Acara kesaksian pada Persekutuan Doa (PD) Rabu 30 Maret 2016 secara khusus
mengundang Ibu Hetty, salah seorang jemaat Gereja Kristen Ketapang Kelapa
Gadang tempat di mana Ev. Susan Maqdalena sebelumnya melayani sebagai gembala. Ibu
Hetty bukan jemaat biasa tetapi seorang aktifis yang sungguh-sungguh mau
melayani. Walaupun dalam kondisi yang sakit, ia tetap ingin menyelesaikan
tugasnya sebagai seorang BP (badan pengurus). Saya tidak tahu apakah BP ini
levelnya sama dengan majelis atau BP komisi (sebagai sekretaris).
Ibu Hetty datang ke PD dengan suaminya (Pak Santo) dan dua orang rekan
aktifisnya yakni Ibu Lily (seorang yang giat mendukung Ibu Hetty dalam
sakit-penyakitnya) dan Ibu Siu Muk (? Tidak tahu benar tidak namanya). Sewaktu
melihat mereka bersama Pdt. Hery Kwok saya sudah menduga salah satu dari mereka
adalah tamu yang diundang untuk memberi kesaksian. Namun karena ada 3 orang
perempuan, saya harus menebak mana orang yang akan memberi kesaksian. Karena kedua
rekan Ibu Hetty orangnya kurus-kurus, saya awalnya agak sulit menentukan mana
yang sakit (maaf bukan mau bilang orang kurus penyakitan ya...). Akhirnya waktu
dikenalkan baru saya tahu bahwa ibu yang agak kecil badannya yang akan
memberikan kesaksian. Saya sempat berbincang-bincang sebentar dengan Ibu Hetty
sebelum acara PD dimulai.
Ibu Hetty memberikan kesaksian dengan suara yang tidak begitu jelas. Hal
ini pasti karena sakitnya. Saya jadi ingat waktu papa saya menderita kanker dan dirawat di RS, ia bahkan sudah bisa bicara
lagi. Puji Tuhan, Ibu Hetty masih bisa bersuara dengan cukup baik. Dulu waktu
papa tidak bisa bicara padahal ia ingin bicara, maka kami hanya dapat memberi
kata-kata yang dimaksudkan untuk menghibur saja. Namun pastilah sedih bagi
orang yang kehilangan suaranya. Jadi berbahagialah orang yang masih bisa
bertutur kata dengan jelas.
Berikut penuturan dari Ibu Hetty yang sempat saya tangkap. Kalau ada
hal-hal yang salah dan tidak jelas, kemungkinan saya salah dengar atau tidak
mencatatnya dengan jelas. Juga sebagian saya tidak tangkap konteksnya mungkin
karena yang diceritakan sudah sangat familiar dengannya tapi bagi saya hanya
menduga-duga saja. Moga-moga tidak salah. Sebenarnya mau konfirmasi ke Ibu
Hetty , tapi karena Ibu Hetty tidak punya alamat email, maka kalau pakai pesan
WA bakal repot karena panjang. Kata-katanya tidak persis sama karena sewaktu
mencatatnya ada sebagian yang tidak keburu dicatat.
Saya ingin memberikan kesaksian
bahwa Tuhan benar-benar setia.
Pada tahun 1998 saya divonis
terkena kanker *1) payudara stadium 2A. *2)
Ada 3 sel yang tidak normal di payudara dan yang
satunya gawat. Dari pemeriksaan mamogram *3) terlihat bahwa ada scar (jaringan parut) di payudara sehingga harus
diangkat semunya.
Saya pasrah dan berkata, “Apapun
yang terjadi, saya serahkan keputusannya sesuai dengan yang terbaik menurut
dokter.”.
Maka saya pun kemudian
menjalani operasi pengangkatan payudara saya.
Saya mengira setelah
operasi semuanya sudah selesai.
Namun ternyata setelah 3
minggu operasi harus disinar sebanyak 25 kali! Setelah itu harus kemoterapi.
Saya sama sekali tidak mengerti.
Katanya hanya diinfus,
ternyata sakit sekali.
Saat itu (Mei 1998, red) sedang terjadi kerusuhan.
Suami saya sedang asyik menonton
“bakar-bakaran”, sementara saya sedang menghadapi rasa sakit saya.
Ranjang sampai bergoyang
dan saya tidak bisa ngomong dan berdoa. Dalam hati saya hanya berkata,”Tuhan
tolong!’.
Suster yang masuk ke
kamar, memeluk tapi saya masih gemetaran.
