Pdt. Hery Guo
Roma 8:18 Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak
dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita.
Roma 5:1-11
1 Sebab itu, kita yang
dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh
karena Tuhan kita, Yesus Kristus.
2 Oleh Dia kita juga beroleh
jalan masuk oleh iman kepada kasih karunia ini. Di dalam kasih karunia ini kita
berdiri dan kita bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah.
3 Dan bukan hanya itu saja. Kita
malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa
kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan,
4 dan ketekunan menimbulkan
tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan.
5 Dan pengharapan tidak
mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh
Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.
6 Karena waktu kita masih
lemah, Kristus telah mati untuk kita orang-orang durhaka pada waktu yang
ditentukan oleh Allah.
7 Sebab tidak mudah seorang mau
mati untuk orang yang benar — tetapi mungkin untuk orang yang baik
ada orang yang berani mati — .
8 Akan tetapi Allah menunjukkan
kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita
masih berdosa.
9 Lebih-lebih, karena kita
sekarang telah dibenarkan oleh darah-Nya, kita pasti akan diselamatkan dari
murka Allah.
10 Sebab jikalau kita, ketika
masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih
kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh
hidup-Nya!
11 Dan bukan hanya itu saja!
Kita malah bermegah dalam Allah oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, sebab oleh Dia
kita telah menerima pendamaian itu.
Pendahuluan
Apa dasar keyakinin Rasul Paulus
bahwa penderitaan yang dialaminya saat hidup tidak sebanding dengan kemuliaan
yang akan diterimanya? Untuk menjawabnya dapat dilihat pada perikop Roma
5:1-11. Suatu kali ada seorang guru berbicara kepada seorang siswi SMA-nya. Ia
bertanya kepadanya, “Beberapa waktu ini saya melihat kamu bermusuhan dengan
kawan karibmu. Biasanya kamu selalu bersama-sama dengannya. Kamu berdua
bersama-sama ke kantin, ke perpusatakaan dan berolahraga bersama. Mengapa sekarang
kamu tidak bersama lagi? Sang siswi menjawab, “Pak, sekarang saya benci dengan
dia. Dulu memang dia kawan karib saya.” Sang guru bertanya lagi,”Mengapa persahabatanmu
menjadi rusak?” Sang siswi menjawab, “Karena ia tidak pernah peduli terhadap
saya!”. “Apa yang membuat kamu merasa begitu?” tanya Sang Guru lagi. “Karena ia
tidak mau lagi melakukan apa yang saya minta, saya inginkan serta permohonan
saya. Jadi bagi saya ,dia bukan kawan saya, karena ia tidak pernah peduli akan apa
yang saya mau!”
Ukuran apa yang bisa dipakai
untuk mengukur dia peduli saya? Apakah berdasarkan kriteria untuk mengukur kepedulian
Allah? Gambaran bahwa ia bukan teman saya karena ia tidak peduli dengan saya
karena tidak mau memenuhi apa yang saya inginkan dan saya saya mohonkan? Pada
waktu kita melihat dan menilai Allah, apakah Dia peduli benar-benar
memperhatikan saya (diukur dari saya ke Allah)?. Itu sebabnya waktu kita
menemukan kesulitan dan pergumulan, kita menilai Dia tidak memperhatikan dan
menolong saya dan kita berkata Dia tidak peduli saya.
