Ev. Mathindas Wenas
1 Kor 15:3-11
3 Sebab yang
sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima
sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan
Kitab Suci,
4 bahwa Ia
telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga,
sesuai dengan Kitab Suci;
5 bahwa Ia
telah menampakkan diri kepada Kefas dan kemudian kepada kedua belas murid-Nya.
6 Sesudah itu
Ia menampakkan diri kepada lebih dari lima ratus saudara sekaligus; kebanyakan
dari mereka masih hidup sampai sekarang, tetapi beberapa di antaranya telah
meninggal.
7 Selanjutnya
Ia menampakkan diri kepada Yakobus, kemudian kepada semua rasul.
8 Dan yang
paling akhir dari semuanya Ia menampakkan diri juga kepadaku, sama seperti
kepada anak yang lahir sebelum waktunya.
9 Karena aku
adalah yang paling hina dari semua rasul, bahkan tidak layak disebut rasul,
sebab aku telah menganiaya Jemaat Allah.
10 Tetapi
karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih
karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah
bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan
kasih karunia Allah yang menyertai aku.
11 Sebab itu,
baik aku, maupun mereka, demikianlah kami mengajar dan demikianlah kamu menjadi
percaya.
Fil 3:10-11
10 Yang
kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam
penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya,
11 supaya aku
akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati.
Untuk Apa Kita Berdiri Teguh untuk Tuhan (Stand up for Jesus) ?
Di
dunia ini ada satu pasukan (tentara) elit
yang sangat terkenal asal Amerika Serikat yakni Navy Seal. U.S. Navy SEAL (The
United States Navy Sea, Air and Land) adalah pasukan khusus Angkatan Laut
Amerika Serikat, yang disiapkan untuk melakukan operasi tempur non
konvensional, mempertahanan negeri AS, melakukan serangan langsung, kontra
terorisme, dan operasi khusus lainnya. Untuk menjadi anggotanya, orang harus
mendaftar dan melakukan banyak latihan. Salah satunya adalah apa yang disebut ‘5
hari neraka’ di mana selama 5 hari mereka tidak tidur , tidak diberi makan,
tidak boleh minum dan dibiarkan
kedinginan dan kelaparan. Dalam air dingin dan kondisi haus serta lapar tanpa
makanan , mereka harus menyelam dan berlari. Setelah menjadi anggota pasukan
ini , bila ada peperangan di suatu tempat untuk hal-hal sulit, mereka diutus paling depan dan mereka siap
untuk mati. Mereka mempersiapkan diri, berlatih sampai sedemikian rupa untuk
diutus kalau perlu sampai mati! Setelah itu selesai. Coba bayangkan, ada hal seperti ini di
tengah-tengah dunia ini. Di di Arlington
County, Virginia, Amerika Serikat ada kuburan Arlington National Cemetary. Di komplek
perkuburan yang luasnya 253 hektare itu , ada satu bagian kuburan yang menjadi tempat
bagi prajurit AS yang mati di medan perang tapi namanya tidak diketahui. Untuk memberi
penghargaan kepada mereka, ada sepasukan prajurit yang menjaga kuburan tersebut
siang-malam baik hujan maupun panas. Mereka menjaga kuburan orang-orang mati.
Mereka berjaga karena mereka diperintahkan untuk itu. Mari kita melihat diri kita sendiri. Ada orang
berjaga pada kuburan orang mati sedangkan kita punya Tuhan Yesus yang hidup dan
kuburan tidak bisa menahanNya karena Dia sudah bangkit (kita punya Tuhan yang
hidup), bagaimana kita berdiri teguh di hahapanNya? Apa yang kita lakukan? Kalau
untuk orang mati mereka bisa begitu, bagaimana dengan kita untuk pribadi Yesus
yang hidup bagi kita?
Merespon dan Berdiri Teguh Bagi Tuhan
Ada
3 hal yang perlu untuk kita memahami bagaimana seharusnya kita berespon dan bisa
berdiri teguh di hadapan Tuhan, menjadi prajurit dan alat anugerahNya yang
dipakai untuk menjadi berkat di tempat yang Tuhan percayakan (termasuk gereja
ini) kepada kita :
1.
