Monday, April 20, 2015

Transformasi Petrus


Ev. William Andreas

Matius 4:18-20
18  Dan ketika Yesus sedang berjalan menyusur danau Galilea, Ia melihat dua orang bersaudara, yaitu Simon yang disebut Petrus, dan Andreas, saudaranya. Mereka sedang menebarkan jala di danau, sebab mereka penjala ikan.
19  Yesus berkata kepada mereka: "Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia."
20  Lalu merekapun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia.
Lukas 22:54-62
54  Lalu Yesus ditangkap dan dibawa dari tempat itu. Ia digiring ke rumah Imam Besar. Dan Petrus mengikut dari jauh.
55  Di tengah-tengah halaman rumah itu orang memasang api dan mereka duduk mengelilinginya. Petrus juga duduk di tengah-tengah mereka.
56  Seorang hamba perempuan melihat dia duduk dekat api; ia mengamat-amatinya lalu berkata: "Juga orang ini bersama-sama dengan Dia."
57  Tetapi Petrus menyangkal, katanya: "Bukan, aku tidak kenal Dia!"
58  Tidak berapa lama kemudian seorang lain melihat dia lalu berkata: "Engkau juga seorang dari mereka!" Tetapi Petrus berkata: "Bukan, aku tidak!"
59  Dan kira-kira sejam kemudian seorang lain berkata dengan tegas: "Sungguh, orang ini juga bersama-sama dengan Dia, sebab ia juga orang Galilea."
60  Tetapi Petrus berkata: "Bukan, aku tidak tahu apa yang engkau katakan." Seketika itu juga, sementara ia berkata, berkokoklah ayam.
61  Lalu berpalinglah Tuhan memandang Petrus. Maka teringatlah Petrus bahwa Tuhan telah berkata kepadanya: "Sebelum ayam berkokok pada hari ini, engkau telah tiga kali menyangkal Aku."
62  Lalu ia pergi ke luar dan menangis dengan sedihnya.

Pendahuluan

                Saya memiliki sebuah cincin batu akik yakni batu bluesaphire. Suatu kali saya dan seorang teman kuliah melakukan kuliah praktek pelayanan di Jambi. Teman saya menyenangi batu akik dan kami pun pergi ke pasar untuk membelinya. Teman saya tertarik dengan batu akik berwarna biru Topaz. Penjual membuka harga batu tersebut sebesar Rp 200.000 dan karena merasa kemahalan teman saya menawar harganya menjadi Rp 50.000. Setelah tawar menawar akhirnya si penjual menjual batu tersebut dengan harga Rp 50.000. Batu tersebut kemudian dipakainya. Seorang jemaat yang menggemari dan ahli batu akik melihat batu tersebut. Ia dapat mengenali keaslian batu tersebut hanya dengan melihatnya.  Setelah memeriksanya ia mengatakan bahwa batu tersebut ternyata palsu! Sesuatu yang kasat mata mudah dibedakan sedangkan yang tidak kasat mata (seperti mencari pasangan hidup) sulit untuk membedakannya. Sewaktu saya melakukan pelayanan di Tasik, ada seorang jemaat yang bertanya, “Bagaimana caranya untuk mengetahui apakah seseorang itu Kristen atau tidak. Seseorang itu sudah percaya Tuhan Yesus atau belum? Apakah orang tersebut sudah  diselamatkan atau tidak?” Saya menjawab, “Kalau menurut kamu bagaimana?” Dia menjawab, “Orang itu harus mengaku Yesus sebagai Tuhan, hidupnya benar dan baik dan menghasilkan buah-buah roh.” Saya menjawab dengan mengajukan pertanyaan, “Pernah tidak betemu dengan orang seperti itu, yang akhirnya tidak percaya Yesus?” Ternyata ada! Ada orang yang memiliki pengetahuan bahwa Yesus adalah Tuhan, tapi ia tidak mengimaninya. Saya kemudian menambahkan, “Kita tidak tahu dan kita juga tidak menilai apakah orang tersebut diselamatkan atau tidak. Yang perlu adalah menilai diri sendiri, apakah kita seorang Kristen sejati  dan mengikut Kristus atau tidak.” Di sini kita akan belajar dari  transformasi Rasul Petrus.