Ada kesaksian dari buku “Ketika
Allah Meratap” (When God Weeps) dari
seorang yang mengalami sakit yang luar biasa (karangan Joni Eareckson Tada dan Steven
Estes ). Buku itu sangat menggugah hati dan padangan saya dalam menilai Allah. Kata
“meratap” adalah kata yang kuat yang menggambarkan betapa Allah sedang sedih, menangis
dan meraung-raung seperti kehilangan orang yang dikasihNya terhadap ciptaan
yang menilaiNya. Dalam buku tersebuat dikisahkan tentang seorang wanita bernama
Karla Larson. Karla bukanlah seorang Kristen yang beribadah hanya pada waktu ia
mau atau senang, tetapi ia adalah seorang Kristen yang setia. Usia 40 tahun sebenarnya
bukanlah usia yang tua. Filosofi di Amerika mengatakan bahwa perjalanan manusia
mulai di usia 40 tahun. Karla menderita diabetes akut. Agar tetap hidup dokter
berkata kedua kakinya harus diptong. Maka kedua kakinya diamputasi sehingga ia
tidak mempunyai kaki lagi. Kemudian ia pun menggunakan kaki palsu, Dalam buku
tersebut dikisahkan juga dalam
perjalanan hidupnya di kemudian hari anggota tubuhnya juga lepas seperti
jarinya, hal ini disebabkan tingkat diabetesnya tinggi sekali. Ia mengalami
serangan jantung yang parah sehingga terasa sakit sekali. Dia juga punya
penyakit gagal ginjal sehingga harus dicangkok. Ia mengalami pembengkakan yang
parah dan menuju kebutaan pada matanya. Pergumulan Karla sangat berat, jarang
ditemukan pergumulan seperti yang dialaminya. Apakah ada di antara kita yang
lebih menderita darinya? Biasanya pergumulan siswa adalah saat mendapat nilai
jelek , pergumulan pemuda adalah kesulitan dalam meraih jenjang karir yang
tinggi dan jodoh yang dirasa sulit (diputus kekasih), permasalahan perusahaan
yang sedang mengalami kesulitan menentukan patokan harga atau dalam tahap
kehancuran sehingga akhirnya berkata “sepertinya Allah tidak peduli saya”.
Mengapa Tuhan tidak menolong saya? Banyak pergumulan yang sepertinya Tuhan
tidak pedulikan dan tidak memberikan jalan keluar. Namun dibandingkan penderitaan
Karla apakah sebanding? Seorang kawan saya punya perusahaan yang berdiri lama
sekali dan sedang dalam kesulitan. Apakah kita sedang bergumul dalam rumah
tangga, tragedi antara suami–istri-anak-mertua, pergumulan yang tidak mudah dalam
perjalanan, sehingga kita berkata, “Mengapa Tuhan tidak memberikan perhatian
kepada saya?”
Saat bergumul dan merenung
tentang kepeduliaan Allah, kita seringkali jatuh dalam kesalahan karena dari
kitalah kita menilai Allah dan mencoba melihat Allah berdasarkan perasaaan dan
kesulitan yang kita hadapi. Kesulitan seringkali membuat kita tidak melihat
Allah peduli. Padahal kitab Suci mengatakan Allah hadir dalam dunia , merasakan
pergumulan-pergumulan yang dialami oleh manusia. Dia meneteskan air mata, merasakan
kesunyian dan dicampakkan (dalam film The Passion of The Christ, 2004, Mel
Gibson mengangkat kesunyianNya yang luar biasa. Ia ditinggal oleh murid-muridNya).
Yang paling mengerikan, kesunyian ditambah penderitaan menjadi ramuan yang
paling berbahaya dan bisa mematikan manusia. Saat merasa sunyi tanpa seorang
pun mendampingi, yang ada keputusasaan dan hidup sebentar lagi. Yesus merasakan
itu semua.
Melalui tulisan Rasuli Paulus kita melihat betapa Allah peduli.
Roma 5:1 Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh
karena Tuhan kita, Yesus Kristus.
Ayat 11: Dan bukan hanya itu saja! Kita malah
bermegah dalam Allah oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, sebab oleh Dia kita
telah menerima pendamaian itu.
Kita hidup dalam damai
sejahtera karena kita sudah menerima pendamaian itu. Yesus yang mati 2.000
tahun lalu mengorbankan nyawaNya supaya kita mempunyai damai sejahtera hidup
dengan enak dengan Tuhan karena Kristus mati untuk saya. Kita tidak bisa hidup
tanpa pendamaian Allah..