Percaya dan mengalami kuasa kebangkitan Tuhan
Yesus. Fil 3:10 Rasul Paulus berkata,” Yang
kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam
penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya”. Kita percaya Tuhan Yesus bangkit. Bertahun-tahun kita diajarkan Yesus
bangkit. Namun yang penting bukan sekedar percaya Kristus bangkit tetapi kita
mengalami kuasa kebangkitanNya tidak. Kuasa kebangkitanNya sangat besar karena ia
memberi hidup dan menstransformasi hidup. Kalau kuasa dunia ini adalah kuasa
yang menghancurkan, tetapi kuasa Yesus yang bangkit adalah kuasa yang memberi dan mentransformasi hidup. Kuasa Kristus
berkuasa menyelamatkan jiwa kita.
Waktu Yesus meninggal, semua murid terpencar. Mereka
tinggal di tempat yang tertutup dan terkunci (sembunyi). Tetapi ketika mereka
bertemu dengan Yesus yang bangkit, satu per satu mengalami perubahan (transformasi)
yang luar biasa. Tadinya mereka takut kepada prajurit Romawi, imam-imam dan
orang-orang Farisi, tetapi ketika bertemu Yesus yang bangkit mereka mengalami
kuasa kebangkitan Yesus. Akhirnya mereka dipakai oleh Tuhan untuk berani bersaksi
tentang Yesus. Murid-murid mati demi kepercayaan mereka. Semua rasul mengalami
penganiayaan dan mati karena mereka bertemu Yesus yang bangkit dan mengalami
kuasa Yesus secara pribadi dan tidak takut lagi. Ada saudara Yesus yakni
Yakobus tidak mau mengaku Yesus. Orang Yahudi menganggap Yesus tidak benar
karena berani mengatakan bahwa Ia adalah Allah. Seluruh keluarga Yesus
ketakutan. Daripada dihakimi oleh para imam dan ahli Taurat maka mereka pun
menolakNya. Tetapi di dalam tradisi Kristen , saudara Yesus yakni Yakobus
menjadi percaya kepada Yesus dan menjadi pemimpin gereja di Yerusalaem dan akhirnya
dirajam sampai mati karena percaya pada saudaranya. Waktu hidup Yesus membuat
banyak mujizat dan mereka menolakNya tidak percaya, tapi setelah Yesus mati mereka
percaya. Karena mereka melihat Yesus tidak hanya mati tetapi bangkit pada hari
ketiga. Dan itu disaksikan begitu banyak murid sampai 500 orang dan yang masih
hidup begitu banyak pada zaman itu. Orang yang tidak percaya seperti Paulus yang memimpin penganiayaan orang
percaya, tetapi begitu ketemu Kristus ia mengalami kuasa kebangkitanNya. Ia menjadi
sangat berani, tidak takut apapun, dari penganiaya ia menjadi pemberita Injil.
Ia mati karena kepercayaannya bagi Kristus yang mati dan kemudian bangkit.
Terjadi perubahan yagn luar biasa di Yerusalem. Orang
banyak yang menolak Yesus, sebagian besar mereka berkata, “Salibkan Dia!”.
Ketika Rasul Petrus berkotbah, 3000 orang percaya. Orang yang tidak percaya menjadi
percaya. Waktu orang Yahudi percaya pada Yesus, maka ia harus berubah seluruh
tatanan sosialnya. Ia mengalami penolakan dari para imam – ahli Taurat dan
dikucilkan. Tetapi banyak pengikut Yesus bertambah banyak. Karena Yesus tidak
hanya mati tapi juga bangkit. Semua murid Yesus mengalami kuasa itu. Kalau
orang sekarang percaya Yesus tapi tidak mengalami secara pribadi kuasa
kebangkitan Yesus maka kita tidak memberi perubahan kepada dunia. Tetapi
murid-murid bukan hanya percaya, tetapi mereka mengalami kuasa kebangkitan dan
mereka tidak takut. Mereka memberi kesaksian untuk Yesus dan mereka siap mati
untuk itu.
