Pdt. Arthur Lim
1 Samuel 15:13-21
13 Ketika Samuel sampai kepada Saul, berkatalah
Saul kepadanya: "Diberkatilah kiranya engkau oleh TUHAN; aku telah
melaksanakan firman TUHAN."
14 Tetapi kata Samuel: "Kalau begitu apakah
bunyi kambing domba, yang sampai ke telingaku, dan bunyi lembu-lembu yang
kudengar itu?"
15 Jawab Saul: "Semuanya itu dibawa dari
pada orang Amalek, sebab rakyat menyelamatkan kambing domba dan lembu-lembu
yang terbaik dengan maksud untuk mempersembahkan korban kepada TUHAN, Allahmu;
tetapi selebihnya telah kami tumpas."
16 Lalu berkatalah Samuel kepada Saul:
"Sudahlah! Aku akan memberitahukan kepadamu apa yang difirmankan TUHAN
kepadaku tadi malam." Kata Saul kepadanya: "Katakanlah."
17 Sesudah itu berkatalah Samuel: "Bukankah
engkau, walaupun engkau kecil pada pemandanganmu sendiri, telah menjadi kepala
atas suku-suku Israel? Dan bukankah TUHAN telah mengurapi engkau menjadi raja
atas Israel?
18 TUHAN telah menyuruh engkau pergi, dengan
pesan: Pergilah, tumpaslah orang-orang berdosa itu, yakni orang Amalek,
berperanglah melawan mereka sampai engkau membinasakan mereka.
19 Mengapa engkau tidak mendengarkan suara
TUHAN? Mengapa engkau mengambil jarahan dan melakukan apa yang jahat di mata
TUHAN?"
20 Lalu kata Saul kepada Samuel: "Aku
memang mendengarkan suara TUHAN dan mengikuti jalan yang telah disuruh TUHAN
kepadaku dan aku membawa Agag, raja orang Amalek, tetapi orang Amalek itu
sendiri telah kutumpas.
21 Tetapi rakyat mengambil dari jarahan itu kambing
domba dan lembu-lembu yang terbaik dari yang dikhususkan untuk ditumpas itu,
untuk mempersembahkan korban kepada TUHAN, Allahmu, di Gilgal."
22 Tetapi jawab Samuel: "Apakah TUHAN itu
berkenan kepada korban bakaran dan korban sembelihan sama seperti kepada
mendengarkan suara TUHAN? Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik dari pada
korban sembelihan, memperhatikan lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan.
23 Sebab pendurhakaan adalah sama seperti dosa
bertenung dan kedegilan adalah sama seperti menyembah berhala dan terafim.
Karena engkau telah menolak firman TUHAN, maka Ia telah menolak engkau sebagai
raja."
24 Berkatalah Saul kepada Samuel: "Aku
telah berdosa, sebab telah kulangkahi titah TUHAN dan perkataanmu; tetapi aku
takut kepada rakyat, karena itu aku mengabulkan permintaan mereka.
25 Maka sekarang, ampunilah kiranya dosaku;
kembalilah bersama-sama dengan aku, maka aku akan sujud menyembah kepada
TUHAN."
26 Tetapi jawab Samuel kepada Saul: "Aku
tidak akan kembali bersama-sama dengan engkau, sebab engkau telah menolak
firman TUHAN; sebab itu TUHAN telah menolak engkau, sebagai raja atas
Israel."
27 Ketika Samuel berpaling hendak pergi, maka
Saul memegang punca jubah Samuel, tetapi terkoyak.
28 Kemudian berkatalah Samuel kepadanya:
"TUHAN telah mengoyakkan dari padamu jabatan raja atas Israel pada hari
ini dan telah memberikannya kepada orang lain yang lebih baik dari padamu.
29 Lagi Sang Mulia dari Israel tidak berdusta
dan Ia tidak tahu menyesal; sebab Ia bukan manusia yang harus menyesal."
30 Tetapi kata Saul: "Aku telah berdosa;
tetapi tunjukkanlah juga hormatmu kepadaku sekarang di depan para tua-tua
bangsaku dan di depan orang Israel. Kembalilah bersama-sama dengan aku, maka
aku akan sujud menyembah kepada TUHAN, Allahmu."
