Ev. Susan Kwok
Kisah 16:4-10
4 Dalam
perjalanan keliling dari kota ke kota Paulus dan Silas menyampaikan
keputusan-keputusan yang diambil para rasul dan para penatua di Yerusalem
dengan pesan, supaya jemaat-jemaat menurutinya.
5 Demikianlah
jemaat-jemaat diteguhkan dalam iman dan makin lama makin bertambah besar
jumlahnya.
6 Mereka
melintasi tanah Frigia dan tanah Galatia, karena Roh Kudus mencegah mereka
untuk memberitakan Injil di Asia.
7 Dan setibanya
di Misia mereka mencoba masuk ke daerah Bitinia, tetapi Roh Yesus tidak
mengizinkan mereka.
8 Setelah
melintasi Misia, mereka sampai di Troas.
9 Pada malam
harinya tampaklah oleh Paulus suatu penglihatan: ada seorang Makedonia berdiri
di situ dan berseru kepadanya, katanya: "Menyeberanglah ke mari dan
tolonglah kami!"
10 Setelah
Paulus melihat penglihatan itu, segeralah kami mencari kesempatan untuk
berangkat ke Makedonia, karena dari penglihatan itu kami
menarik kesimpulan, bahwa Allah telah memanggil kami untuk memberitakan Injil
kepada orang-orang di sana.
Pendahuluan
Kalau membaca kitab Kisah Para
Rasul, pasal 1 berbicara tentang Yesus
naik ke sorga, pasal 2 berbicara tentang Roh Kudus turun, Rasul Petrus
berkhotbah dan hari itu 3.000 orang bertobat, maka gereja kecil mulai
bertumbuh. Setiap hari karena kehidupan mereka begitu menggambarkan kasih Tuhan,
maka Tuhan menambahkan kepada mereka banyak sekali petobat baru. Intinya pada pasal
2-15 gereja berkembang walau pada pasal 7 ada penganiayaan yang membuat para
rasul dan orang-orang percaya tersebar dari Yerusalem pergi ke kota-kota lain.
Tuhan tidak menginginkan jemaat Tuhan menjadi eksklusif. Salah satu caranya adalah
melalui penganiayaan yang dimulai dengan dibunuhnya Stefanus (Kisah 7). Tetapi
penganiyaan itu tidak memadamkan semangat penginjilan dan memadamkan Roh Kudus
yang bekerja menjangkau jiwa-jiwa. Gereja tidak mati karena penganiayaan, tetapi gereja semakin
besar ketika ada penganiayaan. Sebaliknya sejarah gereja membuktikan bahwa gereja
akan mati ketika gereja hidup mapan (tenang-tenang saja), hidup stabil, semua
terpenuhi, hidup makmur, tidak ada tantangan yang membuat mereka berteriak minta
tolong kepada Tuhan, saat itu gereja akan melempem dan lama kelamaan mati. Itu
sebabnya gereja perlu dianiaya, tetapi tentu ada dalam ketetapan (rencana)
Allah, Allah yang tahu kapan harus berbuat dan bertindak untuk gerejaNya.
Ketika kekristenan berkembang pesat, maka orang-orang yang percaya kepada
Yesus, bukan saja dari golongan orang Yahudi (ada orang Farisi, ahli Taurat,
suku-suku di Israel) yang bertobat tapi
Injil juga dipercaya oleh orang-orang non Yahudi (orang -orang di luar Israel,
seperti orang-orang Romawi dan Yunani dan bangsa lain).
Tuhan Memberkati GerejaNya yang Bersatu
Tetapi
ada masalah yaitu orang Yahudi sangat ekslusif. Dia tidak memperbolehkan orang -orang
non-Yahudi masuk ke sinagoge (bait Allah) mereka dengan alasan itu hanya untuk
orang Yahudi. Non Yahudi tidak boleh bersama-sama beribadah dengan mereka.
