Pdt. Imanuel Frenky
Yesaya 38:1-8
1 Pada hari-hari itu Hizkia jatuh sakit dan hampir
mati. Lalu datanglah nabi Yesaya bin Amos dan berkata kepadanya:
"Beginilah firman TUHAN: Sampaikanlah pesan terakhir kepada keluargamu,
sebab engkau akan mati, tidak akan sembuh lagi."
2 Lalu Hizkia
memalingkan mukanya ke arah dinding dan ia berdoa kepada TUHAN.
3 Ia berkata:
"Ah TUHAN, ingatlah kiranya, bahwa aku telah hidup di hadapan-Mu dengan
setia dan dengan tulus hati dan bahwa aku telah melakukan apa yang baik di
mata-Mu." Kemudian menangislah Hizkia dengan sangat.
4 Maka
berfirmanlah TUHAN kepada Yesaya:
5
"Pergilah dan katakanlah kepada Hizkia: Beginilah firman TUHAN,
Allah Daud, bapa leluhurmu: Telah Kudengar doamu dan telah Kulihat air matamu.
Sesungguhnya Aku akan memperpanjang hidupmu lima belas tahun lagi,
6 dan Aku akan
melepaskan engkau dan kota ini dari tangan raja Asyur dan Aku akan memagari
kota ini.
7 Inilah yang
akan menjadi tanda bagimu dari TUHAN, bahwa TUHAN akan melakukan apa yang telah
dijanjikan-Nya:
8 Sesungguhnya,
bayang-bayang pada penunjuk matahari buatan Ahas akan Kubuat mundur ke belakang
sepuluh tapak yang telah dijalaninya." Maka pada penunjuk matahari itu
mataharipun mundurlah ke belakang sepuluh tapak dari jarak yang telah
dijalaninya.
Gerakan Reformasi Kerohanian Raja Hizkia
Hari ini kita belajar dari salah satu
tokoh yang ada di Alkitab yakni Raja Hizkia yang sejak muda melakukan firman
Tuhan dan Tuhan memberkati hidupnya. Hizkia adalah seorang raja yang hidup di
zaman Nabi Yesaya sehingga Yesaya menuliskan kisah tentang hidupnya. Raja
Hizkia merupakan seorang raja Yehuda yang cukup terkenal. Sepanjang hidupnya
kerajaannya dijaga oleh Tuhan. Selama hidupnya kerajaan Yehuda tidak pernah
mengalami kekalahan dalam peperangan walau ia bukanlah seorang ahli perang. Ia
anak dari Raja Ahas yang kisahnya dapat dilihat pada pasal 2 Taw 28. Raja Ahas sendiri
tidak hidup dengan takut akan Tuhan. Ia tidak hidup seperti Daud , leluhurnya.
Ia melakukan banyak hal yang tidak disukai oleh Tuhan. Bahkan ia mengeluarkan
semua barang yang ada di Bait Allah seperti emas-emas lalu diberikan ke bangsa
asing untuk membantunya berperang. Ia membawa bangsa Israel hidup dalam penyembahan
berhala. Semasa hidupnya Tuhan tidak menyertainya. Pada akhir kehidupannya, Raja
Ahas membawa Kerajaan Yehuda dalam kehancuran. Bahkan Bait Allah ditutup
olehnya dan menjadi tempat di mana umat Israel tidak lagi beribadah. Waktu
meninggal , ia meninggalkan suatu warisan yang tidak menyenangkan hati Tuhan
dan meninggalkan Yehuda dalam kondisi terpuruk.
Setelah Ahas mati Hizkia
menggantikannya sebagai raja. Saat itu ia berusia 25 tahun (2 Taw 29). Kondisi
kerajaan saat itu terpuruk dalam krisis yang begitu hebat. Bahkan Kerajaan
Yehuda sedang menghadapi musuh – musuh yang selalu menyerang mereka. Dalam 2
Taw 29 dicatat bahwa hal pertama yang dilakukan oleh Raja Hizkia adalah membuat
suatu gerakan reformasi kerohanian. Ia tahu Kerajaan Yehuda menjadi hancur
karena Tuhan tidak lagi berkenan kepada bangsa Yehuda karena Raja Ahas membawa
umatnya menyembah berhala. Jadi ia melakukan reformasi kegerakan rohani bangsa Yehuda.
