Pdt Imanuel Adam
Matius 28:19-20
19 Karena itu
pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa
dan Anak dan Roh Kudus,
20 dan ajarlah
mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan
ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."
Perintah untuk Mengabarkan Injil
Apa yang tertulis dalam nats Matius
28:19-20 (Amanat Agung untuk memberitakan Injil) adalah perintah bukan undangan. Kalau sebagai
undangan maka orang yang diundang boleh datang atau tidak (mau melakukannya
atau tidak) karena tidak menjadi masalah.
Tetapi karena bersifat perintah, maka orang yang menerimanya mau tidak mau
harus tunduk dan melakukannya. Kalau dikatakan “memberitakan Injil adalah
keharusan”, lalu mengapa kita harus memberitakan Injil? Ada apa di dalam Injil
itu? Injil itu adalah kabar sukacita. Apa yang membuat kita bersukacita saat
mendengar Injil? Agar kita boleh menjadi orang yang memberitakan Injil (kabar
sukacita), maka dalam diri kita harus ada sukacita terlebih dahulu.
Terdapat perbedaan dalam Allah
menciptakan alam semesta dan manusia. Saat menjadikan alam semesta dan binatang,
Allah “hanya” berfirman (mengucapkan)
kata “Jadilah…” maka apa yang difirmankannya terjadi. Namun saat mencipta
manusia, Allah membuat gambar terlebih dahulu. Ibarat orang ingin membangun
rumah, ia membuat gambar (rancangan, denah, sketsa) rumahnya terlebih dahulu di
mana ada dapur bersih, dapur kotor, ruang tidur, ruang keluarga, ruang makan,
ruang tamu dan lainnya yang mencerminkan apa yang saya rindukan dan sukai (mau).
Semuanya sudah digambar terlebih dahulu. Gambar adalah cermin dari pikiran, jadi
nanti rumah yang dibuat akan seperti gambar yang dibuat. Dengan demikian setelah
rumahnya jadi, kita akan merasa nyaman saat memasukinya. Demikian pula saat menciptakan
manusia, Tuhan menciptakannya sedemikian rupa agar Ia bisa tinggal di dalamnya
dan Tuhan tidak pernah menciptakan kerbau (binatang atau mahluk lain) sesuai
gambar dan rupa-Nya karena Tuhan tidak ingin tinggal di sana. Tuhan hanya mau
tinggal di ciptaanNya yang dirancang sedemikian rupa sehingga Ia bisa tinggal
dan hadir di sana. Bila dikatakan “Aku (manusia) ciptaan Tuhan” maka di dalam
diri dan tubuh kita ada tempat tinggal untuk Tuhan (itu kerinduan Tuhan). Tuhan
ingin tinggal karena begitu ada, kita adalah ciptaanNya yang mulian, sangat spesial (khusus)
dan menyenangkan hatinya.
Manusia Diciptakan untuk MenyenangkanNya
Kita
adalah orang yang diciptakanNya untuk menyenangkanNya. Bila seorang anak lahir
dan hidupnya bertolak belakang dengan apa yang kita mau, maka kita tidak akan
menyukainya dan sebaliknya. Saat saya pulang ke rumah, anak perempuan saya yang
masih kecil datang menyambut lalu mengambil tas saya dan menyeret-nyeretnya
untuk ditaruh di tempat saya biasa menaruhnya. Melihat apa yang dilakukannya,
anak ini menyenangkan saya. Setelah saya duduk, ia pun ke dapur, mengambil
gelas yang relatif besar untuk usianya yang lalu diisinya dengan air dan
selanjutnya diberikan kepada saya. Sungguh anak yang menyenangkan hati saya dan
saya pun merasa sangat bahagia punya anak seperti itu. Demikian pula ketika manusia
berbuat sesuatu sesuai dengan apa yang dirindukan dan menyenangkan hati Tuhan,
maka Dia akan bersukacita. Tuhan tidak ingin ciptaanNya binasa (rusak). Tuhan
menjadi sangat marah ,ketika pikiran manusia tidak seturut pikiran Tuhan. Maka
sebagai mahluk ciptaanNya, kita patut berkomitmen,”Tuhan, mulai detik ini aku
sepikiran dengan Tuhan!” Ketika kita tidak sepikiran dengan (sesuai kerinduan) Tuhan,
hal itu dikatakan oleh Alkitab sebagai dosa. Jadi dosa adalah bila kita tidak
mau sepikiran dengan Tuhan.
