Pdt Hery Kwok
Lukas 2:21-24
21 Dan ketika
genap delapan hari dan Ia harus disunatkan, Ia diberi nama Yesus, yaitu nama
yang disebut oleh malaikat sebelum Ia dikandung ibu-Nya.
22 Dan ketika
genap waktu pentahiran, menurut hukum Taurat Musa, mereka membawa Dia ke
Yerusalem untuk menyerahkan-Nya kepada Tuhan,
23 seperti ada
tertulis dalam hukum Tuhan: "Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan
bagi Allah,"
24 dan untuk
mempersembahkan korban menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu
sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati.
Pendahuluan
Suatu kali ada sebuah
drama yang dimainkan 2 orang artis muda dengan latar belakang budaya Betawi. Kemudian
terjadi dialog antara pemeran perempuan (Rohaye) dengan pemeran laki-laki
(Rojali). Rohaye berkata, “Bang, aye sudah bosan karena abang ngomongnya sama
terus kalau merayu. Abang selalu bilang, ‘pokoke abang paling cinta dengan
Rohaye daripada orang-orang sekampung. Buktiin dong cinta abang, jangan hanya
ngomong saja”. Rojali bingung bagaimana cara membuktikannya karena dia tidak
punya apa-apa sementara pemuda lainnya pakai mobil atau motor untuk pacaran
dengan Rohaye. Akhirnya Rojali tidak kehilangan akal dan berkata, “Rohaye kalau
kamu tidak percaya, kamu boleh ambil belati dan belah dada abang”. Sementara
Rojali baru selesai bicara, Rohaye masuk ke rumah. Rojali berpikir, “Wah pacar
saya tidak bergeming dengan rayuan saya”. Kemudian Rohaye keluar dengan memegang
belati yang panjang. Begitu Rojali melihatnya, dia langsung kabur. Rohaye berkata,
“Katanya mau dibuktikan , kenapa baru dibawa sudah kabur?”
Pada khotbah
sebelumnya disampaikan bahwa hati Allah yang memberikan anakNya harus
diresponsi agar kita dapat memahami betapa besarnya kasih Allah itu. Bagi yang belum
percaya kepada Kristus, hari itu ada keselamatan pada orang yang hatinya
diberikan kepada Allah. Sedangkan bagi yang sudah percaya, Dia akan membentuknya
sesuai dengan karakter rohani Kristus. Secara prinsip, Allah yang maha besar
hanya meminta hati kita untuk diberikan kepadaNya.
Yusuf dan Maria, tokoh Alkitab yang memberi hati
mereka pada Allah dan meresponsi nya dengan benar.
Setiap orang yang
menyerahkan hati kepada Tuhan, ia adalah orang yang berani membayar harga dalam
hidupnya untuk Tuhan. Memang Allah adalah Allah yang maha kaya yang tidak
membutuhkan apapun dari manusia. Dia tidak membutuhkan uang, rumah atau segala
hal materi lainnya. Allah yang empunya langit dan bumi , benar-benar Allah yang
maha kaya dan kuasa dan tidak perlu apapun dari manusia. Namun di Alkitab
diajarkan , waktu kita menyerahkan hati kita, Allah memberikan hati yang rela
untuk menyerahkan seluruh hidup kita kepadaNya.
Dalam bacaan kita
ada 3 hal bagaimana Yusuf dan Maria memberikan hati dan hidup mereka :
1.
Yusuf dan Maria memberikan harga diri mereka kepada
Allah dalam peristiwa natal. Kalau
berbicara harga diri, itu adalah sesuatu yang paling tinggi dalam diri kita.
