak mampu mengenal diri dengan baik sebagaimana Allah mengenal diri kita.
Sehingga kalau kita mengenal Allah menolong kita mengenal diri sendiri dari
sudut pandang Allah dan kita tahu menempatkan diri kita.
Kenali :
-
Reaksi Tubuh, mengenal reaksi tubuh penting.
Contoh : suatu kali saya waktu kuliah di SAAT ada
dosen bernama Ibu Vivian yang meminta siswa yang bersedia menjadi seorang volunteer pada salah satu acara tentang pendekatan
konseling. Saya pun mengajukan
diri. Namun waktu masuk di sesi
itu, tiba-tiba ingatan saya terklik dengan area sensitive saya. Padahal beliau
hanya menggunakan dua jarinya untuk membuat suara klik-klik dengan ujung jarinya. Itu
mengingatkan saya pada masa lalu di mana paman saya yang mau solat selalu memakai bakiak yang
berbunyi
saat dipakai. Paman saya orang yang melukai saya. Waktu itu pikiran saya ke sana dan
tiba-tiba saya menangis. Waktu kecil saya sering ketakutan dengan paman saya.
Di suatu ruangan, ia wudu, saat berpas-pasan dengan saya ia suka berteriak, “Sana! Jangan dekat-dekat! Najis!” Rupanya bunyi jentikan jari Ibu Vivian membuat saya
teringat kisah itu. Walaupun paman saya sekarang sudah meninggal, tapi sekarang kalau berhadapan dengan orang yang memiliki otoritas yang
mirip, maka seolah saya bertemu dengan orang yang sama (paman saya). Maka kita perlu berhati-hati
dengan area sensitive kita.
-
Perilaku. Saat mood tidak baik, maka lihat bagian diri
sendiri dan orang lain. Dalam perilaku, kita perlu melihat perilaku kita dan
orang lain. Misal : apakah pernah ada gesekan di rumah? Contoh lain : biasanya saat bertemu
disambut hangat, tapi kemudian berubah (membuang muka). Atau di gereja , kita
susah dekat dengan orang lain (malas bicara dengan saudara seiman).
-
Sikap.
-
Pikiran. Bagaimana pikiran dikontrol atau tidak larut
dan tidak blunder di area sensitive itu atau kita tidak jatuh dalam pikiran
menghakimi orang lain.
-
Emosi.
Apakah kita boleh
marah? Kita boleh menyampaikan emosi. Tetapi kita perlu mengenali emosi . Ukur
diri kita. Sampaikan ketidaksetujuan, kemarahan dengan kata-kata yang santun.
Ini perlu latihan.
Tanda fisiologis
Luka batin mempengaruhi psikis. Emosi, denyutan lebih
kencang. Apakah rapat nadanya slow atau nada naik turun? Pasti ada perbedaan
pendapat.
Ada bos yang kalau marah akan mudah terlihat karena ekspresif. Begitu
marah mukanya berubah merah seperti tomat. Walau saya tidak dimarahi, saya merasa kasihan dengannya. Terkadang ia
curhat kepada
saya.
Kalau sedang lepas kendali, ada bagian yang membuat orang tidak tahan.
Contoh tanda fisiologis :
-
Sakit kepala
-
Kepala berputar / akan meledak
-
Otot mengencang / tegang
-
Denyut jantung meningkat
Area Kerentanan
& Faktor Pemicu
-
Penglihatan.
Saat melihat orang
yang tidak kita sukai, maka secara reaksi muka dipalingkan saja. Misal : saya
ada konflik dengan rekan hamba Tuhan. Lalu ada konflik dan merasa tidak kenal.
Mata tiba-tiba menghindar. Lebih baik tidak ketemu. Daripada buat dosa lebih
baik menghindar? Apakah kita kelemahannya seperti ini? Laki-laki lemah di
penglihatan.
-
Emosi. Pria spontanitas sering keluar.
-
Perasaan. Area saya sensitive di kata-kata. Perempuan
lemah di perasaan.
-
Kata-kata. Perempuan juga lemah di mulut.
-
Suara. Saya tidak tahan dengan orang yang suaranya
kencang-kencang. Beruntung kemarahan bos saya tidak ke saya. Saat dia marah,
saya masuk ke ruangan lain agar tidak terlalu kencang kedengarannya sehingga
suaranya teredam. Itu cukup menolong saya sebelum saya bisa mendinginkan
suasana.