Pada bulan dan tahun pertama memerintah, ia membuka kembali pintu-pintu rumah
Tuhan dan memperbaikinya (pada zaman ayahnya, pintu rumah Tuhan ditutup). Orang
Yehuda tidak lagi beribadah kepada Tuhan. Pelita yang menggambarkan terang
firman Tuhan di rumah Tuhan pun dipadamkan sehingga orang Israel tidak mengenal
Tuhan. Jadi hal pertama yang dilakukannya sebagai raja ialah membuka pintu
rumah Tuhan dan memperbaikinya sebagai awal pelayanannya sebagai raja. Ia
mendatangkan kembali imam-imam dan orang Lewi yang dulunya dibuang oleh
ayahnya. Ia berkata kepada imam-imam untuk menguduskan diri mereka supaya boleh
melayani Allah yang kudus. Ia memberikan perintah ke seluruh umat Yehuda untuk
menguduskan diri mereka, datang beribadah kepada Tuhan, memohon pengampunan
Tuhan dan hidup dalam firman Tuhan. Ia memperkenalkan Taurat Tuhan, yang selama
ini tidak pernah diperdengarkan lagi.
Hidup Orang Percaya adalah Hidup yang Bergantung pada
Tuhan
Kekuatan hidup kita sebagai umat
Tuhan bukan tergantung pada kekayaan dan kehebatan kita tetapi tergantung pada
Tuhan. Itu yang tidak dipahami oleh Ahas, tetapi Hizkia memahaminya.sehingga ia
mencari dan memperdengarkan firman Tuhan dan melakukan apa yang firman Tuhan
katakan. Pada 2 Taw 31:20-21 Alkitab berkata, Ia melakukan apa yang baik, apa yang jujur, dan apa yang benar di
hadapan TUHAN, Allahnya. Dalam setiap usaha yang dimulainya untuk pelayanannya
terhadap rumah Allah, dan untuk pelaksanaan Taurat dan perintah Allah, ia
mencari Allahnya. Semuanya dilakukannya dengan segenap hati, sehingga segala
usahanya berhasil. Raja Hizkia
melakukan firman Tuhan dengan segenap hati sehingga apa yang dilakukannya
berhasil. Tuhan melihat apa yang dikerjakannya dan Tuhan menyatakan kedaulatanNya
dalam hidup Hizkia sehingga apa yang dilakukan dalam hidupnya Tuhan membuatnya berhasil.
Banyak orang yang berpikir, keberhasilan yang diraihnya tergantung pada diri
sendiri (aku sebagai penentu masa depanku). Banyak motivator sekarang ini berkata
bahwa di dalam diri kita ada raksasa (raksasa itu adalah dirimu sendiri). Tetapi
Alkitab mengatakan bahwa sehebat apapun diri kita sebagai manusia yang
menentukan masa depan kita, baik atau tidak ada dalam kedaulatan Tuhan. Tuhan yang
menjadi penentu masa depan kita. Raja Ahas tidak menghormati Tuhan sehingga
hancur. Tetapi Hizkia menghormati Tuhan, sehingga walaupun ia bukan seorang ahli
berperang atau seorang raja pemberani seperti bapa leluhurnya (Daud) tapi ia
punya sikap hati yang sama dengan sikap hati Daud yang mengutamakan dan menghormati
Tuhan sehingga Tuhan berkenan kepadanya dan Tuhan membuatnya berhasil.
