Ev. Susan Kwok
Keluaran 14:1-2, 11-14
1 Berfirmanlah
TUHAN kepada Musa, demikian:
2
"Katakanlah kepada orang Israel, supaya mereka balik kembali dan
berkemah di depan Pi-Hahirot, antara Migdol dan laut; tepat di depan Baal-Zefon
berkemahlah kamu, di tepi laut.
11 dan mereka
berkata kepada Musa: "Apakah karena tidak ada kuburan di Mesir, maka
engkau membawa kami untuk mati di padang gurun ini? Apakah yang kauperbuat ini
terhadap kami dengan membawa kami keluar dari Mesir?
12 Bukankah ini
telah kami katakan kepadamu di Mesir: Janganlah mengganggu kami dan biarlah
kami bekerja pada orang Mesir. Sebab lebih baik bagi kami untuk bekerja pada
orang Mesir dari pada mati di padang gurun ini."
13 Tetapi
berkatalah Musa kepada bangsa itu: "Janganlah takut, berdirilah tetap dan
lihatlah keselamatan dari TUHAN, yang akan diberikan-Nya hari ini kepadamu;
sebab orang Mesir yang kamu lihat hari ini, tidak akan kamu lihat lagi untuk
selama-lamanya.
14 TUHAN akan
berperang untuk kamu, dan kamu akan diam saja."
Pendahuluan
Dengan melakukan firman Tuhan, itu
menjadi tanda bahwa kita mengakui kedaulatan Tuhan. Dengan kata lain kita
mengakui kedaulatan Tuhan ketika kita melakukan firman Tuhan. Ketika firman
Tuhan disampaikan kepada kita, baik kita mendengarnya atau tidak, mempercayainya
atau tidak, mau melakukannya atau tidak maka hal itu akan berdampak pada sikap
kita apakah kita akan mengakui kedaulatan Dia atas diri kita atau tidak. Kalau
kita mengakui kedaulatan Dia atas hidup kita, maka sebaliknya kita juga akan
melakukan, mentaati dan mendengarkan firman Tuhan.
Belajar Firman Allah Berbeda dengan Belajar dari
Allah.
Banyak
orang belajar firman Allah tetapi ada orang yang berlajar dari Allah. Ini
adalah dua hal yang tidak sama. Keduanya penting tapi tidak sama. Ketika
belajar tentang Allah, maka Allah itu menjadi objek (materi, bahan) yang ingin kita selidiki dan
ketahui. Di sini kita mencari tahu siapa Allah, bagaimana Dia dsbnya. Belajar
tentang Allah bisa tidak mempunyai akibat apa-apa dalam hidup kita, karena
Allah itu menjadi hanya sebagai sumber atau objek penggalian, perdebatan dan
pengetahuan. Itu sebabnya seorang Kristen yang hanya datang ke gereja atau
dalam hidupnya sehari-hari hanya belajar tentang Allah, seringkali tidak bisa
mengaitkan, mengintegrasikan, ,menghubungkan antara apa yang Allah katakan (apa
yang diketahui tentang Allah) dengan kejadian sehari-hari yang dialami (baik dalam
segala hal yang pahit maupun yang enak dalam hidupnya). Dia tidak bisa mengaitkan
firman Allah dengan hobi , talenta bahkan
pelayanannya. Karena baginya, Allah hanya menjadi bahan yang dipelajari
(tidak ada kaitannya dalam kehidupan sehari-hari). Ini berbahaya. Itu sebabnya
ketika tidak berkaitan terus-menerus dengan Allah dalam suatu hubungan yang
hidup maka dosa yang selalu mengintai seperti harimau yang buas itu akan segera
menyergapnya ketika ia lemah. Allah itu seperti sesuatu yang jauh (tidak ada
hubungan dengan hidupnya).