-
Bau. Kadang bau berpengaruh, khususnya di luka-luka terkait
pelecehan.
-
Memori. Saya kuat mengingat. Bila ada yang mengganggu,
saya doakan. Saya minta agar Tuhan membebaskan.
-
Situasi.
Apakah kita rentan
terhadap pemicu tersebut? Untuk peristiwa negative sepertinya susah dihapus. Kita
perlu tahu area kerentanan kita.
2.
Menerima
Mazmur 26:2 Ujilah aku, ya TUHAN,
dan cobalah aku; selidikilah batinku dan hatiku,
Luka secara fisik mudah
dilihat missal :di tangan, kaki, tubuh kita. Tetapi luka di hati tidak terlihat
walau bisa terasa. Masalahnya : apakah kita mau jujur? Orang bisa melihat dari
perilaku dengan cara mengamati. Tuhan sanggup melihat kondisi kita, karena di
hadapan Tuhan tidak ada yang terselebung (terang benderang). Jadi kita harus
jujur melihat diri kita di hadapan Tuhan. Pengakuan kita itu penting. Mengakui
bahwa kita terpengaruh dengan goresan luka itu, misal : memori ingatan masa
lalu yang menyakitkan. Kita mengakui walau sebagai anak
Tuhan (orang Kristen) kita tidak kebal dengan luka batin. Kita sangat rentan.
Apakah kita boleh benar-benar mengakui dan
membawanya kepada Tuhan? Kalau tidak jujur, maka konfliknya semakin besar.
Semakin menyangkali maka konfliknya semakin besar. Misalnya saat ditanya , kamu
marah ya? Dijawab : tidak marah dengan nada tinggi. Kita bisa memakai topeng. Walaupun
topengnya semakin tidak terlihat, tetapi
kita tidak bisa menyangkal diri
sendiri. Sebetulnya aku gemas dll. Kalau boleh jujur, apakah kita berani
mengekspresikan marah kita dengan cara yang sehat. Misalnya : sakit waktu kamu
ngomong begitu, aku tersinggung kamu ngomong seperti itu. Kamu jahat.
Kebanyakan emosi nya marah
(tergantung kadar marahnya). Emosi negative lainnya : benci dan dendam. Saya
termasuk orang yang suka diam kalau sedang
marah. Saya susah mengekspresikan
diri kalau marah dengan kata-kata. Kebanyakan saya menangis , itu tanda sedang
memendam perasaan. Latar belakang waktu kecil saya adalah
pola tradisional dulu. Anak menangis pasti ada sesuatu yang ingin
dia komunikasikan. Apalagi bertemu dengan paman saya yang temperamen seperti
itu. Apalagi gaya keraton yang berkata ‘inggih’
saat dimarahi. Saya sulit mengekspresikan
ketidaksetujuan. Singkat cerita, untuk mengekspresikannya butuh latihan yang
menguras energi. Ketika saya memutuskan masuk MK
SAAT (untuk konseling). Saat marah saya ekspresikan kebanyakan
dengan menangis atau berkata
paman saya jahat. Suatu kali papa saya sakit.
Saat itu saya menangis karena ada pesan dari papa yang sudah menerima
Kristus. Paman saya melukai saya kembali dengan berulang-ulang. Digores terus
menerus. Belum sembuh sudah digores lagi. Saat
papa percaya Kristus , ia tetap
tinggal di rumah dengan 7 anggota keluarga lainnya
yang muslim.
Papa saya waktu sakit, paman
saya sholat dan berdoa di telinga papa. Saya melihatnya dengan jengkel tapi
tidak bisa menerima. Saat itu saya dalam pertobatan awal.
Setiap dikunjungi paman, saya malah tidak senang (marah).
Tapi saya tidak frontal dengan paman saya walau saya sambut dan persilahkan dia
masuk. Kondisi papa saya kemudian kritis dan
paman melakukan hal-hal yang aneh. Tahun itu 1998 dan ada banyak
isu SARA. Paman saya mengancam hamba Tuhan dari gereja saya yang mengunjungi
papa. Tindakannya membuat hati saya hancur.