Saat Mengalami Kejadian yang Tidak Menyenangkan Tetap
Mencari Kehendak Tuhan
Dalam kitab Yesaya dicatat suatu
ketika Tuhan mengijinkan Hizkia jatuh sakit dan hampir mati. Yesaya 38:1 Pada hari-hari itu Hizkia jatuh
sakit dan hampir mati. Lalu datanglah nabi Yesaya bin Amos dan berkata
kepadanya: "Beginilah firman TUHAN: Sampaikanlah pesan terakhir kepada
keluargamu, sebab engkau akan mati, tidak akan sembuh lagi." Ini
menunjukkan bahwa orang yang takut akan Tuhan, tidak mungkin tidak mengalami
sakit. Tuhan mengutus nabi Yesaya untuk memberitahu kepadanya. Seandainya kita
berada di posisi Raja Hizkia dan dapat mendapat berita dari ‘nabi’ (sekarang
mungkin disampaikan oleh dokter),” Kamu mengalami sakit kanker stadium 4
(ganas). Kamu akan mati, hidupmu tinggal satu bulan lagi” perasaan kita pasti
stress. Sebagai manusia yang punya keluarga (punya anak dan istri), setia
melayani Tuhan dan tiap minggu beribadah lalu tiba-tiba kita divonis bahwa kita
sakit berat dan akan mati. Yesaya mengatakan sampaikanlah berita terakhir. Ini
seakan-akan berita terakhir dan penyakitnya tidak bisa tersembuhkan dan ia
harus menggunakan kesempatannya hidup untuk menyampaikan pesan kepada keluarganya.
Saat orang mengalami sakit dan divonis (kematian),maka prestasi apa pun yang
diraihnya, kerajaan, kuasa dan harta menjadi sesuatu tidak berarti.
Ada
beberapa reaksi dari orang sewaktu mendengar vonis akan kematiannya seperti menikmati
hidup dan ada juga yang berputus asa. Tetapi waktu Hizkia mendengar berita yang
begitu menyentak hatinya, hal pertama yang dilakukan pada ayat 2-3 Lalu
Hizkia memalingkan mukanya ke arah dinding dan ia berdoa kepada TUHAN. Ia berkata: "Ah TUHAN, ingatlah kiranya,
bahwa aku telah hidup di hadapan-Mu dengan setia dan dengan tulus hati dan
bahwa aku telah melakukan apa yang baik di mata-Mu." Kemudian menangislah
Hizkia dengan sangat., Hizkia memalingkan mukaknya dan tetap mencari Tuhan.
Sekalipun hatinya bertanya kepada Tuhan, “Tuhan, mengapa berita ini yang
kudapat?” tetapi ia tidak menyalahkan Tuhan melainkan ia langsung mencari Tuhan.
Di dalam mencari Tuhan ia berdoa. Dalam kesulitan hatinya, ia bingung mau
bercerita dengan siapa dan ia menangis. Sekalipun ia seorang raja. Ia menangis
di hadapan Tuhan. “Ingatlah aku Tuhan dan apa yang aku telah lakukan di
hadapanMu”. Ia tidak meminta umur panjang. Ini menunjukkan suatu sikap hidup
Hizkia yang selalu percaya bahwa Tuhan adalah Allah yang berdauluat. Ini sikap
hati dari Hizkia yang percaya bahwa kalau Tuhan mau melakukan apa saja atas hidupnya,
maka pasti Ia melakukan yang terbaik bagi dirinya sekalipun berita yang
didengar adalah berita yang tidak enak (ia akan mati). Usianya masih muda (sekitar
38-39 tahun) saat mendengar berita ini. Tetapi dalam doanya, tidak ada kata pun
yang menyalahkan Tuhan. Di dalam doanya, kita mendengar doa penyerahan diri
kepada Tuhan. Ia menangis dan tangisan ini merupakan tangisan tentang
penyerahan diri. Waktu menangis di hadapanNya, kita melihat air mata kita
ditaruh Tuhan pada kirbatNya. Maz 56:9
Sengsaraku Engkaulah yang menghitung-hitung, air mataku Kautaruh ke dalam
kirbat-Mu. Bukankah semuanya telah Kaudaftarkan?
Kalau hidup takut akan Tuhan, maka
saat kita menghadapi masalah yang besar dan sepertinya tidak terselesaikan,
maka kuncinya adalah menangis di hadapan Tuhan. Saya pernah menangis di hadapan
Tuhan. 7 tahun lalu saya merintis pelayanan di Poris Indah (mulai dari nol).
