Pdt. Ronny Mandang
2 Samuel 15:23-26
23 Seluruh
negeri menangis dengan suara keras, ketika seluruh rakyat berjalan lewat. Raja
menyeberangi sungai Kidron dan seluruh rakyat berjalan ke arah padang gurun.
24 Dan lihat, juga Zadok ada di sana beserta semua
orang Lewi pengangkat tabut perjanjian Allah. Mereka meletakkan tabut Allah itu
— juga Abyatar ikut datang — sampai seluruh rakyat dari
kota selesai menyeberang.
25 Lalu
berkatalah raja kepada Zadok: "Bawalah tabut Allah itu kembali ke kota;
jika aku mendapat kasih karunia di mata TUHAN, maka Ia akan mengizinkan aku
kembali, sehingga aku akan melihatnya lagi, juga tempat kediamannya.
26 Tetapi jika
Ia berfirman, begini: Aku tidak berkenan kepadamu, maka aku bersedia, biarlah
dilakukan-Nya kepadaku apa yang baik di mata-Nya."
Pendahuluan
Ada seorang pendeta berdiri di
mimbar untuk menyampaikan Firman Tuhan. Ketika akan mulai berkhotbah, ia
menghendaki agar jemaat menyanyikan satu lagu berjudul “FirmanMu Pelita bagi Kakiku”.
Sayangnya Organis yang bertugas belum mengenal lagu tersebut dan ia mengalami
kesulitan saat mengiringinya hingga Sang Pendeta merasa terganggu dan menoleh kepadanya. Lalu Sang Pendeta meminta Sang
Organis untuk memakai irama ketukan nyanyian Waltz. Namun Sang Organis salah
menangkap permintaan dari Sang Pendeta dan mengira Sang Pendeta memintanya
untuk mengiringi lagu tersebut dengan nada seperti pada lagu es krim Wall’s. Kalau
nada lagu es krim tersebut ia tahu dan bisa memainkannya karena penjajanya
setiap hari lewat di depan rumahnya. Kemudian terdengar Sang Organis mulai
memainkan nada lagu es krim tersebut sehingga Sang Pendeta walau merasa kesal,
mau tidak mau mulai menyanyikan lirik lagu mengikuti irama dan nada pada lagu es
krim tersebut! Usai ibadah, Sang Pendeta mencari Sang Organis di belakang
gereja karena kesal dan ingin mencekiknya. Terkadang suara bisa terdengar sama,
namun sebenarnya memiliki makna yang tidak sama.
Melakukan FirmanNya Memperkuat Iman
Tema “Melakukan Firman-Nya, Hidup
dalam Kedaulatan-Nya” ini sangat penting hari-hari ini dalam kehidupan bergereja
dan khususnya orang-orang Kristen. Raja Saul sebelum diganti Raja Daud
memerintah dengan sangat baik. Saul diangkat menjadi raja berdasarkan permintaan
bangsa Israel kepada Tuhan melalui Nabi Samuel agar bangsa Israel juga memiliki
seorang raja seperti bangsa-bangsa lain. Tuhan mengabulkan permintaan mereka sehingga
tampillah Raja Saul yang memerintah selama 40 tahun. Tetapi kemudian timbul masalah
karena dalam pemerintahannya, Saul tidak mendengarkan Firman Tuhan. Ini hal
yang paling tidak mengenakkan karena ditulis dalam Kitab Samuel bahwa “maka
undurlah Roh Tuhan dari Raja Saul”. Ketika ia tidak memiliki Roh Tuhan, maka
segala sesuatu yang dijalankannya dalam hidupnya adalah kegagalan dan
kesia-siaan. Melalui Nabi Samuel (nabi pertama yang ada di Israel), maka Tuhan
berkata bahwa Ia tidak lagi berkenan kepada Raja Saul dan Ia akan menyiapkan
penggantinya (Raja Daud).
Baik Saul maupun Daud memerintah
selama 40 tahun. Kedua raja ini memiliki kekurangan, tetapi Raja Daud lebih
peka terhadap Firman Tuhan dan sungguh-sungguh berkomitmen terhadap apa yang
dikatakan oleh Tuhan baik melalui Imam Besar Abyatar, Imam Zadok mau pun
melalui Panglima Yoab. Hal yang terberat bagi Raja Daud adalah ketika anak
kandungnya sendiri memberontak terhadap dirinya. Namanya Absalom.
Pada 2 Samuel 15 dikisahkan Raja
Daud sedang bersiap-siap melarikan diri dari Yerusalem yang menjadi tempat
pusat pemerintahannya dan tempat seharusnya Raja Daud bermukim. Pada ayat 23
kita membaca bagaimana seluruh rakyat Israel ketika Raja Daud akan keluar dari Yerusalem.