Yeremia 17: 5 Beginilah firman TUHAN:
"Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan
kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN! Terkutuklah (sesuatu yang Tuhan tidak kehendaki) untuk
orang yang mengandalkan diri sendiri dan tidak sepikiran dengan Tuhan. 6 Ia
akan seperti semak bulus di padang belantara, ia tidak akan mengalami datangnya
keadaan baik; ia akan tinggal di tanah angus di padang gurun, di negeri padang
asin yang tidak berpenduduk. Dikatakan orang ini akan seperti semak bulus
di padang belantara, menjadi busuk, ia tidak akan mengalami datangnya keadaan
baik. Ia tidak mungkin menerima keadaan yang baik. Ia akan tinggal di padang
gurun dan menyusahkan hidupnya. Di padang yang terasing dan sendirian menjalani
hidup. Itu orang yang terkutuk. Ada gula dan ada semut. Itu hukum dunia. Bila kita
punya sesgala sesuatu, semua akan berusaha mendekat. Namun sebaliknya bila
semuanya diambil Tuhan, siapa yang menolong kita? Artinya binasa. 7
Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada
TUHAN! Ayat 7 artinya pikiran dan hatinya tertuju pada Tuhan. 8 Ia
akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya (berpegang
pada Tuhan) ke tepi batang air, dan yang
tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak
kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah. Artinya
manusia mengandalkan Tuhan, saat mengalami datangnya panas terik maka ia tidak
mengeluh karena ia tahu Tuhan adalah Tuhan yang setia dalam hidupnya . Daunnya
tetap hijau artinya ia merasa damai dalam hidupnya walaupun gajinya dicopet
orang, ia tetap damai dan merasa sukacita.
Suatu kali saat saya datang ke
gereja, ada seorang panatua (majelis) menghampiri saya dan memberikan uang jaminan
hidup untuk satu bulan (honorarium, tidak disebut sebagai gaji). Dikatakan “jaminan
hidup” berarti hidup seorang pendeta
(hamba Tuhan) hanya dijamin oleh Tuhan melalui gerejaNya. Saat hamba Tuhan
dipanggil untuk melayani suatu gereja, maka ia ditanya berapa jaminan hidup di
gereja sebelumnya, dan diusahakan tidak kurang. Apabila kurang, maka majelis merapatkannya
dahulu agar dapat disesuaikan. Namun sebagai hamba Tuhan bukan besarnya
tunjangan hidup yang menjadi alasan utama dalam pelayanan di suatu gereja dan
tidak terlalu mempermasalahkan besarnya tunjangan tersebut. Walau jumlah yang
diterima terlalu kecil, seorang hamba Tuhan tidak boleh terlalu
mempermasalahkannya. Apapun yang terjadi dalam hidup tetap mengucap syukur.
Lalu saya meletakkan uang itu di kantong celana. Sesampai di Grogol menuju
Taman Ratu. Orang di depan saya , suami istri dirampok. Karena cincin yang
tidak mau diberikan, lalu dipotong jarinya.
Sewaktu cincin itu diketahui palsu, orang perampon disuruh telan.
Setelah itu ia beralih ke saya dan ternyata ia dapat menemukan uang jaminan
tersebut dan mengambilnya. Habislah uang jaminan itu. Bagaimana mau hidup
sebulan itu? Sesampai di rumah, istri berkata, “Tadi panatua menelpon dan
mengabarkan bahwa sudah diberikan jaminan hidup. Di mana?” Saya jawab,”Habis!”