Sejak selesai pelayanan di Belitung, saya kembali ke Jakarta (saat itu saya
baru saya menikah selama 2 tahun). Saya ingin merintis pelayanan. Beberapa
gereja menawarkan pelayanan tetapi saat itu saya ingin merintis dan saat itu
saya hanya bersama istri dan ditemani
oleh beberapa anak muda. Awal merintis , belum ada gereja yang menaunginya. Dalam
perjalanan merintis beberapa gereja mendekati kami namun akhirnya saya
bergabung dengan Gereja Kristen Kebenaran di Rajawali. Karena sudah 40 tahun
gerejanya berdiri tapi belum ada satu pun Pos PI dan mereka menawarkan untuk
menaungi kami. Saya bersedia asalkan diberi kebebasan utnuk mengembangkan
pelayanannya. Puji Tuhan, setelah 2 tahun kami pelayanan ,jemaat di sana berkembang. Lalu kami membeli tempat
di Poris Indah. Awalnya tidak ada masalah saat membeli tanah. Tapi saat
membangun gereja datang masalah, karena ada tetangga yang orang Aceh (non
Kristen) saat pergi sembahyang dihampiri oleh orang-orang yang marah dan
berkata, “Mengapa kamu bisa memberi ijin untuk mendirikan gereja di samping
rumahmu?”
Singkat
cerita, mereka mengumpulkan massa dan kemudian memanggil saya untuk datang ke
kantor RW. Mereka memarahi saya dan mengatakan saya berani sekali buka gereja
di tempat ini,”Dulu kalau ada anjing lewat tempat ini pasti mati”. Dengan kata ini mereka mengibaratkan kita
lebih dari anjing. Saya berkata, “Saya sudah bertanya apakah boleh mendirikan
gereja dan dijawab boleh.” Saya katakan (orang
Tionghoa yang menjadi) tetangga kami membolehkan kami mendirikan gereja. “Tapi
kamu tidak menanyakan orang di belakang!” sahut mereka. Di belakang gereja ada satu
pesantren besar milik seorang ustad. Saya pun disidang sendirian karena saat
itu majelisnya masih anak mahasiswa dan mereka ketakutan. Saat berbicara,
mereka satu per satu menunjuk-nunjuk saya. Saya berdoa kepada Tuhan dalam hati,
“Tuhan apa yang harus saya lakukan di tengah-tengah begitu banyak orang menyerang?”.
Tuhan ingatkan akan ayat di kitab Mazmur yang berbunyi, “Diam! Ketahuilah, Akulah
Tuhan. Aku yang akan bertindak.” Mereka marah -marah namun saya diam saja.
Singkat cerita setelah pk 0.30 saya bertanya, “Jadi solusinya bagaimana? Saya
lanjut atau tidak? Kalau tidak lanjut, beri saya solusi , saya harus pindah ke
mana? (saat itu jemaat kami baru 40-50 orang)” Saya akan pindah dari tempat ini
kalau kalian memberikan kami solusi, karena tempat ini masih KPR.” Akhirnya
mereka juga bingung. Saya pulang pk 1 pagi dan menangis. “Tuhan mengapa sulit
sekali? Namun biarlah kehendakMu yang jadi.” Saya cerita ke istri saya namun Istri saya juga tidak bisa memberi solusi.
Paginya mereka telpon saya dan meminta saya datang kembali. Saya pun datang. Mereka
bilang, “Setelah kami pikir-pikir, kami juga tidak punya solusi buatmu. Tetapi
kamu harus minta 70% tandatangan warga sekitar sini. Kalau dapat kami kasih
ijin kamu beribadah di sini!” Persoalannya, tetangga di depan banyak Tionghoa
tetapi tetangga di belakang adalah orang-orang mereka. Otomatis mereka tidak
mau memberi tandatangan. Jadi itu bukan solusi tapi jebakan Batman. Ada yang
menyarankan, untuk memberi amplop satu per satu agar mereka mau memberi tandatangan.
