Pdt. Jonathan Lo
Gal 6:14Tetapi aku sekali-kali tidak mau
bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus, sebab olehnya dunia
telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia.
Pendahuluan
Apa
yang harus diubah dalam hidupku? Rasul Pauus berbicara, dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia (Gal 6:14b). Rasul
Paulus menghubungkan “aku’ dengan “dunia”. Kalau aku semakin serupa dengan
dunia, maka aku semakin jauh dari Tuhan. Jadi aku harus diubah oleh Tuhan
supaya makin serupa dengan Kristus. Pada waktu kita menjadi serupa dengan
Kristus, maka aku menyalibkan dunia bagi aku dan aku bagi dunia. Kedewasaan
orang Kristen tidak ditentukan oleh seberapa giat ia melayani Tuhan. Melayani
Tuhan itu baik tetapi kehidupan rohani tidak ditentukan oleh pelayanan kita
tetapi ditentukan oleh seberapa jauh kita telah mati bagi dunia, dan dunia bagi
aku. Kalau aku hidup makin menyerupai dunia, maka kita tidak pernah mengerti
apa artinya kuasa kebangkitan Kristus bagi dunia. Bagaimana aku bisa mati bagi
dunia? Yaitu melalui kuasa Roh Kudus dalam diri kita dan hidup kita dipimpin
oleh Roh Kudus sehingga seperti yang Rasul Paulus katakan dalam Gal 2:20 namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku
sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang
kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang
telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku. Rasul Paulus hidup
seperti itu karena bersandarkan kuasa kebangkitan Yesus Kristus dan membiarkan
Yesus Kristus yang memimpin kehendak dan
pikirannya. Sehingga perubahan hidup kita dimulai dengan perubahan dari dalam,
bukan diawali dari perubahan tingkah laku karena perubahan tingkah laku berasal
dari dalam.
Rasul
Paulus mengatakan bahwa dunia
telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia. Apa yang dimaksud “dunia” oleh
Rasul Paulus? Dunia selalu berkaitan dengan aku. Sebelum Kristus menguasai hidup
kita, maka kita cenderung hidup bagi diri sendiri. Dunia ini adalah sesuatu yang
bertentangan dengan kehendak Tuhan. Rasul Yohanes mengatakan bahwa ada 3 hal yang
berkaitan dengan dunia ini seperti yang dikatakan pada 1 Yoh 2:16 Sebab semua yang ada
di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan
hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia.
1.
Keinginan daging
Keinginan
daging berarti hidup yang mengikuti hawa nafsu dan serupa dengan dunia. Keinginan
hawa nafsu bertentangan dengan keinginan Roh Kudus. Barangsiapa mengikuti
keinginan daging maka tidak mungkin berkenan di hadapan Tuhan. Rasul Paulus pada
Galatia 5 menjelaskan tentang keinginan daging. Keinginan daging menghasilkan
perbuatan daging. Perbuatan daging telah
nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir,
perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri,
percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya.
Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu — seperti yang telah kubuat dahulu —
bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat
bagian dalam Kerajaan Allah (Gal 5:19-21). Perbuatan daging menonjolkan kepentingan
diri sendiri.
Saya bertemu dengan seorang Ibu yang mengatakan, “Saya telah
berdosa di dalam hidup.” Saya bertanya, “Mengapa Ibu berkata seperti itu?” Si
Ibu menjawab, “Saya benci sekali dengan perbuatan dosa yang saya lakukan ketika
melihat anak laki-laki saya menikah bukan dengan orang yang berasal dari satu
suku. Di dalam benak, saya tidak bisa menerima menantu saya. Saya membencinya
tanpa alasan. Bahkan waktu tahun baru imlek saya tidak mau menerimanya saat dia
datang. Bertahun-tahun menantu saya sulit menghadapi saya. Saya tidak bisa
menerima dia di dalam hati saya!” Itulah keinginan daging yaitu berkaitan
dengan keinginan, kepentingan diri dan keinginan duniawi. Tapi kemudian ia mengatakan,
“Suatu saat saya mendengar bahwa Tuhan mengasihi saya, dan Tuhan telah menerima
saya seperti semua orang. Tuhan tidak membedakan siapa pun juga. Pada saat itu
firman Tuhan masuk dalam hati saya. Saya bertobat dan menangis di hadapan
Tuhan. Saat pulang ke rumah saya berdoa, ‘Tuhan apa yang saya harus perbuat?’” Tuhan
pun mengingatkan, “Terimalah menantumu
seperti Aku menerima engkau!” Lalu ibu
ini menelepon menantunya dan berkata, “Maafkan saya karena selama ini sudah
menyusahkan kamu.” Menantunya sangat terperanjat mendengar perkataan itu, namun
ia berkata, “Mama tidak perlu mengatakan seperti itu.” Kemudian Ibu ini mengunjungi menantunya
untuk pertama kali. Sang Ibu berkata, “Pada waktu saya melakukan itu, hati saya
bergetar. Tidak ada harga diri yang harus saya pertahankan. Sebenarnya ada rasa
malu di dalam diri saya kalau mengaku kesalahan diri saya, tetapi firman Tuhan
bergema dalam hati saya. Saya tidak tahan dan kemudian memberanikan diri untuk
berdamai dengan menantu saya.” Orang seperti ini belajar “mati bagi Aku.” Ia
tidak hidup dalam hawa nafsu dan perpecahan serta membiarkan Kristus hidup dan
menguasai dia. Itulah yang harus diubah dalam hidup kita. Jika kita tidak berubah bagaimana kuasa Kristus bisa bekerja
dalam hidup kita?
