Pdt. Gideon Ang
Yakobus 1:19-27
19 Hai saudara-saudara yang
kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar,
tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah;
20 sebab amarah manusia tidak mengerjakan
kebenaran di hadapan Allah.
21 Sebab itu buanglah segala
sesuatu yang kotor dan kejahatan yang begitu banyak itu dan terimalah dengan
lemah lembut firman yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan
jiwamu.
22 Tetapi hendaklah kamu menjadi
pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu
menipu diri sendiri.
23 Sebab jika seorang hanya
mendengar firman saja dan tidak melakukannya, ia adalah seumpama seorang yang
sedang mengamat-amati mukanya yang sebenarnya di depan cermin.
24 Baru saja ia memandang
dirinya, ia sudah pergi atau ia segera lupa bagaimana rupanya.
25 Tetapi barangsiapa meneliti
hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan ia bertekun di
dalamnya, jadi bukan hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi sungguh-sungguh
melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya.
26 Jikalau ada seorang menganggap
dirinya beribadah, tetapi tidak mengekang lidahnya, ia menipu dirinya sendiri,
maka sia-sialah ibadahnya.
27 Ibadah yang murni dan yang tak
bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan
janda-janda dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak
dicemarkan oleh dunia.
Ibrani 4:12-13
12 Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih
tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai
memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan
pertimbangan dan pikiran hati kita.
13 Dan tidak ada suatu makhlukpun yang
tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan
mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab.
Pendahuluan
Ada sebuah cuplikan
kisah yang dikutip dari sebuah buku hasil karya Lutan (?, penulis riwayat hidup
- biografer Yunani dan seorang filsul). Bukunya yang keempat (Morals) diterjemahkan
ke dalam bahasa Inggris di abad 17 oleh Robert Weekley. Di dalam pembukaan dari buku tersebut ditanyakan, “Mengapa
orang-orang bijaksana berhenti (tidak
lagi) memberikan jawaban?” Dalam buku ini orang dibagi menjadi 5 macam :
1. Orang
tidak bertanya lagi mengenai pertanyaan-pertanyaan mendasar dalam kehidupan ini sehingga tidak
ada lagi jawaban. Padahal saat merenungkan firman yang didengarnya atau
mengikuti ceramah biasanya timbul pertanyaan. Francis Schaeffer , seorang penulis
Kristen, mengatakan “Berikan jawaban yang jujur atas pertanyaan yang jujur.” Jika ada pertanyaan sebaiknya dicatat dahulu dan
pada saat yang tepat ajukanlah pertanyaan itu (misalnya setelah kebaktian selesai).
2. Orang yang tidak sabar. Ada beberapa orang yang
tidak sabar menunggu jawaban. Kadangkala menjawab pertanyaan tidak mudah. Saya
suka menghadapi pertanyaan yang tidak bisa saya jawab, sehingga ada PR untuk
mencari jawabannya.
3. Orang yang tidak mau mendengarkan jawaban.
Setelah dijawab, ternyata pertanyaannya tidak jujur (hanya pertanyaan coba-coba
saja)
4. Ada yang motifnya kacau.
5. Orang yang punya pendapat yang salah. Sehingga
di zaman itu ada tempat yang dikenal semacam ampiteater (tempat berkumpul orang-orang
untuk bertanya jawab). Karena sudah lama
tidak ada yang bertanya jawab, sehingga tidak ada lagi orang yang berkumpul. Lama-lama
berkembang suatu legenda bahwa di situ tempatnya seram dan ada naga yang
tinggal.
Buku ini ingin mengatakan bahwa banyak kali kita tidak bisa mendapatkan
sesuatu karena tidak pernah mengajukan pertanyaan yang jujur dan sewaktu
mendapat jawaban yang jujur , kita tidak mendengarkannya baik-baik.
Bagaimana Mengalami Karya Pedang
Bermata Dua (Firman Tuhan)
Firman Tuhan bisa begitu masuk ke dalam hati kita. Kita akan belajar dari
kitab Yakobus (kitab tentang iman dan perbuatan). Kita seringkali tidak mau
mendengar jawaban yang baik sehingga tidak ada lagi proses belajar yang baik
sehingga yang dilegendakan singa atau naga yang ada di situ. Paul Hidayat
mengatakan, “Jika kita mempelajari kebenaran dan kita tidak juga berubah maka
hanya 2 kemungkinan yaitu yang pertama kita belum sungguh-sungguh belajar atau yang
kedua yang kita pelajari bukan kebenaran.
Bagaimana kebenaran bisa membukakan hati kita? Ada 4 hal yang kita pelajari
:
1.