Istri saya bertanya lagi,”Habis kemana Pi?” “Ditodong”jawab saya. Istri saya
mengira saya bercanda, saya katakana,”Sungguh ditodong” dan saya pun menceritakan
peristiwanya. Istri saya berkata,”Ya sudah. Masih saya sedikit simpanan untuk
hidup setengah bulan” Maka hidup pun dijalankan. Namun, apa yang tidak pernah
saya pikirkan dan harapkan, Tuhan sediakan. Dari hari ke hari ada saja tetangga
yang datang. Ada yang masak sayur asam kelebihan dan mengirim kepada kami
sebagian. Puji Tuhan, lepas hari itu. Ada saja yang memberi yang lain-lain.
Dalam sebulan kami bisa makan, minum , melakukan segala aktifitas, bahkan untuk
uang sekolah ada saja berkat Tuhan. Bulan berikutnya, saat diberikan jaminan
hidup oleh panatua, saya simpan dengan hati-hati dan diikat. Di bulan itu tidak
ada lagi yang memberi sayur dan ini-itu.
Jalani dan Alami Terlebih Dahulu Kebaikan Tuhan
Firman
Tuhan mau mengatakan, “Cukuplah kasih karuniaKu padamu”artinya bersyukur dan
lihat, alami apa yang Tuhan sudah
lakukan dalam hidup kita. Sukacita berarti kita tahu siapa Tuhan. Sukacita
artinya memahami dan mengalami pekerjaan-pekerjaan Tuhan yang sangat luar biasa
dalam hidup kita. Saya hanya bisa
mengatakan Tuhan itu baik , kalau kita sudah mengalaminya. Jadi jalani dan
alami Firman Tuhan. Orang yang mau mengabarkan Injil, berarti ia telah
mengalami Injil itu dan hidup di dalamnya. Yesaya
55: 11 demikianlah firman-Ku yang keluar dari
mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan
melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan
kepadanya. Ketika diamine, Firman itu
akan bekerja dan akan berhasil. Tuhan ada dan hadir dalam hidup kita dan akan
menimbulkan damai dan sukacita yang luar biasa. Sehingga Yeremia 17:8 8 Ia
akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya (berpegang
pada Tuhan) ke tepi batang air, dan yang
tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak
kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah. Saya
sedih mendengar gereja-gereja di Eropa banyak yang tutup karena dunia tidak
suka dengan Injil. Dunia tidak suka dengan sukacita Tuhan, tetapi suka dengan
sukacitanya sendiri. Dunia sangat banyak menangkap dan memahami apa yang
menjadi pergumulan manusia dan disiapkan solusinya.
Contoh saya memiliki 2 anak yang
terdiri dari satu anak laki-laki dan satu anak perempuan, keduanya sudah
bekerja. Saya selalu mengajarkan ke anak laki-laki saya untuk tidak pacaran
sebelum selesai menempuh pendidikan. “Mengapa papi kasih aturan macam-macam?”
anak saya bertanya. Saya jelaskan,”Karena dulu papi pacaran sambil sekolah hasilnya
berantakan. Jadi papi tidak mau kamu seperti itu.” Suatu malam saat bersama
dengan anak laki-laki, saya bertanya kepadanya,”Kamu sudah umur berapa sekarang?”
