Pdt. Hery Kwok
Mat 26 : 39
Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku,
jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi
janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki."
Fil 2:5-11
5 Hendaklah
kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga
dalam Kristus Yesus,
6 yang walaupun
dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik
yang harus dipertahankan,
7 melainkan
telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan
menjadi sama dengan manusia.
8 Dan dalam
keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati,
bahkan sampai mati di kayu salib.
9 Itulah
sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas
segala nama,
10
supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan
yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi,
11
dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi
kemuliaan Allah, Bapa!
Pendahuluan
Allah peduli membuat kita mampu
bertelut di salibNya. Ungkapan agung yang Yesus
katakan adalah “melainkan seperti yang Engkau kehendaki”. Tema Jumat Agung kita hari ini “DisalibMu Kubertelut”. Pertanyaan yang mengawali tema ini, “Apa yang kita
pahami dalam arti bertelut?”
Apa arti Bertelut?
Orang Islam menyembah Allah mereka
dengan berlutut. Kaki mereka menyangga badan lalu mereka menunduk kepada Allah. Gerakan di mana tubuh mereka
bertelut memberikan gambaran (simbolis).
Kenapa harus Bertelut? Ini jawaban yang harus ditemukan dalam renungan Jumat
Agung.
Ilustrasi : Waktu negara Tiongkok dalam bentuk kerajaan maka kita mengenal adanya seorang
RAJA. Rakyat menyembah (sujud/bertelut)
kepada Raja. Bila raja hadir, maka semua
rakyat harus berlutut dan tidak boleh melihat wajah sang raja. Karena mereka
mempunyai pemahaman bahwa raja adalah sosok yang disebut sebagai raja langit
atau anak dewa. Maka status dari kerajaan itu membuat ia layak disembah oleh rakyatnya. Ia berhak menerima penyembahan rakyatnya.
Seluruh rakyat wajib menyembah. Dalam dunia kita, orang-orang yang menjadi
rakyat di kerajaan mempunyai pemahaman bahwa raja adalah pribadi yang layak
disembah karena dia punya status dan keberadaan sebagai raja langit. Kalau
manusia saja memberikan gambaran yang luar biasa kepada raja, maka sebagai orang percaya, kita harusnya melebihi
orang dunia. Karena Allah merupakan Pencipta Langit dan Bumi, Ia
menciptakan manusia yang tidak ada dengan sendirinya seperti proses evaluasi di
ilmu pengetahuan yang digusung oleh Darwin. Karena Allah menciptakan manusia, maka manusia wajib untuk menyembah Allah. Tetapi Alkitab memberi penekanan bahwa nenek moyang kita
memberontak dan tidak mau menyembah Allah . Mereka mau menjadi Tuhan atas hidup
mereka sendiri. Maka perlu dipikirkan mengapa manusia sulit, gagal dan tidak mungkin bertelut kepada
Allah?
Bagaimana manusia dapat bertelut kepada Allah dalam
seluruh hidupnya?
Sebagai pekerja di
kantor (karyawan), pedagang atau pelaku bisnis
apakah seluruh pekerjaan dan usaha terkait dengan usaha kita
untuk menyembah Allah? Sebagai orang tua, suami-istri, anak dan orang yang
ada di rumah apakah kita sungguh-sungguh hidup
menyembah Allah? Sebagai siswa baik remaja yang sekolah dan pemuda
yang kuliah, apakah studi kita merupakan penyembahan dalam
seluruh keberadaan hidup kita?
Dalam Fil 2:5 Rasul Paulus ingin menasehatkan kita
,”Hendaklah
kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam
Kristus Yesus” Rasul Paulus ingin agar kita mengikuti teladan , pikiran dan perasaan yang ada pada Kristus saat Ia mengatakan di Getsemani: “Kehendak-Mu yang jadi”
Apa arti
Kehendak-Mu?
1.
Di Getsemani :
“KehendakMu yang jadi” Apa arti kehendakMu? Kalimat agung
ini keluar. Secara pikiran, kehendak Allah seharusnya jadi dalam hidup kita.
Kalau terjadi, apakah kita siap menerima dan bersyukur dan berkata, “Engkau mulia, agung dan besar”. Contoh : Ada seorang wanita Kristen yang baik dan saleh. Ia membaca Alkitab setiap hari, pagi hari bersaat teduh. Lalu Anna,
wanita ini, menikah dengan Daniel yang juga orang percaya yang beribadah baik
kepada Allah secara antusias. Tidak pernah bolos beribadah kepada Tuhan. Kalau tugas keluar kota, ia mencari Tuhan di hari perhentianNya. Anna kemudian dikaruniakan seorang bayi. Waktu mengandung , ia
sangat bersuka cita dengan kehadiran buah hatinya. Namun kelahirannya
bermasalah karena anaknya sung-sang. Ia tidak ingin anaknya dilahirkan secara Caesar. Dengan keyakinan imannya ia berdoa kepada
Tuhan. Ia sangat berharap melahirkan normal. Dari keyakinannya dan Daniel yang
hadir saat istri melahirkan untuk menguatkan Anna, Anna mendapat
kekuatan dan bayinya lahir dengan baik secara normal. Ia sangat senang sekali.