Tiba-tiba suami saya
datang dan berkata, “Seru, mobil-mobil sedang dibakari.”
Saya tidak bisa membalas.
Suster yang melihatnya
berkata, “Bapak... ! Istri bapak sedang gemetaran.”
Barulah suami saya sadar.
Setelah itu ia selalu menemani saya..
Walau suami saya cuek,
ternyata waktu saya sakit baru terlihat kasih suami kepada saya. *4)
Setelah menjalani kemo
saya diberi obat.
Waktu itu saya masih
kerja karena masih berumur 40 tahun.
Namun untuk kemo saya sering
bolos sehingga rapot saya jelek dan terpaksa dirumahkan.
Karena pengobatan kemo
mahal, maka uang pun menipis.
Beruntung saya mempunyai
teman yang sangat baik, Lily.
Saya berkata kepadanya, “Li
saya sudah tidak punya uang untuk beli obat.”
Sahabat ini judes tapi
terus support saya.
Ia yang memberi nasehat
dengan meminta saya mengatakan,”Tuhan saya mau minum obat ini, tapi setelah itu
sembuh.” Setelah itu, rasanya badan saya menjadi enak.
Karena merasa sudah enak maka
saya tidak lagi kontrol penyakit saya.
Selama 12 tahun saya tidak
cek.
Setelah itu di CT-scan ,
mamogram dan keluar hasilnya : saya bebas kanker!
Tuhan begitu baik, saya
bebas kanker!.
Lalu karena keenakan, saya
lupa lagi berdoa.
Juga pekerjaan, kalau mau
baru saya kerjakan.
Tahun 2013 saya
ditugaskan dalam pelayanan secara penuh.
Saya giat melayani dan akhirnya
batuk-batuk.
Kata teman saya, .”Het ke
dokter, Het. Takut kamu kena TBC.”
Saya menjawab, “Tanggung.
Setelah natal dan tahun baru, baru ke
dokter”
Ternyata di awal 2014,
saya kena typus. Karena batuk-batuk saya dironsen.
Ternyata hasil ronsen,
tidak keluar-keluar.
Saya tanya,”Dokter,
memang tidak ada hasilnya?”.
Dokter menjawab, “Nanti
suami ibu yang saya kasih tahu.”
Saya berkata, “Dok, saya
kan yang sakit. Bukan suami saya.”
Akhirnya dokter berkata, “Paru-paru
ibu tidak bagus. Dalam paru-paru kanan ibu ada benjolan di kelenjar getah bening
berukuran 5x6, sedangkan di paru-paru kiri juga ada tapi kecil-kecil. Mungkin
ini metastases dari kanker payudara.”
Saya mulai galau dan menangis.
Pikiran saya jadi jelek.
Saya menyediakan foto dan
berpesan ke tukang foto untuk nanti diletakkan di atas peti mati. Tukang foto
bingung.
Saya berpesan, “Buat yang
bagus karena nanti taruh di atas peti saya.”
Saya juga buat baju baru untuk menghadap Tuhan.
Memang saya ditertawai
tapi tak peduli.
Saya siapkan semua agar
tidak merepotkan suami dan anak.
Saya berkata ke suami, “Pi,
kalau saya berangkat sudah saya siapkan semua di bawah ranjang.”
Suami saya berkata,”Jangan
begitu.”
Ternyata saya jahat di
hadapan Tuhan, sok pintar, mendahului rencana Tuhan.
Saya periksa lab,
hasilnya ternyata tidak seperti yang saya takuti.
Hasilnya bagus
Yang tadinya bertana minus
jadi plus dan sebaliknya
Dokter bilang, “Ini
hasilnya bagus.Ibu tidak perlu kemo cukup makan obat saja.”
Tadi di lab itu saya
bedoa, “Tuhan saya terima kalaupun vonis nya jelek. Hanya kalau boleh jangan
dikemo karena mahal dan bukan bertambah baik.”
Tuhan menjawab dan saya
tidak dikemo dan hanya perlu makan obat.
Dagingnya di paru mengecil
sedikit
Juli 2015, saya jatuh
lagi.
Panas saya tinggi. Kalau
pagi tidak panas.
Pagi hari saya seperti orang
hamil, muntah-muntah. Kalau tidak muntah tidak puas.
Jadi suami suruh ke dokter.
Saat ada saudara mau
kawin suami bilang “Jangan datang.” Tapi saya tetap datang ke rumah cici.
Di sana saya
muntah-muntah Jadi merepotkan saja.