2.
Rasul Paulus
mengerti bahwa ia harus mengalami kuasa kebangkitan Yesus. Ia harus mengerti
bahwa untuk menjadi orang yang dipakai Tuhan, ia harus memahami penderitaan
Yesus. Sehingga di Filipi ia katakan,” Yang
kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam
penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya”.
Rasul Paulus rindu mengalami penderitaan di dalam Kristus. Maksudnya, Rasul Paulus
ingin merasakan apa yang Yesus alami di atas kayu salib. Seseorang yang hanya
mengerti penderitaan (orang itu melakukan sesuatu untuk orang lain dan
menderita), hanya akan kagum akan perbuatan orang itu. Tetapi Paulus melihat
apa yang dilakukan Yesus itu untuk diriNya. Ini yang digambarkan pada Yoh
21:16-19 Kata Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: "Simon, anak
Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Jawab Petrus kepada-Nya:
"Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus
kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku." Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya:
"Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Maka sedih hati
Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: "Apakah engkau mengasihi
Aku?" Dan ia berkata kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu,
Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya:
"Gembalakanlah domba-domba-Ku. Aku
berkata kepadamu: Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat
pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika
engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan
mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki." Dan
hal ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana Petrus akan mati dan
memuliakan Allah. Sesudah mengatakan demikian Ia berkata kepada Petrus:
"Ikutlah Aku.". Waktu Yesus berkata kepada Simon untuk ketiga
kalinya, Simon sedih sekali, “Tuhan engkau juga tahu bagaimana aku mengasihi
engkau dan kasarnya ia ingin berkata, “Engkau juga tahu aku menyangkal engkau 3
kali”. Tetapi pertanyaan itu untuk membawa Petrus ke pergumulan yang lebih
dalam bahwa ternyata Yesus memanggilnya untuk menderita bagi Kristus. Kita
tidak akan pernah mengalami dan memahami penderitaan Yesus kalau kita tidak
mengerti bahwa bagaimana Kristus mengasihi kita. Di atas kayu salib, Kristus
mati. Orang-orang di luar Kristen juga tahu bahwa Kristus mati. Tetapi mengapa
kita berbeda? Karena kita tahu Dia mati bagi kita, karena Dia mengasihi, maka Dia
mati untuk kita. Sehingga pada Yoh 3:16 dikatakan,”Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah
mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya
kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” Apa maksud ‘mengaruniakan’?
Mengaruniakan implikasinya membiarkan Yesus mati , menyerahkan Yesus untuk
disalibkan di atas kayu salib. Kasih
yang besar itu dinyatakan melalui AnakNya yang menderita dan mati di atas kayu
salib. Kita tidak mungkin mengerti arti penderitaan Yesus kalau tidak mengerti arti
kasih Allah dalam hidup kita melalui kematian Yesus. Kalau kita mengatakan
bahwa kita mengasihi seseorang dan kalau ia menolak kasih kita, maka rasanya
sakit. Kita sakit karena ada sesuatu yang hilang dalam diri kita. Kita tidak
mendapatkan sesuatu yang kita inginkan. Mari kita memahami kasih Allah di dalam
Yesus Kristus : Allah mengasihi kita. Ketika Allah mengasihi dan kita menolak
kasih Allah maka Allah merasa sakit. Ia sakit karena kehilangan sesuatu? Allah
adalah sempurna. Self-sufficient
tidak ada kekurang apa pun. Ketika Dia mengasihi dan kita menolak kasihnya,
maka Allah sedih dan sakit bukan karena Dia kehilangan sesuatu tetapi karena