Dijawabnya,”29 tahun Pi”. “Cari jodoh?”kata saya. Dijawabnya lagi,”Tidak ada
waktu Pi. Coba bayangin saja, saya pulang pk 10 malam dan paling cepat sampai
di rumah pk 11.30, kalau cepat pk 11. Kapan saya cari jodoh pi? Jadi yang saya
lakukan, saya buka internet, mana yang sesuai. Papi juga tolongin saya, bila melihat
ada yang sesuai tolong WA saya.” Saya berkata, “Kamu macam-macam saja.” Dunia
menangkap persoalan anak-anak sekarang tersebut dan menyiapkan biro jodoh. Biro
jodoh ada di mana-mana. Di Kanada ada biro jodoh (Rose Brides) yang sangat berpengaruh
sampai di Amerika dan masuk Australia. Di Indonesia biro tersebut tidak masuk
karena beberapa Lembaga kemasyarakatan di Indonesia menolak. Di Lembaga biro
jodoh ini banyak ahli seperti psikolog,
teolog (pendeta), ahli medis dan ahli hukum. Jadi kalau mau cari jodoh, harus
ambil cuti lalu pergi ke Kanada. Hari pertama bertemu suatu kelompok dan ditest
untuk melihat karakter, kepribadian, penyakit yang mungkin timbul di masa
mendatang, pasangan seperti apa yang
cocok yang bisa memahaminya dan mempunyai karakater yang cocok. Lalu dipilihkan
oleh mereka. Lalu sang pencari jodoh tinggal dengan pasangan yang dipilihkan
biro tersebut selama 3 minggu. Setiap hari apa yang terjadi, harus
diberitahukan dan dikonsultasikan ke tim. Apa yang menjadi kekurangan
diperbaiki. Kalau dalam waktu 3 minggu tidak bisa menyatukan hati, maka perjodohan
diputus dan dicari kembali calon yang lain, lalu tinggal lagi bersama selama 3
minggu. Bila ini terjadi, maka pernikahannya seperti apa? Belum lagi, sekarang
ada yang membicarakan tentang three ways.
Latar belakangnya : tidak mungkin seseorang menceritakan segala sesuatu kepada
istri. Kalau diceritakan, ia akan sakit hati. Ada hal-hal yang lebih baik dipendam,
maka ia diijinkan punya sahabat (wanita lain) yang sah secara hukum. Saya bisa
curhat dengannya dan melakukan hubungan seks dengannya. Ia bahkan bisa
mempunyai anak dengan ‘sahabat’ tersebut. Ia pun tidak boleh marah bila istrinya
mempunyai ‘sahabat’ yang lain karena sah secara hukum. Dunia mau dibawa ke
mana?
Kita yang sudah menikah mungkin
tidak akan mengalami hal seperti ini, namun anak dan cucu kita menghadapi
situasi-situasi seperti ini karena rasa takut, khawatir dan kering rohani.
Gereja ditinggalkan karena tidak memberi jawaban yang diinginkan. Padahal
pernikahan adalah perjalanan bersama antara saya, pasangan dan Tuhan. Di situ
kita bergumul dari hari ke hari. Semakin hari hubungan ini akan semakin dewasa.
Ini semua membutuhkan proses namun sekarang tidak bisa begitu (semua serba
instan). Inilah dunia. Kalau begitu, bagaimana saya bisa mengalami Injil itu
hadir dalam dunia seperti ini? Perintah : terobos situasi itu dengan imanmu
kepada Tuhan. Jangan katakan,”Ah orang Kristen mengatakan iman-iman terus”.
Iman itu punya kuasa dan kekuatan karena lahirnya dari dalam (bukan digerakkan
dari luar). Yang menggerakan adalah RohKu akan diberikan kepadamu dan akan tinggal
di dalammu (yang menggerakkan iman adalah roh). Ia memampukan kita untuk
menerobos apa yang menurut dunia ini tidak mungkin.