Setelah papa meninggal, beberapa paman saya ingin
penguburan dilakukan secara muslim yakni dengan
cara dipocong. Saya dipanggil dan dikatakan, “Lie
Bing kamu tahu keadaannya seperti apa?” Reaksi tubuh
saya sepertinya mendidih dan mau meletus. Mereka bertanya , “Menurut
kamu bagaimana?” Dalam keadaan
tertekan, saya katakan, “Acek, kan tadi Tanya ke saya” Ada 3 paman yang ajak
bicara. “Saya secara anak ingin agar papa
dikuburkan secara Kristen” Langsung paman saya marah besar. “Kamu keponakan
macam apa ya? Kalau lelaki, sudah saya gampar “ Hati saya antara takut dan
marah. Saya tiba-tiba marah untuk pertama kali
dan berseru, “Tadi kan acek
bertanya kepada saya!”
Saya seperti kehilangan kendali. Saya menjawab apa yang saya ingin. Karena saya
merasa sebelum papa anval ia sudah menerima
Kristus. Paman saya tidak tahu dan pikir papa masih muslim.
Saya berkata lagi,”Saya tidak peduli apakah
papa saya dikubur, dipocong, dibakar lalu
dihanyutkan. Saya tidak peduli. Tetapi jangan larang saya berdoa. Nanti kalau
sudah selesai, saya tidak peduli. Tetapi sekarang jangan larang saya sesuai
iman saya.” Itu benar-benar diluar batas
kemampuan saya. Saya minta Tuhan untuk mengatakan iman saya walau saya sudah
marah. Buat saya mengatakan jasad mau diapakan terserah itu sudah kasar.
Waktu papa saya meninggal,
dipocong. Saya menangis. Jadi awal paman saya datang berkunjung dan ingin
memperhatikan kokonya, saya tetap kehilangan kemampuan untuk respek kepada paman.
Waktu dibongkar, saya berusaha menekan kemarahan dan berkata dalam
hati,”Tuhan saya tidak mau marah tapi mau mengasihi.”
Saya sulit menerima. Mengapa saya harus mengasihi? Mereka membuat ini-itu yang
tidak sesuai dengan keinginan saya. Saya diperlakukan tidak
adil. Kemarahan itu susah diungkapkan. Ketika saya berani dan belajar untuk
lebih jujur terhadap diri sendiri, kadang kemarahan saya bentuknya tangisan dan
sulit disampaikan dalam bentuk kata-kata. Ada yang diam tapi sebetulnya marah.
Kita perlu ekspresikan marah dengan santun. Dalam prosesnya, saya melihat di
bagian marah itu mulai menyampaikan kepada siapa saya marah. Supaya konflik di
batin tidak membuat kita tertekan. Mengapa Tuhan mengajar kita boleh
menerima kemarahan? Waktu saya diproses. Kita punya area
kerapuhan sehingga bagaimana kita bisa membingkainya. Saat memberi perhatian
pada diri kita, bukan kepada kita saja tetapi juga kepada
orang lain. Kita perlu merawat diri kita yang terluka. Ada berapa kasus,
pengampunan tidak selalu berakhir dengan rekonsiliasi. Terutama pada kasus di
mana terjadi penganiayaan. Ada keluarga yang mengalami kekerasan dalam rumah
tangga dan melukai pasangan dengan ancaman mau membunuh dan tindakan kekerasan.
Untuk melindungi diri juga penting. Tidak hanya menerima diri saja.
Kita harus menerima bahwa ,”Saya terpengaruh”, “Saya
tidak kebal “, “Memberi perhatian pada diri” atau
“It’s Ok not to be OK”. Pernah
kita katakan “It’s OK to be angry”?.
Tidak ada aku merasa sedih dan orang lain menolak
aku. Bagian ini sebenarnya realitanya kita tertolak dan marah besar.
Selidikilah batinku dan hatiku. Tuhan ada konselor kita yang mampu
menolong setiap kita apapun problem kita. Kita bawa sungguh-sungguh di hadapan Tuhan.
Ini penting sekali.
Gambar layar ada titik hitam.