Akhirnya saya dibawa ke
rumah sakit. Setelah di infus kondisinya jadi bagus.
Namun setelah pulang
muntah lagi. Dokter bilang ,”Itu vertigo.”
Lalu saya dijemput anak
masuk ke RS Gading Pluit.
Setelah di MRI *5), ternyata
virus masuk ke otak saya. Jadi rambut saya rontok.
Rambut baru yang saya
pakai ini baru 6 bulan.
Dokter bertanya,”Ibu
sering jatuh?”
Saya menjawab, “Seingat
saya begitu.”
Ternyata di atas otak
kecil ada cairan sehingga harus dioperasi.
Malam-malam datang dokter
bedah.
Pk 1 malam pikiran saya
jelek. Saya melihat dokter seperti jagal babi.
Padahal dokter sedang
pakai sarung tangan dan saya melihatnya seperti sedang mengasah pisau jagal.
Saya pun berteriak tidak
mau. Kalau mau bedah biar Tuhan langsung yang bedah.
Suami saya bilang, “Kalau
tidak bedah akan begini terus.”
Jadi selama 3 bulan saya
tidur miring ke kiri. Tidak bisa bergerak. Saya tidak suka sinar.
Kalau suami menyalakan lampu
maka terjadi perang.
Selama 3 bulan saya merasa pasti tidak ada harapan.
Terakhir sahabat saya
datang. Mereka datang.
Saya bertanya ke suami,”Teman-teman
yang lain datang, kenapa Lily tidak pernah datang?”
Ternyata kemudian ia
datang membawa sahabatnya dari Australia.
Di situ saya dihajar
habis-habisan
Teman saya berkata, “Minum
obat dan vitamin tidak mau. Maunya apa?”
Saya menjawab, “Maunya
pulang. Malam sakit badannya.”
Dia berkata, “Kalau mau
pulang, kamu mau melewati jembatan? Masih ada 1 jembatan. Kalau mau jembatan,
elu mesti nekat.”
Malamnya saya bermimpi.Mimpinya
senang tapi tidak enak.
Saya bilang ke suami, “Saya
mau dibedah.”
3 rumah sakit dicari tapi
semuanya mentok.
Di RSCM bilangnya dokter-dokter meeting dulu.
Anak saya bilang, “Mami
tidak bisa begitu”
Ia pergi ke RS Siloam Karawaci
untuk ke Prof Eka.
Dokter itu bagus tapi
mahal, duitnya darimana? Untuk sekali konsulatsi saja Rp 700.000, bagaimana
caranya operasi?
Namun anak-anak akan usahakan.
3 hari sebelum operasi,
saya minpi, “Ada orang yang tidak ada muka. Saya dikasih kudanya. Buntutnya
bagus. Kuda itu melihat saya saja”.
Pendeta saya (Novi, red) datang, lalu ia doakan saya.
Saya bertanya, “Ibu Novi
saya dikasih kuda oleh teman saya.”
Ia berkata , itu bukan
kuda tapi keledai.
Saya melihat dia dan
sebaliknya. Akhirnya saya ambil.
Selesai saya dioperasi,
ada ilusi.
Karena tidak mendusin,
suster membangunkan saya.
Di dalam keadaan dibius
saya bermimpi.
Biasanya keledai di belakang
saya, dia ikut kemana pun saya tuntun. Sekarang ia di depan saya. Ia berkata, “uber
saya.”
Begitu mendusin, nafas
saya Senin-Kamis.
Suster bertanya, “Bu,
bangun! Ibu lari ya?”
Saya menjawab, “Iya” dan
saya bertanya mana keledai saya.
Saya cerita ke Cahyadi
(?).
Ia menjelaskan, “Itu
adalah keledai Tuhan Yesus yang mau ke Yerusalem. Kamu dikasih pinjam.”
Sebelum operasi ada hamba
Tuhan (Ev. Newton) yang datang ke rumah.
Dia berkata, “Ci Hetty harus kuat dan senang.”
Saya bilang, “Bapak tidak
sakit jadi tidak tahu. Jadi bapak bisa bilang harus sabar dan harus gini gitu.”
Ia bilang, “Saya memang tidak
mengalami. Tetapi firman bilang...”
Saya berkata,”Saya tidak
percaya firman!”.
Setelah ia pergi, saya
minta suami bacakan firman.
Saya minta maaf, sama Tuhan
karena saya jahat.
Setelah itu saya
berserah.
Saat menghadapi operasi
tidak ada ketakutan.
