Ev. Susan Kwok
1 Sam 7:11-13
11 Keluarlah
orang-orang Israel dari Mizpa, mengejar orang Filistin itu dan memukul mereka
kalah sampai hilir Bet-Kar.
12 Kemudian
Samuel mengambil sebuah batu dan mendirikannya antara Mizpa dan Yesana; ia
menamainya Eben-Haezer, katanya: "Sampai di sini TUHAN menolong
kita."
13 Demikianlah
orang Filistin itu ditundukkan dan tidak lagi memasuki daerah Israel. Tangan
TUHAN melawan orang Filistin seumur hidup Samuel,
Pendahuluan
Kita
hidup dalam iman Kristen (kita diajar dogma- doktrin Kristen) dan kita coba
hidup di dalamnya. Namun apa yang kita lakukan (termasuk pada tahun 2013)
banyak yang tidak sesuai dengan apa yang diajarkan.
1.
Sikap melecehkan
(tidak menghormati). Dalam tayangan video music di TV, ada seorang penyanyi remaja
putri Barat yang tampil dengan mengenakan asesoris salib besar dan latar
belakang seperti gereja katedral yang megah sekali. Namun lagu yang dinyanyikannya
bukan lagu rohani melainkan lagu sekuler. Di samping itu cara berpakaiannya juga
tidak bernuansa rohani. Dengan baju model tank-top
(baju tanpa lengan) berleher rendah ditambah
celana yang dikenakan sangat pendek, ia menari mengikuti music dengan aksinya
yang seronok. Rantai salibnya berayun sesuai dengan tariannya disoroti dengan
latar belakang bangunan gereja. Ini merupakan kesalahan intepretasi (pemahaman)
yang selanjutnya menimbulkan kesalahan kelakuan. Ekstrim yang satu ini begitu
meremehkan simbol salib dan menganggap gereja tidak ada artinya apa-apa. Demikian
menjatuhkan, melecehkan dan tidak menghormati.
2.
Sedemikian
menghormati sampai-sampai yang dihormati benda bukan Allah. Beberapa tahun lalu
pernah ada diskusi yang menimbulkan persitegangan di gereja. Ketika itu panitia
natal ingin membuat panggung berundak buat para penyanyi di altar gereja, sehingga
penyanyi tidak mengambil tempat duduk yang akan diprioritaskan untuk mengantisipasi pengunjung yang banyak
datang saat perayaan natal. Untuk itu mimbar akan digeser sedikit (½ m). Hal ini
menimbulkan perdebatan yang luar biasa. Ada yang minta tidak boleh digeser
sedikitpun karena itu kudus, tempat khotbah dan mimbar perjamuan kudus. Padahal
saat mendekor, koster gereja naik ke meja perjamuan dan mimbar. Ada panatua
gereja yang melihat tetapi membiarkannya saja sehingga menimbulkan ketidakkonsistenan.
Ekstrim yang satu
begitu merendahkan, ekstrim yang lain begitu mendewakan seolah-olah meja
perjamuan kudus itu Tuhan itu sendiri. Yang pertama menganggapnya sebagai tanda Allah hadir, yang
lainnya sebagai pengganti Allah. Ini yang harus diwaspadai. Karena Tuhan tidak
ingin manusia melecehkan diriNya dan Dia tidak mau manusia mengantikan diriNya
dengan benda-benda. Semua harus ditempatkan pada porsi dan sikap yang benar.
Eben-Haezer
Eben-Haezer
adalah batu yang didirikan nabi Samuel untuk mengingatkan bangsa Israel bahwa
dengan pertolongan Tuhanlah maka bangsa Israel dapat memenangkan pertempuran melawan
bangsa Filistin setelah 20 tahun tidak mampu menang perang melawan bangsa
tersebut. Setelah bangsa Israel menang, nabi Samuel mendirikan tugu dan
menamakannya Eben-Haezer yang berarti “Sampai di sini Tuhan menolong kita.” Mungkin
kita hanya tahu ada 1 kata Eben-Haezer (1 Sam 7:12). Ternyata kata itu muncul juga
dalam konteks yang jauh berbeda (1 Sam4:1b) dan itu berhubungan dengan apa yang
disampaikan dalam ilustrasi di atas. 1
Sam 4:1b-2 Orang Israel maju berperang melawan orang Filistin dan berkemah
dekat Eben-Haezer, sedang orang Filistin berkemah di Afek. Orang Filistin mengatur barisannya berhadapan
dengan orang Israel. Ketika pertempuran menghebat, terpukullah kalah orang
Israel oleh orang Filistin, yang menewaskan kira-kira empat ribu orang di medan
pertempuran itu.
