Pdt. Hery Kwok
Ibrani 10:22-25
22
Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas
dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari
hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni.
23
Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita,
sebab Ia, yang menjanjikannya, setia.
24
Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam
kasih dan dalam pekerjaan baik.
25
Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita,
seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati,
dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.
Pendahuluan
Dalam bulan reformasi (Oktober) diberikan penekanan
bagaimana Allah telah memelihara gerejaNya selama 500 tahun (1517-2017). Pada
minggu pertama Oktober 2017 temanya tentang perpecahan (Pertikaian dalam
Gereja). Gus Dur , presiden keempat RI (1999-2001), mengatakan bahwa orang
Kristen jangan ditindas karena semakin ditindas semakin besar, semakin ditekan semakin
hebat, semakin dihambat semakin merambat. Kalau gereja dihalang-halangi akan
semakin makmur. Biarkan saja. Kalau orang-orang Kristen dibiarkan sendiri, maka
orang Kristen akan ribut sendiri di dalamnya. Walaupun Gus Dus tidak pernah
ikut sekolah Alkitab, tapi ia mengetahui kelemahan orang Kristen yaitu perpecahan.
Ada koster gereja yang mengatakan,”Lebih enak bekerja di perusahaan karena kalau melayani di
gereja, tuan dan nyonyanya terlalu banyak yang mengatur. Terlalu banyak bosnya
sehingga pecah. Ibarat perusahaan pecah kongsi karena pendapat mitranya tidak
didengar. Perpecahan gereja merupakan salah satu virus yang membuat gereja
hancur. Kemarin saya pergi ke Rumah Sakit Siloam karena ada jemaat yang terkena
virus di otaknya. Virus ini sangat
berbahaya karena dapat menyebabkan kematian.
Tema pada minggu kedua Oktober 2017 ‘Umat Allah Tekun Menonton’ (gereja sebagai
penonton). Sebagai penonton umat Allah tidak punya sense of belonging (rasa memiliki) gereja. Ibarat di bioskop bila
ada popcorn jatuh berceceran atau minuman tumpah maka tidak ada yang mau
membersihkan atau membuang ke tempat sampah. Kalau ada penonton seperti itu maka
ia perlu diberi penghargaan karena telah membantu memunguti sampahnya. Bila ada
dan ia memberikan sampah ke petugas cleaning
service maka bisa diberi piagam. Sayangnya tidak ada penonton seperti itu karena
umumnya selesai nonton semua penonton langsung
pulang. Tidak ada penonton yang melakukan diskusi tentang inti dari film (sharing cerita). Bila bertemu di toilet dan
ada keran menyala tidak dimatikan. Bila seperti ini (jemaat hanya menonton),
maka gereja akan hancur. Berbeda dengan Kitab Suci yang menceritakan tentang gereja
mula-mula di Kisah Para Rasul. Jemaatnya memiliki sense of belonging tinggi sekali dan sangat perhatian terhadap jemaat
yang lain. Mereka memberikan kepunyaan mereka menjadi kepunyaan bersama dan tidak
ada jemaat yang kekurangan. Sehingga orang Farisi ketakutan dan kaisar merasa ngeri
dengan perhimpunan (persekutuan) orang percaya.
Hari ini kita belajar tentang jemaat gereja Kristen yang
suka berkeliling-keliling dari satu gereja ke gereja lain. Sekarang banyak jemaat
yang keliling-keliling dari satu gereja ke gereja yang lain. Suatu kali saat
berada di ruang tunggu bandara di salah satu kota saya berbicara dengan orang
lain. Karena tahu ia orang Kristen, saya bertanya ia bergereja di mana. Ia hanya
tersenyum-senyum dan akhirnya menyebutkan gerejanya, namun ia mengaku bahwa
suka keliling-keliling dari satu gereja ke gereja yang lain. Ini membuktikan
bahwa tema hari ini memang nyata (ada orang Kristen yang gerejanya
keliling-keliling). Banyak jemaat yang bertipe keliling-keliling sehingga tidak
pernah bertumbuh secara rohani.