Suami bertanya, “dalam
agama kristen kalau mati boleh dibakar?”
Mungkin dia pikir saya
akan mati. Tapi saya tidak ada rasa takut.
Ipar saya berkata,”Jangan
so, nanti dikubur saja.”
Saya bilang, “Tidak ah...
dibakar. Saja, kalau dikubur 3 tahun harus diperpanjang ijinnya.”
Suami sudah lega setelah
bertanya melalui adiknya.
Saya pikir, “Kenapa suami
ngomong begitu?”
Saya berdoa, “Tuhan tolong
beri saya kesempatan 3 tahun. Saya baru dilantik, bagaimana pertanggungjawaban
saya jadi BP? Kalau saya lihat, Tuhan itu benar-benar baik. Tuhan itu baik. Ia
hidup.”
Saat menyaksikan saya
sakit, semua teman bilang, “Hetty kamu ajaib.”
Saya bilang, “Tuhan yang
ajaib”
Teman baik saya berkata, “Kamu
diberikan kesempatan dan bertugas serta bersaksi.”
Itu yang saya pegang
terus. Dia memberikan saya kekuatan. Dia mendukung iman saya untuk bangun.
Ia ikut perjamuan kudus.
“Elu mesti sembuh,” kata
Lily.
Saya mau bangkit dan
bersandar pada Tuhan.
Kalau saya sembuh, walau
pun hasil paru-paru belum baik, tetapi saya mengucap syukur karna Tuhan
memberikan saya kesempatan mengalami cintaNya.
Intinya saya berpesan,
kalau kita dikasih kesempatan menerima musibah, jangan menyesali. Pasti Tuhan ada
maksud. Tuhan mau kita bersandar padaNya. Amin.
Pengantar Pdt Hery Kwok : Pdt Novi dan Ev.
Newton (Cahyadi?) adalah hamba Tuhan di GKK Kelapa Gading. Saya pernah ditelepon oleh Ev.
Newton, “Boksu siap-siap ya nanti ibadah kedukaan.Ada permintaan khusus dari
Mpok Hetty. Ev. Susan yang pimpin pujian, boksu yang khotbah. Jadi requestnya jadi
pembicara untuk orang mati.”. Saya dan Susan
pernah melayani di sana. Hetty dalam pengurusan BP baik dan tidak pernah
melalaikan tanggung ajwab. Tidak pernah kendor pelayanan. Dia terlibat dalam
pelayanan. Sampai hari ini tetap melayani. Ada saatnya, orang kasih dia firman dan
ia sudah capai mendengarnya. Perjalanan hidup memang kadang turun ke bawah dan kemudian
naik lagi. Arrtinya hidup rohani kita
perlu dijaga. Bagaimana relasi kita dengan Tuhan dan setia kepada Tuhan. Kadang
saya bandingkan dengan hamba Tuhan di Reform seperti tidak ada apa-apanya. Mereka
sangat militan. Walau keluarga sakit, mereka tetap melayani.Waktu kita dengan
Tuhan punya hubungan yang baik dan kuat, sebenarnya Dia akan membakar hati dan
semangat kita. Tapi tidak gampang. Kebanyakan hanya teori yang diungkapkan.
Tetapi
Ibu Hetty menjalananinya dengan Tuhan. Kalau kita sehat tapi tidak mau melayani
maka perlu pertanggungjawabkan kepada Tuhan. Kesaksian Hetty meberi kekuatan.
Pengantar dari Ev. Susan
Kwok : Suarana
Ibu Hety saat memberi kesaksian tidak jelas. Dulu suaranya lantang, garing, dan
jelas namun sekarang sudah berbeda. Ia anggota lenong gereja karena di GKK Kelapa
Gading, logat bicaranya Betawi banget. Jadi kita membuat lenong betawi di
gereja. Jadi kisah Alkitab dibuat gaya lenong, menarik juga. Ada gaya Betawi
ditambah logat encim-encim zaman dulu. Cukup diterima untuk kalangan kita waktu
itu. Tetapi pelayanan lenong sudah distopnya saat ini , namun ia masuk
pelayanan lain seperti lewat pemikiran, tulisan masih bisa. Ia sekretaris yang
baik. Suka mendekor. Handuk sepotong bisa jadi macam-macam gambarnya. Melihat
kertas bisa diubah jadi pernak-pernik yang menarik yang ditunggu-tunggu. Mungkin
sakit kita tidak beupa sakit fisik melainkan juga pikiran kita dan kita perlu
damai. Seperti yang lirik lagu “Kala kucari damai, hanya kudapat dalam Yesus”.