Akhir-akhir ini ada berita yang
memalukan korps hamba Tuhan, gereja dan denominasi gereja. Seorang pendeta yang
sudah berusia setengah baya dulu pernah mengambil dan memelihara seorang anak
perempuan. Anak itu kemudian menjadi besar dan pergi kuliah. Ternyata apa yang
terjadi? Sang pendeta melakukan hubungan percintaan dengan anaknya tersebut! Ketika
anaknya ini ternyata punya hubungan lain dengan seorang pemuda di kampusnya,
maka sang pendeta membunuh anaknya di kamar mandi (WC) gereja. Hal ini
mengejutkan sekali ,terlebih lagi pelakunya menyandang jabatan pendeta. Sulit membayangkan
hati jemaatnya ketika mengetahui kejadian tersebut. Ada juga sepasang mahasiswa-mahasiswi
teologi (belajar tentang Alkitab dan Allah) berpacaran. Namun kemudia terjadi
pertikaian sehingga yang cowo membunuh yang cewe.
Allah sebagai Pribadi yang Mendidik
Ketika
seseorang yang percaya kepada Kristus (baik dia pendeta, calon rohaniawan, siswa
sekolah teologi atau umat biasa yang belajar Alkitab) maka saat belajar firman
Allah, seharusnya ia tidak berhenti hanya belajar tentang Allah. Namun ia harus
masuk lebih jauh yaitu belajar dari Allah. Belajar dari Allah berarti kita melihat
Allah sebagai pribadi yang mengajar dan mendidik kita. Kalau belajar dari Allah
maka Allah secara langsung bersentuhan dengan hidupnya. Kata-kataNya mau didengar
dan dicermatinya dan selalu punya relasi dengan Dia. Sehingga dalam hidup yang
penuh kekacauan dan dosa ini , maka ketika mulai dilingkupi dengan hal-hal yang menyesakkan
hidup (kejadian sulit atau kebencian) atau sebaliknya sesuatu yang menyenangkan,
maka ia bisa mengaitkannya dengan Allah. Dengan mengaitkannya dengan Allah , dalam
keadaan sukacita maka ia bisa bersyukur
(berkat Allah luar biasa). Ketika sedang senang atau sedih maka ia bisa
mengaitkannya dengan Allah (Allah ingin kita belajar apa).
Belajar dari Allah Melahirkan Sikap Hormat kepada
Allah
Belajar tentang Allah dan belajar
dari Allah akan melahirkan sikap yang berbeda baik saat kita beribadah, menjalani
kehidupan kita, bekerja di perusahaan atau saat mengelola keluarga kita. Sikap kita
berbeda bila kita hanya mengenal Allah dengan sikap kalau kita belajar dari
Allah. Itu sebabnya kalau kita belajar dari Allah maka kita akan tahu bahwa Dia
adalah pribadi yang berkuasa, mengasihi,
adil , tidak terduga cara kerjaNya, tidak terselami hati dan tujuanNya, tidak bisa
dikekang oleh waktu dan tuntutan kita. Walau kita berdoa 10 kali sehari, kalau Dia
belum berkata iya, Dia tidak akan berkata iya. Ia tidak bisa dituntut dan
disetir oleh kita. Dia bebas melakukan tindakanNya seorang diri dan kita tidak
bisa berbuat apa-apa karena kita hanyalah manusia fana yang terbatas karena
ciptaanNya. Ini akan melahirkan sikap di satu sisi perasaan yang tidak berdaya (merasa
kecil-hina-berdosa-fana) tetapi di sisi lain akan melahirkan ketergantungan
yang mutlak kepada dia yang berkuasa. Saya tidak berkuasa, berdaya, tidak punya
jalan keluar tetapi Dia berkuasa, berdaya dan bisa memberi jalan keluar. Akhirnya
ini akan melahirkan sikap hormat kita yang
luar biasa kepada Allah. Kalau kita belajar dari Allah akan melahirkan sikap
hormat kepada Allah dengan luar biasa.
Allah Menuntun UmatNya
Kita mau belajar bagaimana Allah
mengajar orang Israel untuk melihat siapa Allah yang menuntun mereka keluar
dari tanah Mesir. Allah tidak mau Israel cupat, picik, kerdil hanya tahu Allah dari
satu sisi. Allah ingin Israel belajar berbagai segi dari Allah yang luar biasa,
Allah yang berdaulat yang bisa membawa keluar dari Mesir, baik, perkasa namun
Dia juga mau mengajar sisi lainNya dalam paragraph Kitab Keluaran yang dibaca.