Pada
1 Sam 4:1b, ternyata Eben-Haezer merupakan kota yang menjadi kenangan buruk
buat bangsa Israel. Sangat ironis dan menyedihkan karena di kota Eben-Haezer,
mereka kalah dari orang Filistin menewaskan sekitar 4.000 orang. Ketika
tentara itu kembali ke perkemahan, berkatalah para tua-tua Israel:
"Mengapa TUHAN membuat kita terpukul kalah oleh orang Filistin pada hari
ini? Marilah kita mengambil dari Silo tabut perjanjian TUHAN, supaya Ia datang
ke tengah-tengah kita dan melepaskan kita dari tangan musuh kita." (1 Sam 4:3). Tetapi di sinilah kesalahan orang Israel.
Mereka begitu menghormati Tabut Tuhan (Ark
of God yang berisi 2 loh Batu dimana tertulis Sepuluh Perintah Allah, tongkat
Harun, dan roti manna) dan menjaganya luar biasa. Itu sikap yang baik tetapi cara
menghormati yang salah. Mereka berpikir, karena Tabut Tuhan jauh maka mereka
kalah. Pemahaman mereka salah dengan membatasi Tuhan seperti manusia. Mereka
punya konsep seolah-olah benda itu punya kekuatan untuk menolong mereka. Hal
ini seperti menganggap anggur perjamuan kudus setelah didoakan punya kekuatan
untuk menyembuhkan atau ada yang menaruh Alkitab di bawah bantal supaya bisa tidur
enak (aman). Seolah-olah benda punya kekuatan magis . Ini yang ada dalam
pemahaman orang Israel sehingga mereka berpikir dengan membawa Tabut Tuhan , mereka
akan menang dari orang Filistin. Namun ternyata setelah Tabut Tuhan ada di
tengah mereka, justru mereka kalah lebih hebat! Yang gugur dari orang Israel
sebanyak 30.000 orang pejalan kaki (sebelumnya hanya gugur 4.000 orang). Tuhan
tidak menolong karena konsep (pemahamannya) salah. Orang Israel dibiarkan kalah
agar mereka bisa mengevaluasi diri dan berbalik dalam pemahaman yang benar.
Allah tidak akan membiarkan umatNya hidup dalam konsep yang salah. Sikap
refleksi diri perlu dilakukan oleh setiap orang percaya (bukan bangsa Israel
saja) dan setiap hari (bukan hanya di akhir tahun). Sebelum menutup mata untuk
istirahata di malam hari, kita melakukan refleksi diri (kesalahan apa yang telah
dibuat hari ini, kelakuan apa pada hari ini yang mendukakan Tuhan) sehingga kita
tidak hidup terus dalam kesalahan.
Eben-Haezer
bukan tugu kemenangan tapi kota yang awalnya membawa kenangan pahit karena bangsa Israel kalah dua kali
dengan korban tewas 4.000 dan 30.000 orang. Walaupun bangsa Israel kalah, namun
pada 1 Samuel pasal 5 dan 6 terbukti bahwa Allah kita tidak perlu dibela oleh
manusia. Allah tidak perlu pertolongan manusia tapi manusialah yang perlu dibela
Allah. Allah membuktikan terlebih dahulu siapa Allah yang sejati. Setelah
mengalahkan orang Israel, orang Filistin mengangkat tabut Allah dan menaruhnya
di kuil mereka dan disejajarkan dengan Dagon (dewa Filistin). Tetapi keesokan pagi harinya, patung Dagon
terjatuh dengan mukanya ke tanah di hadapan tabut TUHAN dengan kepala Dagon dan kedua belah tangannya
terpenggal dan terpelanting ke ambang pintu, hanya badan Dagon itu yang masih
tinggal. Padahal patung itu besar! Itu bukan perbuatan tangan manusia. Para imam
Dagon akhirnya meminta agar tabut Tuhan dipindahkan. Namun setiap kota Filistin
yang disinggahi tabut Allah, orang-orangnya dihukum Tuhan (kena borok dan mati).