Suatu kali pernah datang konseling sebelum
sekolah di SAAT. Saya dikasih kertas dengan yatitik
balpoin. Ada tinta di kertas itu. Waktu ditanya lihat apa di kertas itu? Saya menjawab, “Saya
lihat ada titik hitam.” Lalu ditanya
kembali,”Coba lihat lagi, ada apa di situ?”
Saya berkata, “kertas putih dengan titik hitam.” Kembali
saya ditanya,”Coba perhatikan lagi, apa yang kamu lihat?” Waktu
itu ada yang menarik. Ada kertas putih dan titik hitam. Tetapi sebenarnya kamu
bisa menggambarkan, melukiskan, kertas putih ini dengan gambar-gambar yang
indah di dalamnya.
Waktu pulang, saya ditanya mama, “Dapat
apa di konseling?” Saya katakan,”Dapat kertas
putih dengan titik hitam!” Hamba Tuhan
tersebut mengatakan, “Saya terlalu fokus pada masa lalu yang
gelap , pahit dan melukai. Tetapi belum bisa melihat untuk bisa menggoreskan
pena saya untuk hal-hal yang indah.” Jadi pulang
saya coba memaknai bagian yang tidak indah itu untuk mengisinya dengan hal yang
indah.
Yang gelap itu tidak menganggu hidup saya, dan
saya mulai menjalani hidup saya dengan warna-warna yang indah. Ini membawa saya
ke hal yang saya kerjakan dan lakukan. Kalau kita hanya fokus ke titik hitam
tersebut, kita lama-lama melihat titik tersebut makin membesar seperti
lingkaran setan dan lama-lama membuat kita terperangkap. Saya sebenarnya agak penakut.
Waktu masuk ke tempat taman bermain (waterboom)
ada black hole. Saya ingin mencoba
permainan itu. Saya waktu masuk seperti pengap. Waktu itu saya
teriak. Sepertinya tidak sampai-sampai. Waktu keluar baru terasa beda. Saya
mencoba dengan keponakan saya yang masih SMP. Dia
berkata, “Ayo a-yi,
asyik!” Jadi saya pun mencobanya. Waktu
masuk gelap sekali sehingga saya berteriak dan
ingin cepat keluar dan begitu keluar mulai bisa bernapas lega. Kita tidak mau
terperangkap dalam black hole. Kita bebas
membawa nya untuk lepas dari ikatan masa lalu kita.
3.
Mengalami
Kesembuhan (recovery)
Yer
17:14 Sembuhkanlah aku, ya TUHAN, maka aku
akan sembuh; selamatkanlah aku, maka aku akan selamat, sebab Engkaulah
kepujianku!
Yeremia
30:17 Sebab
Aku akan mendatangkan kesembuhan bagimu, Aku akan mengobati luka-lukamu,
demikianlah firman TUHAN, sebab mereka telah menyebutkan engkau: orang buangan,
yakni sisa yang tiada seorang pun menanyakannya.
Ini teriakan saat bangsa Israel di masa
pembuangan. Yang bisa menyembuhkan dan menyelematkan adalah Tuhan. Tuhan akan
mengobati luka-lukamu. Apakah kita
pernah meneriakkan kata-kata ini? Siapa yang kita cari saat kita kesulitan dan
tidak berdaya? Seringkali kita mencari cara-cara
kita sendiri.
Maz 51:12 Jadikanlah hatiku
tahir, ya Allah , dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh!
Maz 147:3 Ia menyembuhkan
orang-orang yang patah hati dan
membalut luka-luka mereka
Prinsip Alkitabiah
David A. Seamands & Beth
Funk
1. - Hadapi masalah dengan jujur
(Yak 5:16 Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan,
supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat
besar kuasanya.). Ketika Tuhan mengutus nabi Natan untuk menegur
Daud, awalnya Daud tidak mengerti tetapi Tuhan
mengenal Daud (lihat 2 Samuel 12). Kita
menyayangkan kejadian ini pada Daud yang lemah lembut. Tetapi Alkitab memberitakan
dengan gambling bagian ini. Daud yang di mata kita sudah oke dalam proses
perjalanan, mengapa ada bagian kegagalannya? Ia
juga seorang manusia biasa. Ia tidak kebal terhadap dosa, walaupun ia orang
yang dekat dan diurapi Tuhan, tetapi ia mengalami kegagalan. Alkitab
memberi gambaran bagaimana Daud mau dipulihkan Tuhan dari dosa-dosanya. Kata
jujur penting. Daud membutuhkan untuk disucikan dari dosa-dosanya, walaupuna ia
menerima konsekuensi. Ini bagian agar kita menerima
tanggung jawab kita. Kalau kita berseru dan mau jujur , apa andil kita dalam
konflik? Baik dengan keluarga
, saudara seiman, sahabat kita, apakah kita punya tanggung jawab kita?