Mereka menjadi keluarga yang bahagia. Daniel berkata, “Saya merasa anak ini miliki kita. Anak ini bagian dari keluarga yang
tidak boleh dipisahkan bahkan oleh Allah pun.” Tetapi satu tahun sejak anaknya
lahir, ia digendong Daniel berjalan di
trotoar. Di pagi itu ada supir angkot yang menabrak mereka berdua. Hari itu
juga keduanya meninggal. Anna sebagai istri dan ibu yang baru melahirkan, walau saat teduhnya yang baik, ibadahnya yang teratur, saat menerima kejadian
ini imannya goyah. Imannya tidak bisa menerima. “Tuhan kalau Engkau baik dan mengasihi saya, mengapa Engkau memberikan peristiwa ini?” Anna ingat akan dua orang yang dikasihi yang nyawanya direngut oleh supir
yang ceroboh. Anna mengalami kesulitan iman , memahami Allah
yang dikenal sebagai Allah yang baik yang menganugerahkan Daniel , suami yang
bertanggung jawab , pendapingnya dan menguatkannya di kala susah. Hari yang
dialami Anna adalah hari yang panjang. Ia berusaha beribadah tapi sulit memahami Allah, ia membaca Alkitab tapi tidak mampu
mengenal Allah karena peristiwa kematian suami dan anaknya. “Jadilah kehendakMu” berarti janganlah kita memikirkan pengalaman tentang
peristiwa yang enak-enak saja. Saat Petrus berjalan bersama dengan Yesus dan Yesus bertanya
, “Menurut kamu siapa Aku?” Petrus menjawab, “Engkaulah anak
Allah, Mesias.” Ia berbicara sedemikian lantang.
Yesus berkata, “Bukan dari engkaulah perkataan itu
tetapi dari Allah.” Kemudian saat Yesus mengatakan
bahwa Ia akan mati, Petrus mengatakan, “Sekali-kali hal itu tidak boleh terjadi.” Jadi bicara tentang kehendakMu terjadi adalah hal
yang memampukan kita bertelut kepada Allah, di situlah pengenalan kita kepada
Allah terus berkembang. Saat Yesus memberi teladan di taman Getsemani, ikutlah
pikiran dan perasaan Yesus. Karena ia mengikuti teladan Allah
bukan kehendaknya yang terjadi. Waktu Yesus mengatakan demikian Ia memberikan kepada Allah
seluas-luasnya hidupNya dan membiarkan Allah mengatur diriNya disitulah Yesus dapat bertelut
dengan benar. Jangan kita berpikir kita sudah bertelut. Saat kita mengalami hal
yang tidak bisa diterima, disitulah pergumulan yang sebenarnya terjadi. Bukan
saat mengalami yang enak-enak. Saat mengalami kesulitan dalam dagang dan
pekerjaan, keluarga yang kesulitan, perpecahan dan keributan, di situ kita
bukan menjadi orang yang bertelut dan menyembah Allah, karena kita sulit
menangkap Allah dalam pemahaman iman kita. Seringkali kita terbentur dan
mengakui dan menerima seluruh yang Allah kerjakan. Waktu dikatakan “kehendakMu yang terjadi”, saat disalib, kita mengakui seluruh jalan Tuhan adil dan benar. Saat
bertelut itu kita mengakui jalan yang adil dan benar. Mungkin hari ini kita
mengalami tabrakan iman, tetapi kita mau
belajar. Disitulah kita
mengakui bahwa keagungan Allah ada dalam seluruh jalan
dan peristiwa yang kita alami. Anna baru mengalami pemulihan setelah proses
yang panjang. Tapi saat ia mengakui Tuhan sebagai Allah yang baik dan walaupun
tidak bisa memahami, barulah disitulah ia memberikan kehidupan sebagai orang
Kristen.
2.
Di Salib : Yesus
tidak menganggap kesetaraan dengan Allah sebagai Hak yang dipertahankan (ayat
6). Dikatakan, Dia tidak mempertahankan hakNya.
Yesus Kristus adalah Allah sejati. Itulah Allah Tritunggal dan Allah yang Esa yang menyatakan diri dalam 3 pribadi. Ia
memberikan hakNya untuk tidak
dipertahankan saat bertanya, “Siapa yang mau melayani Aku?” Yesus mau. Pikiran
dan perasaan Kristus yang nyata adalah kerendahan hati. Rendah hati tidak sombong. Itu pemahaman kita. Lawan rendah hati itu
sombong. Apakah ramah itu tidak sombong? Ada orang yang ramah, supel luar biasa,
senyum kiri dan kanan. Apakah itu rendah hati? Itu bukan kesimpulan yang benar.
Ada yang tersenyum
di luar tapi hatinya sombong (angkuh dalam hatinya). Defisini rendah hati adalah ingin kembali kepada Kristus. Ia
mengambil rupa sebagai hamba dan taat sampai mati. Mati di kayu salib. Proses
yang digambarkan oleh Rasul Paulus. FIl 2:7-8
melainkan telah mengosongkan
diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan
manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan
taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Allah
mengaruniakan nama di atasnya supaya di bawah Yesus berlutut dan mengakui dia sebagai Allah yang rendah hati.
Kesimpulan
Di saliblah Kristus
sudah melakukan dan menggenapi apa yang Tuhan mau melalui kerendahan hatiNya sehingga ia
mengorbankan diriNya. Di salib, Kristus sudah melakukan
apa yang tidak dapat dilakukan oleh manusia : hidup untuk Allah (Hidup yang
berpusat kepada Allah, hidup yang bergantung pada Allah dan hidup yang bertelut
/ menyembah pada Allah). Karena itu hanya oleh salib maka kita dapat hidup
untuk Allah oleh karena pengorbanan Kristus.
Karena sudah pernah melakukannya (hidup untuk Allah), kita bisa melakukannya lagi. Kita sulit melakukannya, karena kita
sombong dan mementingkan diri sendiri. Salib yang
membuat kita beribadah. Salib membuat kita giat melayani Tuhan karena di sanalah kita bertemu dengan Tuhan. Apa yang akan kamu ingin perbuat, perbuatlah sesuai kehendak Allah.
No comments:
Post a Comment