Pengalaman Bersama Tuhan Membuat Kita Tegar
Suatu kali anak saya yang besar bekerja
di marketing berkata, “Pi tolong doakan saya karena target (sekitar Rp 400
juta) belum tercapai.” Saya pun mendoakannya dan akhirnya targetnya tercapai di
akhir bulan. Ia pun mengucapkan terima kasih. Saya mengingatkan, “Tetapi kamu
harus berdoa dan harusnya kamu bergumul denganNya.” Seminggu kemudian saya
lihat ia sedang cemberut sehingga saya menanyakan masalahnya. Rupanya dia
sedang kesal dengan atasannya yang juga orang Kristen. “Ada-ada saja atasan
saya, Ia memanggil saya dan bertanya apakah saya anak pendeta?” Anak saya
bingung apa hubungan pekerjaan dengan pendeta namun menjawab,”Saya membenarkan
papi memang seorang pendeta tapi bukan saya.” Atasannya berkata,”Firman Tuhan
berkata, bagi Tuhan tidak ada yang mustahil bukan?" Anak saya menjawab,”Amin!”
Atasannya kemudian menambahkan,”Jadi target kamu saya naikkan jadi Rp 1,7
miliar!” Sehingga anak saya menjawab,”Apa tidak keterlaluan. Ini ketinggian”
Atasannya menambahkan,”Kamu kan anak pendeta, imanmu lebih kuat dari saya.”
Berapa bulan lalu saja targetnya Rp 400 juta, tetapi sekarang jadi Rp 1,7
miliar di akhir Desember 2017 dan harus tercapai!” Saya menimpali,”Bukannya
kamu bilang amin bagi Tuhan tidak ada yang mustahil?” Anak saya berkata,”Benar.
Tapi bukan untuk urusan ini!” Saya katakan, “Otakmu harus dibersihkan. Karena
kamu mendengar kata Tuhan bukan kata-kata orang. Sekali-kali Tuhan tidak akan
membiarkan engkau dan meninggalkan engkau! Jangan katakan,’Tuhan di mana engkau,
kenapa tidak mendengar doaku? Tuhan tidak pernah meninggalkan kita.” Manusia
yang biasa meninggalkan Tuhan dengan pikiran-pikrannya. Pada bulan November
saya bertanya, “Ko, sudah mencapai berapa?” Ia menjawab,”Baru Rp 340 juta.”
Sekarang bapaknya yang bergumul. Saya katakan,”Jalankan saja.” Tanggal 4
Desember saya kembali bertanya dan ternyata walau hasilnya sudah hampir Rp 500
juta tetapi waktunya hanya tinggal 2 minggu lagi sepertinya tidak sampai Rp 1,7
miliar. Saya menasehatkan dia untuk mengatakan kepada atasannya,”Katakan bahwa Tuhan
sudah memberikan kemampuan dan kekuatan yang maksimal dan hasilnya seperti ini.
Bosmu orang Kristen kan? “ Ia menjawab,”Ya Betul! Orang gereja dan panatua” Saya
menambahkan,”Ia akan memahami. Imani dan jalani sampai akhirnya dan lihatlah
ujungnya Tuhan. Jangan melihat ujungnya sendiri karena akan kecewa.”
Pada
tanggal 14 Desember 2017, setelah selesai rapat dengan majelis jemaat pk 20 anak
saya menelpon. “Pi, sudah selesai rapat di gereja? Mau melakukan apa lagi di
gereja? Setelah dari sana mari kita nongkrong.” Saya tahu kalau dia bilang
nongkrong, saya yang bayari makannya. Anak saya berkata lagi,”Nanti pulang
sama-sama”. Saya pun memenuhi keinginannya. Sesampai di tempat yang dijanjikan,
saya ditanya,”Mau ngopi? Sekalian makan saja, kan sudah malam.” Saya pun melihat
menunya. Makanan daun-daunan saja paling murah Rp 80.000, sedangkan makanan
daging sekurangnya Rp 200.000an, akhirnya saya berkata,”Minum saja.” Anak saya
berkata,”Jangan takut Pi! Pesan saja, nanti saya yang bayar. Hamba Tuhan harus
kenyang agar pelayanannya maksimal.” Lalu dia melanjutkan,”Waktu tadi pagi
ibadah, telpon berbunyi dan saya lihat dari bosku, sehingga saya bergumul mau
angkat tidak? Saya ingat pesan papi,’Kalau lagi ibadah, selain Tuhan yang
telpon jangan diangkat dan setelah itu baru hubungi dan sampaikan ‘Maaf saya
tadi sedang ibadah’. Selesai kebaktian, saya menelepon bos. Ia berkata,’Telpon nih
ada 2 pembeli yang mengejar-ngerja saya.’ Lalu saya telpon pembeli yang satu
yang berkata, ‘Dari tadi ditelpon, kenapa tidak diangkat teleponnya? Tolong
diisi gudang saya. Setelah dijumlah nilai pesanannya Rp 1,4 miliar. Demikian
juga dengan pembeli yang kedua. Nilai pesanannya juga delapan ratus juta. Jadi
akhirnya semuanya Rp 2,2 miliar belum lagi ditambah dengan pesanan yang sebelumnya.”