Tuhan tidak kejam, namun Tuhan ingin meperlihatakn bahwa orang Filistin tidak
boleh melecehkan Allah. Ini memperlihatkan bukan orang Israel yang menunjukkan Allahnya
yang sejati ke orang Filistin tapi Allah sendiri. Akhirnya para imam Filistin
angkat tangan dan meminta agar tabut Tuhan dibawa ke Israel dengan memberikan
korban penebus salah yaitu emas. Orang Filistin memindahkan tabut Tuhan karena
takut malaptetaka, bukan karena percaya itu perbuatan Yahweh, atau menunjukkan
pertobatan mereka. Akhirnya tabut Tuhan tinggal di Kiryat-Yearim (1 Sam 7) dan
tinggal di sana selama 20 tahun dan selama itu
bangsa Israel dijajah bangsa Filistin. Lalu pada 1 Samuel 7:3, Nabi Samuel menegur bangsa Israel, "Jika kamu berbalik kepada TUHAN
dengan segenap hati, maka jauhkanlah para allah asing dan para Asytoret dari
tengah-tengahmu dan tujukan hatimu kepada TUHAN dan beribadahlah hanya
kepada-Nya; maka Ia akan melepaskan kamu dari tangan orang Filistin."
Bangsa
Israel bangsa yang tegar tengkuk (bandel, keras hati). Ternyata selama 20
tahun, mereka selain menyembah Allah, mereka juga menyembah patung dan allah
(dewa) yang lain. Mereka tidak sepenuh hati percaya pada Allah. Itu sebabnya
tidak ada sukacita atas kebaikan Tuhan yang melimpah-limpah. Orang yang mendua
hati , hidupnya tidak tenang. Hal yang sama terjadi pada pasangan yang berselingkuh.
Hidup seperti ini tidak tenang. Bangsa Israel ada damai sejahtera dan Tidak
bisa merasakan Tuhan sanggup untuk menolong hidup mereka. Selaku hamba Tuhan,
nabi Samuel mengingatkan umat Israel agar fokus, tulus, dan hanya beribadah
pada Tuhan. Akhirnya bangsa Israel menyambut baik dan membuang semua dewa /
patung lainnya. Di Mizpa mereka berdoa dan bertobat. Saat nabi Samuel sedang
membakar korban bakaran di Mizpa, orang Filistin mendengarnya dan ingin menghancurkan
bangsa Israel. Tapi Allah berperang bagi Israel dengan membuat suara guntur yang
luar biasa sehingga orang Filistin bisa dikalahkan oleh orang Israel. Seumur
hidup nabi Samuel , orang Filistin tidak menyerang orang Israel lagi. Ada damai
selama nabi Samuel hidup. Ini sepertinya happy-ending.
Sepanjang ada hamba Tuhan yang baik, orang Israel jadi baik. Setelah hamba
Tuhan tidak ada, mereka balik lagi berbuat dosa. Pertobatan satu perkara,
tetapi menjalaninya terus menerus satu perkara yang serius.
Setelah
percaya dan dibaptis, itu baik namun tidak berhenti di sana. Selanjutnya bagaimana
keselamatan dijalankan sehari-hati itu perkara yang lain. Tidak bisa hanya menjadi
jemaat , dibaptis dan ikut perjamuan kudus, namun tidak memperhatikan hal-hal yang
lain. Contoh karakter yang jelek, cuek, rasa malas tidak dipedulikan dan jalan terus dalam dosa. Tidak bisa begitu. Pertobatan itu harus dijalankan
sehari lepas sehari tidak pernah berhenti. Ketika orang Israel menang, nabi Samuel
kemudian mendirikan tugu, Eben-Haezer (sampai di sini TUHAN menolong kita)
namun Eben-Haezer yang dulu jangan dilupakan. Ingat Tuhan menghukum bangsa
Israel karena kesalahan mereka. Juga ingat bahwa Tuhan begitu mengasih umatNya,
begitu mereka bertobat dan berbalik kepada Tuhan , Tuhan mencurahkan kasihNya
dan kotanya menjadi simbol kemenangan.