Dengarlah
firman Tuhan
Dengarlah ada firman Tuhan yang dapat mengubah engkau, menyelamatkan
jiwamu dan memerdekakanmu secara
sempurna. Yak 1:19 Hai saudara-saudara
yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar,
tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah; Yak 1:21 Sebab itu buanglah segala sesuatu
yang kotor dan kejahatan yang begitu banyak itu dan terimalah dengan lemah
lembut firman yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan
jiwamu. Yak 1:25 Tetapi barangsiapa
meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan ia
bertekun di dalamnya, jadi bukan hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi
sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya. Maukah
kita mengalami karya firman yang merupakan pedang yang bermata dua ini untuk mengubah hidup kita? Yang petama :
dengar dan ingatlah ada firman yang dapat mengubahkan dan menyelamatkan hidup
kita. Firman yang merupakan hukum yang sempurna yang memerdekakan kita. Sudahkah
jiwamu diselamatkan? Sudahkan anda mengalami hukum yang memerdekakan anda? Seorang
yang bernama Emerton , suka menyelidiki gereja dari sudut pandang sosiology
Kristen. Dia mengatakan bahwa ada 13 kualitas dari gereja yang bertumbuh. Dari ke-13
itu yang pertama adalah pengetahuan Alkitab. Yang kedua dan berikutnya : kehidupan rohani pribadi, ibadah, bersaksi, pelayanan
awam, misi, persembahan, persekutuan (fellowship,
komunitas di sekitar), kelakuan hidup, sikap terhadap agama, pelayanan
sosial, perbumbuhan kuantitaf anggota dan keadilan sosial. Dari 13 tolok ukur
gereja yang bertumbuh kualitas yang pertama adalah firman Tuhan. Sudahkah kita mengalami
firman yang menyelamatkan jiwa dan memerdekakan kita? Gereja injili ada 4 hal
yang utama yaitu biblisystem (berpusatkan Alkitab), pertobatan (lahir baru), menjalankan
firman Tuhan (activism) dan berpusatkan
kayu salib (crucifycenterism). Selalu Alkitab yang utama yang perlu dialami lalu
ciri kedua : lahir baru. Firman yang
menyelamatkan jiwa dan memerdekakan engkau. Dalam istilah teologia ada istilah once saved, save forever (sekali selamat,
selamat selama-lamanya). Saya lebih suka mengatakan ,”Once to be generated, save forever (sekali lahir baru selamat
selama-lamanya)”. Kenapa hal ini penting? Karena ada teologia yang dikembangkan
“sekali selamat dapat tiket ke sorga” ini tidak bisa. Sudah mengalami firman
yang bermata dua, yang pertama harus melahirbarukan hidup kita. Hidup baru apa?
Hidup baru yang diterima dari Allah Bapa
di dalam Tuhan Yesus Kristus melalui iman percaya karena pekerjaan Roh Kudus pada
saat firman Tuhan diberitakan. Hidup baru disebut keselamatan, hidup kekal,
benih ilahi, kodrat ilahi. Ini penting sekali. Ada lagu natal yang sangat saya
berkesan yakni pada lirik lagu O Holy Night : fall on your knees (berlutut / bersujudlah) itu adalah kalimat
Martin Luther (minggu depan pada tanggal 31 Oktober kita merayakan reformasi
dan tahun depan kita akan merayakan 500 tahun reformasi yang berawal di tahun 1517).
Martin Luther mengatakan, “Percaya kepada Allah adalah berlutut di depanNya,
merendahkan hatimu dan dirimu. Sudahkah engkau mengalami firman yang membukakan
kebenaran sehingga engkau berlutut, melihat dan mengenal Tuhan Yesus serta keindahan
karya keselamatanNya? Yang indah dari lagu O Holy Night, lirik terakhirnya oh night oh night divine (O malam..
malam kudus). Kalau malam itu anda mendapat kodrat dan benih ilahi yang
mengubahkan hidupmu seperti yang disaksikan oleh Stefanus (mahasiswa STT Iman
asal Pos Pelayanan GKKK di Bekasi). Bagaimana untuk masuk Sekolah Alkitab?
Orang harus sungguh-sungguh lahir baru dan panggilannya jelas, baru bicara
biaya. STT Iman tidak ingin sekedar memperbanyak murid, walau rindu orang menjadi hamba Tuhan. Sehingga waktu ditempa ,
harus siap menjadi orang yang mementingkan komitmen, karakter dan kompetensi. Seorang
siswa teologi harus punya komitmen untuk dibentuk karakternya dan baru kemudian
kompetensi (karena talenta setiap orang berbeda-beda. Ada yang 3 , ada yang 5
dan sebagainya). Tahun ini STT Iman bersyukur mendapat 21 orang siswa baru (16 siswa
S1 dan 5 siswa S2). Di antara mereka ada 4 orang berlatar juara umum, peringkat
1 atau 2. Tapi itu bukan yang utama. Saya ingin mereka betul menjadi hamba
Tuhan. Demikian juga dengan anggota paduan suara. Sewaktu mereka bernyanyi, seharusnya
suara yang keluar dari hati, sehingga jemaat yang mendengar menjadi tersentuh.