Mereka mengharuskan orang non Yahudi, kalau mau menjadi orang percaya harus melakukan
tradisi-tradisi dan upacara-upacara yang dilakukan oleh orang Yahudi. Mereka
harus melakukan banyak hal supaya mereka nanti menjadi orang Yahudi dahulu baru
mereka bisa menjadi orang Kristen. Itu sebabnya ada istilah yang muncul yaitu baptisan proselit.
Baptisan
proselit adalah ketika orang non Yahudi dibaptis menurut cara Yahudi, maka ia
menjadi orang Yahudi dahulu setelah itu ia baru menjadi orang Kristen dan
diakui sebagai Kristen. Yang kedua harus dilakukan adalah sunat. Orang Yahudi harus
disunat, sedangkan orang non Yahudi tidak mengenal sunat secara lahiriah
(fisik). Mereka mengharuskan orang non-Yahudi disunat terlebih dahulu baru
mereka boleh menjadi Kristen. Maka dalam sidang para rasul dan panatua diputuskan
bahwa orang Kristen non Yahudi tidak perlu disunat dan tidak perlu melakukan
upacara-upacara Yahudi untuk bisa menjadi orang Kristen. Itulah yang di dalam ayat
4 , Rasul Paulus dan Silas membawa misi (keputusan) ini untuk disampaikan ke banyak
gereja pada waktu itu supaya jemaat-jemaat menurutinya. Tugas ini pasti susah ,
karena pikiran orang bermacam-macam, belum tentu mereka mau menerima. Tetapi Paulus
dan Silas sangat antusias. Mereka memasang strategi harus ke kota mana terlebih
dahulu. Mereka berpikir sangat strategis. Mereka menetapkan dan melakukan langkah-langkah
supaya keputusan ini didengar oleh semua orang. Awalnya mereka melakukan
perjalanan-perjalanan itu, semua diberkati Tuhan. Setelah mereka masuk ke kota
A , kasih tahu keputusan-keputusan para rasul, berkhotbah dan menjelaskan, semua
jemaat mendengar dan menurutinya. Maka jemaat pada pasal 5 diteguhkan dalam
iman yang benar (bukan iman berdasarkan tradisi Yahudi) dan semakin lama semakin
bertambah besar jumlahnya.
Pelajaran
yang bisa dipetik, ketika gereja bisa bersatu maka kesatuan itu (visi , misi,
hati , beban, iman) sama-sama mau
bergandengan tangan,berjalan, menuruti iman yang benar maka Tuhan akan
membekati gerejaNya. Tetapi sebaliknya gereja yang tidak bisa bersatu (selalu
cenderung untuk ribut, bertikai) tidak akan pernah bisa menjadi besar, maju dan
di dalamnya berantakan dan orang di luar juga tidak respek dan tidak punya keinginan
untuk masuk ke dalam. Karena baginya, “Dunia sudah susah untuk apa lagi masuk
ke dalam gereja karena akan membuat kepala bertambah pusing”.
Bersatu di Dalam Perbedaan
Ada sebuah cerita (bukan kejadian
sebenarnya). Cerita ini saya baca waktu masih remaja. Ada dua orang ibu yang sedang
ribut di pasar. Sewaktu ribut dan berkelahi , ada seorang teman mereka yang berkata kepada keduanya, “Kalau mau ribut
jangan di pasar. Pasar itu tempat orang untuk berdagang, tempat mencari uang
(rejeki), mencari pelanggan (klien), jadi kalau ribut di sini nanti tidak ada
yang mau belanja”. Akhirnya mereka berhenti dan bertanya, “Kalau begitu kalau
kami ribut, harus ribut di mana?” Dijawab,”Kalau mau ribut, di gereja saja
karena gereja itu memang tempat untuk ribut.” Ini cerita konyol, sinis, tapi
menyindirinya cukup sadis. Ini cerita orang sekuler . Sebenarnya apa yang ingin
mereka katakan? Mereka melihat bahwa di gereja banyak keributan (ribut A, B, C
dsb-nya). Hari ini banyak gereja ribut karena ambisi pribadi atau motivasi yang
tidak benar. Saya tidak bermaksud menghakimi, tetapi ada orang yang marah
karena tidak terpilih menjadi majelis. Berbeda dengan di GKKK Mabes yang susah
mencari majelis. Rupanya ia ada maunya kalau menjadi majelis (ada ambisi
pribadi). Ketika ia tidak terpilih, ia merasa harga dirinya diinjak-injak.