Waktu dihina kita tidak terima karena harga diri itu berbicara tentang siapa
kita. Tidak ada seorang pun di dunia yang mau harga dirinya diinjak oleh siapa
pun. Bahkan seorang istri tidak rela kalau suami menginjak harga dirinya. Atau
seorang anak luka hati waktu harga dirinya dilecehkan oleh orang tuanya. Namun
kalau diperhatikan cerita tentang natal yang kita baca dalam kitab suci, waktu
Yusuf tahu bahwa tunangannya sudah mengandung, dia berniat menceraikan Maria
dengan diam-diam. Kitab suci memang menceritakan Yusuf adalah orang yang tulus
hati sehingga tidak mau mencemarkan nama baik Maria. Namun kitab suci jujur
mengatakan Yusuf ingin menceraikan Maria. Berbicara tentang kebudayaan Timur Tengah
, kita bisa mengerti alasan Yusuf punya niat seperti itu. Dalam adat istiadat
Yahudi kesucian hidup adalah sesuatu yang sangat penting. Pada waktu mereka tidak hidup secara suci
mereka akan dihukum rajam dengan batu. Contoh pada Yoh 8 ada cerita tentang perempuan yang kedapatan
berzina akan ditimpuk oleh orang-orang sekotanya. Kitab suci menceritakan harga
diri perempuan itu sudah dikoyakkan dan dihancurkan. Pada waktu Yusuf mendapat
kabar dari malaikat bahwa Maria mengandung, maka sama seperti laki-laki manapun
waktu akan menikah mendapatkan kenyataan bahwa calon istrinya sudah mengandung
bukan dari dia , maka Yusuf memutuskan untuk menceraikannya diam-diam. Sejak zaman
dahulu sampai zaman modern, laki-laki yang wanitanya mengandung dari orang lain
pasti putus hubungan. Tidak mungkin laki-lakinya
bicara, “Puji Tuhan kamu sudah mengandung dari orang lain”. Pasti ia akan
berkata, “Kamu kurang ajar karena kamu sudah melanggar kesucian”. Yusuf dan
Maria harus menanggung prasangka dari masyarakat. Kita hidup di kota besar di
zaman modern, akan merasa takut menghadapi masyarakat yang sangat ketat
terhadap tradisi kesucian. Istri saya dari Bengkulu pernah bercerita , di
kampungnya kalau kedapatan ada yang berhubungan sebelum menikah akan mendapat
hukuman yaitu cuci rumah seperti cerita mandarin kuno. Itu merupakan aib yang
harus ditanggung oleh orang yang berbuat salah. Dalam peristiwa natal ini, Yusuf
dan Maria memberikan kepada Allah harga
diri mereka yang menjadi tantangannya.
Hati mereka yang sudah mereka berikan kepada Allah juga sebagai respon
terhadap rencana Allah.
2.
Yusuf dan Maria memberikan waktu dan usaha mereka kepada
Allah. Dalam Injil dikatakan Yusuf
harus pergi ke Mesir , lalu pergi ke Galilea dan Yudea, itu berarti ia harus
meninggalkan tempatnya berusaha. Sebagai seorang pengusaha kayu, ia bisa
berusaha dan menghasilkan uang, tapi waktu malaikat menyuruhnya pergi, iapun taat. Mungkin ini salah satu hal yang
membuktikan mereka tidak menjadi kaya karena hidup mereka berpindah sehingga
tidak bisa menabung dengan baik. Orang Tionghoa punya filosofi kalau berdagang
harus bertahan. Jangan baru buka toko 2 bulan begitu terlihat sepi langsung
tutup. Tapi terus buka, sampai orang yang lalu lalang menyadari ada toko yang
menjual sesuatu. Itu merupakan kunci keberhasilan yang lahir dari filosofi
orang Tionghoa. Yusuf waktu membuka usaha kayunya harus pindah berkali-kali
memperlihatkan waktu dan usaha Yusuf nyata. Ada jemaat yang kalau diimbau untuk
melayani atau datang ke gereja menjawab, “waktu saya susah” atau “saya sangat
sibuk di kantor atau di toko”. Seringkali kita tidak berani memberikan waktu
kita kalau itu harus diberikan kepada Allah. Ada banyak orang Kristen waktu
hari perhentian, mereka memilih tidak pergi ke gereja karena itu waktu mereka
libur bersama keluarga. Atau kalau tokonya ramai lebih baik tetap buka toko
daripada ke gereja. Yusuf dan Maria memberikan waktu dan usaha mereka untuk
Allah. Mereka tahu hati Allah yang sudah diberikan kepada mereka, diresponsi
dalam hati dan dibuktikan dengan waktu dan usaha mereka.