2 Hal yang Dipelajari dari Transformasi Rasul Petrus

1.     Tuhan menstransformasi (mengubah) Rasul Petrus. Dengan perubahan yang baru terjadi, Rasul Petrus mengalami pembaharuan. Namun tidak seperti perubahan bentuk pada film Transformers di mana pada film ini dikisahkan mobil (tronton) yang bisa berubah menjadi robot dan kemudian bisa berubah wujud kembali menjadi seperti semula. Perubahan pada transformasi berarti meninggalkan substansi (unsur) semula. Pada Roma 12:2 Rasul Paulus berkata, Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna. Pembaharuan bahasa aslinya μεταμορφουσθε (metamorphousthe) yang artinya perubahan bentuk dan struktur yang terjadi pada hewan. Contohnya  dari telur menjadi pupa (kepompong) dan akhirnya menjadi kupu-kupu. Setelah menjadi kupu-kupu, ia tidak berubah menjadi pupa (kepompong) lagi. Secara kasat mata Yesus meminta Petrus menjadi penjala manusia (Matius 4:18-20 Dan ketika Yesus sedang berjalan menyusur danau Galilea, Ia melihat dua orang bersaudara, yaitu Simon yang disebut Petrus, dan Andreas, saudaranya. Mereka sedang menebarkan jala di danau, sebab mereka penjala ikan.  Yesus berkata kepada mereka: "Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia.").  Lalu Petrus dan Andreas meninggalkan jala mereka , meninggalkan profesi mereka  dan mengikuti Yesus. Allah memilih berdasarkan anugerah semata dan bukan karena mereka ikut audisi dalam mencari calon yang terbaik. Saya pernah mengikuti audisi “Indonesian Idol”. Sebelum bertemu dengan  artis yang menguji,  ada orang dalam yang menguji terlebih dahulu. Saya diminta untuk menyanyikan 4 buah  lagu yang berbeda-beda untuk mengetahui karakter suara saya. Menurut juri, suara saya karakternya berganti-ganti, sedangkan pengujinya  mencari yang karakter suara yang khusus dan khas yang terbaik dari baik. Yesus memilih Petrus dan Andreas bukan melakukan ajang audisi tetapi berdasarkan anugerah dari Tuhan. Itu adalah sesuatu yang tidak kasat mata. Kita bisa melihat prinsipnya lebih jauh pada 2 Kor 5:17 Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang. Kata baru dalam bahasa Yunani ada dua yakni νέος (neos) dan καινός (kainos). Pengertian baru dalam kata neos terikat oleh waktu. Contoh : ipad yang dibeli 5 bulan lalu adalah jenis yang terbaru. Namun dengan berjalannya waktu, akan keluar tipe lain yang lebih baru dan seterusnya, sehingga apa yang baru sekarang menjadi usang (barang lama) di kemudian hari. Dalam 2 Kor 5:17 kata yang digunakan adalah kainos yang tidak terikat waktu (tetap). Jadi sebagai ciptaan baru, dengan berjalannya waktu kita tetap menjadi ciptaan yang baru. Apa yang dikatakan Yesus di sini bersifat tetap. “Manusia lama” kita harus disangkal sehingga kita terus menjadi ciptaan baru. Kita harus sadar dan memeriksa  apakah kita sudah menyadari bahwa kita adalah ciptaan yang baru (bukan yang lama yang hidup dalam dosa). Kita harus menguji diri kita apakah kita masih berjalan dalam keberdosaan kita atau sudah ditransformasi oleh pembaruan budi seperti kepompong menjadi kupu-kupu (tidak menjadi sesuatu yang lama lagi). Contoh aktor Roy Martin pernah memakai narkoba sehingga di penjara. Setelah keluar penjara ia menjadi duta narkoba agar orang lain tidak memakai narkoba. Namun ia sendiri kemudian memakai narkoba kembali sehingga masuk penjara lagi. Dia kembali kepada kesalahan yang sama. Bukan di sini bukan berarti dia dihakimi apakah dia diselamatkan atau tidak. Secara kasat mata, kita melihat bahwa dia kembali kepada kesalahan yang lama. Seharusnya kita menyangkal manusia lama kita karena sesungguhnya kita adalah ciptaan baru.