Nabi Natan datang ke Raja Daud dan menegur.
Daud seorang Raja dan punya kuasa. Ketika dibongkar dosa-dosanya, Daud dengan
jujur mau mengakui. Ia tidak marah ke Nabi Natan. Ia
menyesali, berduka atas dosa-dosanya dan menerima tanggung jawabnya.
2. - Terimalah tanggung jawab Anda (Mat
25:21).
Kalau
sulit menerima, maka kita tidak merasa butuh. Alkitab beberapa
kali mencatat berapa kali Tuhan bertanya, “Apakah
engkau mau sembuh?”
Ini undangan Tuhan. Maukah kita sembuh dari luka batin kita?
3.
Tanyakan pada diri : “Apakah Anda
ingin disembuhkan” (Yoh 5:6)
4. - Ampuni semua orang yang terlibat
dalam masalah Anda (Mat 6:12). Karena kita mengambil bagian atas kesalahan
kita. Maafkan saya karena ada kesalahan. Mungkin kita ada peran di situ, apakah
kita berani mengambil tanggung jawab dan meminta maaf? Meminta maaf belum tentu
salah.
5. - Ampuni diri Anda (1 Yoh 1:9)
6. - Mintalah Roh Kudus memperlihatkan
kepada Anda problem Anda yang sesungguhnya dan bagaimana harus berdoa (Rm
8:26-27). Hanya Roh Kudus yang sanggup memulihkan hati kita.
Mengalami kesembuhan
- - Dialog internal. Kalau ada
pertikaian, kita bisa bicara dari hati ke hati. Kalau tidak sanggup baru minta
orang lain untuk mediasi.
- - Memonitor diri
- - Mengambil tanggung jawab
-
Memulihkan rasa aman dan mampu
memegang kendali atas hidup saya. Apalagi saat kita sering disakiti, ditindas,
diperlakukan tidak adil, kasih diri tempat agar bisa pulih. Kalau terus
perilakunya, bagaimana bisa memegang kendali? Kadang kita bisa gagal. Mungkin
tidak instan. Waktu luka, dikasih obat dan dibalut, apakah sudah lebih baik?
Kita butuh waktu untuk proses itu. Formula untuk menjadi menang dan aktif,
bolehkah cari kesenangan yang mendukung kita? Luka batin kita hilangkan
kebahagiaan. Sehingga kita mengupayakan menjadi bahagia dan aktif. Ingatan itu
akan datang ketika kita bengong dan melamun, tidak ada kerjaan.
- - Membangun kembali batasan
- - Latihan
- - Memulihkan tujuan dan arah
- - Menjadi senang dan aktif
- - Nilai dan perhatian saya
Pendekatan spiritual
- - Berdoa
- - Baca Alkitab. Hati yang gembira
adalah obat. Ini bicara saat kita mengalami kesulitan.
-
Menulis jurnal. Waktu kita mengenali
dan menganalisa, dalam proses konseling waktu menggali klien, biasanya
menceritakan problemnya. Waktu punya masalah seperti benang ruwet. Jurnal
penting dituliskan, ini area tentang aku. Aku terpicu ketika bisa membawa
orang sadar. Kita boleh menolong diri kita untuk melakukan
pertumbuhan-pertumbuhan.
- - Support group / KTB
Ini
membantu pertumbuhan kita. Di film di Barat sering ada. Sekarang di sini ada
kelompok untuk menolong orang yang kecanduan. Dipolakan ada support group. Ada
yang kecanduan gadget, pornografi dll. Di support group, ada teman yang menjadi
support . Teman ini akuntabiltas kita.
