Pdt Heri Kwok
1 Kor 15:58
Karena itu,
saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah
selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan
Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.
Suatu kali saya pergi ke Yogyakarta, melihat Keraton
Yogya dan bertemu abdi dalam (orang yang melayani di keraton). Bapak tersebut
berusia 60-an dan sudah melayani keraton sekitar 40 tahun. Walau sudah bekerja 40 tahun gajinya tidak lebih dari UMR. Sebuah
angka yang tidak masuk diakal , sangat minim untuk orang yang bekerja 40 tahun.
Namun dia berkata, gaji tersebut mencukupi hidup keluarganya. Bagi abdi dalam
bekerja di keraton merupakan kebanggaan dan kemuliaan untuk melayani Sultan. Saya cukup terperangah, karena ia bangga melayani
sultan selama 40 tahun. Meskipun gaji secara ukuran manusia tidak layak, tetapi
ia merasa bangga dan mulia. Kebanggaan dan kemuliaan kepada Sultan membuat saya
berpikir pada tulisan Rasul Paulus pada 1 Korintus 15:58. Ayat 58 merupakan ayat
penutup tentang perikop kebangkitan kepada jemaat.
Ada 3 penekanan pada kebangkitan.
1.
Kebangkitan
Kristus (ayat 1-11). Rasul Paulus menyampaikan bahwa karena Kristus bangkit
maka iman kita ada dasarnya. Pada ayat 2 dikatakan kamu diselamatkan asal kamu
berpegang teguh pada Injil. Kebangkitan Yesus bukan mitos tetapi fakta karena
Dia menyatakan diri kepada orang-orang.
2.
Kebangkitan kita
sebagai orang percaya (ayat 12-24). Bagi Rasul Paulus kematian dan kebangkitan
Yesus merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan yang menyatakan kemuliaan
TUhan Yesus sendiri. Dasar iman kita adalah Yesus yang mati dan Yesus yang
bangkit sesuai dengan Kitab Suci. Jika Kristus mati tapi tidak dibangkitkan,
maka kematian mengalahkanNya. Tetapi tidak mungkin ada kebangkitan bila tidak
ada kematian terlebih dahulu. Oleh sebab itu, kematian dan kebangkitan tidak
bisa dipisahkan dan menjadi dasar bagi iman orang percaya. Itu sebabnya bila
ada orang yang meragukan , itu yang membuat Rasul Paulus bingung. Karena kalau
Kristus tidak bangkit, semua yang menaruh percaya menjadi sia-sia. Sia-sia
karena iman menaruh kepercayaan pada Dia yang dijanjikan bangkit tetapi tidak
bangkit. Rasul Paulus mengatakan bahwa bila Dia tidak bangkit maka sebagai pemberita
Injil ia berbohong. Kriteria menjadi rasul adalah menyaksikan keberadaan Yesus.
Rasul Paulus berkata bahwa kalau saya sebagai saksi yang melihat Yesus bangkit
tapi tidak memberitakannya, saya akan jadi pembohong besar. Bagi rasul ini perkara penting, pemberitaan
bukan perkataan manusia tapi firman Tuhan. Itu sebabnya jika pemberitaan
berdasarkan perkataan orang dan saya pembohong, tidak mungkin membawa
pembaharuan. Jika Kristus tidak dibangkitkan, maka semua orang terdahulu yang
sudah mati yang menaruh pengharapan kepadaNya, akan sia-sia. Kalau kita punya
keyakinan pada Kristus yang bangkit tapi tidak bangkit, maka kita menjadi orang
yang paling malang di dunia. Paling malang dibanding dengan orang dunia yang
hidup dengan sembrono dan menikmati dunia kalau orang percaya setelah mati
tidak mendapatkan surga. Itu sebabnya kalau kita menaruh harapan pada Kristus
yang tidak bangkit, maka kita paling malang dari semuanya. Itu sebabnya pada
ayat 20 tertulis,” Tetapi yang benar ialah, bahwa Kristus telah dibangkitkan
dari antara orang lain.” Puji Tuhan itulah berita yang menjadi dasar dari iman
: Kristus sudah bangkit!