2.     Tuhan mentransformasi iman Petrus. Pada Mat 14:28-31 dikatakan Lalu Petrus berseru dan menjawab Dia: "Tuhan, apabila Engkau itu, suruhlah aku datang kepada-Mu berjalan di atas air."  Kata Yesus: "Datanglah!" Maka Petrus turun dari perahu dan berjalan di atas air mendapatkan Yesus.  Tetapi ketika dirasanya tiupan angin, takutlah ia dan mulai tenggelam lalu berteriak: "Tuhan, tolonglah aku!"  Segera Yesus mengulurkan tangan-Nya, memegang dia dan berkata: "Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?" Di sini, kita bisa melihat Petrus merasa ragu akan kehadiran dan kuasa Yesus. Ketika ia berjalan di atas air dengan imannya, ia ingin mengatakan bahwa dengan kemampuannya ia mau berjalan kepada Yesus. Padahal iman adalah anugerah dari Tuhan. Ketika SMP  saya dekat dengan seorang gadis. Setelah jalan selama beberapa bulan, saya diajak ciuman. Saya terdiam dan kemudian berlari pulang. Namun setiba di rumah “manusia lama” kembali dan saya merasa menyesal karena tidak melakukannya. Di tengah pergumulan yang ada, kita berhasil bukan karena kemampuan kita. Itu anugerah karena sebenarnya kita tidak mampu keluar. Petrus ingin melangkah tapi bukan karena kemampuannya melainkan hanya karena anugerah semata. Kemudian pada Lukas 9:20 Yesus bertanya kepada mereka: "Menurut kamu, siapakah Aku ini?" Jawab Petrus: "Mesias dari Allah." Petrus berulang ragu dan percaya , tapi akhirnya ia ditransformasi imannya. Lukas 22:33 Petrus mengatakan, "Tuhan, aku bersedia masuk penjara dan mati bersama-sama dengan Engkau!" Padahal waktu ditanya ia menyangkali Yesus 3 kali (Mat 26-69-74). Namun setelah menyangkali Yesus, teringatlah Petrus akan apa yang dikatakan Yesus kepadanya: "Sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali." Lalu ia pergi ke luar dan menangis dengan sedihnya. (Mat 26:75). Berbeda dengan respon Judas yang menyesal tapi tidak mau bertobat, Petrus sadar dan menangis dengan sedih. Selanjutnya setelah Yesus disalibkan dan dikuburkan Maria Magdalena dan Maria yang lain ingin melihat YESUS di dalam kubur-NYA.  Setelah kubur Yesus terbuka, ternyata tidak ada mayat Yesus di sana,  Petrus langsung bangun, bangkit dan memeriksa kuburan Yesus. Akhirnya ia sadar bahwa Yesus benar-benar bangkit dan  ia makin berkorbar untuk menjadikan semua bangsa murid Yesus. Petrus pun dipakai untuk memberitakan Injil sehingga 3.000 orang bertobat (Kis 2:41) dan merekalah yang  menjadi jemaat mula-mula. Itu semua anugerah semata! Iman percaya bukan merupakan kemampuan kita untuk percaya tapi berdasarkan anugerah semata. Saya pernah mengajak jemaat remaja untuk menginap dan ngobrol soal pacar. Kemudian saya bertanya, “Mengapa kalian menjadi Kristen dan percaya kepada Kristus? Memang Tuhan itu ada?” Setelah mendengar jawaban mereka, saya memberikan penjelasan dengan nyanyian Sejak Yesus di Hatiku (Charles H. Gabriel, 1914), Perubahan ajaib jadilah padaku, sejak Yesus kutrimalah. Dalam hati ada t’rang dan harap penuh, sejak