Mereka menangis beramai-ramai karena Raja Daud bukan menghadapi musuh dari
bangsa lain (seperti bangsa Filistin dan Moab) tetapi Daud merasa begitu susah
karena menghadapi anaknya sendiri. Absalom ini bahkan berusaha mengejar ayahnya
dan ingin membunuhnya. Persoalan hidup Raja Daud sebenarnya potret dari
kehidupan krisis di dalam keluarga kita. Di mana suami dan istri saling
mengancam. Orang tua dan anak saling mengancam. Sama seperti Absalom yang menghimpun
kekuatan untuk mengejar ayah kandungnya sendiri untuk membunuhnya.
Pada ayat 23 dikatakan seluruh
negeri menangis dengan suara keras ketika Raja Daud dan pengikutnya menyeberang
sungai Kidron dan naik ke Bukit Zaitun. Dalam tangisan yang begitu kuat dan
berjalan bersama rakyat ke padang gurun. Padang gurun menggambarkan suatu
daerah yang tanpa tuan dan sebuah daerah tanpa mengetahui mana sisi kanan dan
sisi kini , Utara-Selatan dst-nya, padang gurun penuh binatang buas. Tetapi apa
yang kita baca pada ayat yang ke-25 ketika tabut perjanjian dibawa serta dengan
imam-imam keluar Yerusalem, Lalu
berkatalah raja kepada Zadok: "Bawalah tabut Allah itu kembali ke kota;
jika aku mendapat kasih karunia di mata TUHAN, maka Ia akan mengizinkan aku
kembali, sehingga aku akan melihatnya lagi, juga tempat kediamannya. Maksudnya yang pertama Daud meyakini akan
kebenaran Firman Tuhan di mana sebenarnya Yerusalem adalah rumahNya. Hal
seperti ini tidaklah mudah. Ketika Raja Daud memahami tentang masa depannya,
maka yang menjadi pertaruhan bagi Raja Daud adalah “Bawalah tabut Allah itu
kembali ke kota (Yerusalem)”. Lalu Raja Daud berkata,”Jika aku mendapat kasih
karuania di mata Tuhan maka Ia akan mengijinkan aku kembali. Sehingga aku akan
melihatnya lagi, juga tempat kediamannya.” Hal ini menunjukkan sebuah pemahaman
bahwa Raja Daud begitu kokoh terhadap Firman Tuhan dan janji-janji Tuhan dan
terhadap apa yang Allah lakukan bahwa Allah tidak pernah diam. Dalam Maz 121:1-2 dikatakan , Nyanyian ziarah. Aku
melayangkan mataku ke gunung-gunung; dari manakah akan datang pertolonganku?
Pertolonganku ialah dari TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi. Ketika
manusia yang percaya kepada Tuhan mengalami berbagai masalah, maka ini sebenarnya
merupakan sebuah ujian apakah ia tetap setia pada Tuhan atau tidak.
Sebagai seorang gembala sidang,
saya seringkali menekankan hal-hal yang paling penting dalam beribadah yaitu firman
Tuhan. Ketika kita memiliki buku Alkitab dengan ketebalan misalnya 10 cm.
Bacalah Alkitab ini setiap hari , minggu, bulan dan tahun. Kita bisa tercengang
karena Alkitab menjadi bertambah tebal karena berkali-kali dibaca. Berkali-kali
saya mengatakan “Kotorkanlah Alkitab maksudnya bacalah Alkitab sampai ia
menjadi lusuh” karena ketika Alkitab
yang kita punya kita baca dan kotorkan karena kita baca , maka hidup kita
menjadi lebih bersih. Sebaliknya ketika orang Kristen tidak lagi membaca Alkitab
dan menyimpannya saja di laci di rumahnya,maka sebenarnya imannya tidak pernah kuat
dan bertumbuh menjadi lebih kokoh dan tebal.
Raja Daud sebenarnya sedang
memperagakan sebuah gaya kehidupan yang beriman bahwa betapa pun ia terluka karena anaknya Absalom mencari dan
ingin membunuhnya dan mengharuskan ia melarikan diri dari Yerusalem. Ini
merupakan sebuah hal yang paling berat dalam hidup Daud. Ia lebih baik
menghadapi musuhnya sekelas apa pun seperti bangsa Filistin dengan pasukan
raksasanya (Goliat) , Daud mampu mengalahkannya. Saat ia menggembalakan kawanan
dombanya, ia menghadapi singa-singa dan ia mampu mengalahkannya. Tetapi
bagaimana menghadapi anaknya sendiri? Maka ketika kita membaca seluruh negeri
itu menangis kita tahu bahwa ini kepedihan yang harus diatasi. Ini persoalan
yang harus diatasi dengan benar.