Dalam Keluaran 13:17-22, LAI
mengatakan “Allah menuntun umatNya”. Saya membayangkan bangsa Israel enak
sekali karena tidak banyak pergumulan, pertanyaan dan penafsiran, karena Allah secara
langsung dan jelas menuntun mereka.
Kalau tiang awan di siang hari berhenti atau tiang api di malam hari berhenti,
maka orang Israel berhenti. Demikian pula sebaliknya. Itu tinggal lihat saja
dengan mata. Mau jalan dan berhenti begitu jelas dalam pernyataan, jawaban dan
tuntunanNya. Sepertinya tidak susah jadi orang percaya. Hal ini terkadang
membuat kita iri dan ingin juga mengalaminya. Dengan demikian kalau kita berada
di persimpangan jalan (pilih A atau B) maka Dia langsung menjawab pilihannya. Atau
saat bingung memilih destinasi (saya mau liburan ke Tegal atau ke Bali?) bila Tuhan
menjawab langsung ke Bali maka kita tinggal ke Bali tanpa perlu berpikir.
Ada orang Kristen tertentu yang diajar,
“Kamu berdoa, tutup mata lalu buka Alkitab secara sembarangan, tunjuk jarimu mau
yang mana maka itulah jawabanNya.” Ternyata banyak yang melakukan hal itu. Hal
ini bodoh. Bagaimana kalau giliran kita menunjuk ke Yudas yang keluar menggantung
diri bagaimana? Maka kita akan ikut gantung diri? Tapi ada orang Kristen yang
mau seperti itu karena mengikut Tuhan begitu saja. Yang dilakukan Allah sudah
benar, menuntun Israel begitu gampang, jelas dan lugas, tanpa perdebatan.
Berjalan, berhenti, berkemah mudah. Tetapi itu hanya satu sisi. Allah ingin Israel
mengenal Allah di sisi lain. Supaya mereka mengenal Allah yang komplit dan seimbang
sehingga akan membuat mereka semakin taat, tahu diri, tahu berjalan dalam hidup
seperti apa.
Berfirmanlah Tuhan kepada Musa, di
ayat 2, “katakan kepada orang Israel untuk balik kembali.” Tempat itu sudah
dilewati. Allah membawa orang Israel keluar Mesir dengan jalan memutar dan
tempat ini sudah dilalui. Allah melakukan itu karena Allah tahu Israel ibarat bayi,
jadi Allah kasih yang enak dulu supaya orang Israel merasa lega dan relaks
dahulu. Tetapi kemudian Allah berkata, “Balik kembali berkemah di Pi-Hahirot,
antara Migdol dan laut; tepat di depan Baal-Zefon.” Mereka disuruh utnuk
berkemah di sana, suatu tempat yang telah dilewati tapi diminta untuk putar
kembali. Ini hal yang aneh. Mengapa? Bukan hanya karena tadi mereka
melewatinya, tetapi tempat itu sebenarnya merupakan suatu jalan buntu. Kalau
dikejar musuh sudah susah balik lagi. Karena Baal-Zefon di Utara ada benteng
Mesir yang terbuat dari batu cadas yang luar biasa besar dan tinggi. Maka saat
perang Mesir berlindung di baliknya sehingga musuh susah menyerang mereka.
Mereka ngeri melihat benteng Mesir karena kalau ada apa-apa apakah mereka harus
balik ke sana. Sedangkan kalau orang Israel ada apa-apa mau lari ke mana? Di
Selatan ada padang gurun yang luas dan terik, yang sejauh mata memandang hanya hamparan
pasir sehingga orang Israel bisa mati
kalau lari ke sana. Di Barat merupakan tempat tinggal mereka saat menjadi budak
di kota Raamses dan Gosyen, Tuhan sudah menyuruh mereka keluar dari sana ,
tidak mungkin mereka kembali ke sana lagi. Di Timur pas di hadapan mereka
adalah laut Teberau yang luas, kalau ada apa-apa bagaimana? Kalau jadi umat Israel
kita berpikir, “Mengapa Tuhan suruh saya
harus balik lagi?” Bukankah ini keputusan yang bodoh dan konyol kalau ada
apa-apa bagaimana dan ternyata ada apa-apa.
