(Khotbah pada sesi pembinaan Sidang Tahunan GKKK dan
Rakernas YKKI, 11 April 2013)
Tidak diedit oleh pembicara
Pdt Benny Solihin
Kel 3:10 “Jadi
sekarang, pergilah, Aku mengutus engkau kepada Firaun untuk membawa umat-Ku,
orang Israel, keluar dari Mesir."
Comfort zone adalah wilayah di mana kita merasa
nyaman, tidak ada rasa takut, gelisah dan unsur dadakan. Semua sesuai dengan planning. Saat datang menghadiri sidang
tahunan / rakernas, kita tidak merasa nyaman karena kita tidur bersama dengan
orang lain. Walau kita sama-sama tidur
dengan bersuara keras (ngorok), tapi ada yang tidak bisa menerima teman sekamar
yang juga ngorok. Saat pindah pelayanan, kita pun merasa tidak nyaman. Allah
melalui Musa memanggil umat Israel keluar Mesir. Tuhan mengguncang zona nyaman
Musa. Firaun tahu saat Musa membunuh orang Mesir, sehingga Musa mengembara ke
Midian terlunta-lunta. Dia meninggalkan zona nyaman di istana. Lalu ada Yitro
yang menampung dan bahkan memberi anaknya sebagai istri. Setelah 40 tahun di
Midian, Musa sudah tidak berpikir lagi sebagai pahlawan Israel. Dia mimpi
habiskan hari tua sebagai pengembala. Tiap hari merawat, memberi minum domba,
mengawinkan domba. Lalu dombanya beranak cucu. Sebuah hari pensiun yang nyaman.
Sampai kemudian Allah mengutus Musa untuk pergi menghadap Firaun, sehingga Musa
tidak merasa nyaman lagi. Dia merasa tidak nyaman karena diutus bertemu dengan
tokoh Firaun yang tidak ingin ditemui. Dia merasa tidak nyaman karena ingin saat
pensiun ia berada bersama dengan istrinya. Dia kemudian berontak. Perintah
Tuhan membuatnya tidak nyaman dengan berkata,”Siapakah aku ini yang harus menghadap
Firaun?”, “Siapa yang mengutus aku?” , “Bagaimana kalau mereka tidak percaya?” ,
“Ah Tuhan, saya tidak pandai bicara.” Musa pintar debat dengan Tuhan. Terakhir
dia berkata,”Utus yang lain saja.” Dia tidak rela tinggalkan zona nyaman. Dia
susah meninggalkan kenyamanannya. Zona nyaman bahaya buat kita. Zona nyaman membuat kita tidak peka
terhadap kehendak Tuhan.
Musa tidak peka dan tidak mau pikir. Apa maksud Tuhan
memberi waktu 40 tahun sebagai pangeran dan memberi pengetahuan yang banyak di
Mesir. Dia sudah merasa nyaman sebagai peternak. Itu membuat kita tidak peka
terhadap maksud Tuhan. Seharusnya kita menyadari bahwa kita ada untuk kemuliaan
Tuhan. Hidup kita bukan tentang kita tapi tentang sejarah dan karya Tuhan.
Karena Dialah diciptakan segala sesuatu. Segala sesuatu diciptakan untuk Dia
dan oleh Dia. Kadang zona nyaman menghilangkan kepekaan terhadap kehendak
Tuhan. Paradigma kita juga bisa menjadi zona
nyaman. Walau sudah pensiun, tetap tidak mau tinggalkan tempat pelayanan dan
membiarkan orang lain menggantikan. Zona nyaman membuat tidak peka, padahal
hidup kita adalah instrument dari kemuliaan Allah (glory of God). Dalam bukunya
“Rethinking of Church” Jerry White menulis tentang bagaimana mengkombinasikan
lagu hymne dengan lagu Kristen kontemporer. Ada seorang ibu tua datang
kepadanya setelah ia selesai khotbah dan bertanya,”Maksudmu, kita ubah lagu
hymne jadi kontemporer?” Jerry White terdiam. Nenek tua itu kemudian
melanjutkan, “Saya punya lagu hymne favorit. Mulai hari ini jangan peduli
lagu-lagu favorit saya. Demi anak-anak muda lakukanlah perubahan itu.” Nenek
tua itu keluar dari zona nyaman demi anak-anak muda. Lagu-lagu “Precious Lord”,
“PujiHu”, “Kasih Allah Sangat Besar” itu laguku. Tapi demi anak muda kita
keluar dari zona nyaman untuk masuk ke dalam lagu yang ritme dan liriknya
mungkin tidak enak. Suatu kali saat saya diundang khotbah, kebaktian dipimpin
oleh seorang MC yang masih muda yang menyanyikan lagunya dengan tidak enak.
Saya bertanya kepada ibu pendeta tentang lagunya. Sang ibu pendeta juga menjawab
lagunya tidak enak. Tapi demi anak-anak muda, saya dan ibu pendeta tepuk
tangan. Karena begitu diam, mereka merasa kita sebagai orang asing. Saya goyang
ikut anak-anak muda itu karena tidak ingin dianggap orang asing demi bisa
diterima.