Yesus kutrimalah Atau dengan lagu “Hidup.. hidup.. Yesus sungguh hidup , Kurasa slalu dekatNya, Yesus sungguh hidup… hidup di hatiku!” Kita perlu periksa apakah ada perubahan / transformasi yang terjadi dalam hidup kita. Dulu dengan sekarang berbeda di mana. Ketika ditanya,  apa bukti Dia hidup? Maka kita bisa menjawabnya “Dia hidup dalamku!” Sehingga orang lain yang tidak percaya, melihat kehidupan kita memancarkan kemuliaan Tuhan. Ketika hidup kita mengalami transformasi lalu beritakanlah Injil! Apakah kita pernah memberitakan Inil? Saya mendapat pelajaran di SAAT tentang penginjilan. Dulu saya kira penginjilan hanya dengan kata-kata. Tetapi ternyata ada 4. Suatu penginjilan meliputi word (firman Tuhan), life (bagaimana hidup kita ditransformasi Tuhan), deed (perbuatan kasih apa yang kita Tunjukkan) dan sign (ketika Allah memberi tanda melalui mujijat dan kesembuhan, orang lain yang belum percaya menjadi percaya. Artinya ketika kita hidup benar, Tuhan menginjinkan kita menginjili orang). Ketika saya pelayanan di Jambi, ada pemuda Kristen yang pacaran dengan seorang Budhis. Sang gadis sering diinjili oleh pendeta saya, tapi tidak mau dan malah lari. Ketika kami nonton dan makan bersama, saya tidak menginjilinya dengan kata-kata. Saya ingin menunjukkan sikap yang benar. Kemudian pemuda itu menelepon saya menanyakan apakah saya punya waktu tidak karena pacarnya ingin mendengar Injil. Ia merasa tidak didesak saat diinjili lalu ia menangis dan mau menerima Yesus sebagai Tuhannya. Tugas kita semua adalah menginjili. Ketika Tuhan mentransformasi Petrus akhirnya ia dipakai untuk memberitakan Injil. Ketika ada masalah yang datang, terkadang kita bertanya ”Mengapa Engkau melakukan ini padaku?”. Bahkan mungkin ada yang berkata, “Mungkin  Tuhan tidak ada karena Dia tidak mendengar doaku.” Bagi saya Tuhan selalu menjawab doa saya walau jawabannya bisa “ya” , “tidak” atau “tunggu”. Ketika dijawab tidak bukan berarti Dia tidak mengasihi kita. Saat pelayanan week end di Kesamben saya diberi tema ”Jangan Khawatir” karena selama 3 minggu tidak turun hujan di sana. Di akhir khotbah dengan berani  saya berkata, “Bapak –Ibu berani tidak kita berdoa agar Tuhan memberi hujan?” Kemudian kami berdoa, setelah itu saya pulang. Setelah menunggu dari Senin sampai Jumat, hujan tetap  tidak turun. Waktu Jumat malam saya bertanya, “Tuhan kalau tidak hujan bagaimana?” Akhirnya Sabtu pagi  pk 5, ada hujan turun rintik-rintik. Saya terharu dan berlari ke luar. Saya merasakan hujan. Lalu saya menceritakan kejadian ini kepada teman-teman. Hujan itu menumbuhkan iman orang-orang di sana. Kita akhirnya menyadari Tuhan itu ada dan bersandar penuh kepadaNya berdasarkan anugerah Tuhan semata untuk berserah hanya pada Tuhan. Jangan transformasi yang terjadi secara tampak saja kita melayani, tetapi evaluasi apakah kita terus ditransformasi Tuhan , hidup kudus dan iman terus diperbarui. Mari sandarkan hidup kita pada Tuhan! 

No comments:

Post a Comment