Mau-Maunya Tuhan (Kedaulatan Tuhan)
Di ayat 11-12 ketika menoleh ke
belakang mereka melihat debu hasil kuda-kuda tentara Mesir yang berlari
mengejar mereka. Mereka mendengar deru seperti deru suara perang karena
prajurit yang gagah perkasa mengejar dan ingin membunuh mereka. Tuhan tahu itu
yang akan terjadi. Kalau membacanya,Tuhan luar biasa unik. Siapa yang menjebak
siapa? Waktu Tuhan suruh mereka balik, Tuhan berkata ke Musa,”Aku akan
mengeraskan hati Firaun. Nanti Firaun akan berpikir karena Israel berkemah di
Baal-Zefon berarti Israel tersesat, lalu dikejar. Pikiran Firaun memang seperti
itu. Ia mengira Israel yang terjebak dan dikejar. Siapa yang mengejar siapa? Tuhan
yang sedang mengintai Mesir atau Mesir yang mengelabui Israel sehingga Israel berada
di sudut buntu? Tuhan yang membawa mereka ke jalan buntu. Walaupun Firaun
berpikir sudah bisa mendesak Israel sampai ke jalan buntu, padahal Tuhanlah
yang membawa. Pada kelas Tiranus yang lalu yang membahas tentang kedaulatan , Pak
Tommy Matakupan menggunakan istilah yang cukup unit dan dikenal, “Tuhan punya
mauNya sendiri kalau sudah punya mau karena Dia berdaulat melakukan apa pun yang
Dia mau. Mau-mauNya Tuhan. Rencana-rencana Tuhan terkadang tidak bisa kita terima
karena di otak kita Tuhan itu hanya satu sisi yang kita kenal. Tuhan itu baik,
tidak mungkin mendatangkan celaka, tidak mungkin membiarkan kita di jalan buntu,
itu Tuhan yang kita bangun menurut konsep kita sendiri. Tuhan ingin orang
Israel belajar. Tuhan punya kehendak yang kadangkala jauh beda dengan pikiran
kita. Ketika hal itu berbenturan dengan pikiran kita, apakah kita tetap percaya
kepadaNya, menghormati Dia dan mengakui kedaulatan Dia atau tidak? Itu yang
Tuhan ingin ajarkan. Itu sebabnya ketika orang Israel melihat itu mereka jadi
takut dan panik.
Pada ayat 11, untuk pertama kali setelah
keluar dari Mesir dikatakan mereka berseru-seru bersama-sama kepada Allah oleh
karena ada bahaya yang mengejar mereka. Tidak salah untuk berseru kepada Tuhan.
Ketika terhimpit dan terjepit kita minta pertolongan kepada Allah, tidak salah.
Masalahnya ada di mana? Orang Israel berseru-seru. Kita juga sering
berseru-seru kepada Allah dengan melihat Allah itu memiliki cara pandang yang
berbeda dengan cara pandang kita. Ketika takut dan berseru kepada Allah, kita
melihat Allah tidak lebih seperti mesin ATM. “Tuhan ini lintah darat sudah mau
datang dan mau membunuh saya tapi saya tidak punya uang, Tuhan tolong seperti
mesin ATM.” Saat kita berdoa itu adalah kode agar Allah seperti mesin yang
keluarkan uang. Itu yang sering kita pikirkan tentang Allah. “Tuhan, bagaimana dengan
hidup saya ini? Anak saya begini dan suami saya begini-begitu, bagaimana ya
Tuhan?” Melihat Allah saat berseru tidak lebih seperti bola kristal seorang peramal
yang berkata, “Sabar ya anak, Setahun ini kamu susah. 2 tahun lagi kamu akan
hebat, 3 tahun lagi kamu akan mendapat jodoh, 4 tahun lagi kamu akan menjadi
direktur dsbnya. Itu melihat Allah seperi itu.