2.
Terimalah
firman Tuhan
Bila tidak menerima firman, maka kita tidak akan
mengalami operasi dari pedang bermata dua (firman) Yak 1:21b terimalah dengan lemah lembut firman yang
tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu. Terimalah
dengan lemah lembut firman yang tertanam
dalam hatimu. Apakah di hatimu ada firman Tuhan? Kalau tidak, maka kita bisa
sering membaca firman, tapi firman tidak pernah mengubah hati kita dan
mengalami pedang bermata dua yang mengubahkan hidup kita.
Berikut kesaksian dr. W McKay. Dia meninggalkan rumah
lalu mengambil kuliah kedokteran pada usia 17 tahun di kota lain. Mamanya adalah
seorang Kristen yang saleh (godly
christian). Waktu McKay akan pergi, mamanya memerikan sebuah Alkitab dan menuliskan
nama McKay di dalamnya. Mungkin mamanya berpesan untuk membacanya setiap hari,
menulis 1 ayat Alkitab dan menulis dari mamanya yang mengasihnya. Sayangnya setelah
itu McKay jatuh dalam pergaulan bebas. Ia tidak membaca Alkitab atau pun bila
membaca, firman itu tidak tertanam di hatinya. Ia lulus dengan pujian dari
universitas, karirnya kemudian sukses dan akhirnya ia menjadi kepala rumah
sakit di kota itu. Suatu kali rumah
sakitnya kedatangan seorang pasien gawat darurat yang kondisinya kritis sehingga
kepala rumah sakit (McKay) harus menanganinya sendiri. McKay pun menghampiri
pemuda itu dan melihat wajah pemuda itu seperti memancarkan sinar sukacita dan ada semacam kasih. Kondisi ini mengherankan
hatinya karena pemuda ini tidak lama lagi akan meninggal (tinggal tunggu mati dalam
waktu 3 jam). McKay melihat kondisi
pemuda tersebut tidak dapat diselamatkan. Yang menarik pemuda ini berkata,”Dokter,
tolong baringkan saya di mana saja di rumah sakit ini”. Saat itu rumah sakit
sedang penuh dengan pasien. Dia berkata,
“Saya siap. Saya tidak mati. Karena iman percaya saya pada Tuhan Yesus dan darahNya yang mulia.” Dokter kemudian mendengar
pasien ini meminta suatu permintaan khusus. Dokter Mc Kay kemudian mengutus seorang
suster untuk melakukannya. Ternyata pemuda
itu meminta tolong untuk melakukan 2 hal. Yang pertama, ia memintanya agar
suster mengambil uang yang ada di kantongnya dan membayarkan uang kos bulan itu
yang belum dibayarnya ke induk semangnya. Yang kedua ia meminta agar dibawakan
buku yang ada di kamarnya. McKay masih terbayang wajah sang pemuda yang memancarkan
sukacita dan kasih. Ia gelisah kemudian memanggil suster yang diutusnya tadi dan
bertanya, “Pemuda itu minta apa sih?”. Suster tersebut menjawab,”Pemuda itu
minta agar uang kos-nya dibayarkan dan minta bukunya dibawakan.” Buku itu
diletakkan di bawah kepalanya. McKay tertarik akan permintaan tersebut dan
meminta agar buku tersebut dibawa kepadanya. Akhirnya buku tersebut dibawa dan
ternyata sebuah Alkitab. Sewaktu membukanya, McKay terkejut. Di halaman depannya
tertulis nama dia, W McKay. Itu adalah Alkitab yang diberikan mamanya untuk
dia! Rupanya pemuda itu mahasiswa yang membeli Alkitab tersebut di tukang loak
(tempat jual buku bekas), lalu membacanya. Melihat itu McKay gemetar dan
berlutut. Ia teringat akan mamanya dan wajah pemuda ini dan senyumnya walaupun
akan meninggal. Sang pemuda telah mengalami firman (pedang bermata dua) yang mengubahkan
hidupnya dan tertanam dalam hatinya. Sehingga sewaktu menjelang ajal ia masih teringat
untuk membayar uang kos (orang yang akan meninggal biasanya tidak ingat untuk
membayar uang kos) dan minta diambilkan Alkitab! Kisah ini terkenal dengan
judul dr. McKay, the doctor’s Bible.
3.