Alasan Orang Kristen Bergereja
Keliling-Keliling
Paling tidak ada tiga alasan mengapa orang Kristen senang
bergereja keliling-keliling. Pdt. Dr. Stephen Tong mengemukakan tipe jemaat
yang bergereja keliling-keliling ini dengan memberikan ilustrasi. Ada seorang
Kristen yang bertanya kepada Tuhan,”Tuhan saya mau ke gereja, tetapi di mana
ada gereja yang sempurna? Karena waktu saya pergi ke gererja yang satu
jemaatnya cuek dan dingin sekali. Tuhan ada tidak gereja yang hangat? “ Tuhan menjawab,
“Gereja yang sempurna ada!” Orang Kristen ini berkata, “Tetapi saya tidak
menemukannya! Yang aku temukan gereja yang tidak hangat. Ada juga gereja lain yang
tidak memberi rasa haus dalam menyembah Tuhan. Puji-pujiannya kering sehingga tidak
membuat saya rindu untuk menyanyi. Sehingga saya tidak menikmati pertumbuhan rohani
dalam memuji Tuhan. Jadi apakah tidak ada gereja yang sempurna?” Tuhan berkata,”Ada!”
Orang Kristen itu kembali bertanya,”Di mana Tuhan? Adakah gereja yang sempurna
di mana waktu datang beribadah, saya bisa menikmati gereja itu sebagai rumah
sendiri dan mengalami pertumbuhan di gereja tersebut?” Tuhan menjawab,”Gereja
yang sempurna ada tetapi saya tidak akan memberi petunjuk di mana kamu dapat
menemukannya. Karena kalau saya beri petunjuk dan kamu bergereja di sana, maka
gereja tersebut menjadi tidak sempurna gara-gara kamu.” Intinya gereja yang sempurna
ada, tetapi akan menjadi tidak sempurna gara-gara orang tersebut. Karena orang
tersebut suka berkeliling-keliling mencari gereja yang sempurna. Seharusnya ia mengambil
bagian sehingga gereja yang tidak sempurna menjadi sempurna.
3 Alasan
/ Ciri Jemaat yang Suka Keliling dari Satu Gereja ke Gereja Lain
1.
Jemaat yang seperti bayi rohani.
Ibrani 5:12-13 Sebab
sekalipun kamu, ditinjau dari sudut waktu, sudah seharusnya menjadi pengajar,
kamu masih perlu lagi diajarkan asas-asas pokok dari penyataan Allah, dan kamu
masih memerlukan susu, bukan makanan keras.
Sebab barangsiapa masih memerlukan susu ia tidak memahami ajaran tentang
kebenaran, sebab ia adalah anak kecil. Rasul Paulus mengatakan bahwa ciri dari jemaat yang suka
bergereja keliling-keliling adalah bayi rohani yang tidak suka dengan makanan
yang keras. Saat diberi makanan dan
merasa tidak enak maka seorang bayi tidak mau menelannya atau makanan tersebut
akan dimuntahkannya. Saat bayi merasa tidak suka dengan makanan yang diberi,
karena tidak bisa mengungkapkannya dengan kata-kata maka dia mengeluarkannya
lagi. Jadi bayi rohani adalah bayi yang hanya mau makanan yang dia suka. Dia hanya
mau makanan sesuai cita rasa dirinya. Padahal mamanya memberi makanan yang
mengandung gizi , vitamin dan nutrisi yang dibutuhkannya walau rasanya mungkin dia tidak suka. Ada banyak jemaat yang
menjadi bayi rohani yang hanya mau mengunyah makanan yang disukai dan tidak mau
makanan yang tidak disukai. Mereka duduk dan mendengar khotbah dan bila pemberitaan
firman itu mengenakkan hati dan telinga maka mereka mau. Karena sesuai selera
dan cita rasa, maka mereka menganggap ‘Ini baru makananku’. Waktu datang lagi,
pengkhotbahnya memberi makanan yang penuh “vitamin” (bernada keras / berisi
nasehat), ia tidak suka. Selidiki apakah kita masih menjadi bayi rohani atau tidak?