Saat SMP saya tinggal di
Matraman dan bersekolah di SMP Budhaya. Ada perkampungan orang Ambon di sebelah
sekolah yang anak-anaknya berasal dari keluarga yang ekonominya sulit sehingga
menjadi berandalan. Mereka minta uang dari anak-anak sekolah termasuk saya.
Setiap hari saya dipalak Jadi kalau dimintai uang, saya tidak mampu jajan.
Setiap kali bangun tidur dan berangkat ke sekolah saya ketakutan dengan orang
yang minta uang. Bila dibilang tidak ada, maka mereka marah dan saya ditendang.
Mereka akan meneror secara fisik. Saya menganggap mereka sebagai musuh, kalau
boleh saya tidak ingin bertemu mereka. Saya mengalami rasa takut dan tertekan
bertemu musuh. Kalau Kristus tidak memberikan diriNya maka selamanya kita akan bermusuhan
dengan Allah. Kita yang memusuhi dan membenci Allah, Dosa Adam menyebabkan
manusia berdosa dengan Allah. Allah maha dahsyat dan suci dan bisa
menghancurkan manusia dengan hembusan nafasnya. Saat menghadapi orang suci ,
kita mengalami ketakutan tidak ada damai sejahatera. Adam-Hawa bersembunyi di
belakang pohon karena Allah yang bisa menghanguskan mereka. Umat Israel juga
ketakutan berhadapan dengan Allah sehingga meminta Musa untuk berbicara “Karena
kalau kami berhadapan dengan Dia, kami akan mati!”.
Ayat 1 dan 11 ayat
yang luar biasa. Allah mendamaikan kita dengan diriNya. Hal ini demikian luar
biasa. Bagi saya pernyataan ini sungguh
ajaib sekali sehingga kita tidak mengalami ketakutan , kegentaran, kegelisahan tentang
hidup ini. Saya bwberapa kali melayani orang yang akan meninggal dunia, reaksi
nya macam-macam. Ada orang Kristen yang takut mati. Waktu diminta untuk tenang
saja, mungkin mereka berkata, “Pak pendeta tidak mengalami sendiri. Kalau
mengalami baru rasa takut!” Waktu kita diperdamaikan dengan Allah maka
sesungguhnya kita hidup dalam damai sejahtera yang tidak bisa diambil. Bangkrut,
putusnya kekasih, pencarian pekerjaan yang sulit tidak akan mengambil damai
sejahtera itu. Allah sangat luar baisa kepedulianNya dalam konteks Jumat Agung.
Rasul Paulus ingin memberikan inti (hal yang utama dari rencana Allah) bahwa Dia
sangat peduli dalam perkara keselamatan manusia.
Inti (Utama) dari rencana
Allah buat manusia
Allah peduli terhadap:
•
Kepedihan
kita
•
Kemiskinan
kita
•
Hati
kita yang remuk
Namun fokus Utama ALLAH
adalah menyelamatkan kita
Ay.6: Kristus mati utk kita orang-orang durhaka
Ay.8: Kristus telah mati utk kita ketika kita
masih berdosa
Mari kita lihat cara kerja dan
fokus Allah. Bukan Allah tidak peduli kepedihan, kemisikinan, kesulitan ekonomi
kita sehingga tidak bisa makan. Papa saya yang cacat sehingga sulit untuk dapat
mencari makan untuk besok. Kami sekeluarga hanya dapat 2 bakut untuk makan
beramai-rama atau mama masak telur dengan tim sehingga anak bisa makan dengan
banyak. Dia peduli dengan itu. Pada Yohanes 8, dikisahkan ada seorang perempuan
yang kedapatan berzina. Seharusnya dalam kasus perzinahan ada 2 orang yang
terlibat, namun laki-lakinya tidak ditangkap dan mungkin sang lelaki ada di
antara orang banyak yang ingin menghukum perempuan itu. Waktu sang perempuan disudutkan
sendiri karena tidak ada laki yang telah tidur dengannya yang mau
bertanggungjawab, maka hatinya sangat sedih sekali. Padahal sewaktu ia menyerahkan
tubuhnya, ia juga menyerahkan hatinya. Kalau laki-laki tidak mau mengakuinya, masalah
sang perempuan menjadi sangat berat. Ada perempuan yang mau bunuh duri, karena
mangandung lalu ditinggalkan sang kekasih. Hatinya hancur, karena luar biasa
pedih. Rasul Yohanes mencatat bahwa Allah peduli. Dia bahkan menjadi pagar bagi
perempuan ini. Allah sangat fokus dalam perkara yang paling bahaya yakni perkara
dosa kita, yang caranya melalui kematianNya. Untuk menebus dosa yang membuat
kita rusak dan menderita itulah yang dikerjakan Allah melalui anakNya di kayu
salib. Ayat 6 dan 8 Yesus mati untuk kita orang durhaka. Orang Tionghoa kalau
anaknya jahat, maka dikatakan anaknya durhaka. Kalimat yang memedihkan hati bagi anak yang dikutuk.