Tetapi karena baru merintis jangankan amplop malah kami tidak punya uang. Saya
sudah ajarkan untuk tidak meminta kepada siapa pun kecuali kepada Tuhan.
Saya
pergi dari satu rumah ke rumah yang lain. Saya bertanya, “Boleh minta tanda
tangan?” Ditanya,”Untuk apa?” “Untuk membangun gereja”, jawab saya. “Apa
urusannya kami memberi tanda tangan untukmu?” jawab mereka dan mereka tidak
memberi tanda tangan. Saya pulang ke rumah, tutup pintu dan menangis
sejadi-jadinya di hadapan Tuhan, “Tuhan aku tidak tahu apa yang harus
kuperbuat. Biarlah kehendakMu yang jadi.” Esoknya saya tetap pergi. Suatu kali
ada rombongan 5 orang dan mereka bertanya, “Pak Imam, keliling bawa amplop
untuk apa?” “Saya mau minta tanda tangan untuk membangun gereja Pak!” jawab
saya. “Dapat?” tanya mereka. “Tidak dapat! Hanya dapat 20%’ jawab saya. “Mengapa
tidak dapat?” tanya mereka lagi. “Sebagian tidak mau tanda tangan!” jawab saya
lagi. Mereka sudah tinggal di sana sudah lama dan mereka dikenal tukang mabok
(preman-preman). Lalu mereka temani saya meminta tanda tangan dan saat datang
ke rumah-rumah tetangga mereka berkata, “Orang ini mau buka gereja. Tolonglah kasih
tanda tangan. Apa susahnya sih? Memang ganggu apa?” Tuan rumah tidak enak dan akhirnya
memberi tanda tangan. Singkat cerita akhirnya saya dapat 70% tanda tangan.
Orang-orang bertanya, “Lima orang itu apakah minta uang kepadamu?” Saya
berkata, “Saya kasih uang tapi mereka tidak mau terima. Mereka berkata,’Ini
untuk Tuhan!”.
Apa yang Mustahil Bagi Manusia, Tidak Mustahil Bagi
Allah
Waktu datang ke Tuhan, kita tidak
tahu solusinya tetapi Tuhan tahu. Tuhan bertindak dengan caraNya. Apa yang
mustahil bagi manusia tidak mustahil bagi Tuhan. Demikian juga yang terjadi dengan
Hizkia. Sewaktu menderita sakit keras dan mendengar bahwa ia akan mati dalam
usia muda, sebagai raja muda ia tahu banyak hal yang masih harus dikerjakan
untuk kerajaan Yehuda. Ia hanya meminta hikmat Tuhan,”Ingatlah Tuhan masih ada
pekerjaan yang belum diselesaikan. Tuhan aku masih muda, mengapa saya harus
mati dengan cara demikian?” Sebagai orang yang takut akan Tuhan, dia hanya meminta
tanpa memaksa. Tetapi apa yang dilakukan oleh Tuhan dalam hidup Hizkia? Efesus 3:20 Bagi Dialah, yang dapat
melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti
yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita, Bagi dialah yang dapat
melakukan apa yang kita doakan dan pikirkan. Itulah yang terjadi dalam diri
Hizkia. Ia hanya meminta Tuhan untuk mengingat dirinya, tetapi Tuhan memberi 5
berkat dalam hidup Hizkia di ayat 4-8 :
1.
Tuhan menyembuhkan
dia dari sakit-penyakit.
2.
Tuhan
memperpanjang usianya 15 tahun lagi.
3.
(Ayat ke 6) Tuhan
berjanji memberinya kelepasan dari tangan Asyur. Pada waktu itu Asyur sangat
berkuasa dan bermaksud mencaplok Kerajaan Yehuda. Tetapi Tuhan berkata,”Aku
akan melepaskan engkau dari kota ini dan dari tangan Asyur.” Tuhan berjanji memagari
Kota Yehuda dan memberi kelepasan dari tangan Asyur. Saat menghadapi
penyerangan Asyur, ayah Hizkia menjual semua harta di Bait Allah untuk
mendapatkan tentara bayaran tapi tetap hancur. Sedangkan Hizkia mengutamakan
Tuhan sehingga Tuhan berkata bahwa Ia akan memagari kotamu dan akan melindungimu.