Kilas Balik 2013
Di
tahun 2013, bagaimana hidup pribadi kita di hadapan Tuhan? Kita mungkin masuk
dalam masa penuh pergumulan dan kekalahan. Penuh dosa dan larut dalam dosa. Tetapi
Tuhan hendak membawa kita kepada Eben-Haezer yang baru. Tuhan mau menolong
supaya kita tidak hidup dalam kekalahan melainkan kemenangan. Bagaimana hidup
pribadi kita? Apakah rajin bersaat teduh setiap hari? Adakah kita membaca
firman Tuhan setiap hari? Itu sangat berpengaruh dalam kegiatan pribadi,
keluarga, bisnis, pelayanan dan gereja. Kiranya di tahun 2014, kita harus memulai sesuatu yang baru sehingga
kita tidak hidup dalam hal yang lama, tetapi hidup dalam kemenangan. Tuhan bisa
membangkitkan gerejanya melalui hamba Tuhan, majelis, aktifis, jemaat asal
masing-masing punya hati mau dipakai Tuhan. Kalau semua tidak punya hati
bersatu mau dipakai Tuhan, jangan harap ada perubahan dalam gereja ini. Kalau
semua hanya berpangku tangan, mengkritik, dan tidak mau terjun maka jangan harap
ada perubahan. Mau cari hamba Tuhan sehebat apapun tetapi kalau yang lain tidak
bersatu hati , maka semuanya sia-sia. Kalau Israel tidak mau bertobat dan mau
bersama-sama, maka hamba Tuhan sekaliber nabi Samuel sekalipun tidak bisa
menolong mereka. Tidak perlu mengucapakan kata-kata yang “banyak”, karena Tuhan
tahu isi hati kita. Bangsa Israel tidak perlu mengucapkan,”Saya baik kepada Tuhan”
karena Tuhan tahu hati orang Israel yang mau berbalik. Proses yang dialami selama
2013, kita refleksikan. Baik di rumah
tangga, pekerjaan dan pelayanan kita. Mungkin ada yang menyakitkan. Terkadang hal
yang menyakitkan merupakan konsekeuensi atau cara Tuhan untuk membentuk kita. Supaya
bisa merasakan Eben-Haezer yang penuh kemenangan.
Kita
mau jadi apa? Sebutir telur atau sepotong ubi? Telur dan ubi dimasukkan ke panci
yang berisi air, lalu dididihkan. Setelah beberapa saat kemudian, kompor
dimatikan. Ubi dan telurnya diangkat. Setelah melewati proses tersebut, keduanya
jadi matang. Mereka mengalami hal yang sama dan titik didih air yang sama, tetapi
tingkat kematangannya berbeda. Telur dari lembek (waktu mentah) ketika matang
menjadi keras. Ubi sebelum diproses keras, setelah diproses matang menjadi
lembut. Tidak berarti ubi lebih baik dari telur atau sebaliknya. Bila ada 2
orang percaya diproses Tuhan, mungkin keduanya mengeluarkan air mata. Tapi
hasilnya bisa berbeda. Ada yang keluar dari 2013 dengan hati yang lembut, tapi
ada yang keluar dengan hati yang sangat keras. Tidak ada perubahan. Kita mau
seperti apa? Tuhan mau kita punya hati yang lembut supaya kita punya Eben-Haezer.
Dia tidak menjanjikan yang muluk. Ia ingin kita berubah dari yang malas jadi rajin,
dari jahat menjadi baik, dari keras hati menjadi lembut hati, dari cuek menjadi
perhatian. Ia ingin kita seperti itu di segala bidang. Kalau terlalu keras
terhadap anak maka suatu hari kita bisa kehilangan anak. Keras tanpa pemahaman
yang benar perlu diperbaiki. Keras atau lembut kepada anak ada waktunya. Allah
sanggup menolong bila ada yang tidak mungkin!