Ketika
ada orang mengalami kejatuhan seks
sebelum menikah, ia mengatakan ia butuh seseorang untuk menolong agar bisa
terus disupport saat didesak. Ada orang yang terus mengingatkan. Saya sendiri
diproses di SAAT. Ada orang yang disediakan untuk menolong kita. Alangkah baik
kalau saudara seiman. Saat jatuh ada yang mendoakan dan menolong kita bangkit.
- - Mentoring. Sampai sekarang ada bapak
, ibu (dosen) yang mentoring.
- - Konseling. Image nya seringkai
negative. Konseling karena ada masalah. Jangan sampai sudah UGD baru mau
datang. Sangat baik untuk preventif dibanding kuratif.
Lakukan Aktivitas
-
Olah raga
-
Kelola pikiran
-
Kelola emosi. Jangan sampai emosi
negative ibarat ber-ton sampah yang tidak pernah dibuang
jadi penuh sehingga harus dikelola emosi kita. Maukah kita membuangnya? Hingga
kita punya emosi yang sehat Walaupun kita punya luka batin dan tidur nyenyak.
Ada orang yang sampai tidak bisa tidur. Suatu kali ada orang yang tidak bisa
tidur waktu ditanya karena teringat seseorang yang membuatnya marah dan
membuatnya mimpi buruk. Kita perlu refreshing yang cukup.
Setiap
orang punya kisah. Dukanya keluarga A Hok , banyak yang susah move on. Ada yang sangat dekat dengan
kita, ketika keluarga kita terluka bagaimana dengan kita? Ada yang ikut
terluka? Kita ikut merasa sedih. Waktu masa-masa ketegangan itu, seperti apa
keluarganya (sebelum dipenjarakan). Situasi Jakarta seperti apa? Buat saya
miris. Apalagi ketika tahu harus dipenjarakan. Veronica Tan dan anak-anaknya
pasti terluka. Melihat sosok yang tegar menerima keputusan walau tidak adil,
tapi mau menjalaninya. Tentunya kalau bisa melihat tentu Tuhan terus bekerja
untuk keluarga ini bisa menjalani kehidupannya walau di tengah luka batin yang
hebat.
-
Istirahat yang cukup
-
Rekreasi.
QA
1. Apakah
luka batin bisa sembuh?
Luka
batin bisa sembuh. Yang bisa memulihkan adalah Tuhan dan yang memberi
kesembuhan adalah Tuhan. Kita punya tanggung jawab. Kita tetap perlu memberi batasan
kepada orang yang punya niatan untuk melukai kita. Ada
suami istri yang istrinya mengalami KDRT dan suaminya selingkuh. Ia mengalami
nya. Sulit mengasihi. Mereka masih tinggal serumah walau suami punya WIL. Istrinya
mau mengampuni tapi terluka lagi. Posisi belum bercerai dan orang
berusaha, kita kasih pintu dan pagar. Yang mau masuk harus minta ijin tapi ada
orang yang tidak minta ijin untuk masuk. Jadi tetap kita perlu pasang boundaries. Maka perlu sikap tegas dari
kita sendiri untuk menyampaikan perasaan kita untuk batasan yang dibangun.
Untuk istri tersebut perlu dengan tegas menyampaikan atau membatasi agar
konflik tidak meninggi. Ada hal yang harus dilindungi. Kalau istri membalas dan
memicu untuk orang lain terluka. Kita ada upaya membangun batasan dan meminta
orang lain menghargai itu. Kalau perlu melaporkan kepada pihak-pihak terkait
seperti polisi untuk minta perlindungan. Prosesnya bisa melelahkan. Walaupun
sulit. Banyak tangisan dan air mata tetapi tetap punya alasan untuk orang
terluka.
2.
Janin dalam kandungan , apakah bisa
terluka / tertolak?
BIsa.
