Pdt. Paulus Daun
Mark 10:45 Karena
Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan
untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.
Kata melayani dalam bahasa Yunani “diakonia”
(diakonein = melayani, diakonos = pelayan).Banyak pemimpin gereja yang menyalahpahami
kata diakonia sebagai hanya pelayanan di bidang sosial saja seperti membagi
sembako, pengobatan gratis dll. Tetapi sebenarnya arti kata diakonia sangat
luas. Kalau boleh didefinisikan , setiap apa yang kita pikir, lihat, dengar,
katakan, lakukan, motivasi, orientasi kepada Allah itu yang disebut diakonia.
Banyak umat Kristen menyalahpahami arti diakonos. Diakonos dikatakan segilintir
orang yang duduk dalam organisasi seperti para pendeta, penginjil, majelis, dan
pengurus, sedangkan anggota gereja awam bukan diakonos. Oleh karena
kesalahpahaman makna diakonos, maka banyak orang Kristen bersikap apatis
terhadap gereja. Asal setiap minggu datang ke gereja sudah cukup, beri persembahan
sudah lumayan, apalagi memberikan perpuluhan hebat sedangkan pergumulan dan
masalah di gereja tidak mau pusing. Padahal yang dimaksud dengan diakonos,
adalah setiap orang yang sudah menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat,
memiliki hidup Kristus, entah kaya- miskin, punya posisi atau tidak, asal
percaya Yesus dan mempunyai hidup Kristus dalam dirinya, dia adalah diakonos (pelayan).
Banyak orang Kristen mempunyai pelayanan tetapi setelah lama ikut pelayanan jadi
ogah-ogahan. Ada juga yang bila senang dengan pendeta melayani, tidak senang
tidak melayani. Mengapa ada tendensi demikian? Karena banyak orang Kristen
tidak mengerti tentang makna pelayanan. Kalau setiap kita mengerti makna
pelayanan, tidak perlu pendeta mendorong, mengimbau dsbnya, masing-masing akan
berlomba-lomba partisipasi dalam pelayanan.
Makna
pelayanan
1.
Kita dipanggil ,
dipilih dan mau dipakai sebagai pelayan. Itu hak istimiewa yang diberikan Tuhan kepada kita. Allah kita Maha
Mulia, Agung, Tinggi, Dia dihormati , dimuliakan oleh malaikat, jauh di atas
sana pada tahta Kerajaan Sorga. Dalam kitab Mazmur, kita adalah debu tanah. Di
hadapan Allah posisi kita sangat rendah, kita tidak berarti sama sekali. Tetapi
Allah tidak melecehkan kita, di antara demikian banyak orang. Allah memilih,
memanggil dan memakai kita. Inilah hak istimewa yang Tuhan berikan pada kita.
Kalau mengerti hak istimewa, penghargaan luar biasa yang diberikan Allah kepada
kita, beranikah kita melalaikan, meremehkan posisi kita sebagai diakonos?
2.
Kita dipanggil,
dipilih dan dipakai Allah, ini merupakan anugerah.
Hadiah yang diberikan oleh orang yang lebih tinggi dari kita yang sebenarnya tidak
layak kita terima, tetapi sudah diberikan. Inilah yang dimaksudkan dengan
anugerah. Keselamatan dalam Yesus kita peroleh karena anugerah. Tetapi sebagai
pelayan juga merupakan anugerah. Misalnya sebagai pemilik perusahaan, tatkala merekrut tenaga
kerja, saya memilih tenaga kerja, kita pilih yang pandai, terampil, penampilan menarik,
kalau bisa IPKnya 4. Kalau Allah Bapa memilih tenaga kerja sama seperti pemilik
di perusahaan tersebut, kita tidak akan mendapat bagian. Mungkin di gereja
paling kaya, tetapi dibanding kekayaan orang dunia, kita tidak terhitung
apa-apa. Mungkin di gereja kita orang terpintar , tetapi dibandingkan
kepintaran orang dunia, tidak ada apa-apanya. Mungkin pendidikan kita paling
tinggi di gereja (S3), tetapi dibadingkan pendidikan orang dunia jauh
ketinggalan. Allah kita luar biasa, tidak memanggil, memakai orang dunia ,
tetapi memanggil kita menjadi pelayan. Inilah anugerah. Kalau kita menyadari
kita bisa menjadi pelayan Tuhan, bukan karena kita pintar atau hebat, ini
adalah anugerah yang diberikan. Berani kita sia-siakan anguerah Tuhan?
3.
Kita jadi
diakonos merupakan kesempatan yang
diberikan kepada kita. Kesempatan tidak selalu ada. Hari ini ada, belum tentu
besok ada. Begitu kesempatan berlalu untuk selama-lamanya kita tidak bisa
mengambilnya. Sewaktu jadi gembala sidang, saya suka melibatkan seluruh jemaat.