3.
Kebangkitan
tubuh. Sekarang Rasul Paulus berbicara tentang bagaimana orang percaya hidup di
dunia lalu masuk ke dalam kekekalan. Orang yang mati dalam Kristus , ia akan
bersama dengan Allah. Di dalam kebersamaan dengan Allah mengubah tubuh kita
yang fana menjadi tubuh kebangkitan.
Jadi tubuh yang hina , hancur karena kematian sekarang bangkit dengan
tubuh kemuliaan yang Allah berikan.
Rasul Paulus waktu menulis ini, ingin mengatakan kepada orang yang punya
filsafat tentang manusia yang telah mati. Filsafat manusia : setelah manusia
mati, maka berhentilah keberadaan dirinya. Maka tinggallah rohnya yang kembali
pada penciptanya. Itu sebabnya dalam filsafat Yunani tubuh dianggap jahat
karena memenjarakan yang rohani dan setelah mati yang rohani kembali kepada
penciptanya. Bagi Rasul Paulus , konsep kristiani tidak seperti ini. Waktu mati
kita akan mengenakan tubuh yang Allah berikan. Kita tidak akan melayang-layang
seperti roh yang gentayangan. Karena tubuh kebangkitan seperti Kristus yang
dinyatakan dalam diri orang percaya adalah tubuh kemuliaan. Waktu Rasul Paulus
berbicara akan berjumpa dengan Allah, maka kita akan menikmati yang luar biasa
itu.
Bagi Rasul Paulus kemuliaan tidak bisa dibandingkan
dengan apapun di muka bumi. Bagi rasul Paulus, ia hanya bisa membalas cinta
Tuhan dengan hidup yang melayani. Itu sebabkan dalam ayat 59 dikatakan “Giatlah
selalu dalam pekerjaan Tuhan”. Bagi Rasul Paulus, karya Kristus yang mati dan
dibangkitkan dengan tujuan untuk orang yang ditebus. Memang tujuan Kristus yang
utama, memberikan pendamaian kepada Allah melalui penghapusan dosa kita. Tetapi
bukan sampai di sana lalu berhenti setelah jadi orang-orang yang diselamatkan.
Pemahaman ini penting, setelah kita diselamatkan lalu tidak tahu selanjutnya, maka
kita tidak mengerti keselamatan yang sejati. Bagaimana Yesus mati dengan
mengerikan,lalu bangkit mempunyai arti
bagi orang percaya. Dia ingin orang tebusan menyatakan diri dalam hidupnya
sebelum dipanggil dalam pelayanan. Ada banyak orang Kristen setelah dibaptis,
hidup hanya di sana. Yang penting, setiap minggu di gereja, memberikan persembahan,
perpuluhan, lalu selesai. Hal tersebut tidak salah, tetapi belum cukup untuk
mengerti kekristenan. Orang yang diselamatkan harus menyatakan kemuliaan Tuhan
dengan melayani Tuhan sebagai respon yang tepat. Kalau orang dunia seperti abdi
dalam bisa melihat hal yang fana dia mau melayani Sultan dengan luar biasa.
Bagi Rasul Paulus kebangkitan merupakan kemuliaan yang luar biasa sehingga kita
melayani dia dengan sungguh-sungguh. Waktu kita percaya pada Kristus, itu karya
Dia melalui Roh Kudus. Kita tidak bisa percaya kepada Dia kalau tidak melalui
Roh Kudus. Saya lahir baru setelah sekolah di fakultas hukum. Saya mengalami
lahir baru sewaktu dicelikkan saya membutuhkan Kristus dalam hidup saya.