Karena janin sudah punya kehidupan. Maka ada seorang ibu
dan orang tua yang mengajak bicara bayi dalam
kandungan. Ia bisa merasakan, walau waktu lahir tidak bisa
bicara tetapi menangis. Ada yang bisa kita lihat, untuk anak yang mengalami
penolakan. Di salah satu pondok di Surabaya, ada anak yang akan diaborsi orang
tuanya, yayasan ini menampung bayi ini. Saya melayani anak yang SMP dan SMA
masih muda sudah berbadan dua. Mereka bingung antara menggugurkan kandungan , merawat
sendiri atau dititipi di panti. Akhirnya anak yang dititipi di sana dan punya
orang tua asuh, tempat box bayi diberi ayat Tuhan “karena
engkau berharga di mataKu”. Waktu di
gendong yang satu, yang lain menangis. Sebetulnya mereka bisa merasakan, apakah
mereka dikasihi dan disayang atau tidak, sekalipun janin bisa merasakan. Ada
juga anak yang terluka , anak adopsi yang baru tahu setelah ia anak SMP 3. Ia
sangat marah besar padahal orang tua asuhnya sangat sayang dia. Penolakan itu
menjadi area yang rentan, dia merasa tidak dikasihi, terbuang dan tertolak. 3
area yang penting dan sangat mendasar. Ini satu hal yang kosong. Ini jadi area
yang sensitive. Ia merasa penolakan itu menyakitkan. Tapi perlu dibantu. Di
dunia Barat, anak adopsi dari kecil dikatakan,”Kamu
diadopsi tetapi papa mama sayang
kamu.” Dosen saya juga mengangkat anak perempuan dan ia
melakukannya untuk menolong anak ini menerima kenyataannya. Ia harus tahu papa
mama mengasihi sehingga konflik batinnya tidak sampai besar. Ada anak
adopsi yang wajahnya Arab sedang yang
mengadopsinya Chinese sehingga temannya bercanda
dengan kelewatan dan mengatai anak tersebut sebagai anak
pungut. Ia mendengar dari tetangganya dan ia lihat.
Mengapa mama-papa sipit dan ia beda mukanya. Area
sensitive itu harus dikenali dan kita belajar
mengenali. Agar area itu Tuhan bisa tolong dan tidak mengganggu area
hidup yang lain.
3. Bagaimana
dengan anak yang berada dalam konflik rumah tangga terus menerus antara mama
dan papanya? Apakah perlu dikeluarkan dari kondisi itu?
Suami
istri saat bertengkar akan lebih baik konflik tidak di hadapan
anak-anak. Papa mama saya sering bertengkar gara-gara agama. Mama saya tidak
mau jadi muslim dan tetap Budha.
Mama saya tidak paksa anak-anaknya menjadi pengikut
Budha. Jadi keluarga kita Bhineka Tunggal Ika, koko Katolik, saya
Kristen, mama Budha dan papa muslim. Yang miris, papa didesak keluarga besarnya
untuk menikah lagi karena muslim bisa menikah lebih dari satu. Dan itu didengar
oleh anak-anak. Jadi keluarga dipenuhi pertengkaran gara-gara agama. Desakan
keluarga papa kuat sekali untuk menikah
lagi. Tapi Tuhan beri anugerah kami cukup sehingga papa
mama tidak bercerai. Papa akhirnya meninggal sudah jadi Kristen dan mama juga.
Sehingga saya merasa ajaib dengan keluarga saya yang tidak ideal.
Menyelamatkan
hubungan suami istri seperti mustahil karena diambang perceraian. Suaminya
keukeuh mau cerai.
Tetapi anak-anak jangan sampai jadi korban. Pasti istrinya bergulat dengan rasa
sakit hati. Penuh tangisan, mana yang
bisa diselamatkan? Jadi perlu disadarkan. Karena anak akan belajar, orang yang
seringkali bertengkar akan terbawa.
Ev. Irene
: saya adalah korban akibat pertengkaran
dari orang tua. Orang tua menikah muda dan masalah ekonomi dan ada
WIL. Dihadapi setiap hari. Anak mengalami
luka batin dan trauma kepanjangan. Puji Tuhan, maka saya sebagai orang Kristen,
hal ini tidak baik diperlihatkan ke anak. Kalau bisa waktu bertengkar salah
satu bisa mengalah untuk pindah ruangan dan meminta anak tidur
dulu. Atau ada keluarga lain yang membawa keluar sang anak seperti
yang nenek saya lakukan. Sayangnya sempat terlihat ada
piring terbang. Nenek saya pegang kemoceng untuk pukul
papa. Jadi mama mengambil alih tugas imam. Sehingga waktu
kecil saya dan adik mengenal Tuhan. Ketika papa mama bertengkar, sebagai anak
paling besar saya khawatir hal ini akan
berdampak ke adik yang paling kecil. Tapi sering melihat hal seperti itu,
jangan sampai adik saya dengar masalah ini. Saya menutup telinga adik saya.