31 Sesudah itu kembalilah Samuel mengikuti Saul.
Dan Saul sujud menyembah kepada TUHAN.
2 Samuel 12:1-14
1 TUHAN mengutus Natan kepada Daud. Ia datang
kepada Daud dan berkata kepadanya: "Ada dua orang dalam suatu kota: yang
seorang kaya, yang lain miskin.
2 Si kaya mempunyai sangat banyak kambing domba
dan lembu sapi;
3 si miskin tidak mempunyai apa-apa, selain
dari seekor anak domba betina yang kecil, yang dibeli dan dipeliharanya. Anak
domba itu menjadi besar padanya bersama-sama dengan anak-anaknya, makan dari
suapnya dan minum dari pialanya dan tidur di pangkuannya, seperti seorang anak
perempuan baginya.
4 Pada suatu waktu orang kaya itu mendapat
tamu; dan ia merasa sayang mengambil seekor dari kambing dombanya atau lembunya
untuk memasaknya bagi pengembara yang datang kepadanya itu. Jadi ia mengambil
anak domba betina kepunyaan si miskin itu, dan memasaknya bagi orang yang
datang kepadanya itu."
5 Lalu Daud menjadi sangat marah karena orang
itu dan ia berkata kepada Natan: "Demi TUHAN yang hidup: orang yang
melakukan itu harus dihukum mati.
6 Dan anak domba betina itu harus dibayar
gantinya empat kali lipat, karena ia telah melakukan hal itu dan oleh karena ia
tidak kenal belas kasihan."
7 Kemudian berkatalah Natan kepada Daud:
"Engkaulah orang itu! Beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Akulah yang
mengurapi engkau menjadi raja atas Israel dan Akulah yang melepaskan engkau
dari tangan Saul.
8 Telah Kuberikan isi rumah tuanmu kepadamu,
dan isteri-isteri tuanmu ke dalam pangkuanmu. Aku telah memberikan kepadamu
kaum Israel dan Yehuda; dan seandainya itu belum cukup, tentu Kutambah lagi ini
dan itu kepadamu.
9 Mengapa engkau menghina TUHAN dengan
melakukan apa yang jahat di mata-Nya? Uria, orang Het itu, kaubiarkan
ditewaskan dengan pedang; isterinya kauambil menjadi isterimu, dan dia sendiri
telah kaubiarkan dibunuh oleh pedang bani Amon.
10 Oleh sebab itu, pedang tidak akan menyingkir
dari keturunanmu sampai selamanya, karena engkau telah menghina Aku dan
mengambil isteri Uria, orang Het itu, untuk menjadi isterimu.
11 Beginilah firman TUHAN: Bahwasanya malapetaka
akan Kutimpakan ke atasmu yang datang dari kaum keluargamu sendiri. Aku akan
mengambil isteri-isterimu di depan matamu dan memberikannya kepada orang lain;
orang itu akan tidur dengan isteri-isterimu di siang hari.
12 Sebab engkau telah melakukannya secara
tersembunyi, tetapi Aku akan melakukan hal itu di depan seluruh Israel secara
terang-terangan."
13 Lalu berkatalah Daud kepada Natan: "Aku
sudah berdosa kepada TUHAN." Dan Natan berkata kepada Daud: "TUHAN
telah menjauhkan dosamu itu: engkau tidak akan mati.
14 Walaupun demikian, karena engkau dengan
perbuatan ini telah sangat menista TUHAN, pastilah anak yang lahir bagimu itu
akan mati."
Pendahuluan
Saat diundang menjadi
pembicara, saya diinfomasikan kemudian bahwa tema yang diberikan kepada saya
adalah “Hancurkan Hati yang Keras”. Setelah mengetahui temanya, saya jadi
banyak berpikir dan merenung. Bagaimana caranya menghancurkan hati yang keras?