Setiap khotbah mungkin cita rasanya tidak seperti yang saya mau, tapi mengandung
vitamin yang dibutuhkan untuk membawa saya kepada Tuhan. Ada yang senang
khotbah sesuai dengan cita rasanya saja yang menyenangkan telinga dan hatinya.
Itu membuat dia tidak merasa di gereja ini bertumbuh dengan baik. Ada yang berkata
bahwa saya dengar pengkhotbahnya begini-begitu (berisi kritikan).
Saya pribadi menjadi pengkhotbah di gereja-gereja lain
sebulan sekali. Suatu kali setelah berkhotbah di gereja lain, saya bertanya kepada
seorang jemaat di sana, “Bapak sudah berapa lama bergereja di sini?”. Lalu ia menjawab,
“Saya lihat-lihat pengkhotbahnya Pak! Kalau menarik, baru saya ke mari” Pdt. Yakub
B. Susabda mengatakan, “Saya pernah terkejut dengan satu orang yang setiap kali
saya menyampaikan khotbah dia ada. Waktu awalnya saya tidak sadar, namun waktu
kedua dan seterusnya dia terus ada. Jemaat ini duduk di belakang. Akhirnya saya
tahu dan bertanya kepadanya,’Mengapa kamu tidak ada di gerejamu?’ Dia menjawab,’Saya
senang dengan khotbah Bapak sehingga kemana Bapak khotbah saya datang’. “ Ini
tipe jemaat yang keliling-keliling. Kita tidak pernah bertumbuh kalau Roh Kudus
tidak menyentuh hati . Firman akan menggedor kita. Apakah saat mendengar
khotbah kita pernah menangis? Saya menangis karena ada Firman yang menusuk
hati. Saya menangis karena Firman itu menegur saya. Waktu mendengar khotbah ,
FirmanNya menegur saya, “Kamu munafik dan jahat”. Maka di situ saya mengalami
pertobatan kembali. Firman Allah itulah yang masuk dalam hati saya. Apakah kita
merupakan bayi rohani yang hanya ingin menikmati cita rasa sendiri?
2.
Jemaat yang Menolak Firman
2 Tim 4:3-4 Karena akan
datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka
akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan
telinganya. Mereka akan memalingkan telinganya
dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng. Itu adalah tulisan Rasul Paulus kepada anak rohaninya,
Timotius, untuk memberitakan firman dengan baik karena akan ada masanya orang
menolak firman itu karena orang hanya mau mendengar apa yang enak di telinganya
saja. Berbeda dengan bayi rohani yang mendengar firman sesuai dengan cita rasa,
maka tipe yang ini bergereja (datang ke gereja) sebagai orang Kristen tetapi
firman yang diberitakan ditolak karena orang-orang seperti ini di zaman akhir
telinga dan hatinya tidak mau mendengarkan kebenaran. Ia mencari di gereja tapi
tidak pernah bertemu kebenaran. Ia datang ke gereja tapi tidak pernah membuka
hatinya untuk kebenaran. Sehingga ia tidak akan tinggal lama di suatu gereja
tapi terus mencari karena ia tidak menemukan kebenaran yang dicarinya. Tipe ini
lebih parah dari bayi rohani. Ia tampaknya saja bergereja. Orang itu datang
sepertinya kepada Allah dengan segala persembahan tetapi menolak kebenaran itu.
Sebagai orang beragama, ia menganggap ke gereja hanya sebagai kegiatan rohani
yang rutin . Ia merasa menjadi orang Kristen tetapi kenyataan sebenarnya ia menolak
kebenaran. Kemana pun berkeliling gereja ia tidak akan pernah menemukan
kebenaran. Inilah yang Rasul Paulus katakan tentang orang di zaman akhir. Tipe orang
Kristen kesatu dan kedua ada banyak sekali saat ini. Datang ke gereja tapi jiwanya
tidak di sana.