kita yang kehilangan sesuatu. Waktu Dia memberi sesuatu, kita tolak. Seharusnya
orang itu yang kehilangan sesuatu. Dia ingin membuktikan, bukan karena ia butuh
sesuatu dari kita. Di dalam diriNya tidak ada yag kurang. Allah sempurna. Allah
tidak mengasihi kita supaya jadi sempurna. Ia mengasihi karena Allah adalah
kasih dan kasih dinyatakan di atas kayu salib. Ketika Yesus disalib, Yesus tahu
bahwa Dia mati bagi orang-orang yang nanti akan mengkhianati dia. Yesus tahu Dia
mati untuk orang yang lebih memilih harta, uang, kekayaan dan jabatan daripada diriNya. Yesus
tahu orang-orang yang ketika berhasil, sukses , kaya dan menjadi terkenal akan
berkata, itu karena usahaku, jerih lelahku, kepintaranku dan pengalamanku
semata. Yesus tahu kita sering mencuri kemuliaanNya. Yesus tahu tetapi Dia mati
karena Dia mengasihi kita, bukan karena ada sesuatu dalam diri kita. Itulah kematian
Yesus di atas kayu salib. Penderitaan itulah yang Rasul Paulus mau , ia
mengalami penderitaan Yesus di atas kayu salib dalam hidupnya supaya ia tidak
bermegah dalam hidupnya. Segala sesuatu yang dialami karena datang dari Tuhan
bukan karena kehebatan dirinya. Kalau kita tidak mengerti arti kasih Allah
dalam hidup kita, penderitaan Yesus tidak akan berguna bagi kita. Kalau kita
tidak mengerti arti kasih Kristus di atas Kalvary, kita tidak akan pernah kita
mengerti tentang pengorbanan Dia di atas kayu salib. Hanya karena kalau kita
mengerti kasih Allah, kita bisa mengerti penderitaan Yesus : sungguh Dia mati
dalam penderitaanNya untuk kita.
3. Kita harus
memiliki pengharapan (hope) dalam Kristus. Harapan adalah poin penting bagi
dunia dan kekristenan saat ini. Seorang Amerika bertanya kepada warga Irak
tentang kondisi Irak ,”Bagaimana sebelum dan sesudah AS datang di Irak?” Bagaimana
kondisi Irak sebelum AS datang dan bagaimana setelahnya? Yang dijawab, “Sebelum
Amerika datang kami sangat menderita, dan setelah Amerika datang kami tetap menderita
tapi kami punya pengharapan”. Itulah yang kita lihat saat ini mengapa A Hok
didukung oleh bukan orang Kristen yang memberikan tenaga, pikiran dan uang karena
apa? Mereka melihat perubahan apa yang telah dilakukan oleh guberner-gubernur
sebelumnya dan apa yang dilakukan A Hok selama 2 tahun ini memberi perubahan
yang besar. Mereka melihat ada pengharapan bagi Jakarta ketika A Hok nanti terpilih
lagi akan ada Jakarta yang lebih baik lagi. Dia tidak sempurna dan bisa menyenangkan semua
orang tetapi ada pengharapan. Di sanalah yang penting. Kita membutuhkan pribadi
yang memberikan harapan dan pengharapan kita satu-satunya dalam Kristus. Rasul Paulus
berkata, “Kalau Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami
dan sia-sialah kepercayaan kita.” Rasul
Paulus melihat bahwa pengharapan adalah sesuatu yang sangat penting sekali.
Ketika Yesus mati di kayu salib, Dia mati untuk memberikan kita hidup yang
kekal dan itu dinyatakan melalui kebangkitanNya. Janji dari orang mati tidak
bisa dipegang. Tetapi janji dari Kristus yang hidup. Ketika Ia hidup dan naik
ke surga lalu mengutus Roh Kudus untuk memberikan kita kepastian dan jaminan akan
hidup yang kekal. Ef 1:14 Dan Roh Kudus
itu adalah jaminan bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu
penebusan yang menjadikan kita milik Allah, untuk memuji kemuliaan-Nya. 2 Kor
1:21-22 Sebab Dia yang telah meneguhkan kami bersama-sama dengan kamu di dalam
Kristus, adalah Allah yang telah mengurapi, memeteraikan tanda milik-Nya atas
kita dan yang memberikan Roh Kudus di dalam hati kita sebagai jaminan dari
semua yang telah disediakan untuk kita.