Baginya, menjadi majelis adalah sebuah prestise. Ia tidak mengerti pelayanan. Jadi
majelis itu capai dan perlu banyak pengorbanan. Prestise kalau menjadi majelis,
sepertinya berwibawa dan dihormati orang. Ketika tidak dipilih, dianggapnya teman-temannya
menusuk dari belakang. Rupanya di gereja tersebut, kalau mau ada pemilihan
majelis, seperti pemilihan DPR (walau tanpa politik uang tapi lobbynya kencang).
Menurut peraturan bila ada 5 orang yang mengajukan nama satu orang, maka ia bisa
dipilih. Saya berkata, “Kalau begitu lebih baik jangan ada pemilihan majelis,
karena akan membuat gereja runtuh karena ada ambisi dan motivasi yang lain”.
Gereja menjadi ribut karena ada jemaat ataupun orang yang hadir di gereja memiliki
banyak perbedaan dan mereka menonjolkan perbedaan itu menjadi hal yang paling utama
(bukannya memikirkan bagaimana bekerjasama tetapi mereka mempertajam
perbedaan-perbedaan).
Sekitar 3 bulan lalu, saya
diundang untuk menyampaikan khotbah di salah satu arisan ibu-ibu orang Batak .
Arisan ini dikelola oleh ibu-ibu kaya (The
Haves). Mendengar mereka bicara, saya ternganga. Taraf mereka sangat
tinggi. Ada yang bercerita, “Saya sudah bilang ke bapak saya kalau mau bantu
masyarakat, jangan tanggung-tanggung, Kita buka Pom Bensin di sana, kan di sana
belum ada SPBU.” Sepertinya bicaranya enak sekali. Membuat satu pom bensin
sangat mahal biayanya. Sepertinya mendirikan SPBU sangat mudah. “Setidaknya 7-8
pom bensin kita dirikan”, katanya lagi. Saya tidak betanya darimana uangnya (semoga
uang pribadi). Mungkin ia ingin memberikan shock
therapy agar saya berkhotbah sesuai dengan kemauan dia. Dia berkata,”Saya paling tidak suka di gereja, karena Pak Pendetanya
kuno sekali. Saya sudah berkata, ‘kalau khotbah harus begini-begini’”. “Maksudnya
begini-begini bagaimana?“ tanya saya. “Begini Bu Pendeta. Kalau khotbah, banyaklah
kasih kesaksian orang-orang. Kesaksian orang itu kalau dikhotbahkan banyak membuat
kita semangat. Jangan buka lagi Alkitab.. Alkitab…Alkitab… Alkitab!”. Dalam
hati saya berkata,”Kalau saya hanya kesaksian orang dan tidak kasih Alkitab,
maka lebih baik buat CD atau apa saja. Oh.. mungkin dia mau kasih shock therapy buat saya,” Tetapi saya
berdoa,”’Tuhan tolong saya dengan persiapan yang sudah saya lakukan, karena saya
tidak tahu isi hati dan pergumulan mereka. Ingatkan saya kalau saya harus memberi
contoh atau sesuatu supaya hati saya peka agar firman Tuhan yang disampaikan bisa
masuk ke dalam hati mereka.” Saya tidak mau tertutup dengan masukan yang
diberikan tetapi saya juga tidak ingin
tergoyahkan. Setelah berkhotbah , saya bertanya,”Bagaimana Ibu, apakah
khotbahku kuno atau sudah modern sedikit?” Dia menjawab“Khotbah Ibu pendeta,
sudah lebih sangat modern dibanding Pak Pendeta aku, tapi dibandingkan Pak
Gilbert Lumoindong Ibu belum modern” Saya berkata,”Oh iya, saya tidak kenal
dengan Pdt. Gilbert Lumoindong dan saya hanya
melihatnya di TV”. Orang Batak langsung berbicara jadi kita tidak perlu sakit
hati. Tiap suku memang berbeda, jadi kita tidak perlu baper (bawa perasaan, red) dan sakit hati. Hal itu biasa saja.