3.
Tidak mau mengambil tanggung jawab
Jemaat seperti ini adalah jemaat yang tidak pernah di
satu tempat karena tidak pergi di dalam ibadah yang tetap padahal Allah
menginginkan agar ia mau menerima beban itu. Tuhan memberi hukum,”Kasihilah
Tuhan Allahmu secara totalitas dan hukum kedua kasihilah sesamamu seperti
dirimu”. Jadi kita harus bertanggung jawab untuk mengasihi Allah dan sesama. Dengan
mengasihi sesama membuktikan bahwa kita mengasihi Allah. Kalau mengatakan cinta
pada seseorang tapi tidak bertanggung jawab, maka ucapannya berarti gombal.
Waktu pacaran saat turun hujan , maka tanpa diminta oleh sang pacar ia akan memayungi
dan membuka pintu. Saat membuka payung yang diutamakan adalah sang pacar. Kalau
ia sendiri terkena air hujan sedikit tidak dihiraukan. Mengapa ia melakukannya?
Karena itu adalah bentuk tanggung jawab dari cinta. Cinta dan tangungg jawab
adalah 2 hal yang tidak terpisahkan. Cinta akan melahirkan tanggung jawab. Cinta
tanpa tanggung jawab berarti orang yang mengalaminya sedang krisis karena tidak
menghidupi cintanya. Maka Kristus mengajarkan untuk mengasihi sesama artinya
kita harus memperhatikan orang lain. Itu bentuk tanggung jawab kasih kita kepada
Allah. Kalau berpindah-pindah gereja maka ia tidak punya tanggung jawab. Seharusnya
kita punya perhatian kepada jemaat yang lain misalnya kita memberi perhatian
kepada asuk atau ayi yang tidak datang? Jangan menganggap saya bukan ketua RT yang
harus memperhatikan warganya karena dengan melakukannya membuat kita setia.
Salah satu tanggung jawabnya ada di kitab Ibrani 10:25
Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita,
seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati,
dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat. Ayat 25
mengatakan janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita.
Mengapa ada kata “kita” di belakang frasa “pertemuan-pertemuan ibadah”? Kita berarti
saya dan engkau. Jadi dengan kata lain, penulis Kitab Ibrani sedang menunjukkan
janganlah engkau menjauhkan diri dari pertemuan ibadah di gereja lokalmu (unitmu).
Itu ibadah dari komunitas orang percaya yang berkumpul di satu tempat maka jangan
jauhkan ibadah petemuan kita.
Kiat untuk Tidak Menjadi Jemaat
Keliling-Keliling
Penulis Ibrani jelas mengatakan agar kita jangan
menjauhkan pertemuan ibadah kita. Ia memberi beberapa alasan. Pada awal dari
ayat ke-22 sampai ayat 24 ia mengatakan, “marilah”. Tiga kali kata “marilah” diungkapkan
sebelum masuk ke ayat 25. Di dalam ibadah lokal di mana kita beribadah, ia
mengungkapkan konsep ibadah dari kitab Perjanjian Lama. Penulis Ibrani merupakan
penulis yang hebat. Tuhan yang memakainya adalah Tuhan yang hebat. Penulis
mengatakan Yesus sebagai imam besar. Kemah suci adalah pusatnya ibadah (tidak
boleh mengikuti ibadah di tempat lain). Musa mendirikan tempat ibadah dan
tempat itu jadi pusatnya. Imam besar masuk ruang maha kudus setahun sekali.
Umat yang datang membawa kambing (binatang kurban) agar disucikan dari
dosa-dosanya. Konsep ini tidak lepas dari peran imam besar untuk mendamaikan
Allah dengan kita. Sekarang kita punya perantara yaitu Imam Agung. Berikut yang
menjadi kiat agar tidak menjadi jemaat yang berkeliling-keliling gereja :
a.