Lakukanlah
firman Tuhan.
Yak 1:22 Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman
dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri
sendiri. Lakukanlah firman Tuhan dan biarkan firman Tuhan mengoperasi hidup
dan hati sehingga seluruh karakter kita semakin menyerupai Yesus Kristus.
4. Berbahagialah karena firman Tuhan.
Yak 1:25c jadi bukan hanya mendengar untuk
melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh
perbuatannya. Berbahagialah karena Firman sehingga He will be belessed in what he does (mengalami berkat). Kalimat ini
mirip dengan ayat Yoh 13:17 Jikalau kamu
tahu semua ini, maka berbahagialah kamu, jika kamu melakukannya. Kalimat yang
diucapkan Yesus Kristus sewaktu mengadakan perjamuan terakhir di ruang atas (upper room). Apa yang dilakukan Sang Guru,
ikutilah teladanNya. Kamu akan diberkati kalau melakukan firman Tuhan.
Penutup
Sudahkah engkau mengalami ‘operasi’ dan dilahirkan
baru? Yang kedua, sudahkah engkau menerima firman Tuhan dalam hatimu? Ketiga apakah
engkau sudah melakukannya? Bila sudah maka engkau akan berbahagia. Firman Tuhan
mengubahkan kita. Firman Tuhan adalah pedang bermata dua. Pedang bermata dua berupa
pisau yang pendek (makaira). Di dapur pisau ini digunakan untuk memotong dengan
tajam. Bagaimana merenungkan firman Tuhan?
Saya pernah membimbing seorang ibu , mama dari teman kuliah istri saya di
Trisakti, September tahun lalu. Ibu ini pernah dioperasi kanker otak di Singapore
dan saat itu saya sempat membesuknya. Usianya waktu itu sekitar 76. Supaya
tidak pikun, ia mau belajar bermain piano dan saya membantu mencarikannya.
Waktu itu saya berjanji untuk membawakan buku renungan “Our Daily Bread”. Karena sangat sibuk saya lupa akan janji ini
sehingga ia bertanya pada anaknya, katanya saya berjanji untuk membawakannya.
Saya pun merasa bersalah. Lalu saat mengunjunginya, saya membawakan 2 buah buku
renungan. Yang satu berukuran besar dalam bahasa Indonesia dan yang satu lagi
lebih kecil dalam bahasa Inggris. Sewaktu mengunjunginya, ia sedang latihan
main piano. Saya memberikan buku renungannya dan bertanya,”Apakah Ibu tahu bagaimana
cara membacanya?” Sang Ibu tidak tahu dan saya pun menjelaskan. Cara membaca
buku renungan harus diawali dengan membaca ayat referensinya terlebih dulu. Jadi
jangan langsung membaca renungannya karena tidak akan mendapat berkat. Bacalah
ayat referensinya paling sedikit 3 kali (kalau bisa 5 kali). Untuk menyiapkan
khotbah saya membacanya 11 kali. Sebelum membaca renungan berdoa minta pimpinan
Tuhan dengan hati yang lembut untuk diubahkan Tuhan. Lalu ajukan pertanyaan “Apa
yang kubaca tentang Tuhan, manusia, sesama, alam sekitar dan apa yang Tuhan
larang dan ingin aku lakukan?” Lalu catat apa yang didapat. Hal ini saya
lakukan sehingga saya punya buku catatan. Setelah itu baru kita renungkan lalu
bandingkan dengan bahan bacaannya. Dengan melakukan hal itu barulah kita ketahui
kenapa penulis renungan dapat berkata seperti yang ditulisnya. Jadi jangan
langsung membaca renungan. Jadi bandingkan apa yang ditulis dengan hasil renungan
kita. Setelah itu kita bertekad dan berdoa, “Tuhan tolong saya untuk melakukan
apa yang didapat dari renungan”. Kalau bisa hafalkan ayat referensinya. Ayat
firman Tuhan sangat penting. Ruth Graham pernah jatuh, mengalami geger otak patah tulang din 5 tempat. Dia berdoa, “Tuhan,
ambilah semua yang saya punya tapi kembalikan ingatan saya akan ayat-ayat
Alkitab”. Menghafal ayat itu penting sekali. Kalau lupa , jangan malu untuk
menghafal lagi. Terus-menerus membacanya sehingga kita dapat mengalami
keindahan firman Tuhan.
Biarlah pedang bermata dua (firman Tuhan) dialami dengan sungguh-sungguh.
Caranya MAP yaitu memorize, analysise,
personalize yaitu mengingat (menghafalkan), menganilisa dan menjalankan
(mengalami) firman Tuhan. Barulah firman Tuhan akan mengubah hidup kita.
No comments:
Post a Comment