Saya punya seorang kenalan yang
jauh lebih tua dari gereja lain. Ketika keluarga punya masalah yang berat dan
tidak tahu mau bicara apa sakit beratnya. Ia menjadi tidak sabar suatu hari ia
berkata,” Saya mau cari peramal. Karena berdoa kepada Tuhan melalui pendeta-pendeta
percuma. Baik pendeta dari gereja A, B,C dstnya tidak selesai masalahnya, jadi
ia mau cari peramal supaya tahu jalan keluarnya. Siapa dia? Dia seorang aktifis,
berkali-kali menjadi majelis ternyata hanya belajar tentang Allah, tidak
belajar dari Allah. Cara dia berpikir tentang Allah dan cara kerjanya seperti
yang ia mau. Banyak orang seperti ini. Ketika ada masalah baru ketahuan kita
seperti apa. Tetapi masalah itu akan datang tiba-tiba, siapkah kita? Waktu masalah
itu datang, kita seperti apa di hadapan Allah? Itu akan ketahuan.
Di dalam ayat ke 11, dan mereka berkata kepada Musa: "Apakah
karena tidak ada kuburan di Mesir, maka engkau membawa kami untuk mati di
padang gurun ini? Apakah yang kauperbuat ini terhadap kami dengan membawa kami
keluar dari Mesir? Israel mulai bernostalgia mengenang masa lalu yang
indah. Dulu saya di Mesir walaupun tidak ada Tuhan, hidup lancar dan sukses
dsbnya namun ketika dituntun Tuhan mengapa malah seperti ini ya? Saya sering
mendengar orang berbicara seperti itu. Dulu sebelum saya kenal Tuhan, sukses
dan lancar namun ketika sudah mengenal Tuhan dan mau melakukan firman Tuhan
mengapa malah jadi susah? Pernah berpikir tidak, “Apa dan cara bagaimana Tuhan
mendidik kita dewasa, kuat dan tidak hanya bayi yang selalu diberi minum susu
saja , tetapi mulai diberi makanan keras supaya gigi dan kakinya kuat dan nalarnya
jalan. Tuhan ingin kita menjadi pribadi yang kuat tetapi selalu ingin mengenang
masa lalu seolah-olah menyesal kita mengenal Tuhan. Kasihan juga. Terkadang saya
berpikir,”Ada manusia yang merasa tidak ada untungnya mengenal Tuhan.” Kadang
saya berpikir, “Tuhan jangan kasihani dia, karena dia tidak tahu diri karena
merasa mengenal Tuhan tetapi tidak ada untungnya.”
Lalu mereka berkata ke Musa, Bukankah ini telah kami katakan kepadamu di
Mesir: Janganlah mengganggu kami dan biarlah kami bekerja pada orang Mesir.
Sebab lebih baik bagi kami untuk bekerja pada orang Mesir dari pada mati di
padang gurun ini." Ini keadaan terjadi karena salah kamu. Saat takut
dan panik orang menyalahkan orang lain. Israel menyalahkan Musa. Kalau kita
menyalahkan Tuhan, pasangan kita, orang-orang di sekitar kita, pemimpin kita
(perusahaan, gereja, ayah kita dll). Kalau panik dan takut bisanya menyalahkan
orang lain. Ini manusia dan Israel sudah mencontohkannya untuk kita pelajari.
Keluaran 14:1-2;11-12, saya beri judul ,”Ikut Allah akan bertemu jalan buntu”
walau tidak semua jalan akan buntu tetapi siap-siap saja suatu kali akan
bertemu jalan buntu karena jalan buntu
diberikan Allah untuk mendidik kita.
Keluaran 14:13-14 Tetapi berkatalah Musa kepada bangsa itu:
"Janganlah takut, berdirilah tetap dan lihatlah keselamatan dari TUHAN,
yang akan diberikan-Nya hari ini kepadamu; sebab orang Mesir yang kamu lihat
hari ini, tidak akan kamu lihat lagi untuk selama-lamanya. TUHAN akan berperang untuk kamu, dan kamu akan
diam saja." “Janganlah takut. Berdirilah tetap dan lihatlah
keselamatan dari TUHAN” adalah perintah. Manusia kalau panik itu selalu suka
lari dari kenyataan. Kalau tidak lari dari kenyataan, maka berkelahi satu
dengan lain atau mencari kesalahan orang lain. Kalau saya takut apa yang akan
saya lakukan yang bisa menjadi gambaran untuk banyak orang. Mulut tidak
berhenti ngomong. Omong ke sana-sini, tentang kesusahan pribadi, omong
terus tidak ada berhenti-hentinya.