Suatu kali saya menugaskan seorang ibu tua menjadi penyambut tamu yang berdiri di
depan gereja memberi warta gereja, buku nyanyian dan Alkitab. Menurut pandangan
banyak orang , pelayan peyambutan tidak ada arti apa-apa, tidak menarik perhatian. Tetapi yang dinamakan
pelayanan untuk Tuhan , di mata Tuhan tidak ada yang besar atau kecil. Kalau
sungguh-sungguh melayani dengan tulus hati, Tuhan bisa memakai kita. Orang bisa
bertobat karena mendengar khotbah pendeta yang luar biasa. Namun penyambut tamu,
juga bisa menobatkan orang. Sebagai pelayan penyambut tamu, saya mempersiapkan
diri baik-baik, berdoa, “Pakai saya Tuhan sebagai penyambut tamu hingga bisa menjadi
berkat bagi orang lain”, berpakaian sopan, menyambut tamu dengan wajah senyum ,
menyapa jemaat satu per satu datang, hati penuh dengan kedamaian. Mungkin ada
yang baru pertama kali datang, merasakan sambutan yang luar bisa hangatnya,
muka penuh ramah tamah dan senyum. Dia tidak pernah merasakan yang demikian di
dunia tetapi di gereja. Ia merasakan damai sejahtera. Ia tidak hanya datang
sekali, tapi 2 x, 3 x terus jadi anggota gereja. Pelayanan kecil tapi berakibat
luar biasa besar. Tapi sang ibu berkata,”Lain kali jangan tugaskan saya menjadi
penyambut tamu.” Sewaktu saya katakan, “Ini
pelayanan”, ia berkata, “Sekali lagi, saya tegaskan jangan atur saya.” Akhirnya
saya tidak atur lagi. Suatu hari saya menerima telpon. Orang di sebrang menangis
dan berkata,”Muse cepat datang ke rumah sakit. Mama saya (ibu tua tadi) anval”.
Ternyata secara medis, sudah tidak bisa berbuat apa-apa, kecuali kuasa Tuhan. Setelah
didoakan akhirnya ia sembuh namun mati separuh badan dan dirawat di rumah. Saat
dibesuk, ia menangis. Dia pegang saya, “Muse , doakan saya. Kalau Tuhan
sembuhkan, jangankan penyambut, kunjungan atau apapun yang diatur saya
laksanakan.” Saya hibur dia, tapi dalam hati berteriak. “Ibu kenapa waktu ada
kesempatan tidak melayani. Kenapa ksempatan berlalu baru ibu mau pegang.
Menyesal kemudian tidak ada gunanya.” Sampai menghembuskan nafas terakhir tidak
punya kesempatan lagi. Ungkapan orang Yunani berkata, “Orang bodoh selalu
menyia-nyiakan kesempataan. Orang biasa selalu menunggu kesempatan. Orang
pintar memegang setiap kesempatan yang diberi.” Saya tambahkan, “Orang pintar
dan bijaksana, bukan saja memegang tapi menciptakan kesempatan.” Bila kita datang
ke gereja, tidak melayani maka ciptakan kesempatan dengan datang ke hamba Tuhan
dan katakan,”Saya sudah lama datang ke gereja dan sudah siap melayani.” Ini
namanya menciptakan kesempatan, karena kesempatan melayani tidak selalu ada.
Kalau berlalu tidak bisa dibeli dengan air mata, uang dan apapun. Begitu
diberikan kesempatan,peganglah.
4.
Mempunyai nilai kekal. Semua yang ada dalam dunia
bersifat sementara. Suatu hari kita akan melepas semuanya. Ada orang yang
mengejar kekayaan. Bekerja pagi, sore dan malam. Bukan saja suami , tetapi
istreri juga bekerja. Cari uang agar cepat kaya, namun begitu mata “tertutup”,
semuanya akan habis. Ayub mengatakan, “Dengan telanjang aku lahir di dunia. Dengan
telanjang juga aku akan pergi dari dunia.” Tetapi melayani, nilainya kekal.
Bukan kita rasakan dalam dunia ini, tetapi dibawa saat meninggalkan dunia. Dulu
ada orang Kristen kaya sekali tapi pelit. Bicara rohani luar biasa, tapi saat bicara
tentang uang, dia yang nomor satu melarikan diri. Suatu malam saat tidur, ia bermimpi.