Ada sebuah ilustrasi jemaat Tuhan
yang terjadi sesungguhnya. Satu keluarga yang berbisnis baik di Jakarta dan
hidup dengan berkelimpahan harta. Suatu kali karena bisnis runtuh menyebabkan keluarga
ini tidak punya apa-apa lagi dan mereka bangkrut. Rumah yang banyak menjadi habis
dan akhirnya mereka tinggal di rumah kontrakan yang sedikit kumuh di gang kecil.
Pemberi kontrak sudah mengultimatum keluarga ini bahwa bila dalam 3 bulan tidak
membayar uang kontrakan agar angkat kaki dan pergi. Dari kondisi serba mewah
punya segalanya dalam waktu tertentu hilang semuanya, dalam kondisi tidak punya
lemari, kulkas, AC dan mereka tidur beralaskan kasur yang tipis. Suatu malam, Bapak
ini berkata ke istri-nya, “Mama kita masih punya apa ya?” Istrinya menjawab
dengan raut wajah sedih,”Kita sudah tidak punya apa-apa, semua sudah dijual”
Hari itu mereka punya masalah terkait dengan kedua anak perempuan. Yang pertama
masuk ke rumah sakit mau dioperasi dengan biaya yang tinggi. Orang tua diminta memberi
persetujuan sesegera mungkin untuk melakukan operasi dan bila sudah setuju berarti
harus menyediakan uang banyak. Lalu anaknya yang kedua telah berkali-kali diminta untuk membayar uang
sekolah karena sudah beberapa bulan belum membayar uang sekolah. Dalam kondisi
itulah papanya bertanya dan dijawab bahwa mereka sudah tidak punya apa-apa
lagi. Tiba-tiba anak yang kecil keluar dari kamarnya dan berkata keluar dari
kamar,”Papa kita masih punya Alkitab.” Hari itu Sang Papa disadarkan tentang betapa
pentingnya Firman Tuhan. Dengan hati sedih dan terpukul ia datang ke istrinya
dan berkata,”Mama, selama kita punya segala-galanya, tetapi tidak punya Firman
Tuhan” Malam itu mereka duduk bersama dengan anak terkecilnya di lantai berdoa dan
menyerahkan masalah uang kontrak, uang operasi di rumah sakit dan uang sekolah
anaknya. Problem yang berat.
Keesokan
hari saat anaknya mau berangkat sekolah, Ibunya berkata kepada Sang Anak-nya,”Mama
minta maaf tidak bisa menyediakan sarapan karena tidak punya uang”. Dengan luar
biasa, Si Anak berkata,”Tidak jadi soal, mama. Mama ambil piring lalu taruh
Alkitab di atasnya, saya akan membaca Alkitab. Sarapan saya adalah Alkitab”.
Anak kecil ini membaca Alkitab dengan
begitu keras dan khusuknya. Setelah membaca
Alkitab, ia lalu pergi sekolah. Mata mama melihat anaknya dengan penuh air
mata. Lalu mamanya berkata, “Nak kamu tidak mungkin kenyang dengan hanya membaca Alkitab lalu pergi ke sekolah.”
Namun Sang Anak membantahnya dengan tersenyum, “Tidak apa-apa. Saya sudah baca
Alkitab. Saya kuat untuk berangkat ke sekolah. Saat pulang sekolah ia membawa sepucuk
surat. Hati kedua orang tuanya merasa kecil karena khawatir anaknya dikeluarkan
dari sekolah. Ketika sang suami meminta istrinya untuk membaca isinya, dan
mereka terkejut denga nisi suratnya. ”Dewan sekolah sudah rapat, ditetapkan
anak perempuan kecil ini diberi bea siswa penuh. Bahkan anak ini diberi
predikat yang tidak pernah bisa disangkal sebelumnya. ” Kepala sekolah
mengatakan bahwa anak ini seperti malaikat di kelas,Sekolah kemudian memberikan
beasiswa. . Membaca surat itu, papanya menangis karena ia punya anak seperti itu.