1. Penyakit kanker merupakan
salah satu penyebab kematian utama di seluruh dunia. Pada tahun 2012, sekitar
8,2 juta kematian disebabkan oleh
kanker. Kanker paru, hati, perut, kolorektal, dan kanker payudara adalah penyebab
terbesar kematian akibat kanker setiap tahunnya. Lebih dari 30% dari kematian
akibat kanker disebabkan oleh lima faktor risiko perilaku dan pola makan,
yaitu: (1) Indeks massa tubuh tinggi, (2) Kurang konsumsi buah dan sayur, (3)
Kurang aktivitas fisik, (4) Penggunaan rokok, dan (5) Konsumsi alkohol
berlebihan. Hari Kanker Sedunia diperingati setiap tanggal 4 Februari dan Hari
Kanker Anak diperingati setiap tanggal 15 Februari. Untuk memperingati Hari
Kanker Sedunia tahun 2015, Union for International Cancer Control (UICC) mengangkat
tema “Not Beyond Us” yang bertujuan untuk meningkatkan kewaspadaan dan
pengetahuan mengenai penyakit kanker, serta menggerakkan pemerintah dan
individu di seluruh dunia untuk melakukan upaya pencegahan, deteksi dini dan pengobatan
terhadap penyakit kanker. Orang-orang dekat saya sendiri cukup banyak yang
terkena kanker yakni papa saya terkena kanker hati dan prostat, mama saya
kanker pankreas, mama mertua terkena kanker getah bening, paman saya terkena
kanker hati. Kanker ini telah merengut nyawa mereka berempat. Doi juga terkena
kanker rahim (endometrium). Siswa doi , Michelle, juga terkena kanker tulang
dan paru yang juga merengut nyawanya.
2. Beberapa jenis kanker
memang memiliki stadium tertentu yang berbeda dengan yang lain. Namun secara
umum, dokter biasanya menggunakan dasar sistem TNM dalam menentukan stadium
pada kanker. TNM (tumor formation, lymph node involvement, dan metastasis)
mempermudah dokter dalam mendiagnosis stadium kanker pada pasien. Penderita
kanker payudara stadium 2a kondisinya : diameter tumor lebih kecil atau sama
dengan 2 cm dan telah ditemukan pada titik-titik pada saluran getah bening di
ketiak ( axillary limph nodes ), diameter tumor lebih lebar dari 2 cm tapi
tidak lebih dari 5 cm. Belum menyebar ke titik-titik pembuluh getah bening pada
ketiak ( axillary limph nodes ) dan tidak ada tanda-tanda tumor pada payudara,
tapi ditemukan pada titik-titik di pembuluh getah bening ketiak.
3. Mammogram merupakan salah
satu jenis pemeriksaan pada payudara dengan menggunakan sinar X dalam dosis
rendah untuk mendeteksi adanya sel kanker yang sedang berkembang. Selama
mammogram berlangsung, payudara akan ditekan diantara dua buah benda permukaan
sebuah alat periksa untuk melihat jaringan payudara. Sinar X yang dipancarkan
akan menangkap kelainan sel yang ada pada payudara jika seseorang positif menderita
kanker.
4. Wanita memang lebih
perasa (sensitif) dibanding pria. Wanita membutuhkan pendamping yang kuat untuk
menemani saat menghadapi penyakit apalagi yang berat. Kalau pria cenderung
mengabaikan penyakit jadi malas pergi ke dokter.
5. Pencitraan resonansi
magnetik (bahasa Inggris: Magnetic Resonance Imaging, MRI) ialah gambaran
pencitraan bagian badan yang diambil dengan menggunakan daya magnet yang kuat
mengelilingi anggota badan tersebut. Berbeda dengan "CT scan", MRI
tidak menggunakan radiasi Sinar-X dan cocok untuk mendeteksi Jaringan Lunak,
misalnya Kista ataupun Tumor yang masih sedikit, tetapi pencitraan dengan MRI
lebih mahal daripada menggunakan CT scan. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
merupakan suatu teknik yang digunakan untuk menghasilkan gambar organ dalam
pada organisme hidup dan juga untuk menemukan jumlah kandungan air dalam
struktur geologi. Biasa digunakan untuk menggambarkan secara patologi atau
perubahan fisiologi otot hidup dan juga memperkirakan ketelusan batu kepada
hidrokarbon.
No comments:
Post a Comment