Contoh seperti ini bisa membuat
jemaat tidak bisa bersatu. Ada jemaat yang berkata,”Pendeta itu saya tidak saya
suka, ganti dia. Panggil pendeta yang lain.” Kalau datang pendeta yang lain dan
dia tidak suka maka ganti lagi yang lain. Jadi kapan majunya kalau berdasarkan
kesenangan? Pada ayat 4-5 Paulus berhasil datang ke kota-kota yang sudah
ditentukan dan menyampaikan keputusan-keputusan para rasul. Jumlah jemaat bertambah
banyak dan sekarang mereka akan pergi ke
tempat lain . Dikatakan pada ayat 6-7 Rasul Paulus mempunyai rencana yang baik untuk
dari kota kota Frigria menyeberang ke kota Asia . Tetapi Roh Kudus mencegah
sehingga mereka masuk ke Misia dan mau masuk ke kota Bitinia, tetapi Roh Kudus
juga tidak mengijinkan. Jadi sampai 2 kali dikatakan Roh Kudus tidak
mengijinkan (mencegah) mereka masuk ke Asia dan Bitinia. Akhirnya mereka pergi ke
kota Troas. Di kota inilah Paulus mendapat penglihatan tentang suara dari
seberang yaitu Makekonia.
Kekosongan yang Harus Diisi Tuhan Yesus
Makedonia
adalah kota yang penting waktu itu karena Makedonia adalah suatu propinsi (daerah) yang besar dengan
ibukota Filipi. Ratusan tahun kota Makedonia telah menjadi pusat kekuatan
militer untuk penjajah (Romawi) jadi bukan kota sembarangan yang bisa dimasuki.
Orang-orang yang hebat ada di sana. Pasti banyak jendral dan pasukan. Kota ini
adalah pusat budaya Yunani. Walau sudah diruntuhkan oleh Romawi, tetapi secara
budaya Yunani tidak bisa diruntuhkan. Sehingga kebudayaan Yunani (helenisme),
sekalipun penjajahnya Romawi tetapi cara berpikir, filsuf-filsuf yang ada dan
budaya yang ada kiblatnya ke Yunani. Sehingga bahasa pasarannya adalah bahasa Yunani bukan bahasa Romawi sehingga
Yesus terkadang masuk ke bahasa Yunani. Perjanjian Baru juga diterjemahkan ke bahasa Yunani karena budaya
Yunani begitu hebat mencengkram. Intinya, Tuhan menyuruh dia untuk datang ke
Makedonia, melalui satu penglihatan di mana ada seorang yang berkata, “Menyeberang
ke mari dan tolonglah kami.” Ini sesuatu yang luar biasa. Orang-orang di sana bukan orang sembarang, akan banyak
orang hebat, pintar, berbudaya, berilmu tinggi, tetapi mereka perlu untuk
ditolong. Mereka mempunyai kekosongan yang tidak bisa diisi baik oleh kekuatan
militer dan kepintaran yang ada. Ada kekosongan yang tidak bisa diisi kecuali
oleh suatu pribadi yaitu Yesus Kristus!