Lusanya datang surat dari rumah sakit. Dengan gemetar Sang Ibu membuka dan
membaca surat dari rumah sakit. Isinya,”Kami para dokter telah sepakat untuk mengambil
keputusan untuk mengoperasi anak Bapak-Ibu tanpa biaya asal diberi persetujuan”
Mereka tidak mengeluarkan uang dan anak itu dioperasi tanpa membayar. Yang
punya rumah itu sedang naik haji, dan saat itu yang terkena kasus Tragedi
Terowongan Mina yang roboh pada tanggal 24 September 2015 di mana banyak Jemaah
haji banyak yang meninggal, dan tidak pernah kembali. Sang Pemilik Rumah ikut
terkubur dalam terowongan Mina. Sehingga tidak ada yang menagih-nagih lagi
kepada keluarga ini. Mereka sekeluarga bisa menempati rumah itu sampai 7 tahun berikutnya
karena tidak pernah diminta oleh pemiliknya dan pemiliknya tidak pernah kembali
ke Indonesia.
Kesaksian ini menarik karena
firman Tuhan keluarga ini boleh diselamatkan. Seperti Daud berkata, “Sekiranya
aku memperoleh kasih karunia daripada Tuhan” Maksudnya kalau Tuhan sayang kepada saya, maka saya
akan mendapatkan kembali tabut perjanjian itu. Ia akan memperoleh kembali tabut
perjanjian itu dengan tempatnya. Daud percaya bahwa suatu kali ia akan kembali
ke Yerusalem. Firman Tuhan yang dipercaya akan selalu menimbulkan iman dalam
hidup kita. Dalam kitab Roma Paulus berkata, “Siapa yang mau mendengar firman
Tuhan ia memiliki iman, karena iman timbul dari pendengaran akan Firman Yesus.
Ini menjadi sebuah pelajaran yang sangat penting ketika kita mendapatkan kebenaran ini, bahwa bagi Daud, soal hubungan
dengan Tuhan bukanlah pilihan tetapi adalah kehidupan. Maka mati-hidupnya adalah firman Tuhan. Sayang
nya gereja-gereja khususnya di Eropa (negara-negara kuat Kristennya) meninggalkan
Alkitab yang seharusnya menjadi kekuatan dalam kehidupan. Keluarga yang saya
saksikan di atas, mereka dibangkitkan seperti kisah Ayub mereka dipulihkan berkali
lipat ganda sehingga mereka dapat memiliki kembali rumah yang tadinya dijual.
Ketika kita punya masalah, maka
jalan terbaik bagi kita untuk mengatasinya adalah Firman Tuhan yang bukanlah berupa
kata atau teks mati semata. Tetapi sebenarnya apa yang ditunjukkan oleh Tuhan
dan kita percaya. Itulah yang kemudian kita baca di mana Daud dengan imannya berkata,”Saya
memperoleh kasih karunia dari Tuhan. Kalau Tuhan mau saya kembali ke Yerusalem
maka saya akan kembali ke Yerusalem. Dan akan menemukan kembali hidup bersama dengan
tabut perjanjian dan tempat kediamannya.” Kekristenan mengajarkan sebagai orang
percaya harus tetap setia terhadap firmanNya.
Perhatikan Alkitab ini. Darimana
kita memiliki kebenaran dalam kehidupan kekristenan kita, kalau kita tidak
berelasi dengan Alkitab. Daud sadar sekali bahwa pada waktu zaman Daud Alkitab
belum ada. Firman Tuhan direpresentasikan (digambarkan) seperti tabut
perjanjian. Di mana suara Allah boleh dinyatakan dalam tabut perjanjian (tabut
Allah) itu. Dalam kehidupan kita hari ini di mana kita punya Alkitab, maka kita
patut membangun dan menjadi kokoh dalam keyakinan, ini bukan pilihan tapi merupakan
kehidupan sebagai orang percaya. Ketika saya kemudian menyusun deklarasi iman,
setiap kali kita mau membaca Alkitab di gereja maka setiap orang mengangkat tangan
dengan Alkitab dan mendeklarasikan Firman Tuhan. Kami sebagi umat tebusanMu
dengan iman kami percaya bahwa firman Tuhan adalah firman yang berasal dari
Tuhan. Pada kalimat terakhir deklarasi ini mengatakan bahwa bahwa tanpa firman Tuhan
kami tidak bisa berbuat apa-apa.
Tanpa Firman Tuhan
Kita akan Salah Mengerti dengan Apa yang Dikatakan Tuhan.
Yang
kedua, kalau firman Tuhan tidak ada , maka yang terjadi adalah seperti Sang
Organis yang selalu salah mengerti saat diminta mengiringi lagu FimanMu Pelita
bagi Kakiku dengan irama Waltz. Tuhan bicara banyak hal kepada kita. Tetapi karena
kita tidak bergaul erat dengan Tuhan (tidak tahu Firman Tuhan), maka kita salah
mengerti apa yang Tuhan katakana dalam kehidupan sehari-hari hidup kita. Ini sebenarnya
merupakan tantangan kolektif berjemaat bergereja bahwa Alkitab pusat sentralitas
dalam hidup bergereja. Tetapi tidak saja hari Minggu ia menjadi pusat ,
melainkan Alkitab harus dibaca setiap saat.