Pantas dia berani ajak makan di Grand Indonesia karena bonusnya besar. Saya
berkata,”Maka tuh lihat ujungnya. Ketika kamu setia maka Tuhan setia kepadamu,
kalau kamu tidak setia, maka Tuhan menangis karena,”Kenapa kamu tidak setia?”
Kalau kamu katakan tidak mungkin, Tuhan mengakakan, ‘Mengapa anak ini tidak
percaya ya?’ Aku di dalam dia dan dia di dalam Aku.” Masalahnya apapun di dunia
ini bisa diselesaikan bersama Tuhan. Masalahnya adakah ruang buat Tuhan untuk
bergumul bersama? Tuhan ingin mengatakan,”Benar! Bagi Tuhan tidak ada yang
mustahil.”
Pengalaman seperti ini membuat
kita tetap tegar berdiri menghadapi di masa depan, walau kita tidak tahu apa
yang akan terjadi di masa depan. Bagi yang mempunyai anak yang usianya sekitar 25-30
tahun, kira-kira menantu seperti apa yang diidam-idamkan? Ada yang berkata,”Takut
akan Tuhan, kaya dll”. Kalau punya anak
perempuan yang membawa teman prianya lalu berkata,”Papi mami ini calonku.” Oleh papi-maminya akan ditanya,”Asalnya dari
mana?” Dijawab,”Dari Cirebon”. “Tinggal di mana?” Dijawab,”Kebetulan ada teman
yang punya apartemen tapi tidak mau tinggal sendiri di apartemen,jadi saya
tinggal bersamanya”. “Oh numpang. Lalu kerja apa?” Dijawab,”Sudah 4 tahun,
tidak dapat-dapat.” “Orang tua masih
kerja di Cirebon, Cirebonnya di mana?”
Dijawab,”MT Haryono.” “Di mal?” “Bukan! Tetapi
masuk ke dalam.” “Orang tua masih kerja?” “Sudah pensiun.” “Anaknya ada berapa?”
“7 orang dan saya yang pertama.” Ketika kita berpikir tentang apa yang
dikehendaki dan apa yang kita pikirkan tidak terjadi dalam hidup, apakah kecewa?”
Saya
punya seorang teman pendeta yang pelayanannya luar biasa. Anaknya dari kecil
sudah ikut persekutuan dan pelayanan dari Sekolah Minggu sampai kuliah. Suatu
kali anaknya datang,”Pi, kami sudah sepakat mau menikah.” Selama ini teman saya
hanya melihatnya datang dan berbincang bersama. “Kapan mau menikah?” tanyanya. Lalu
disebutkan tanggal, bulan dan tahunnya. “Mau diberkati di mana?” tanyanya lagi.