Dengan harapan orang yang diajak bicara bisa melegakan, membantu, tetapi tidak
lega juga dan terus omong lagi, kasih tahu ke semua orang. Pada ayat 13-14, Tuhan
katakan,”Jangan takut dan jangan lari. Aku akan berperang bagimu.” Bagaimana cara
Allah berperang bagi orang Israel? Allah bisa memberhentikan tiang awan,
menjadi benteng antara orang Israel dan Mesir supaya orang Mesir tidak bisa
mencapai mereka dan agar orang Israel tidak terus-menerus melihat bangsa Mesir
yang sedang mengejar mereka (tiang awan menghalangi). Allah membuka satu jalan
di Laut Teberau dan Allah mengacaukan sehingga tidak ada tentara Mesir yang
selamat. Seorang ahli arkeologi dan sejarah mencari tahu dan mencatat sejak Keluaran
pasal 14, ketika tentara Mesir dan Firaun mati di tengah-tengah Laut Teberau,
di daerah sebelah Timur ini sampai 20 tahun lebih orang Mesir tidak berani
menginjakkan kakinya ke daerah ini apalagi memperluas kerajaannya sampai ke
tempat ini karena mereka trauma. Karena setiap kali mereka mengingat kisah Laut
Teberau mereka mengingat kekalahan mereka yang luar biasa. Karena mereka
berperang bukan melawan orang Israel tetapi melawan sesuatu atau seseorang yang
tidak bisa mereka lihat wujudnya. Mereka seperti melawan suatu pribadi yang betul-betul
hebat luar biasa dan tidak bisa mereka sentuh. Orang Mesir sedemikian trauma
terhadap kejadian ini. Apa sikap orang Israel? Kalau musuhnya trauma sampai
puluhan tahun, apakah Israel memuji Tuhan sampai puluhan tahun? Jawabannya
tidak! Itulah manusia. Itulah sebabnya Tuhan
mau menghajar Israel dan menghajar kita semua. Orang yang tidak kenal Tuhan
bisa trauma melihat perbuatan kita tetapi orang yang mengalami kasih Tuhan,
sebulan sudah lupa akan kebaikan Tuhan seolah-olah Tuhan tidak pernah melakukan
kebaikan terhadap mereka. Israel di Keluaran 15-17, pada bulan yang kedua hari
yang kelima belas (2 bulan lebih sedikit) mereka bersungut-sunggut karena tidak
ada air. Walau Tuhan sudah memberi manna, namun baru berjalan mereka lupa lagi
dan berkata, “Tuhan, aku mau daging dan roti.” Ini manusia. Mengapa Israel dan
kita hari ini Tuhan membuat kebaikan, bisakah selama 20 tahun kita tidak lupa?
Kalau bisa begitu betapa banyak kebaikan Tuhan dan itu membuat kita seumur
hidup tidak akan pernah bisa melupakannya
FirmanNya Membentuk dan Membuat Taat
Roma 15:4 Sebab segala sesuatu yang ditulis dahulu,
telah ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita, supaya kita teguh berpegang
pada pengharapan oleh ketekunan dan penghiburan dari Kitab Suci. Semua yang tertulis di dalam firman Tuhan dan kisah yang
baru kita dengar terutama bagian itu menjadi satu hal yang Allah berikan kepada
kita untuk membentuk kita agar kita bisa hidup taat kepada FirmanNya dengan
demikian kita bisa mengakui Allah itu benar-benar mengakui bahwa berdaulat
dalam hidup kita. Karena kita sudah biasa hidup dan berpikir dengan kekuatan dan
pikiran sendiri , berjalan dengan cara kita sendiri. Israel selama ratusan tahun
biasa membaca tulisan Mesir, sudah biasa dididik dalam didikan Mesir, biasa
melihat Baal Mesir, biasa dipimpin oleh orang-orang Mesir yang tidak mengenal
Tuhan. Pikirannya sudah terkontaminasi. Allah perlu membawa mereka keluar ,
masuk bertemu jalan buntu di Baal Zefon sehingga mereka dibentuk oleh Tuhan.