Saya baru kembali dari Alor. Ada
terminal penginjilan satu bulan di sana. Saya mengisi minggu pertama di bulan
Juli. Saya sudah beberapa kali berada di Bukit Pekabaran Injil Ayalon di pulau Alor. Hari Jumat
kemarin, saya juga baru kembali dari pedalaman Kalimantan dan saya bertemu dengan
banyak orang Kristen Kaharingan yang berada di Tumbal Kawe, Tumbal Tarani dan
berada desa-desa Tumbal Kaman. Saya berkumpul dengan anak-anak kecil yang
begitu banyak. Tetapi seorang pelayan Tuhan berkata kepada saya, “Pak Pendeta
Ronny, semua anak yang berkumpul sejumlah hampir 100 orang yang Kristen hanya
6-7 orang.” Saya bertanya,”Mereka agamanya apa?” Dijawab,”Mereka agamanya Kaharingan,
kepercayaan suku Dayak terhadap hal-hal yang selalu mereka (orang tua) lakukan.
Ada orang-orang Dayak, ada waktu tertentu kepala rumah tangga mengoleskan
minyak di kepalanya. Kepalanya berjalan dengan isi perutnya (dikenal sebagai
uyeng). Saya bertanya ke beberapa orang suku Dayak Kaharingan, di mana sebagian
sudah menjadi orang Kristen. Mereka mengatakan bahwa sebenarnya ilmu-ilmu mistik itu adalah hal-hal
yang keliru dan mereka tahu itu keliru tetapi mereka membutuhkan kehidupan yang
lebih baik. Saya kemudian berkata, “Untuk membangun kehidupan yang lebih baik tidak
ada yang lain tetapi adalah Firman Tuhan. Tapi firman Tuhan yang saya maksudkan
bukanlah teks. Melainkan bagaimana kita berelasi dengan Tuhan ketika Tuhan
ijinkan Daud harus berhadapan dengan anaknya. Daud menurut ketika harus meninggalkan
dahulu Yerusalem. Seluruh rakyat menangis sedemikian rupa , tetapi Daud
berpegang pada firman Tuhan. Sehingga tema hari ini yang kita pegang dan bangun
bersama merupakan hal yang penting. Bagaimana Firman Tuhan berlaku dalam hidup
kita. Pada ayat 26 dengan jelas tertulis Tetapi
jika Ia berfirman, begini: Aku tidak berkenan kepadamu, maka aku bersedia,
biarlah dilakukan-Nya kepadaku apa yang baik di mata-Nya."
Daud
sadar atas kedaulatan Tuhan. Seringkali keluarga kita diuji. Kekristenan kita
diuji untuk belajar memahami apa itu kedaulatan Tuhan dalam hidup kita. Ada
pengusaha Bapak pengusaha elektronik yang begitu maju dan berdagang di daerah
Glodok. Bapak ini kemudian menjadi orang Kristen dan dibaptis bersama istrinya.
Tetapi ketika keduanya dibaptis yang terjadi Glodok dibakar. Ia pergi ke tempat
makan di Hayam Wuruk. Ia bertanya,”Tuhan mengapa setelah menjadi pengikutMu dan
saya percaya kepada Tuhan Yesus, seluruh usaha saya di Globok habis terbakar?”
Hatinya begitu susah. Ia kemudian bertanya kepada pendetanya,”Saya baru percaya
Yesus dan belum sebulan dibaptis, dan sekarang usaha saya di Glodok terbakar
semua” Tentu saja pendeta tidak bisa memberikan jawaban yang memuaskan terhadap
situasi seperti itu dan ia tidak bisa berkata kepada mereka,”Sabar ya”
sementara seluruh usahanya habis. Tetapi Pendeta berkata, “Bapak dan Ibu mari
memahami apa yang sedang Tuhan ijinkan terjadi. Kita tidak tahu apa yang Tuhan mau
lakukan tetapi dalam situasi seperti ini, bersandarlah terus kepada Tuhan!” Suami-istri
ini berhasil melalui hari-hari yang terberat. Istrinya tidak mau melihat Glodok
yang telah terbakar. Lalu datang seseorang dari Hong Kong yang kemudian mengajak Bapak itu untuk membangun
bisnis bersama. Hanya dalam waktu 4 bulan, maka semua yang hilang diganti Tuhan
dengan yang baru. Ini semua belajar tentang kedaulatan Tuhan.