Dijawab,”Bukan, Pi. Ia bukan orang Kristen, tetapi yang di ‘seberang’.” Kalau
kita berada di posisi teman saya itu, bagaimana jadinya? Pasti malu karena
anaknya adalah anak seorang pendeta. Nanti
ketika jemaat bertanya tentang anaknya, ia harus menjawab bagaimana? Maka ia
berkata,”Jangan Nak! Pikirkan kembali karena tidak baik.” Anaknya menjawab,”Betul
yang Papi ngomong. Tapi ini pilihanku, kalau tidak sama dia, saya tidak akan
kawin seumur hidup!” Ini pilihannya, mau bicara apalagi? Setelah anaknya
menikah, pendeta ini kalau ketemu jemaat akan menghindar ke tempat lain. Ia
merasa bebannya berat. Saya katakan, “Jalani saja!” Kita perlu koreksi diri
kita, bila ada yang tidak benar perlu dibenahi. Untuk saya pribadi, selama kita
hidup berarti itu kesempatan bagi kita untuk berubah. Mari balik lagi dan bantu
dia dalam doa. 4 tahun pernikahan anaknya melahirkan seorang bayi dan pada
tahun keenam suaminya kawin siri. Anak pendeta ini tidak mau dimadu dan akhirnya
dicerai. Ia tinggal dengan teman saya bersama
cucunya. Ia tidak pernah bisa membayangkan kehidupan anaknya di masa depan
seperti ini. Namun terkadang diijinkan Tuhan, agar kita belajar tidak konyol
lagi dalam hidup. Sampai saat ini saya seringkali guyon dengan anaknya, “Mau menikah
lagi? Mumpung masih muda.” Dia menjawab,”Om mengajarkan hal yang tidak beres
nih. Kan firman Tuhan berkata,’Apa yang
disatukan Tuhan tidak boleh diceraikan manusia! Jadi saya akan tetap bertahan” “Lalu
bagaimana masa depan kamu?” tanya saya. Dia menjawab,”Saya percaya, dari
kesalahan-kesalahan saya , saya mau bersandar pada Tuhan. Om dulu pernah mengajarkan,
‘Jangan pernah menyerah dalam hidup ini tetapi berserah.’ Seperti lagu ‘Berserah
kepada Yesus’. Selama hidup , Tuhan bisa memberikan kemampuan kita untuk berubah.”
Pengalaman ini menjadi pelita yang luar biasa.
Jangan Malu dengan Masa Lalu, Beritakan Injil
Ada sebuah dorongan untuk berbicara
tentang kasih, kebaikan dan kuasa Tuhan yang kita alami kepada orang-orang di
sekeliling kita. Tidak perlu malu dengan masa lalu yang pernah dialami karena
kita adalah ciptaan yang baru, yang lama sudah berlalu. Saya tidak malu tentang
masa lalu karena memang pernah terjadi. Orang akan melihat dari buahnya bukan dari
masa lalu. Saya dulu paling takut kalau anak saya bertemu dengan teman-teman
saya. Tapi ajaib Tuhan izinkan hal itu terjadi. Waktu anak saya masih remaja,
saya membawanya ke Bandung bersama istri saya lalu bertemu dengan omanya dan berkumpul dengan teman-teman saya. Seorang
teman saya bertanya,”Kamu anak Imanuel ya?” lalu ia menceritakan kelakuan buruk
saya di masa lalu. Di situ ada istri
saya dan hanya bisa melongo. Namun anak saya berkata,”Om, Papi sudah menceritakannya.