Ada satu pelajaran untuk kita
semua yaitu manusia sepanjang zaman di dunia memiliki suatu kekosongan yang tidak
bisa tidak harus diisi oleh satu pribadi yaitu Yesus, baru ia tidak merasa
kosong lagi. Ilmu , kekayaan, kedudukan dan kekuasaan tidak bisa menggantikanNya
dan Allah tahu itu. Manusia sekalipun tidak
menyadari atau tidak mau mengakui kekosongan, namun Allah tahu kekosongan itu ada
dan harus diisi. Itu sebabnya Allah dalam mimpi memberitahu Paulus untuk
membawa Injil kepada orang-orang yang ada di sana. Paulus punya rencana yang strategis,
ia bukan orang bodoh tetapi orang pintar. Ia pemimpin yang hebat dan bukan
pemimpin tanpa perencanaan. Ia tahu rencana, tujuan dan cara mencapainya. Tetapi
kita lihat di sini sampai 2 kali Roh Kudus mencegah dan tidak mengijinkan, dan kepekaan
Rasul Paulus sangat tajam sehingga ia tidak jadi datang ke tempat yang tidak
diijinkan tersebut. Rencananya sebagai manusia adalah hal yang penting. Namun bagaimana
rencana dia harus dipadukan (dikombinasikan) dengan apa yang Allah mau. Ia tahu
Allah sedang mengintervensi dan memberi dia tugas khusus untuknya. Di sini
kepekaan dia sebagai seorang rasul ditampakkan dan dibuktikan luar biasa. Sehingga
akhirnya ia yakin bahwa mereka akan ke Makedonia (ayat 10b kami menarik kesimpulan, bahwa Allah telah memanggil kami untuk
memberitakan Injil kepada orang-orang di sana).
Setiap kita perlu membuat rencana
dalam hidup tetapi kita perlu kepekaan dari Allah. Tidak semua rencana kita
bisa dijalankan dan selaras dengan maunya Tuhan. Kadang bisa selaras kadang
berbeda. Kadang Allah perlu membelokkan dan menyetopnya. Tidak ada rumus yang
mudah untuk mengetahui apa yang Allah mau dalam hidup saya. Tidak ada generalisasi
, tidak bisa kita mengambil kesimpulan umum bahwa setelah begini pasti begitu.
Itu sifatnya pribadi sekali dan sifatnya adalah hubungan yang hidup dengan
Tuhan. Masing-masing pribadi perlu tahu maunya Tuhan apa dengan saya. Hanya
saya yang harus bergumul , punya hubungan dengan Tuhan untuk mengetahui maunya
Tuhan. Kita harus punya hubungan dengan
Tuhan, tidak bisa mengikuti yang lain. Apa yang Tuhan mau untuk dia tidak sama dengan
yang lainnya untuk pergumulan pribadi masing-masing. Sehingga hubungan yang
hidup dengan Allah sangat penting.
Hubungan yang hidup
Paulus, Lukas, Timotius, Silas
yang ada dalam perjalanan misi yang
kedua ke Makedonia, mempunyai hubungan yang hidup dengan Tuhan. Hubungan yang
hidup artinya hubungan yang bukannya ritual tetapi bersifat spiritual. Bukan
sekedar ibadah, upacara, sekedar pergi ke gereja lalu selesai, tetapi bagaimana
dan apa yang sudah dilakukan secara ritual, seremonial, ibadah , harafiah dan
tampak luar, betul-betul dijalankan di dalam keseharian dan dalam seluruh aspek
hidup kita. Bukan sekedar membaca Alkitab dari kitab Kejadian sampai kitab Wahyu
tetapi bagaimana menghidupi firman Tuhan untuk kita dalam kehidupan
sehari-hari. Bukan sekedar menghafal ayat Alkitab tetapi tidak menghidupinya.
Bukan hanya sekedar datang ke gereja, tetapi sehari-harinya berbeda. Bukan hanya
untuk hidup pribadi, tetapi juga untuk hidup sesama, pelayanan, keluarga dan komunitas.