Sore ini saya akan pergi ke salah
satu rumah sakit di Jakarta di mana ada satu Bapak baru percaya kepada Tuhan
Yesus. Tetapi Sang Bapak sudah berada di ICU hampir selama 2 bulan. Setiap hari
pihak rumah sakit meminta uang Rp 25 juta. Mereka sudah jual ini-itu. Tetapi
yang menarik, saya diundang keluarga ini sore ini untuk datang beribadah
bersama. Sekalipun mengalami kesulitan, kita tahu Tuhan Yesus tidak membiarkan papa.
Dan kita semua yakin papa suatu kali akan keluar dari ICU dan disembuhkan oleh
Tuhan.” Dari mana keluarga ini mereka punya kepercayaan seperti itu? Saya
percaya karena mereka bergantung pada kedaulatan Allah. Kalau Tuhan sungguh-sungguh
“sayang” kepada mereka , maka di sana selalu ada harapan.
Tahun 2016, berat badan saya naik
20 kg. Ketika berada di tempat Billy Graham di Amerika , selama 10 hari masih ada
salju . Saya tidak ingin makan 10 hari . Waktu mau pulang teman saya berkata,
pipi saya kempot. Lalu balik ke Jakarta Feb 2016, saya jatuh di depan rumah.
Teman yang menjemput saya di bandara tidak tahu saya sudah terkapar di jalan. Hari
ini hari Sabtu. Hari Minggu nya saya berkhotbah dengan situasi yang tidak
karuan (tidak makan selama 10 hari) . Saya lebih suka hanya minum air es dengan
es batu. Saya merasa ada yang salah dengan tubuh saya saat berkhotbah. Lalu hari
Senin saya ke rumah sakit dan akhirnya berkali-kali pergi ke rumah sakit. Saya
divonis terkena kanker stadium 4. Yang terjadi adalah di leher saya ada
kelenjar getah bening yang membengkak, di batang otak ada 2, di paru-paru ada
1, di oseopagus ada 1 yang benar, di anak ginjal adrenal juga terkena kanker stadium 4. Rumah
Sakit Siloam Semanggi, dr. Mulawarman mengatakan kepada saya, “Kami belum
pernah melihat penyakit kanker merata dalam tubuh. Biasanya satu saja nanti menyebar.”
Tetapi saya muncul sekaligus di beberapa tempat di tubuh. Saya dibawa ke
Singapore, tidak sampai 3 bulan saya kehilangan berat sebanyak 30 kg. Dari pk 6 pagi sampai pk 9 pagi setiap
hari dari Februari sampai April, saya muntah darah dan keluarnya tidak turun ke
keranjang sampah yang ditaruh istri setiap hari tetapi ia terbang sampai ke
lemari dan sakit sekali. 7 kali saya dibawa ke UGD dalam keadaan tidak sadar. Dokter
Singapore berkata bahwa saya harus dikemo 52 kali karena terlalu banyak
kankernya. Saya ditanya oleh dokter di Jakarta dan Singapore apakah keluarga
ada yang punya riwayat sakit kanker. Saya menjawab 1 adik perempuan meninggal
karena kanker, baru-baru 1 adik saya kehilangan payudara karena kanker, kakak
mama saya meninggal karena kanker dan 1 sepupu saya meninggal kanker. Hingga
ada dokter di Jakarta berkata bahwa keluarga bapak adalah keluarga kanker.
Ketika 6 orang dokter tanpa berkonsulitasi
satu dengan lain berkata, “Umur saya kalau sekarang Feb 2016 maka umur saya
tidak sampai Juni 2016”. Saya tidak menolak semua itu. Saya lebih banyak tinggal
di rumah sakit dalam keadaan tidak sadar. Saya minta agar sampai kapan pun saya
tidak mau dikemo, sekalipun harus selesai biarlah. Pada bulan Juni 2016 ada
beberapa teman dokter dari Gereja Kristus yang pernah dengar khotbah saya, dr.
Titos Ahimsa membuat team. Ia berkata,”Pastor Ron, tidak ada orang sakit kanker
seperti Pastor yang tumbuh sedemikian rupa di seluruh tubuh.” Ada yang
mengatakan saya disantet dan penuh dosa dan macam-cama. Seringkali dalam 3
bulan itu, saya tidak sadarkan diri dan terkadang sasya tidak mengenal orang. Tetapi
menjelang masuk bulan Juli 2016, saya minta tolong istri untuk membawakan gitar
ke Rumah Sakit. Istri berkata, “Kamu, tidak mungkin bisa main gitar.” Tangan
saya sudah tidak berdaya karena banyak jarum
infus yang meluluhlantakan tangan saya hingga tinggal tulang. Sudah harus dibolongi di leher tapi saya tidak mau dibolongi. Lebih
baik saya dipanggil Tuhan tetapi utuh seperti ini. Saya tidak bisa ke kamar
mandi karena tidak pernah makan. Berbulan-bulan saya di rumah sakit Jakarta,
saya terkenal sebagai pasien yang tidak pernah makan. Jadi kalau teman-teman
saya mau membesuk saya jadi mudah, tinggal bertanya ke perawat / petugas di
sana “Di mana tempat pendeta yang tidak suka makan?” dan akan ditunjukkan.