4.
Dia akan memberi
perlindungan atas kota itu
5.
Hizkia melihat
mujizat Tuhan yaitu petunjuk matahari mundur 10 tapak. Hal ini menunjukkan
Tuhan melakukan keajaiban bagi Hizkia agar ia melihat bahwa Tuhan berkuasa dan
berdaulat terhadap umatNya. Umat yang mengasihiNya bisa melihat kedaulatan
Tuhan dan menikmatiNya. Tuhan berdaulat atas hidup kita. Yeremia 17:7 Diberkatilah orang
yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN! dan "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia,
yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada
TUHAN! (Yeremia 17:5). Hizkia tahu bahwa kunci hidup yang diberkati Tuhan adalah
hanya takut akan Tuhan Sang Sumber Berkat. Tuhan menyatakan kedaulatan. Hizkia
hanya meminta Tuhan mengingatnya tetapi Tuhan memberi dia bonus 5 berkat.
Rahasia atas Berkat dan Pertolongan yang Diperoleh
Hizkia
Mengapa Hizkia bisa
mengalami semua itu dan mendapatkan pertolongan
,berkat dan kedaulatan Tuhan yang begitu dahysat?
1.
Ia hidup
mengandalkan Tuhan.
2 Taw
29:2 sebab ia hidup melakukan apa yang benar di hadapan Tuhan tepat seperti
yang dilakukan Daud. Sekalipun dia sudah menjadi raja tetapi ia tidak
mengandalkan kekuasaan melainkan mengandalkan Tuhan. Bagaimana dengan hidup
kita? Apakah hidup kita mengandalkan Tuhan? Adakah hidup kita menyatakan bahwa kita
tidak bisa hidup tanpa Tuhan? Hizkia mengandalkan Tuhan dalam segala hal
sehingga Tuhan berkenan atas hidupnya. Umumnya kesombongan manusia terbesar
adalah selalu merasa diri bisa tanpa Tuhan sehingga membuatnya tidak bisa
melihat Tuhan. Tetapi Hizkia tahu bahwa ia adalah seorang raja yang biasa,
hanya Tuhan yang sanggup menolongnya. Apapun yang terjadi dalam hidupnya, ia mengandalkan
dan mencari Tuhan seperti Daud. Daud walau punya pengalaman perang yang hebat,
tapi saat menghadapi musuh ia selalu mencari Tuhan. Setiap kali menghadapi Filistin
yang tidak pernah menang melawannya, ia
tetap berdoa dan mencari Tuhan. Beda dengan Saul yang setelah menjadi raja
tidak mengandalkan Tuhan. Bahkan apa yang tidak boleh ia lakukan tetapi ia
lakukan karena ia memandang dirinya raja. Itu adalah kesombongannya.
2. Ia hidup menuruti segala perintah Tuhan (firman Tuhan)
Banyak yang berkata kepada saya,”Pak, saat ini dagang
susah. Mau cari uang haram saja susah apalagi uang halal. Jadi kalau tidak
memakai cara yang diajarkan dunia , susah untuk bersaing” Saya berkata, “Kamu
anak Tuhan atau anak setan? Kalau kamu anak Tuhan maka lakukan sesuai cara
Tuhan. Nanti kamu akan melihat hasilnya pada akhirnya.” Berapa banyak orang
yang melakukan segala hal untuk mencapai keberhasilan? Hari-hari ini dengan
segala cara ia menutupi segala kebejatannya sehingga kita melihat di TV mereka
satu per satu mereka masuk tahanan KPK. Hanya dengan hidup melakukan firman
Tuhan kita bisa menikmati kedaulatan Tuhan. Saat tidak melakukan firman Tuhan, kita
melihat kedaulatan Tuhan bekerja dalam hidup kita atas penghukuman. Sehingga
jangan sesat, apa yang kau tabur itu yang dituai. Kalau kamu menabur kejahatan
maka kamu akan menuai kejahatan. Tetapi kalau kamu menabur kebaikan, hidup
dalam firman kamu akan melihat berkat firman Tuhan bekerja dalam hidupmu. Lebih
baik dapat hasil sedikit tapi caranya benar daripada hasil banyak tetapi dengan
cara yang tidak benar. Hizkia tahu hal itu. Makanya ia hidup melakukan segala
perintah Tuhan.