Bagaimana dengan kita? Semakian kita karatan dalam kebiasaan-kebiasaan buruk
kita, maka semakin kita perlu jalan buntu-jalan buntu untuk bisa mengikis kita.
Kebiasaan-kebiasaan, cara pikir yang membuat kita sulit mengakui kedaulatan
Allah, sulit mentaati firman Allah, perlu dikikis. Karena kalau tidak, hal itu
bisa membawa kita pada jurung maut. Kristus yang sudah memerdekakan kita dari
status kita, Dia juga ingin kita merdeka di dalam segala pemikiran dosa yang pernah
mengungkung kita. Tidak cukup percaya Yesus yang merupakan awal, tapi selanjutnya
perlu bertumbuh dalam pemikiran kita yang kudus, sikap terhadap firman dan
Tuhan, kita harus benar-benar menjadi orang-orang merdeka.
Saat libur pergi ke suatu gereja
di Malang. Ada hal yang membuat saya kesal. Saya merasa senang saat mendengar
firman Tuhan. Tapi sejak awal masuk ibadah, perempuan -perempuan di sebelah
saya ngobrol terus. Itu membuat saya terganggu. Apa yang digosipkan? Apa sudah
tidak bertemu selama 30 tahun? Apa tidak ada waktu sebentar lagi selesai ibadah
baru bicara? Ini bicara terus sejak liturgis masuk dan membawa puji-pujian
kepada Tuhan. Ketiga perempuan tersebut membuka
handphone , ternyata mereka melihat galeri
foto. Lalu mereka membicarakan tentang foto-foto tersebut. Saya gregetan dan
kesal. Mereka melihat saya tapi saya diamkan saja. Saya berkata ke mu-shi, “Saya kesal.” Mu-shi meminta saya mendiamkannya saja.
Sampai tiba waktu khotbah juga begitu. Kalau dari lagu pujian sampai khotbah mereka
begitu,lau apa yang didengar mereka? Saya tidak menghakimi orang, tetapi
kebiasaan jelek ini bisa membuat celaka. Akhirnya karena kesal, saya ‘balas
dendam’. Waktu diminta berdiri dan salam-salaman satu dengan lain, saya berdiri
namun saya tidak mau salaman dengan mereka. , saya pergi keluar dan salaman
dengan orang lain. Sebelum bicara belum selesai masalahnya,tapi tidak bertemu mereka
lagi.
Kemarin saya menonton Jurassic
Park. Dari lampu belum dimatikan, lampu dimatikan sampai berakhir filmnya, di
pojok ada 8 orang anak remaja (sekitar
12-15 tahun) mereka bicara seperti belalang, Belum lagi sinar HP nya. Mereka
lihat ke sana -sini. Saya merasa kesal dan semua orang sudah meminta mereka
diam. Tapi tetap tidak diam. Saya tidak tahu mereka tahu tidak ceritanya. Mereka
mau bayar Rp 45.000 untuk ke gedung bioskop dan main handphone. Saat saya antri di WC mereka juga ada dan mereka tidak
bisa diam. Saya diamkan saja. Tetapi di gedung bioskop apalagi di gereja? Saya
tidak bayangkan kalau suatu kali mereka menjadi hamba Tuhan tetapi tidak bisa
melepas gadget mereka. Kebiasaan yang dibangun perlu tempat Baal-Zefon untuk
membuat kita bertemu jalan buntu dan hanya Allah yang bisa menyelesaikan.
Kita diajar tentang waktu Allah
karena Allah berdaulat atas waktu. Waktu Allah adalah kedaulatan Allah. Laut Teberau
solusi (jalan keluar) diblok oleh Allah berdasarkan waktuNya. Laut Teberau terbuka
dan tertutup hanya pada saat Allah berfirman, Tidak sebelum Allah berfirman.
Hanya saat Allah berfirman. Waktu-waktu dalam hidup kita, tidak mungkin Allah
tidak tahu. Bisakah kita mempercayakan diri kita seutuhnya kepada Allah sang
pemegang waktu karena Dia berdaulat atas waktu?
No comments:
Post a Comment