Allah di dalam Yesus Kristus mengutus Roh Kudus untuk
memeteraikan kita menjadi milik Allah selama-lamanya sampai kita mendapatkan
sepenuhnya ketika kita bertemu dengan Kristus. Yang menarik dikatakan bahwa Roh
Kudus tinggal dalam hati kita sebagai jaminan dari semua yang telah disediakan.
Hidup yang pasti diberikan kepada kita melalui jaminan di mana Roh Kudus
tinggal dalam hati kita.
Mobil Bugatti Veyron harganya di atas Rp 40 miliar.
Koenigsegg CCXR Trevita harganya di atas Rp 50 miliar.
Lykan Hypersport harganya di atas Rp 60 miliar.
Lamborgini Veneno Roadster harganya di atas RP 70 miliar.
Maybach Exelero harganya di atas Rp 100 miliar.
De Beers Centenary, berlian 5 termahal harganya 100
juta $.
The Hope Diamond, diamond biru terbesar harganya 350
juta $.
The Cullinan , the star of Africa harganya 400 juta $
The Sancy Diamond harganya tidak bisa dinilai
The Koh-I-Noor harganya unestimated, harganya tidak bisa dinilai karena ada di atas mahkota
Inggris yang diklaim oleh orang India untuk dikembalikan karena milik negara
India. Memang didapatkan Inggris saat menjajah India.
Berapa harga kita? Firman Tuhan berkata Roh Kudus
tinggal di dalam hatimu untuk menjamin keselamatan yang pasti. Berapa harga diri
kita? Ini hanya sebagian kecil dari ciptaan Allah di dunia ini. Unestimated
(tidak bisa dinilai). Hanya sebagian kecil. Tahukah kita bahwa kita membawa Roh
Kudus tinggal di dalam hati kita ke manapun kita pergi, Pencipta Alam Semesta yang
menciptakan barang yang unestimated itu
tinggal di dalam hati kita. Seringkali kita tidak menyadari betapa berharganya
kita ketika kita percaya kepada Yesus, maka Yesus rela mati bagi kita. Karena
Dia mengasihi dan memberikan Roh Kudus untuk tinggal dalam diri kita. Ketika
ada orang yang menghina dan merendahkan diri kita, kita tidak menjadi hina atau
direndahkan karena perkataannya , karena apa yang ada dalam diri dan kita lebih
dari segala sesuatu dalam dunia ini karena Yang Mencipta Dunia ini tinggal
dalam hati kita. Itu luar biasa. Kita harus bersyukur.
Beberapa Aplikasi
1.
40 tahun lalu saat
hari Minggu Paskah 1976, Ibu Bertha Adams (71 tahun) meninggal sendirian di
West Palm Beach , Florida karena malnutrisi (kurang gizi). Untuk hidup
sehari-hari, dia mengemis makanan dari tetangga. Pakaiannya adalah sumbangan dari Bala Keselamatan. Melihat penampilannya,
dia adalah janda miskin yang terlupakan. Setelah ia meninggal, saat membereskan
rumahnya ditemukan 2 kunci SDB (Safe
Deposit Box). Saat SDB pertama dibuka ternyata berisi 100 sertifikat surat berharga (saham surat
obligasi) dan setumpuk uang kontan dolar AS 200,000. SDB kedua berisi mata uang
asing yang sneilai 600,000 dolar AS. Total harta wanita ini lebih dari 1 juta dolar AS (sekitar Rp 13 miliar). Ironisnya
ia meninggal karena kurang gizi! Kita lihat dan refleksi dalam diri kita. Ketika Roh Kudus ada dalam diri kita ,
hidup kita bernilai sekali. Tetapi waktu kita diminta terlibat pelayanan, seringkali
kita bilang bahwa kita tidak bisa apa-apa. Padahal Roh Kudus bisa melakukannya.