99,99% saya harus mati. Tetapi 1 minggu sebelum masuk bulan Juli, vonis 6 dokter
berkata bahwa saya tidak mungkin hidup. Saya minta dibawakan gitar. Istri saya
berkata, “Kamu tidak mungkin bisa bernyanyi.” Memang saya tidak bisa bernyanyi
bahkan memegang gitar pun yang tadinya ringan menjadi sulit. Usia gitarnya
lebih tua dari usia pernikahan kami. Tetapi saya tetap dibawakan gitar. Saat
semua sedang tidur malam, saya jarang bisa tidur dan tidak pernah minta obat
untuk tidur. Lalu saya ambil gitar yang terasa berat sekali gitar itu karena saya
tidak ada tenaga. Lalu saya menyanyikan lagu “Kupercaya Mujizat” (I Believe in Miracles oleh Carlton C.
Buck, John W. Peterson) bait yang kedua. Bunga
bakung yang berkembang Dipadang yang gersang. Kupercaya mujizat. S’bab percaya Yesus.
Dan kadang saya menangis kala menyanyikan
lagu itu. Saya ketua umum Persekutuan Gereja-Gereja dan Lembaga-Lembaga Injili
Indonesia (PGLII) dan sudah siapkan ganti (baru selesai tugas 2019). Saya sudah
panggil keluarga untuk minta bisa dikubur di mana saja. Itu saja. Mau kubur di
mana saya tidak soal. Saya sudah serahkan jabatan gembala sidang kepada siapa
saja. Namun saat saya menyanyi lagu tersebut saya punya pengharapan. Saya
percaya dengan kedaulatan Tuhan. Kalau Tuhan mau ambil saya silahkan. Adik-adik
saya orang beriman. Adik saya Inneke berkata, “Ron, mengapa saya harus pergi
dengan cara seperti ini?” Terakhir dia sulit bicara karena kanker getah
beningnya sudah menguasai seluruh jaringan suara. Saya berkata, “Sampai akhir
hidup ini, jangan kita bergeser dari kepercayaan kita dan iman kita.” Adik saya
tidak sembuh dan dia meninggal di Belford,
AS. Saya pun juga sama seperti itu. Kalau Tuhan mau ambil saya, silahkan Tuhan
ambil saya. Tapi ketika saya bernyanyi, “Kupercaya mujizat.” Saya merenungkan
kalimat itu lalu kalau saya sembuh apa
yang akan saya lakukan. Saya seorang pendeta dan saya berkata,”Kalau Tuhan memang
sembuhkan saya dalam sayangnya, kalau tidak saya tetap setia dan kalaupun Tuhan
sembuhkan saya, maka saya mau pergi ke tempat orang yang orang lain tidak mau pergi.”
Bulan Juli saya bicara dengan dr. Sie di Sangpore,”Dok, saya sembuh.” Dia tidak
percaya. Saya di CT-scan, PET-Scan, endoskopi, biopsi dan hasilnya dibawa ke patologi anatomi UI.
Hasilnya dibawa ke dr Asisa yang terbaik di Indonesia untuk membaca hasil-hasil
lab dan hasil-hasil dari rumah sakit-rumah sakit. Dr. Asisa mengatakan
bahwa pasien ini tidak ditemukan sama
sekali adanya kanker. Hilang semua. Sehingga saya bisa pergi pelayanan ke
mana-mana.
Daud pada akhirnya kembali ke
Yerusalem. Di atas kertas, tidak pernah akan mungkin. Karena pasukan dan rakyat
menyertai Absalom dijanjikan banyak hal. Daud tidak pernah menjanjikannya. Pada
ayat 26 Tetapi jika Ia berfirman, begini:
Aku tidak berkenan kepadamu, maka aku bersedia, biarlah dilakukan-Nya kepadaku
apa yang baik di mata-Nya." Ketika aku berkenan kepadamu, Daud tetap
menerimanya. Kalau Tuhan berkenan, makai a akan kembali lagi ke Yerusalem. Bagi
Tuhan tidak ada yang mustahil tetapi bagi orang percaya juga tidak ada yang
mustahil. Perpaduan antara kita sungguh-sungguh percaya kepada firman Tuhan dan
kedaulatanNya dalam hidup kita bukan meruapakan 2 bagian terpisah tetapi
menjadi 1. Percaya kepada Tuhan Yesus tidak selalu berjalan dalam jalan mulus.