Pakai apa menghancurkannya? Mengapa seseorang mempunya hati yang keras? Setiap ada
waktu luang atau saat mengemudi, saya memikirkan hal-hal tersebut. Alkisah, bulan
lalu saya berkesempatan membeli mesin pembuat roti. Awalnya ada seorang teman dalam
KTB (Kelompok Tumbuh Bersama) yang bercerita bahwa ia memiliki mesin pembuat
roti. Cara membuatnya sederhana. Hanya perlu memasukkan saja bahan-bahannya, tekan
tombol di mesin itu lalu biarkan saja mesinnya bekerja saat tidur dan paginya
roti sudah jadi. Saya tertarik dan bertanya, “Berapa harganya?” Dia menyebutkan
suatu angka. Setelah mengetahui harganya, saya mengatakan,”Tidak mau beli.” Dia
berkata, “Kamu tahu tidak kalau pakai mesin ini tidak perlu pengental, pengawet,
pemutih , dan ini-itu?” Mendengar hal tersebut, saya berkata dalam hati,”Wah
perlu nih.” Saya pun mencarinya di internet. Akhirnya dapat juga barangnya
dengan harga termurah yakni sepertiga
dari harga teman saya. Saya pun memesannya. Setelah mesinnya datang, saya dan
istri bergegas ingin membuat roti. Kami pun memasukan tepung, gula dan bahan-bahan
lainnya, kemudian menutupnya dan menekan
tombolnya lalu tidur. Keesokan pagi rotinya sudah jadi! Tapi teksturnya sangat
keras seperti tongkat satpam (seperti french
toast yang kerasnya seperti tongkat pemukul maling. Bedanya hanya bentuknya
yang seperti roti). Saya berkata ke istri, “Segera datangi rumah teman KTB. Tanyakan
bagaimana caranya membuat roti yang teksturnya lembut, tanpa pemanis. Mengapa
roti yang kita buat keras seperti tongkat satpam?” Singkat cerita, istri saya belajar
dari pembantu dari teman KTB. Sorenya, kami membuat roti lagi. Saya ingin melihat
proses pembuatannya dan bermaksud tidak tidur. Namun istri saya berkata, “Tenang.
Kali ini rotinya tidak seperti tongkat satpam. Karena tadi pagi saya sudah membuatnya
di rumah teman kita dengan memakai bahan-bahannya sehingga saya tahu letak kesalahannya.”
Lalu kami memasukan bahan-bahan ke mesin dan menekan tombol pemrosesnya lalu
tidur. Keesokan paginya saya bangun lebih awal dan memeriksa hasilnya. Puji
Tuhan teksturnya lembut. Saya pun bertanya ke istri saya, “Apa yang membuat
roti yang kemarin keras dan sekarang bisa menjadi lembut seperti ini?” Istri
saya menjawab, “Ada beberapa perbedaan. Yang pertama tergantung dari bahannya.
Kedua : tergantung cara kita menaruh bahan-bahan tersebut. Ketiga : tergantung
dari cara kita menyetel mesinnya. Kalau kita sudah melakukannya dengan benar,
pasti berhasil.” Saya berkata dalam hati, “Kalau roti dari keras bisa menjadi
lembut, bagaimana dengan hati yang keras?” Saya pun bertekad memakai metode
yang sama dengan cara yang dipakai istri saya yakni dengan cara membandingkan dan
melihat bagaimana perbedaan antara hati yang keras dan yang lembut. Untuk itu
kita bisa membandingkan 2 bagian Alkitab. Mengapa yang satu keras sedangkan
yang lain bisa lembut?
Saul dan Daud
Tuhan menyuruh kaum Israel
membasmi bangsa Amalek karena mereka pernah menghalangi bangsa Israel waktu mau
memasuki tanah Kanaan dan ‘menyikat’ bangsa Israel dari belakang serta menghalangi
bangsa Israel memasuki tanah Kanaan. Tuhan ingin membasmi orang Amalek dari
yang paling besar sampai yang paling kecil, dari yang paling tua sampai yang
yang paling muda, bahkan ternak pun dibasmi. Tetapi Saul tidak mendengarkan
firman Tuhan. Saul memang membasmi semua orang Amalek tetapi dia menyisakan
raja Agag (raja orang Amalek) yang dibiarkan hidup dan semua kambing, domba dan lembu yang
bagus dan besar disimpannya. Sehingga Tuhan marah dan menyuruh nabi Samuel
untuk datang kepada Saul. Begitulah kisah nyata-nya pada 1 Samuel 15 (Saul) dan 2 Samuel 12:1-14 (Daud).