3.
Yusuf dan Maria memberikan materi mereka kepada Allah. Alkitab menceritakan bahwa waktu Yesus berusia 8
hari, orang tuanya membawaNya untuk disunat. Pada hari yang sama, mereka harus
mempersembahkan suatu kurban kepada Allah. Mereka membawa sepasang burung tekukur
atau 2 ekor burung merpati. Artinya korban yang diberikan orang tua Yesus,
adalah korban yang sangat sederhana. Mereka tidak bisa membawa kambing atau
sapi untuk menyatakan persembahan mereka kepada Allah. Allah tidak menuntut
dalam bentuk kuantitas pada orang memberi persembahan. Bagi orang yang susah,
boleh memberikan sepasang merpati / tekukur. Kita tidak pernah diberatkan Allah
supaya mengambil uang dari orang lain untuk memberi persembahan. Allah tidak
melihat materi dalam bentuk kuantitas. Tapi Allah melihat kualitas persembahan dari
Yusuf dan Maria. Dalam keterbatasan ekonomi, mereka berani memberi persembahan
syukur mereka kepada Allah. Perkara memberi materi atau uang kepada Allah seringkali
harus ditanamkan dalam diri kita. Waktu memberi persembahan kepada Allah, kita
sering hitung-hitungan dengan Tuhan. Saya tidak mengajarkan untuk tidak boleh punya
rencana untuk menabung, atau memberikan seluruh rekening kepada gereja Tuhan.
Yang saya ingin sampaikan, jangan sampai waktu memberi hati kita melekat pada
materi sehingga sulit memberi. Bagi Yusuf dan Maria walau kondisi ekonomi mereka
minim, mereka memberikan persembahan dari hati mereka. Kita diajar dari lagu Sekolah
Minggu, “persembahan dari kami sedikit sekali” sehingga sedikit terus tapi
kalau makan banyak sekali.
Mari dalam momen
natal ini, “berilah segala yang ada padamu” itulah respons kita kepada kasih
Allah. Yusuf dan Maria memberikan keteladanan sebagai orang yang percaya kepada
Allah. Mereka sudah memberi hati mereka,itu sehingga waktu mereka memberikan
martabat, waktu , usaha dan materi itu bukan hal yang sulit bagi mereka. Mari
jadikan momentum natal, dimana kita berani memberikan kepada Allah segala yang
ada padaku untuk Allah. Pada waktu Allah memberi talenta kepadamu, apakah
berani berikan kepada Allah dalam pelayanan kita? Di tengah kesibukan , kita
berikan menjadi sesuatu yang berarti. Allah selalu memanggil orang yang
melayani bukan dari orang yang pengangguran. Justru di tengah kesibukan Allah memanggil
kita. Apakah di tengah kesibukan ,kita berani memberikan waktu kita? Seperti ibu-ibu
pemain angklung tadi yang mau memberikan apa yang ada dalam diri mereka dalam
hal talenta. Saya tidak punya kemampuan di alat music, dan saya tidak bisa main
angklung atau suling. Terkadang saya iri melihat orang yang bisa main tapi
tidak mau memberikannya kepada Allah. Jadikan momentum natal, berani untuk
berikan uang dan harta untuk Allah. Yusuf memang tidak diceritakan kemudian memiliki
ekonomi yang luar biasa, tetapi kitab suci menceritakan mereka tidak kekurangan
dalam hidup mereka. Jangan pikir kalau berikan uang, kita menjadi susah dalam
hidup. Allah terlalu hebat dan luar biasa dalam memberikan rejekinya kepada
orang-orang yang percaya dan melayaniNya.
No comments:
Post a Comment