Papi sudah katakan,’Jangan seperti papi di masa lalu’ Tidak ada berkat
pertolongan Tuhan dan yang ada adalah rusak”. Teman saya hanya bisa berkata,”Oh
papamu sudah cerita? Hebat! Saya saja tidak berani cerita ke anak!” Jangan malu
dengan masa lalu karena itu sudah berlalu, Tuhan tidak mau kita mengingat masa
lalu dan kesalahan kita. Masa lalu tidak membuat kita berjalan ke depan. Walau zaman
sekarang kalau masa lalu berperan sangat luar biasa. Dengan maraknya penggunaan
WA, saya juga diundang di group teman-teman SMP. Begitu diundang, ada seorang
teman yang bertanya,”Eh kamu tahu tidak ada Mercy yang dulu kamu dekati.” Kenangan
masa lalu yang tidak ingin diingat, ternyata dibangkitkan lagi sehingga kita bisa
jatuh dalam dosa. Itu sebabnya firman Tuhan berkata untuk bijak. Karena harus
bijak, saya pun keluar dari group itu. Bergabung dengan group WA, terkadang
membuat kita repot. Begitu dibuka handphone, setiap pagi isinya ucapan selamat
pagi dari banyak orang sehingga membuat jaringan lemot. Ada yang membicarakan
hal-hal yang negative dan membicarakan kelakukan buruk di masa lalu sehingga
banyak kejatuhan yang terjadi. Namun teman saya memasukkan kembali nomor WA
saya dan sebagai reaksinya saya keluar lagi. Kembali teman saya memasukan nomor
saya. Akhirnya saya membiarkannya saja dan untuk tidak membuat lemot, dilakukan clear chat saja karena saya tidak mau
hidup di dalamnya dan karena bila demikian saya akan diikat oleh masa lalu dan
tidak menjadi pelita Tuhan.
Jadi mau tidak mau, berkat harus
dimulai dari saya yang mengalami kasih, pembaharuan, keselamatan dan banyak anugerah
dari Tuhan. Itu yang akan mendorong saya untuk menjadi pelita bagi Tuhan.
Seperti apa yang dialami papi-mami jalan bersama Tuhan maka kamu jalani. Jangan
katakana ke anak yang sedang bergumul,”Dasar elu memang seperti itu! Elu bego …!” kepada
anak-anak sehingga tidak ada damai. Anak
yang sedang bergumul dan buntu mengharapkan jalan keluar. Bagi yang sudah mengalami
kasih Tuhan, akan memberi nasehat yang bijak seperti “Jangan putus asa nak.
Sama seperti apa yang papi dan mami alami dulu, Tuhan tidak pernah meninggalkan
kita. Ayo, saya mau mendoakan kamu.” Perkataan seperti ini walau kecil sangat
mempengaruhi kegelapan yang ada dalam kehidupan anak-anak. Itu baru keluarga, belum
lagi perkataan dari orang-orang lainnya. Saat orang punya masalah jangan
menambahi dan membebaninya.
Saat bertemu dengan orang yang menderita
sakit, seringkali kita bertanya, “Sakit apa Ci?” Mungkin dijawab,”Ini dari
kemarin sudah seminggu di rumah sakit, sakitnya
ini itu” Lalu ditambah pertanyaan,”Makan obat apa Ci?” dijawab,”Dokter kasih
ini-itu”. Lalu dikomentari,”Jangan. Makan saja kumis kucing. Ini bagus” dan
seterusnya. Pasien yang ada tambah bergumul. Ia yang sedang susah akan
bertambah susah. Maka kita jadi menyusahkan orang yang sakit. Sebaiknya saat mengunjungi
yang sakit kita bisa bertanya,”Sakit apa Ibu?” lalu bila dijawab,”Saya sedang
sakit ini-itu.” Dan kita bisa memberikan penghiburan,”Adakalanya Tuhan mengijinkan
kita mengalami sakit-penyakit, tetapi satu hal yang perlu diingat adalah Tuhan
tidak pernah meninggalkan kita. Ia mau
kita bergumul bersama Tuhan. Saya juga pernah mengalami sakit , walau beda
sakitnya. Tetapi saya mengalami bagaimana Tuhan bekerja dengan cara yang sanagt
luar biasa. Mari kita berdoa” Maka orang yang sakit akan merasa lega. Ia akan
berkata,”Saya juga mau mengalaminya.” Dengan demikian kehadiran kita sudah menjadi
pelita.
Penutup
No comments:
Post a Comment