Saya menyebut cerita-cerita ini sebagai ‘roti
yang keras’. Kita melihat baik Saul maupun Daud sama-sama raja Israel,
sama-sama berdosa kepada Tuhan , sama-sama menista Tuhan dan sama-sama diangkat
from nothing to someone. Kisah Daud terjadi
setelah ia mengambil istri Uria, perwiranya sendiri (orang Het). Ia berzina
dengan Batsyeba dan membunuh Uria dengan menempatkannya di medan peperangan
paling depan hingga mati terbunuh kemudian mengambil Batsyeba sebagai istrinya.
Ini menista Tuhan dan Tuhan pun memanggil nabinya untuk menegur Daud. Apa
perbedaan hati yang keras dengan yang lembut? Daud dan Saul sama-sama raja dan
awalnya tidak ada artinya. Tetapi kemudian diangkat Allah menjadi raja orang
Israel. Keduanya sama-sama melakukan dosa yang menista Tuhan. 2 cerita yang
hampir sama. Tetapi perbedaannya : yang satu (Saul) hatinya keras dan yang satu
lagi (Daud) hatinya lembut dan bertobat.
Pada 1 Samuel 15, kita
melihat bagaimana cara Saul menjawab Samuel. Ayat 20-21 Lalu kata Saul
kepada Samuel: "Aku memang mendengarkan suara TUHAN dan mengikuti jalan
yang telah disuruh TUHAN kepadaku dan aku membawa Agag, raja orang Amalek,
tetapi orang Amalek itu sendiri telah kutumpas. 21 Tetapi rakyat mengambil dari jarahan itu
kambing domba dan lembu-lembu yang terbaik dari yang dikhususkan untuk ditumpas
itu, untuk mempersembahkan korban kepada TUHAN, Allahmu, di Gilgal." 24
Berkatalah Saul kepada Samuel: "Aku telah berdosa, sebab telah
kulangkahi titah TUHAN dan perkataanmu; tetapi aku takut kepada rakyat, karena
itu aku mengabulkan permintaan mereka. Saul selalu berdalih. Banyak orang
yang ketika ditawarkan keselamatan melalui pengorbanan Yesus Kristus di kayu salib sebenarnya
mau menerima namun ada kata “tetapi” nya. Ketika kita ditegur oleh Tuhan lalu
memberi respon, “Tuhan, saya mau bertobat tetapi... (akhirnya tidak jadi
bertobat)”. Banyak yang mengatakan , “Tuhan itu Allah yang baik dan setia.”
Tetapi Tuhan telah menebus dosa manusia, dimulai dari hati yang mau bertobat.
Kita tidak bisa datang kepada Tuhan Yesus dengan mengatakan, “Tuhan hari ini
saya telah berzina dan telah berdosa. Besok kalau saya berzina lagi, tolong
ampuni saya lagi ya..” atau “Hari ini
saya sudah korupsi sekian ratus ribu. Besok kemungkinan akan korupsi sekian
juta. Tolong ampuni saya ya”. Semua pengampunan dosa dimulai dari pertobatan
yang sejati. Yaitu ketika dulu kita mengakui dosa lalu bertobat dan berbalik
kepada Yesus Kristus. Banyak orang tidak menyadari bahwa ketika kita menerima
anugerah Tuhan Yesus, kita pertama-tama sungguh-sungguh bertobat.
Hati yang Keras (Saul)
Tadi saya datang ke GKKK Mabes naik grab-bike dari
Cengkareng. Namun saya terlambat pada kebaktian pertama karena keasyikan
ngobrol dengan pengemudinya. Saya memang paling senang kalau mengabarkan Injil
kepada tukang ojeg. Karena kalau mengabarkan Injil kepada tukang bajaj susah
karena harus berteriak-teriak akibat mesinnya yang ribut. Kalau dengan tukang
ojeg mudah karena telinganya di depan mulut saya. Jadi saya sampaikan,”Kita ini
orang berdosa.” Setelah itu kita melakukan diskusi dalam perjalanan hingga ke topik
dosa. Dia berkata,”Saya sebenarnya mau bertobat Pak. Tetapi saya seringnya bertobat ‘sambal’. Maksudnya hari ini makan
sambal sampai tidak tahan kepedasan dan kapok tidak mau lagi. Tetapi ternyata besoknya
makan sambal lagi. Itulah pertobatan saya.” Saya menanggapi, “Di dunia ini
banyak orang seperti bapak yang tidak mau bertobat sungguh-sungguh.” Kenapa
bisa begini ? Karena hatinya keras dan tidak mau menerima anugerah Tuhan yang cuma-cuma.