Setelah tahu diselamatkan, apa tindakan saya? Apa respon saya, setelah tahu Dia
mati buat saya? Apakah kita hidup seperti biasa-biasa saja? Rutin bangun tidur, aktivitias, tidur lagi, minggu
ke gereja seperti biasa? Kalau itu yang kita miliki, karya Kristus sangat
kasihan sekali. Bagi Rasul Paulus, untuk kemuliaan yang akan diterima kelak ia harus
meresponi dengan melayaninya seumur hidupnya. Di gereja, waktu masuk periode
pencarian majelis, alasan yang diberikan jemaat banyak sekali. Saat
disampaikan, “Bapak, nama bapak tercantum dalam daftar pilihan , apakah bapak bersedia
melayani di gereja?” Dijawab,”Terima kasih Pak Pendeta, nama saya telah dipikirkan
jemaat namun saya tidak bisa.” “Kenapa tidak bisa?” tanya saya. Lalu dibilang, “Pekerjaan
banyak di kantor , pulang malam sehingga takut tidak bisa melayani Tuhan.” Ada
lagi seorang ibu yang namanya terpilih berkata, “Saya tidak bisa melayani Tuhan
karena sehari-hari melayani suami dan anak-anak sudah sibuk sehingga tidak bisa
melayani Tuhan.” Saya jadi pikir, apa suami dan anak buat dia pusing sehingga
tidak bisa melayani? Suatu kali seorang hamba Tuhan menawarkan jemaatnya untuk
ambil bagian dalam pelayanan. Jemaat tersebut benar-benar masih energik dan
mempunyai kemampuan yang luar biasa sehingga ditawarkan pelayanan. Waktu itu
dia jawab, “Saya sibuk, banyak urusan saya sehingga saya tidak bisa melayani.”
Hamba Tuhan tersebut bercerita jemaat tersebut kemudian terkena stroke dan waktu dia sakit berdoa kepada Tuhan, “Kalau
Tuhan sembuhkan ,saya mau melayani Tuhan.” Saya teringat kisah orang yang
terombang-ambing di dalam gelombang laut berdoa, kalau diselamatkan mau
memberikan kerbau. Setelah perahu sudah mau sampai daratan, “Tuhan saya akan memberikan
kambing.” Begitu selamat, ayam saja yang saya berikan. Lalu ayamnya ternyata juga
lupa dikasih kepada Tuhan. Kenapa? Karena sudah selamat. Sang jemaat tadi
berdoa, “Tuhan kalau sudah sembuh, saya akan melayani.” Puji Tuhan, Tuhan kasih
sehat. Tapi strokenya membuat dia berada di kursi roda. Lalu ia bilang, “Pak
saya ingin melayani Tuhan.” Sekarang yang bingung pendetanya. Bingung karena
mau kasih pelayanan apa? Waktu anda sehat, saya akan kasih pelayanan banyak,
sekarang di kursi roda bingung mau kasih apa. Sebagai hamba Tuhan, ia berkata, “Bapak
ikut ambil bagian dalam mendoakan. Doa itu bukan sesuatu yang remeh, setelah
sakit baru berdoa. Jika punya konsep seperti itu, persekutuan doa akan sepi.
Karena persekutuan doa kumpulan orang sakit yang hanya bisa berdoa. Dulu waktu
ada kesempatan yang banyak ia tidak gunakan. Rasul Paulus mengatakan, belum
tentu kesempatan datang dua kali. Maka giatlah dalam pekerjaan Tuhan karena
kemuliaan itu luar biasa sekali. Kalau kita sudah jadi orang diselamatkan,
berpikirlah apa yang harus kamu berikan. Roma 12:1 “Berikan diri sebagai
persembahan yang harum bagi Tuhan”. Itu sebabnya dalam ayat 58 ayat penutup
yang menegaskan kepada kita. Imanmu dan iman saya tidak sia-sia. Dan kemuliaan
yang Allah berikan kepada kita sangat luar biasa (mulia). Mari pikir bagaimana
bisa melayani Tuhan dalam hidup saya.
Ayat ini meneguhkan bagi tiap orang yang melayani :
giat selalu dalam pekerjaan Tuhan. Melayani Tuhan tidak selalu sesuatu yang
indah. Waktu masuk pelayanan, jangan
kaget. Dalam pelayanan itu banyak sekali kita menemukan boroknya.