Datang
dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh
Ibrani
10:22 Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas
dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari
hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni. Orang
yang beriman teguh tidak lahir dari hati nurani yang baik. Saya pernah berbicara
,”Untuk menjadi pengkhotbah yang hebat dengan cara membandingkan. Ada hamba
Tuhan yang mengklaim,”Saya pernah naik ke sorga. Kalau kita klaim seperti itu
juga, maka kita akan kalah dengan dia yang katanya sudah ke sana sebelumnya. Maka kita bisa mengatakan bahwa kita adalah orang
yang pernah ke neraka. Kalau ke neraka, berarti saya jadi tuan. Saya beritakan
firman karena pernah ke neraka. Maka jemaat akan merasa ia hebat karena
firmannya menggelegar. Jemaat terbuai dengan firman itu sendiri. Kita menghadap
Allah dengan keyakinan iman yang teguh. Dulu saya melayani di Gereja Kristen Ketapang
9 tahun dan 6 tahun di Gereja Kristen Petamburan.
Seluruhnya 15 tahun saya melayani di Gereja Kristus dan mengalami pertumbuhan
rohani. Kalau jadi jemaat yang berkeliling-keliling gereja, maka kita tidak belajar
mempunyai keyakinan iman yang baik. Maka dikatakan, mari kita menghadap dan
beribadah kepada Allah.
b. Teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan
kita
Ibrani
10:23 Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita,
sebab Ia, yang menjanjikannya, setia. Bila ada Firman yang membuat air mata
turun akan menyadarkan bahwa kita orang berdosa, maka Firman itu membuat kita
punya pengharapan dalam hidup yang dijanjikan oleh Tuhan yang setia. Seperti
pengikut Kristus di bukit, kita ditanam dalam pondasi pengharapan dan pengharapan itu tidak pernah hilang. Jemaat
yang keliling-keliling, waktu dihantam masalah akan roboh karena tidak punya
keyakinan . Kalau sudah setia, kita menyadari bahwa sifat setianya diturunkan. Pada
pertemuan PGTI, saya dan rekan-rekan rohaniawan lainnya membicarakan jemaat
dalam konteks zaman akhir. Untuk melihat kerohanian jemaat mudah dilakukan. Lihat
saja saat badai datang apakah badai itu akan membuat jemaat itu bersinar atau
redup. Kita bisa berdiri tegak karena firman yang memberi pengharapan. Firman
itu didapati pada gereja di mana kita setia dalam pertemuan di dalamnya. Ini hal
hebat yang ditulis oleh penulis Ibrani, karena kita mengenalnya di gereja di
mana dengan setia kita mendengarkan firman yang baik.
c. Mari Kita Memperhatikan dan Mendorong
Ibrani
10:24 Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong
dalam kasih dan dalam pekerjaan baik. Jemaat yang tidak berkeliling-keliling
gereja akan mempunyai hati tehadap gerejanya dan ia menjadi orang yang memperhatikan
dan memotivasi orang lainnya. Saya baru mengerti dan menikmati memberi lebih baik
dari menerima. Kebenaran kitab suci tidak pernah berbohong. Just do it maka kita akan menikmatinya. Kita
diciptakan sebagai mahluk sosial
sehingga mau memperhatikan orang
lain. Hati kita cenderung memperhatikan orang karena manusia adalah mahluk
sosial. Sebagai mahluk sosial akan sempurna saat memperhatikan orang. Kalau
tidak , maka kita akan kering dan hampa dalam hidup. Allah sungguh tepat
menjadikan kita sebagai ciptaan yang sempurna. Kita diprogram menjadi mahluk sosial.
Kita belajar memperhatikan orang-orang di gereja Tuhan, karena di sana kita belajar
dalam kasih. Jemaat yang tidak berkeliling akan belajar menemukan orang yang
harus diperhatikan. Kita selalu diimbau untuk memperhatikan keadaan sekitarnya.
Gereja di kitab Ibrani menjadi sempurna dalam kelemahan dan keterbatasannya,
karena ada kita yang mau diubahkan menjadi jemaat yang setia.
No comments:
Post a Comment