Hatinya tidak mau berbalik kepada Tuhan sehingga banyak mengajukan dalih dan
alasan. “Saya mau bertobat, tetapi...” Banyak sekali orang seperti ini. Yang
kedua membuat hati orang keras ada di ayat 25. Maka sekarang, ampunilah kiranya dosaku; kembalilah bersama-sama dengan
aku, maka aku akan sujud menyembah kepada TUHAN." Apakah ini sikap
orang yang mau bertobat? Bukan! Ini orang yang mengajukan syarat (kalau mau A
maka harus B). Banyak orang tidak mau bertobat karena kebanyakan syaratnya. Misalnya
: kalau Tuhan mengubah dulu istri saya agar tidak cerewet lagi. Kalau istri
saya tidak bawel, saya mau mengasuh dan merawat istri saya. Saya akan mengasihi
istri saya. Saya akan mengasuh dan merawatnya seperti Kristus mengasuh dan
merawat jemaat.” Banyak orang yang ingin bertobat namun masih dibumbui dengan
perkataan “tetapi” (banyak syarat). Ini bukan hati orang yang mau bertobat.
Banyak juga orang yang merasa bisa menutupi dosa dengan kegiatan keagamaan
seperti Saul mengatakannya pada ayat 15.
15
Jawab Saul: "Semuanya itu dibawa dari pada orang Amalek, sebab
rakyat menyelamatkan kambing domba dan lembu-lembu yang terbaik dengan maksud
untuk mempersembahkan korban kepada TUHAN, Allahmu; tetapi selebihnya telah
kami tumpas." Banyak orang yang merasa kalau sudah masuk ke gereja
berarti dosanya telah diampuni tetapi
tidak mau mengubah hatinya dan tidak mau menerima Tuhan dalam hatinya. Ayat 30.
Tetapi kata Saul: "Aku telah
berdosa; tetapi tunjukkanlah juga hormatmu kepadaku sekarang di depan para
tua-tua bangsaku dan di depan orang Israel. Kembalilah bersama-sama dengan aku,
maka aku akan sujud menyembah kepada TUHAN, Allahmu." Hidupnya tidak
memikirkan kerajaan Allah melainkan hidupnya sendiri dan keegoisannya. Maka
orang berdosa seperti ini akan terus berdosa.
Secara umum sebuah dosa yang dilakukan saat kita mengeraskan hati akan membimbing
kita ke dosa yang lain. Dosa yang satu membimbing kita ke dosa yang lain.
Contoh : korupsi. Kalau kita korupsi dan keraskan hati tidak mau ditegur, maka
akan masuk ke dosa berbohong. Demikian juga dosa selingkuh. Selingkuh kalau
tidak mau bertobat saat ditegur akan masuk dosa berbohong dan memimpin dosa
yang lain untuk menutupi dosa ini. Misalnya istri bertanya ,”Papa di mana?”
Sang suami menjawab,”Sedang di kantor”. “Kenapa sudah malam tidak pulang?”