Mulai dari rohaniawan. Dulu waktu saya belum pelayanan
, jadi pendeta itu baik sekali. Tetapi begitu tahu saya tidak berani ngomong
lagi. Dari luar sang pendeta bagus sekali, tetapi begitu melayani bersama, saya
bingung dengan konsep sang pendeta. Jadi kalau jemaat tentang itu, berarti
sedang bicara tentang saya. Maka ada yang berkata, kalau begitu lebih baik
tidak pelayanan. Atau rekan majelis / aktivis melihat rekannya bermasalah,
mulai menjadi lemas. Ada seorang anak Tuhan yang ditawarkan melayani,
mengatakan majelis hidupnya tidak menjadi berkat. Jadi seringkali , yang melayani melihat titik-titik
kelemahan. Tetapi Rasul Paulus minta kita melihat kemuliaan yang begitu agung.
Kemuliaan tersebut tidak bisa dibandingkan dengan apa yang kau lihat dalam
dunia ini. Memang engkau melihat banyak kelemahan dalam pekerjaan Allah yang
seringkali dilemahkan oleh manusia. Tetapi bagi rasul Paulus tidak menjadi
penghalang melihat kemuliaan yang begitu agung. Ayat ini membawa hamba Tuhan,
aktivis melihat kemuliaan. Peristwia Jumat Agung dan Paskah mengantar kita
melihat kemuliaan yang luar biasa.
Dr Stephen Tong berkata,”Seorang yang melayani Tuhan
hanya punya satu kata yaitu PERGI!”. Dan tidak berpikir untuk pulang artinya
dalam diri orang yang melayani Tuhan hanya punya satu konsep waktu Tuhan
perintahkan pergi, maka ia pergi. Waktu Tuhan suruh bekeja, maka bekerja yang
dilakukan. Pergi dan bekerja. Jangan pikir meninggalkan pelayanan saat melihat
kesulitan.
Rasul Paulus maka berkata, “Giatlah selalu dalam
pekerjaan Tuhan oleh karena dalam persekutuan dengan Tuhan, jerih payah kita
tidak sia-sia”. Ayat ini tidak berkata ada timbal balik dalam melayani Tuhan.
Kalau melayani Tuhan, maka usaha kita akan makmur. Kalau melayani Tuhan, maka
kita akan naik pangkat, rumah tangga akan harmonis dan semuanya diberkati. Ayat
ini tidak bicara, kalau melayani Tuhan, Tuhan balas kita. Hanya dikatakan jerih
payahmu tidak sisa-sia, artinya Tuhan terima. Sekecil apapun pelayanan kita,
Dia terima. Saya punya jemaat yang berusia 90 tahunan, jalanan nya pun sudah
bongkok sekali tetapi matanya masih awas. Saat saya datang ke gereja, dia
selalu memanggil saya dan memberi salam, “Pdt Heri, saya selalu doakan kamu.”
Waktu dia ngomong, saya terharu sekali. Kalau saya pikir, “Mendoakan saya apa
sih artinya dibandingkan dengan melayani mimbar?”. Sepertinya tidak sebanding.
Tetapi di mata Tuhan itu diperhitungkan. Itu diterima. Melayani Tuhan itu
sesuatu yang luar biasa. Sangat indah dan mulia karena Tuhan disenangkan. Itu
sebabnya jemaat yang melayani akan “hidup”. Saya tidak bicara gereja ini mati,
saya bicara tentang bangku yang harus diisi. Jiwa itulah yang harus ibu-bapak
layani. Itulah sebabnya Rasul Paulus mengatakan , “Giatlah selalu dalam
pekerjaan Tuhan”. Karena dia tidak mau umat Tuhan tidak menghargai karya Tuhan
di kayu salib. Mari lihat tempat kita melayani. Tiap-tiap orang mulai
memikirkan saya mau melayani. Kalau hati mau melayani, Tuhan memampukan untuk
melayani. Kesempatan belum tentu dua kali. Maka hargai hidup dengan
sebaik-baiknya, biarlah hidup kita melayani sampai Dia memanggil kita.
No comments:
Post a Comment