Dalam hikayat Malin Kundang
(Padang), sang anak durhaka karena ia tidak mau mengakui orang tuanya yang
miskin sehingga dikutuk. Kata “durhaka” lebih dari kurang ajar dan patut untuk
dihukum dan dikutuk. Kristus telah mati untuk kita ketika kita masih berdosa. Saat
kita masih berjudi atau omong kotor,
Kristus telah mati buat kita. Artinya Kristus berbicara tentang kepeduliaan
tentang dosa yang membuat tubuh kita lemah dan menderita. Penderitaan itu untuk
mengenal betapa kejinya dosa. Ketika ia anugerahkan kesalamatan, ia mau kita
berbalik dari dosa. Betapa kejinya dosa namun Dia mau menanggungnya. Itu
membuktikan Allah kita benar-benar peduli, meskipun teriakan doa tidak didengar
dan penyakit tidak diangkat tapi DIa sudah menyelesaikan penyakit utama yaitu
dosa!
Mengenal Allah dengan baik
dan benar
Dengan mengenal Allah secara
baik dan benar, akan membuat kita dapat menerima kesengsaraan yg kita alami (ayat 3). Karla dalam
buku “Ketika Allah Meratap” sampai matinya ia tetap sakit. Ia banyak memberi
keteladanan rohani. Perawat yang awalnya tidak percaya menjadi percaya karena
melihatnya demikian teguh dengan Tuhan. Allah begitu setia dengannya. Ia
ditemui oleh Johni perempuan yang batang lehernya patah. Ia membaca Alkitab
dengan yakin dan hidup dalam ibadah yang baik. Johni yang batang lehernya patah
dan lumpuh serta hidup dalam kursi roda, bisa mengalami dan mengerti Allah.
Kalau kita mengenal Allah dengan baik, hidupmu kendatipun punya tantangan,
tidak akan berpaling dari iman. Setia beribadah membuat kita antusias karena Dia
benar-benar sangat baik. Fil 1:29 Sebab
kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan
juga untuk menderita untuk Dia, Allah menggunakan penderitaan untuk
mengenalNya dengan baik. Mengenal Allah dengan baik membuat kita sadar hidup
dalam penderitaan dalam Kristus membuat kita bisa berkata, “Allah Engkau baik”.
Dalam keterpurukan , Engkau tidak meninggalkan saya. Engkau melihat saya
menangis, tidak bisa tidur dalam pergumulan yang berat, tidak bisa makan atau
menelan kepahitan. Allah di sana bersama kita dan Dia tidak pernah mencampakkan
anak-anakNya. Mari kita tingkatkan komitmen dengan baik dalam persekutuan
pribadi denganNyak. Bacalah kitab suci dan rajin dalam ibadah dan pelayanan.
No comments:
Post a Comment