istrinya bertanya lagi. “Sedang rapat.” Jawab sang suami. Istri yang penasaran kembali bertanya, “Sedang
rapat dengan siapa?” Sang suami menjawab tanpa berpikir,”Dengan bos!” Istrinya
bingung, “Bukannya kamu bos-nya?” Barulah sang suami menyadari,”Oh iya... saya
bosnya!” Sebuah dosa bila kita tidak mau bertobat, maka kita dibimbing ke dosa
lain. Sampai kita benar-benar bertobat dan menerima Tuhan Yesus, baru dosa itu
bisa dipatahkan. Sehingga kita bisa mengatakan ‘no (tidak)’ pada dosa itu. Bapak gereja (Agustinus) mengatakan bahwa
terdapat 4 kondisi (status) manusia yang disampaikannya dalam bahasa Itali yang
terdiri dari 3 kata saja yaitu pose (artinya
bisa), peccare (berdosa) dan non (artinya tidak). Kondisi pertama waktu manusia
diciptakan Allah (sebelum jatuh dalam dosa) : bisa berdosa (posse peccare), tidak
dapat tidak berdosa (non posse non peccare). Manusia kemudian memilih untuk
berdosa dan manusia masuk ke kondisi yang kedua yaitu non posse non peccare (tidak
dapat tidak berdosa) sehingga semakin tidak mau berbohong nyatanya semakin banyak
berbohong, semakin tidak mau korupsi/selingkuh malahan semakin korupsi
/selingkuh. Manusia tidak bisa bebas dari dosanya, sampai manusia menerima
Yesus Kristus dalam hati. Ketika Yesus masuk dalam hati kita maka kita punya
kondisi yang ketiga : bisa berdosa (posse peccare) dan dapat tidak berdosa (posse
non peccare). Kita bisa mengatakan tidak
pada yang berdosa dan yang jahat. Ada kondisi yang keempat saat kita diangkat
Kristus selama-salamanya yaitu non posse peccare (tidak bisa berdosa). Sebelum
bersama-sama Tuhan Yesus, kita masih bisa berdosa. Hanya saat memiliki hati
Kristus, kita bisa mengatakan “no” kepada dosa. Bagaimana dengan orang yang
keras hatinya? Dia akan selalu mengatakan dan punya alasan untuk tidak
bertobat. Selalu ada kata “tetapi”. Orang yang keras hatinya berkata,”Sebenarnya
saya begini, tetapi...” lalu ia menutupi dosanya dengan kegiatan keagamaan.
Sayangnya tujuannya bukan untuk menyukakan hati Tuhan namun untuk memberangus hati
nuraninya agar tidak terus bicara dan agar bisa hidup dalam dosa.
Hati yang Lembut (Daud)
2 Samuel 12:7 Kemudian berkatalah Natan kepada Daud:
"Engkaulah orang itu! Beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Akulah yang
mengurapi engkau menjadi raja atas Israel dan Akulah yang melepaskan engkau
dari tangan Saul. 9 Mengapa engkau
menghina TUHAN dengan melakukan apa yang jahat di mata-Nya? Uria, orang Het
itu, kaubiarkan ditewaskan dengan pedang; isterinya kauambil menjadi isterimu,
dan dia sendiri telah kaubiarkan dibunuh oleh pedang bani Amon. 13 Lalu berkatalah Daud kepada Natan: "Aku
sudah berdosa kepada TUHAN." Dan Natan berkata kepada Daud: "TUHAN
telah menjauhkan dosamu itu: engkau tidak akan mati. Walaupun demikian, karena engkau dengan
perbuatan ini telah sangat menista TUHAN, pastilah anak yang lahir bagimu itu akan
mati."
Bagaiamana dengan Saul dan Daud? Bagaimana dengan hati yang keras dan
lembut? Hati yang keras selalu berkata dengan kata “tetapi”. Sedangkan hati
yang lembut mengatakan,”Aku telah berdosa kepada Tuhan”. Hanya sesingkat itu,
tidak berdalih (bersyarat) dan tidak mau lagi hidup dalam dosa itu terus
menerus. Itulah pertobatan sejati. Allah tidak pernah kompromi terhadap dosa. Tetapi
Tuhan memberi akomodasi. Ketika Saul berdosa, Tuhan menghukum Saul . Ketika
Daud berdosa, sekalipun Daud sudah bertobat , ia tetap menerima akibatnya. 2 Samuel 12:13b-14 Lalu berkatalah Daud kepada Natan: "Aku
sudah berdosa kepada TUHAN." Dan Natan berkata kepada Daud: "TUHAN
telah menjauhkan dosamu itu: engkau tidak akan mati. Walaupun demikian, karena engkau dengan
perbuatan ini telah sangat menista TUHAN, pastilah anak yang lahir bagimu itu
akan mati." Daud sungguh-sungguh puasa supaya anak yang akan
dilahirkan dari perzinahan dengan Batsyeba tidak mati. Tetapi akhirnya anak itu
tetap mati karena Allah tidak pernah kompromi terhadap dosa. Ia juga tidak
memberi kesempatan kita untuk berdosa. Salib Kristus bukanlah kesempatan kita
untuk hidup dalam dosa. Tetapi kesempatan untuk mengatakan “tidak “ pada dosa.
Kita punya kekuatan dan kemampuan yang menyalibkan dosa. Allah tidak pernah
kompromi pada dosa.