Jangan-jangan waktu kita mati kita seperti perempuan ini yang mati dengan harta
Rp 13 miliar yang tidak ia pakai. Kita meninggalkan talenta yang tidak pernah
digunakan. Artinya kita tidak mengalami kuasa kebangkitan Tuhan Yesus dan arti
kasih Allah melalui penderitaanNya di atas kayu salib. Lalu apa arti hidup kita?
Apa yang kita bisa lakukan untuk Tuhan? Stand up for Jesus!
2.
Di Jerman ada 1
desa terpencil di atas bukit. Di desa itu berdiri sebuah gereja yang memiliki pipe-organ
yang sangat bagus yang dilindungi pemerintah sehingga untuk memainkannya harus
mendapatkan ijin. Suatu waktu ada seorang pemain musik yang rindu memainkan
pipe-organ ini. Ia datang pada hari
biasa dan mengetuk pintu dan dibukakan oleh penjaga gereja. Ia bertanya, “Apakah
saya boleh masuk dan memainkan pipe-organ itu?” dan dijawab oleh penjaga
tersebut, “Tidak boleh karena dilindungi pemerintah. Hanya orang tertentu yang
punya ijin untuk memainkannya. Ia berkata, “Saya datang dari jauh dan saya
ingin melihat pipe-organ dan memainkannya” dan tetap dijawab “tidak bisa”. Ia
pun menawar,”Boleh saya lihat saja?” Karena kegigihannya sang penjaga
menjawab,”Boleh, tapi jangan disentuh.” Pemain musik itu melangkah masuk dan
melihat pipe-organ itu tangannya
tidak tahan, “Masa ia sudah jauh datang tidak boleh memainkannya?”. Akhirnya ia
meminta ijin untuk memainkan 10 menit saja. Setelah tawar menawar akhirnya ia
diberi ijin 3 menit. Saat memainkannya, tanpa terasa 5 menit berlalu. 10 menit,
15 menit dan 30 menit berlalu. Ternyata sang pemusik bisa memainkan pipe-organ itu dengan luar biasa sampai
penjaga lupa memberhentikannya. Ia bermain sampai 1 jam di mana ia sudah
mengubah sebuah lagu. Selesai ia memainkannya, sang penjaga berkata kepadanya, “Pak
, sepanjang saya menjaga puluhan tahun di gereja ini, saya belum pernah melihat
ada tangan yang memainkan tuts pipe-
organ ini dengan luar biasa dan memuliakan Tuhan. Baru kali ini saya
melihat tangan yang tepat untuk memainkan pipe-organ
ini. Penjaga itu kemudian bertanya, “Siapa kamu?” Pemusik itu menjawab, “Saya Felix
Mendelssohn.” Ternyata ia adalah seorang komposer (penggubah lagu) yang luar
biasa (1809-1847), pianis, organis dan konduktor periode Romatik awal. Tetapi
ia berkata, “Saya bukan apa-apa.” Di dalam hidup kita sebagai orang percaya,
setiap kita Tuhan percayakan untuk dapat memainkan tuts yang Tuhan ijinkan untuk
dimainkan. Tuhan percayakan hidup yang luar biasa. Tuhan percayakan gereja ini
kepada kita. Tuhan mempercayakan kepada kita untuk memainkan tuts-tuts tertentu
untuk kita terlibat didalamnya untuk kemuliaan nama Tuhan. Kalau kita tidak
pernah melihat dan memainkan tuts tertentu maka kita tidak pernah ikut ambil
bagian dalam pelayanan di gereja. Sehingga tiap tahun kita memperingati
kebangkitan Yesus tapi kita tidak pernah mengalami Kristus yang bangkit. Kita
lupa Kristus yang bangkit itu memberi kita hidup yang pasti yang tidak pernah
diambil dari kita dan dijamin oleh Roh Kudus yang ada di dalam diri kita. Itu
harta terbesar yang kita miliki selama kita hidup. Biarlah hidup kita boleh menjadi
hidup yang Tuhan mau dan berkenan bagiNya. Ketika kita meninggal dan bertemu
denganNya, kita bisa katakan, “Tuts yang dipercayakan Tuhan kepada saya, sudah saya
mainkan.” Amin.
No comments:
Post a Comment