Malaikat membawa dia jalan ke sorga. Waktu lihat surga, indah sekali. Malaikat lalu
membawa dia ke suatu tempat, ada rumah yang luar biasa besar dan mewah,
perabotnya luar biasa mengkilap. Lalu dia bertanya ke malaikat, “Ini rumah
siapa?” Malaikat menejlaskan bahwa itu rumah milik A. Ia kaget , A adalah nama
tetangga yang miskin. Orang miskin punya rumah yang besar di sorga. Lalu dia
gembira , kalau yang miskin rumahnya
luar biasa, apalagi dia yang kaya. Ia lihat ke kiri dan kanan. Malaikat berjalan
di jalan yang dibuat dari emas batangan. Pelan-pelan dia diajak ke jalan yang dibuat
berturut-turut dari hotmix, aspal, batu, becek-becek , baru di sana ia melihat rumah gubuk , reot,
bau, basah dsbnya. Ia di bawa ke rumah tsb. Ia pun bertanya, “Ini rumah siapa?”
Malaikat menjawab,”Inilah rumahmu.” Ia kaget dan protes, “Tidak benar, mungkin
administrasi sorga salah. Masa tetangga yang miskin rumahnya mewah, tetapi berbeda
dengan rumahnya.” Malaikat menjawab,” Admin sorga tidak pernah salah. Benar di
dunia miskin, tetapi setiap peser di dunia dia rajin menabung di sorga. Jadi di
dunia ia miskin, tetapi kaya di sorga. Kamu kaya dunia, depositokan di bank
dunia, tetapi bank sorga kosong. Maka di dunia kamu kaya, di sorga miskin.” Begitu
kagetnya, sampai ia bangun. Untung mimpi. Sejak itu ia bertobat, bukan saja
bicara tetapi keluar uang juga nomor satu. Bangun gereja, teorinya banyak,
keluar uang juga banyak. Saya yakin rumahnya di surga juga luarbiasa. Setiap
air mata, dana yang dipersembahkan di hadapan Allah, tidak sia-sia. Oleh karena
itu dalam kitab Wahyu dikatakan ”berbahagialah orang yang meninggal dalam Tuhan.
Bukan saja ia istirahat, segala sesuatu yang mengiringi dia dunia,
mengiringinya masuk ke sorga. Untuk apa bekerja mati-matian pada dunia yang
fana, seharusnya untuk yang bersifat kekal lebih mati-matian. Tetapi sering
kita terbalik. Untuk makan bakmi, bakso, nasi padang, kita rela keluarkan uang
ratusan ribu, tetapi untuk pekerjaan Tuhan , keluarkan uang seperti mencabut
nyawa kita. Setiap kolekte dijalankan, sambil nyanyi buka dompet. Yang merah ,
biru, hijau disingkirkan, yang abu-abu dikeluarkan. Untuk dunia banyak kita
keluarkan uang, tetapi untuk pekerjaan Tuhan pelit. Bagaimana dengan rumah Tuhan
yang rusak? Siapa di yang perhatikan? Kalau setiap kita sadar, apa saja yang
kita lakukan untuk Tuhan. Sampah di gereja, diambil dan taruh di tempat sampah.
Orang lain tidak melihat tetapi mata Tuhan melihat. Nilainya luar biasa.
5.
Melayani itu sumber berkat. Tiap tahun ulang tahun. Saat
merayakannya, apa keinginan kita? Angpao? Yang dirindukan, diungkapkan yakni “panjang
umurnya.” Supaya umur panjang. Setiap orang rindu punya umur panjang. Kalau kita mau umur panjang, rajin melayani.
Tuhan Yesus memberi perumpamaan. Tuhan melihat pohon ara di kebut. Tahun
pertama tidak berbuah. Tahun kedua, ketiga tidak berbuah. Jengkel tuannya,
tukang kebun dipanggil untuk potong. Tukang kebuh bilang, “Kasihan dia, beri kesempatan.
Beri pupuk biar tahun depan bisa berbuah. Bila tidak berbuah juga, tebanglah
dia.” Kalau mau cepat mati, tiap minggu datang terkantuk-kantuk, bukannya
mengerti firman Tuhan. Allah di surga melihat. Orang yang tidak ada sumbangsih
untuk dunia, tidak ada gunanya, maka tebanglah.
Setiap anggota yang mengerti makna pelayanan berkata
seperti perkataan Tuhan Yesus, “Manusia datang bukan untuk dilayani tetapi
untuk melayani.” Rela menyerahkan nyawa. Itulah makna pelayanan. Jangan sedikit
keluar keringat, ngomel. Tuhan Yesus bukan saja mencucurkan air mata, keringat,
waktu dan tenaganya tapi juga mencucurkan darah dan serahkan nyawa karena Dia
tahu makna pelayanan.
No comments:
Post a Comment