Itulah hubungan yang hidup. Allah memakai orang-orang yang berbeda. Paulus
berbeda dengan Lukas, Timotius, Silas, tetapi perbedaan itu bisa disatukan
karena punya hati yang sama yaitu hati
yang mau menyeberang menolong orang. Hati yang seperti hati Allah yang ingin
menolong orang lain. Orang sering berkata,”Kita bisa menolong orang dan mau
menolong orang ketika sudah tahu indahnya dan petingnya ditolong orang” Kalau
kita tidak tahu itu maka sulit untuk menolong orang lain. Kalau kita menghidupi,
tahu dan sadar bahwa keselamatan itu anugerah maka kita punya hati untuk membagikan
itu kepada orang lain.
Minggu lalu kami (saya dan mu shi)
berlibur ke Bali dengan suami-istri jemaat gereja lain. Mereka senang bisa berbincang-bincang
dengan kami. Suaminya walau sudah berumur tetapi masih sigap, senang jalan-jalan
dan kesukaannya makan daging babi! Setiap hari kami makan daging babi, sehingga
saya sampai berkata,”Aduh Pak, kalau kita lama-lama di Bali, kita bisa ke-babi-an.
Lebih baik makan yang lain.” Namun waktu makan tetap babi lagi, saya sampai sudah
mual. Sehingga kalau makan babi, saya bagi berdua dengan mu shi. Dia begitu suka
dengan makanan babi sehingga begitu sampai dan mendarat di Bali , dia langsung
mencari makanan babi. Terus makan babi membuat saya mual, sehingga berapa hari
ini saya berhenti dahulu makan babi. Selain itu ia juga senang dengan berenang,
tetapi ia maunya berenang di pantai. Padahal
di hotel ada kolam renang yang bagus dan besar. Ia berkata, “Setelah renang di
laut lalu naik ke gunung.” Waktu sampai di pantai, anginnya kencang sehingga
diingatkan agar jangan berenang ke tengah (ada batas berupa bendera yang tidak boleh dilalui, namun saat
renang batasan ini terkadang tidak disadari). Tetapi Bapak tersebut dan mu shi berdua
tetap mau berenang. Sebelum berenang , kacamata mu shi dititip ke saya, jadi
saat renang pandangannya buram. Saya hanya bercakap-cakap dengan istrinya yang
suka bercakap-cakap. Istrinya sambil bercakap terus melihat ke suaminya. Ia kemudian
berteriak-teriak ke suaminya walau jaraknya jauh, “Papa!! Naik!! Naik!!” Saya
tertawa saja karena yakin suaranya tidak akan terdengar. Ia berkata,“Bu Susan,
lihat mereka tambah ke tengah” Saya pun memperhatikan dan benar saja yang
terlihat hanya tangan mereka saja padahal tidak ada lagi ombak besar yang membawa
mereka ke pantai. Sebaliknya ombak malah membuat mereka bertambah jauh ke
tengah. Hati saya menjadi tidak tenang. Karena tidak ada jalan pintas
memberitahu mereka, saya ikut berteriak, “Naik!! Naik!!” Mendengar teriakan
saya, barulah penjaga pantai mengeluarkan dan membunyikan pluit. Akhirnya ada
wisatawan asing yang membantu mereka ke pantai. Ternyata mereka benar-benar sudah
terseret ke tengah. Mereka berdua
sempoyongan setelah diselamatkan. Kondisinya memang berada dalam keadaan, “nyawa
sudah di ujung tanduk”. Dalam kondisi seperti ini, baru manusia merasa sedang
genting dan perlu diselamatkan.
Penutup
Siapa di antara kita yang punya
hati Allah yang peka? Hati yang bisa membuat telinga kita mendengar teriakan
orang ataukah kita hanya duduk diam, memberikan teori atau berbicara saja dan
tidak melakukannya? Saat mendengar permintaan tolong orang Makedonia , Rasul
Paulus pun bertindak dengan datang ke Makedonia. Mungkin ada di antara keluarga
kita, orang-orang dekat yang belum percaya.
Ada kekosongan dalam diri mereka dan hanya ada satu pribadi yaitu Yesus Kristus
yang bisa menolong. Maukah kita datang kepada mereka dan menyampaikan Injil
untuk menolong mereka?
No comments:
Post a Comment