Tetapi selalu ada kebaikan-kebaikan yang
tidak bisa kita ceritakan. Ketika dr Sie dari Rumah Sakit Mount Elizabeth Singapore
bertanya,”Bagaimana mungkin Pdt. Ronny bisa sembuh? Karena di kertas yang dia
tulis kepada saya : minimal 52 kali harus dikemoterapi di Singapore. Saya tidak
punya uang. Sekali saya datang ke Singapore saya tidak bisa sendiri. Sekali
datang tidak bisa datang langsung karena itu harus menginap. 2 malam x 52 kali.
Saya tidak punya uang. Tetapi Tuhan
Yesus memberi jalan yang luar biasa. Iman kita dibangkitkan karena kita percaya.
Markus 7:37 tertulis Mereka takjub dan tercengang dan berkata:
"Ia menjadikan segala-galanya baik, yang tuli dijadikan-Nya mendengar,
yang bisu dijadikan-Nya berkata-kata." Ini menjadi kekuatan bagi saya.
Apapun masalah saya, tiap pagi saya muntah darah. 3 jam sebanyak 15 kali. Tidak
pernah kurang atau lebih dari 15 kali. Sehingga anak perempuan saya (Kezia) berkata,
“Pi sudah 7 kali muntah, masih 8 kali lagi.” Saya tidak berdaya. Kalau bangun
tidur, saya tidak berdaya. Kalau diberi jus, saya muntahkan kembali. Saya
bertanya kepada Tuhan, mengapa harus 15 kali? Di dalam kedaulatanNya, Allah
bisa mengubah segala sesuatu. Allah bisa mengubah orang yang begitu sombong di
hadapannya menjadi rendah hati. Dan Allah bisa mengubah orang yang rendah hati
ditinggikanNya. Jadi itu yang terjadi pada Daud, pada akhirnya Absalom mati. Daud
memang berduka cita mendengar anaknya mati. Hingga
Yoab berkata,”Raja, kami berjalan pulang tidak ada sorak sorai di Yerusalem.”
Daud berkata, Tuhan selalu bekerja dengan cara yang tidak kita pahami”. Setelah
lewat masa dukacita, baru Daud tampil di
hadapan rakyatnya dan mereka bersuka cita secara luar biasa.
Penutup
Pelajaran yang
penting hari ini :
1.
Betapa pentingnya
firman Tuhan dalam hidup kita. Tanpa firman Tuhan, kita tidak bisa berbuat apa-apa.
Gereja , keluarga dan pribadi harus kokoh dalam firman. Dalam Yohanes 15:7
Yesus berkata,”AKu akan memberikan apa saja yang kamu minta” tapi jangan lupa
ada kriterianya “Tinggallah di dalam Akudan firmanKu di dalam kamu maka mintalah
apa saja.” Maka kita tidak punya pilihan bahwa Alkitab adalah sukacita cita
kita , dengan Alkitab kita merayakan hidup kita.
2.
Mempraktekkan
firman Tuhan dalam kehidupan. Seringkali kita menghadapi kesulitan. Saat mau
menjadi baik toko terbakar. Mau menjadi baik papa masuk ICU. Tetapi bukankah
ini ujian untuk kita. Di mana Yesus berkata,”Kalau mau ikut Aku, iring Aku pikul
salib.” Setiap malam saya bernyanyi dengan istri, “Hendaklah kau iring Yesus. Pikul
salib, jangan takut dan gelisah.” Pada waktu saya susah dan mengalami masalah sama
seperti Daud yang kemudian menulisnya dalam Mazmur 121, aku melayangkan
pandanganku ke gunung-gungung dari mana kah akan datangnya pertolongan? Pertolonganku
datangnya dari Tuhan yang menciptakan
langit dan bumi.
3.
Kedaulatan Allah
selalu mendatangkan hal yang baik buat kita. Allah tidak pernah merancangkan hal
kejahatan dan kecelakaan. Saat menghadapi kesulitan seperti kasus Raja Daud sedang
sulit dan air bertumpahan, Tuhan berjanji suatu kali Daud akan kembali ke
Yerusalem.
Kiranya Tuhan Yesus
memberkati kita sekalian. Mari jangan goyah, bangun hidup kita dengan iman
melalui firmanNya. Dan kita percaya atas kedaulatanNya bahwa kedaulatanNya selalu
mendatangkan hal baik dalam hidup kita.