Seringkali si “aku” yang muncul saat kita sedang melalui
berbagai himpitan dan kesulitan. Suatu kali saat macet saya menginjak rem untuk
menghentikan mobil. Namun mobil di belakang terus membunyikan klakson. Saya
rasanya ingin marah. Kalau si “aku” menguasai hidup maka saya akan buka pintu
dan mengatakan, “Mau apa kamu?” Tetapi saya bersama istri kemudian berdoa, “Tuhan
ampuni mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” Si aku seringkali
dimunculkan dalam menghadapi kesulitan-kesulitan hidup. Kalau bertemu dengan
orang yang tidak sesuai dengan kita, maka kita ingin marah dan ingin melakukan
sesuatu yang membawa “aku” muncul dalam hidup kita. Tapi Rasul Paulus
mengatakan, dunia telah disalibkan bagiku
dan aku bagi dunia.
2.
Keinginan mata.
Rasul Yohanes
mengatakan Sebab semua yang ada di dalam
dunia, yaitu ….., keinginan mata artinya segala sesuatu yang berasal dari luar
diadopsi dan kemudian mengendalikan kita. Bentuknya bisa berupa harta. Harta sebenarnya
tidak jahat, tetapi yang jahat adalah orang jahat yang berharta. Orang benar
menggunakan hartanya untuk kebenaran. Oleh sebab itu jangan berdoa agar supaya
bisa kaya raya, tetapi berdoa supaya takut akan Tuhan dan beriman. Kalau seseorang
tidak takut Tuhan dan tidak punya iman, maka ia akan menggunakan hartanya untuk
berbuat dosa dan ia akan menggunakan segala cara untuk menjadi kaya. Oleh sebab
itu, punya iman lebih baik daripada punya harta. Bila seseorang punya iman tapi
tidak punya harta maka ia bisa setia. Bila seseorang punya iman dan harta maka
ia akan menggunakan hartanya melayani Tuhan. Jadi harta tidak jahat, yang jahat
adalah hati kita yang menggunakan harta tersebut. Ada orang yang punya harta
banyak tapi pelitnya luar biasa. Ada juga orang yang tidak miskin dan kaya tapi
hatinya terbuka kepada orang-orang yang membutuhkan bantuannya. Ada orang yang
hartanya semakin banyak semakin pelit. Persoalannya bukan harta tapi hatinya
yang sempit. Kalau hatinya berubah maka
ia menggunakan harta untuk melayani hatinya yang baik.
Tidak mempunyai rumah yang ‘baik’ itu sebenarnya bisa
berarti berkat. Walau tIdak memiliki sesuatu yang ‘baik’ kita harus menghargai
pemberian Tuhan. Tetapi keinginan mata
tidak akan memiliki rasa puas untuk memiliki sesuatu. Kalau sudah memperoleh
“yang ini” ingin lagi yang lain. Kalau sudah memperoleh yang diingini hatinya
tidak pernah bersyukur. Orang yang hatinya tidak pernah bersyukur tidak pernah tahu bahwa harta dalam hidupnya
itu adalah anugerah Tuhan. Jadi jangan bersandar pada harta , manusia atau
sesuatu yang kita miliki tetapi bersandarlah pada Tuhan yang memiliki segala
sesuatu. Ada orang yang punya uang lalu membeli baju yang mahal. Waktu dipakai
, jalannya petantang-petenteng seperti sudah menjadi “manusia” yang hebat. Saat
orang lain ngomong “bajumu bagus sekali”, ia hanya berkata, “biasa”. Tetapi
kemudian ia bangkrut (tidak punya apa-apa) lalu mepakai baju yang mungkin hanya
seharga Rp 20.000. Waktu datang ke gereja, ia malu. Kalau orang berkomentar “Bajumu
bagus ya”, mungkin ia akan tersinggung dan berkata dalam hati,”Sudah bajunya
murah dibilang bagus”. Apa yang kita pakai bisa menentukan diri kita sehingga
perkataan tersebut dikira menghinanya. Diri kita seringkali terikat oleh
sesuatu yang kita miliki. Oleh sebab itu kita merasa bangga atau sebaliknya susah
pada waktu kita memiliki sesuatu yang berharga atau tidak berharga. Kalau kita
mempunyai sesuatu yang berharga seakan-akan bisa menentukan jati diri kita.