Kita tidak diciptakan untuk music atau lagu yang kita
sukai tapi untuk jiwa-jiwa yang belum mengenal Tuhan. Saya pura-pura lucu,
bukan untuk diriku, tetapi agar anak muda simpati pada pengkhotbah agar bisa
diterima. Aku taruh jiwaku di sana dan minta Tuhan berkati. Sewaktu PGTI adakan
KKR yang diikuti oleh 9-10 sekolah Kristen dengan jumlah yang hadir 4.000
orang, hati saya sedih. Ada 2 orang yang kurang yaitu anak-anakku yang
terhilang. Saya berdoa,”Tuhan hari ini saya mengabarkan Injil Yesus tapi tolong
selamatkan anakku , agar mereka ke gereja. Yang penting mereka ke gereja. Yang
aku peduli menangkan jiwa anak-anaku. Aku dan istriku tidak sanggup lagi. Aku
mohon ada orang yang menginjili mereka.” Itu tangisan airmataku. Tetap kurang 2
orang, anakku. Asal Kristus jamah mereka, itu cukup. Saat ingin memenangkan
jiwa, kita ingin tetap pertahankan liturgy, untuk apa? Anak sulung saya
kemudian telepon dan berkata,”Mama saya tidak lulus…” Istri saya berkata,”Yang
penting bukan angka, tetapi yang penting engkau terima Yesus!” Anak saya
berkata,”Bagaimana terima Kristus?” Istri saya membimbingnya untuk berlutut dan
menerima Kristus. Ada orang tua yang
menjerit, anaknya tenggelam dalam dosa. Kita tahu susahnya hidup di zaman ini.
Kalau dulu mau nonton video porno, kita harus memiliki pemutar VHS yang besar
bentuknya dan saat sewa video kita merasa malu. Kalau sekarang masuk kamar lalu
tinggal klik muncul gambar porno. Mereka terjepit kanan kiri. Tolonglah
anak-anak kita. Janganlah kita hidup dalam zona nyaman kita! Berapa banyak anak
majelis yang tidak bergereja di gereja ibu – bapaknya? Bila tidak bisa
mengikuti liturgi gereja, mereka keluar. Mereka muda dan tidak berdaya. Kita
punya aturan, kalau tidak bisa ikuti, mereka pergi ke gereja lain. Rangkullah
anak. Kamu mau apa nak? Mereka maunya untuk dikasih sedikit kebebasan dalam aturan
gereja. Keluarlah dari zona nyaman. Bahaya zona nyaman adalah tidak melihat kehendak Tuhan.
Zona nyaman
tidak membuat kita peka akan kebutuhan orang lain. Kita tahu cara mencapai kebutuhan kita. Kita asyik
dengan rutinitas sehingga tidak peka lagi dengan kebutuhan orang lain. Musa 40
tahun jadi gembala, saya yakin ia masih melakukan family altar, berdoa,
menyanyi dll, tapi pada saat yang sama umat Allah mengerang dan menjerit. Dalam
zona nyamannya, ia tidak bisa lagi mampu melihat kebutuhan sesama. Allah melihat
bangsa Israel menderita, mengeluarkan air mata, tetapi Musa tidak peduli. Ia
hidup 40 tahun tidak mau mendengar penderitaan umat Israel. Tuhan Yesus rela
dibongkar habis-habisan zona nyamannya. Ia turun jadi manusia, lahir di kandang
yang hina, 3 kali ia berdoa yang sama tentang cawan pahit yang harus diminumnya,
dianiaya, disiksa, mati dengan mengerikan. Namun setelah mati, hasilkan buah
yang tidak terhingga. Ketika kita keluar dari zona nyaman, kita serahkan ke
Tuhan dengan air mata maka berbuah luar biasa. Tidak ada nama yang lebih tinggi
dari nama Yesus Kristus. Kita ditantang untuk meninggalkan zona nyaman. Bongkar
aku Tuhan. Seorang dosen dari universitas Yale dan Harvard di bidang pendidikan
teologi lalu melepaskan semuanya, hidup di panti asuhan. Hidup dengan
orang-orang cacat. Berteman dengan orang epilepsy , orang yang tidak jelas
omongannya dll. Ia belajar bagaimana Yesus melayani manusia. Kalau aku diberi
harta lebih dari orang lain, itu untuk kemuliaan Tuhan bukan untuk zona nyaman.
Kalau dipindah ke tempat lain, kenapa takut kalau untuk kemuliaan Tuhan? Pdt
Buby Ticoalu & Ibu Corry melayani dan merawat anak kecil yang suaranya
bising , apalagi baginya di hari tua. Pdt Buby keluar dari zona nyamannya
setelah pensiun . Hayo kita kembali peka. Dulu waktu muda semangat pelayanan.
Sekarang setelah nyaman jadi gembala sudah tidak semangat seperti dulu lagi.
Tuhan tidak melihat rupa tapi hati kita. Jangan-jangan kita tidak punya hati
hamba tapi hati tuan yang nyaman untuk siapkan pensiun kita. Juga untuk guru
dan kepala sekolah. Hidup kita untuk Tuhan, jangan pernah cari nyaman. Nikmati
hidup dengan Tuhan, untuk kembali bersama Tuhan. Saat menerima anggur dan roti
pada perjamuan kudus, ingatlah Yesus telah meninggalkan zona nyamanNya dan Dia
menjadi berkat bagiku dan bagimu. Didiklah aku supaya aku mau seperti Yesus dan
Musa. Setelah Musa bilang ok, hidupnya luar biasa. Tuhan ini umatmu, sayangi
mereka. Tuhan ini umatMu, sayangi mereka , yang penting bukan aku tapi
jiwa-jiwa ini.
No comments:
Post a Comment