3. Ia hidup mengutamakan Tuhan.
Artinya ia mendahulukan Tuhan. Berapa banyak dari kita
yang mendahulukan Tuhan? Hari minggu adalah sabat dipakai untuk Tuhan atau hal
yang lain? Ini yang sederhana. Orang yang mengasihi Tuhan pasti akan
mengutamakan Tuhan. Saat mendekati Idul Fitri, bisa dilihat mana jemaat yang
mengutamakan Tuhan. Ada jemaat yang tetap buka toko saat hari Minggu, karena mengejar
hal itu. Saya berkata ,”Jangan karena hari Minggu untuk beribadah, tetapi
mereka menolak karena melihat ini sebagai sumber rejeki. Saya berkata,”Rejeki
itu datangnya dari Tuhan!” Tetapi ada jemaat yang tetap buka toko dan selama
sebulan tidak ke gereja. Memasuki Idul Fitri ia tidak liburan tetapi menjaga
anaknya di rumah sakit. Anaknya sakit dan dirawat selama 2 minggu karena tidak
diajak ke gereja, tetapi diajak ke toko. Mungkin kena virus sehingga dirawat.
Saya berkata, ,”Apa yang kamu cari? Kalau itu berkat Tuhan, kamu harus percaya
walau hari biasa pun Tuhan berkati. Hari Sabat adalah hari di mana Tuhan minta agar
kita bersekutu denganNya dan menikmati berkatNya bersama keluargamu. Tetapi
kamu pakai itu, tandanya kamu tidak percaya.” Adakah kita mengandalkan Tuhan?
Adakah kita merasa Tuhan yang terutama? Bila dalam hal ini kita tidak mengutamakan Tuhan, maka dalam hal lainnya kita tidak bisa
juga mengutamakanNya. Kita utamakan Tuhan berarti kita mau Tuhan yang lebih
dahulu kita sembah dan layani. Bagaimana kasih Tuhan bagi kita? Demi kita, Dia
rela mati. Demi kita ciptaanNya yang sudah berdosa, melanggar firmanNya, dan tidak
setia, Dia rela meninggalkan sorga, datang ke dalam dunia, mati bagi kita, menebus dosa kita dan mengutamakan kita.
Setelah mendapatkan anugerahNya mengapa kita tidak bisa memberikan yang
terutama bagi Dia? Ada juga yang datang ke gereja hari Minggu tapi tidak memberi
hati kepadaNya, itu juga berarti kita tidak mengutamakan Tuhan. Hizkia
mengutamakan Tuhan. Seharusnya di awal pemerintahannya, kondisi kerajaannya
begitu kacau sehingga seharusnya ia menggunakan banyak strategi untuk
memulihkan kerajaannya tetapi yang pertama ia lakukan adalah mengembalikan
posisi Tuhan di tengah orang Israel (Dia yang terutama). Di sana Tuhan
menyatakan kuasaNya. Walau Hizkia juga melakukan kebodohan dengan memamerkan seluruh
kekayaannya sehingga Tuhan tidak suka dan mengatakan setelah Hizkia semuanya
akan diangkat ke Babelonia. Namun selama Hizkia hidup, musuh tidak bisa masuk
ke dalam Kerajaan Yehuda untuk menyerangnya karena Tuhan memandang Hizkia orang
yang berkenan kepadaNya. Teladan Hizkia bisa terjadi dalam hidup kita kalau
kita melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Hizkia yaitu hidup mencintai
Tuhan dan firmanNya dan mengutamakanNya.
No comments:
Post a Comment