Kalau kita memiliki sesuatu yang tidak baik, maka harga diri kita runtuh. Itu
membuktikan kita masih mengukur diri berdasarkan sesuatu yang dimiliki. Padahal
seharusnya kita mati bagi dunia ini. Karena Kristus telah hidup di dalam diri
kita, hidupku tidak lagi ditentukan oleh apa yang dimiliki tapi oleh penilaian
Kristus.
Jangan diri kita yang muncul dan kita tidak bersandar pada
Tuhan gara-gara sesuatu yang kita miliki. Orang yang seperti ini tidak pernah
maju di dalam kerohanian. Bahkan ada orang yang punya uang dan banyak memberi
persembahan sehingga merasa gereja miliknya (kalau saya tidak memberikan
persembahan gereja akan ditutup). Orang ini membuktikan kekosongan di dalam
hatinya. Ia tidak mengerti tentang anugerah Tuhan. Hidupnya sebenarnya
seutuhnya milik Tuhan. Jadi memuliakanlah Tuhan dengan sesuatu apa yang
dimiliki. Dengan keinginan dunia maka hati tidak berbangga. Kita bisa memiliki sesuatu yang baik, tapi jangan berbangga
karena memilikinya. Karena apapun yang kita pakai, minum, gunakan, semuanya
kita anggap seolah-olah tidak ada.
3.
Keangkuhan hidup.
Kesombongan
diri (keangkuhan hidup) artinya menganggap diri sebagai seseorang yang memadai
dan cukup di dalam segala hal, berada di atas kemudian memandang orang lain
rendah. Orang yang sombong biasanya berdiri di atas sesuatu . Mungkin karena ia
memiliki kelebihan tertentu. Ada orang sombong karena cakap, memiliki rumah
besar, skill yang luarbiasa, lebih
pintar dari orang lain, anaknya berhasil di dalam pekerjaan dan lain-lain. Kita
seringkali bisa mengatakan, “Saya lebih baik dari orang lain.”,oleh sebab itu
ia berdiri di atas segala pemberian Tuhan. Seharusnya kita harus mati bagi
dunia ini sebaliknya orang yang sombong tidak mengakui pemberian Tuhan. Orang
yang sombong merampas segala sesuatu dari Tuhan dan mengatakan “Ini milik saya!”.
Orang seperti ini tidak mengerti dan mengenal
siapa Tuhan itu. Oleh sebab itu perlu diubah agar kita makin rendah hati
seperti Yesus Kristus. Kristus yang begitu tinggi turun ke dalam dunia untuk
melayani. Bagi orang yang mengerti anugerah Tuhan, dia akan bermegah hanya di
dalam Kristus. Aku ini orang yang tidak punya apa-apa, kalau bukan Tuhan
berbelaskasihan dalam di hidupku, maka saya tidak mungkin bisa ada pada hari
ini. Saya orang yang tidak punya apa-apa.
Sewaktu berumur
4 tahun, papa saya meninggal. Saat itu sangat susah membayar uang sekolah.
Jangankan membayar uang sekolah, mau makan saja susah setiap harinya sehingga
saya mengalami putus sekolah beberapa kali. Tetapi akhirnya saya bisa bersekolah
di Amerika Serikat 2 kali itu karena kemurahan Tuhan. Hari ini saya bisa mengambil
pendidikan S2 dan S3, ini semua kemurahan Tuhan. Saya tidak berani mengutamakan
“aku” karena Tuhanlah yang menjadi tujuan yang membuat saya bekerja dan Dia hidup
di dalamku. Aku belajar mati. Saya berkata, “Tuhan tolong saya supaya saya
rendah hati dalam melayani Tuhan agar bukan aku yang dimuliakan tetapi Engkau
ya Tuhan.” Tetapi Tuhan memanggil saya dengan
luar biasa. Tuhan memberikan hati , beban dan semangat untuk melayani. Kuasa
dari Kristus bekerja dalam hidupku, maka Rasul Paulus mengatakan, “Aku tidak
mau berbangga akan apa pun juga. Aku tidak ada apa-apanya karena Yesus telah
mati untuk aku.” Oleh karena itu kita harus belajar. Kia belum pernah selesai
sekolah untuk mati bagi Kristus. Hari ini mungkin kita berhasil , tetapi besok bisa
gagal. Oang yang mungkin tinggi hati besok bisa berubah menjadi rendah hati,.