Yang Tuhan kehendaki bukan harta tetapi hati kita,
bukan korban sembelihan atau korban bakaran tetapi hati kita. Semua harta
kekayaan kita berasal dari Tuhan. Ada yang beranggapan kalau sudah ke gereja,
sudah cukup untuk menghapus dosa kita. Saya katakan jika belum ada Yesus
Kristus dalam hatiamu, maka belum ada keselamatan dan belum benar-benar betobat.
Yang Tuhan kejar adalah hati manusia. Kalau hatinya sudah diberikan maka Tuhan
akan memakainya. Ketika engkau memberikan hatimu maka engkau pasti akan memberikan
hartamu, waktumu, gelarmu, familimu dan seluruh keberadaanmu untuk Tuhan pakai
menjadi kemulaan bagi nama Tuhan. Hidup menjadi sangat berarti, kalau kita mempersembahkan
hati kita. Kalau kita terus mengeraskan hati kita, maka yang terjadi seperti
akhir cerita dari Saul.
Akhir hidup Saul dan Daud sama seperti roti yang keras dan lembut. 1 Samuel
pasal terakhir (pasal 31) merupakan akhir cerita dari Saul. Saul mati di arena
peperangan dengan panah di tubuhnya dan luka-luka yang parah. Tetapi ia belum mati.
Akhirnya ia bunuh diri dengan menggunakan pedangnya sendiri. Pedang di taruh di
bawah dan menjatuhkan dirinya sendiri di atas pedangnya. Kemudian kepalanya
dipancung oleh musuhnya (orang-orang Filistin). Mayatnya dipakukan mereka di
tembok kota Bet-Sean bersama dengan mayat anak-anaknya (termasuk Yonatan,
Abinadab dan Malkisua). Tetapi orang Israel (penduduk Yabesh-Gilead) yang gagah
perkasa mengambil mayat Saul yang sudah tidak berkepala , membawanya ke Israel
dan membakar mayat-mayat mereka di Yabesh. Mereka mengambil tulang-tulangnya
lalu menguburkannya di bawah pohon tamariska di Yabesh. Sedangkan kematian Daud
dicatat pada 1 Raja-raja. Bagaimana matinya Daud? Dia memberikan pesan terakhir
pada anaknya Salomo, anak hasil hubungannya dengan Batsyeba. Artinya Tuhan
benar-benar mengasihi Daud. Saya ingin sekali meninggalkan pesan seperti itu. Daud
mati dengan tenang sebagai raja yang besar dan dikenal namanya sampai sekarang.
Sampai sekarang orang masih menyebut
Kota Daud yakni nama yang diberikan oleh orang Israel untuk daerah pemukiman
tertua di Yerusalem. Pada Kisah Para
Rasul 13:22 dikatakan: “Setelah Saul
disingkirkan, Allah mengangkat Daud menjadi raja mereka. Tentang Daud Allah
telah menyatakan: Aku telah mendapat Daud bin Isai, seorang yang berkenan di
hati-Ku dan yang melakukan segala kehendak-Ku. Ibrani 11:32-33 Dan apakah lagi yang harus aku sebut? Sebab
aku akan kekurangan waktu, apabila aku hendak menceriterakan tentang Gideon,
Barak, Simson, Yefta, Daud dan Samuel dan para nabi, yang karena iman telah
menaklukkan kerajaan-kerajaan, mengamalkan kebenaran, memperoleh apa yang
dijanjikan, menutup mulut singa-singa.
Penutup
Saul menghina Tuhan
dan ditegurNya. Tetapi ia mengeraskan hati dan tidak mau ditegur sehingga hidupnya
sia-sia. Sedangkan Daud hidupnya dikenal sepanjang masa. Bagaimana dengan hidup
kita? Apakah ada dosa yang disembunyikan dalam hidup kita? Apakah hari ini roh Allah
diganti dengan allah lain? Saatnya hari ini untuk datang kepada Tuhan. Tidak
dengan kata kalau saya mau hidup terus dalam dosa tetapi mau menerima anugerah
Tuhan. Kita datang kembali seperti Daud saat berdosa. Kita beroda, “Tuhan, saya
memang lemah tetapi engkau Tuhan akan menjadi Juruselamat dalam hidupku dan Engkau
akan mengarahkan hidupku sehingga ada
anugerah Allah”.