Pernah juga saya bawa mama untuk mencari papa. Dari peristiwa itu, mama ambil
keputusan tepat mengambil alih peranan imam di keluarga. Sehingga dalam
pemulihan , waktu melayani saya menemukan anak seperti ini , anak yang orang
tuanya bertengkar. Kedua orang tua tetap menyayangi nya. Waktu adik kuliah,
saya tanya,”Kamu kenal
papamu sejauh mana?” Dia kecewa melihat keluarga yang
suaminya selingkuh. Dia menjawab, “Papa saya
baik.” Saya berkata,”Kamu bersyukurlah tetap
penilaian seperti itu.” Sekalipun pernah jatuh dan kembali
menyadari kesalahannya dan akhirnya papa kenal Tuhan. Waktu saya ceritakan
sesungguhnya, dia tidak tahu Itu kuasa Tuhan.
Ada
anak yang dimanfaatkan sebagai tameng oleh orang tuanya.
Sengaja cari celah di hadapan anak. Anak yang masih kecil samplai berkata,
“Mama pergilah supaya papa
tidak marah!” Anak ini berusaha melindungi
mamanya. Seringkali pola ini yang dipakai.
Pola itu digunakan oleh sang suami yang tidak sadar (gelap mata) maka
yang sadar harus berhikmat untuk menolong. Iblis bisa intervensi tapi jangan
jadi kambing hitam. Kita harus pelajari dengan cerdik. Pemulihan tidak pernah
instan. Setiap orang punya kisah. Kadang butuh waktu bertahun untuk memulihkan luka batin. Sehingga pengharapan
tetap ada walau pun butuh proses. Setiap kita diingatkan untuk ambil tanggung
jawab untuk pemulihan.
4.
Mengapa saat
bermasalah dengan orang lain dan sudah saling
memaafkan, tetap ada jarak?
Sebetulnya
kalau ada konflik lalu rekonsiliasi tetapi tidak bisa
berharap keadaan sama dan kedekatan tidak seperti dulu. Karena perlu dua belah
pihak untuk mengupayakannya. Relasi yang tidak seperti semula maka kita harus
merelakan bagian itu. Butuh kesiapan.
Selain mengeluarkan emosi (marah dan kesedihan), bagian kedua
mengampuni. Juga butuh kesiapan, setelah siap baru lakukan rekonsiliasi.
Mengampuni orang lain tetapi kalau hasilnya tidak seperti yang diharapkan, maka lakukan upaya yang maksimal. Undang
orang lain untuk membangun relasi dan keintiman itu, bila sudah diupayakan
tetapi belum bisa seperti yang dimau, maka kita perlu berikan ruang dan
melepaskan.
5.
Mengampuni tapi tidak melupakan?
Mengampuni
: melepaskan pengampunan tapi tidak mengingat-ingat lagi. Yang terjadi, kita
sudah mengampuni, lalu disambung “tetapi…” Tuhan aku belajar mengampuni. Ada
kesalahan yang disadari dan tidak disadari. Maka kita perlu agar area sensitive
kita serahkan ke Tuhan. Kita sudah serahkan dan lepaskan pengampunan. Sehingga
ingatan itu tidak menimbun.
Kita
buang jauh-jauh ingatan itu. Kita tidak bisa melepaskan pengampunan tanpa kuasa
Tuhan. Ketika Tuhan disalib, ini bagian yang penting, Tuhan ampuni mereka
karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat. Mereka seperti orang buta dan
sedang melakukan perbuatan yang kejam, tetapi mereka tidak menyadarinya. Apakah
kita bisa bicara seperti yang Tuhan katakan itu?
Tuhan
mengajar contoh yang tidak mudah. Kerendahhatian, pengampunan yang limpah,
merupakan hal yang Tuhan mau kasih lihat kepada manusia. Tuhan memberi kuasa
untuk bisa serupa dengan kita. Kuasa itu dari Allah yang Tuhan berikan dengan
limpahnya kepada kita.
No comments:
Post a Comment