Kiranya kita bisa memadang Kristus dan
memancarkan kemuliaan Kristus dan bukan diri sendiri.
Banyak
orang yang sudah berumur hidup dalam keluarga di mana anak cucunya menghormati
dia karena orang ini tidak pernah hidup untuk diri sendiri. Ada seorang ibu
yang bersaksi dalam komisi misi. Saya
belajar banyak dari nenek saya. Nenek saya orang yang rajin melayani orang
lain. Ia bertekad pergi ke rumah sakit untuk berbagi dengan para pasien satu per satu. Tiap hari ia berdoa untuk orang
yang ditemui dan berdoa untuk anak cucunya. Dia seorang nenek yang begitu sabar
dan setia dalam Tuhan. Suatu saat nenek ini terkena kanker stadium 4.
Pemeriksaan menyatakan demikian, namun nenek ini tidak diberitahu. Sekeluraga
sudah mendiskusikan hal ini. Nenek itu kemudian bertanya, “Sebenarnya saya sakit
apa? Saya punya Tuhan dan kalian tidak usah takut.” Akhirnya anak cucunya
memberitahu penyakitnya yaitu kanker stadium empat. Lalu ia masuk ke kamar dan anak
cucunya tidak tahu ia melakukan apa. Mereka berpikir sang nenek kecewa karena
ia telah begitu setia melayani Tuhan tapi sekarang ia terkena kanker! Tapi
setelah nenek itu keluar dari kamar itu, ia tetap merasa tidak punya masalah
apa-apa. Lalu cucunya bertanya kepadanya, “Apa yang terjadi dengan diri nenek?
Kenapa engkau tidak memberikan suatu reaksi dukacita dan sedih seperti biasanya
terjadi pada banyak orang?” Lalu sang nenek berkata, “Hidupku adalah Tuhan.
Baik saya sehat maupun kena kanker, Tuhan beserta saya. Tuhan bisa sembuhkan
saya, kalau tidak saya tetap bersama Tuhan. Cepat atau lambat saya akan bertemu
Tuhan, mengapa saya harus marah dan kecewa dengan Tuhan?” Beberapa hari sesudahnya,
pelayanan sang nenek berubah. Ia pergi
ke rumah sakit untuk melayani orang-orang yang terkena kanker. Ia masih bisa berjalan
waktu itu dan berbicara ke orang lain satu per satu bahwa ia terkena kanker namun
ia tidak takut karena punya Tuhan. Kemudian banyak orang percaya kepada Tuhan
melalui pelayanannya. Cucunya mengatakan , “Pelayanan neneknya terakhir lebih banyak
berbuah.” Setelah nenek tidak bisa berjalan di rumah sakit dan di rumah, orang mengunjungi
dia untuk memberikan nasehat ke nenek itu. Tetapi setiap orang yang bertemu
dengan dia, mempunyai pandangan bahwa Tuhan
sungguh hidup di dalam diri dia. Orang yang mau menghibur malah terbaik karena
mereka yang dihibur. Orang seperti dia menguatkan mereka. Ibu yang bersaksi mengatakan,
“Nenek saya bersaksi untuk kemuliaan Tuhan sampai tidak bisa bicara. Bahkan
hidupnya masih tetap menjadi berkat bagi keluarga karena nenek hidup bagi
Tuhan.” Orang yang hidup bagi diri sendiri, saat mati orang tidak mengingat
dia. Tidak ada hal yang bisa pelajari dari orang yang hidup untuk diri sendiri.
Orang yang hidup bagi orang lain, imannya dan keindahannya terus bersinar di
tengah dunia.
Bebeapa
waktu lalu saya mengenal seseorang. Orang ini sebelumnya pernah 2 kali ke
gereja dan sangat sulit menerima Tuhan . Uangnya banyak dan anaknya berada di
luar negeri, tapi pelitnya luar biasa. Dalam hidupnya ia tidak pernah membagikan
satu sen pun. Setelah ia meninggal tak seorang pun membicarakannya. Saudara-saudaranya
pun tidak terlalu sedih. Orang Kristen tidak boleh seperti itu. Karena Yesus Kristus
mati untuk kita, dan aku telah disalibkan bagi dunia. Belajarlah hidup seperti
ini. Hidup ini singkat sehingga dalam waktu yang singkat kiranya dapat memberi
arti / makna yang mulia. Kehidupan yang memiliki makna berarti dalam memuliakan
Tuhan. Maka kita mohon kepada Tuhan. Dengan kuasa kebangkitan, aku menyerahkan
hidupku . Walaupun fisik senakin melemah, tetapi diri batin kita senantiasa bertumbuh
dan berbuah.
No comments:
Post a Comment