Siapa yang Dapat Menambah “Sehasta”
Hidupmu?
(Kedaulatan Allah akan Kehidupan
Kita)
Ev. Susana Heng
Matius 6:27 Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya
dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya?
Lukas 12:25-26
25 Siapakah di antara
kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta pada jalan hidupnya?
26 Jadi, jikalau kamu
tidak sanggup membuat barang yang paling kecil, mengapa kamu kuatir akan
hal-hal lain?
Yakobus 4:13-17
13 Jadi sekarang, hai
kamu yang berkata: "Hari ini atau besok kami berangkat ke kota anu, dan di
sana kami akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung,"
14 sedang kamu tidak
tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti
uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap.
15 Sebenarnya kamu
harus berkata: "Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini
dan itu."
16 Tetapi sekarang
kamu memegahkan diri dalam congkakmu, dan semua kemegahan yang demikian adalah
salah.
17 Jadi jika seorang
tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa.
Pendahuluan
Bagi siswa sekolah hari berlalu dengan
lambat sekali. Sebaliknya, bagi orang yang sudah menikah waktu berjalan cepat
sekali bahkan bagi orang tua waktu seakan berlari. Namun kita bersyukur kita mempunyai
Allah yang luar biasa.
Pada minggu pertama Januri tahun
lalu (2017) adalah peringatan hari ulang tahun pernikahan papa dan mama saya ke
54. Saat itu kami sekeluarga besar berkumpula dan makan bersama. Waktu itu papa
foto dengan saudara-saudaranya (cici dan adik-adiknya). Dengan berlalunya
waktu, pada bulan April 2017 cici papa saya yang terbesar meninggal. Kemudian
pada bulan Agustus 2017, suami dari adik perempuan papa saya (ko tio) juga meninggal.
Disusul kemudian A-yi saya (adik mama) akhir tahun 2017 juga meninggal. Waktu
kami berfoto tanggal 5 Januari 2017 kami semua begitu bahagia, namun adakah
yang tahu bahwa pada bulan berapa dia sudah tidak ada? Kalau kami berfoto
kembali pada tahun 2018 ini sudah 3
orang yang berkurang. Tidak ada seorang pun yang tahu kapan meninggal. Sehingga
memasuki tahun 2018, saya bersyukur kepada Tuhan bahwa saya memasuki 2018. Saat
menapaki satu hasta saja dalam hidup kita kita harus mengucapkan syukur bahwa
itu sesungguhnya itu adalah anugerah Tuhan.
Kita tidak tahu apa
yang akan terjadi.
-
Adakah
seseorang yang akan tahu semenit kemudian dalam hidup kita?
-
Adakah
seseorang yang akan tahun sejam kemudian, apa yang akan terjadi dalam hidup
kita?
-
Adakah
seseorang yanga akan tahu apa yang akan terjadi besok?
Saat
saya datang saya tidak tahu bertemu dengan kakak tingkat saya di SAAT Malang (Ci
Ami yang tinggal di Malang). Saya begitu excited.
Tidak ada seorang pun yang tahu yang akan terjadi. Kalau semenit saja tidak
tahu apalagi setahun. Terkadang selesai kebaktian , saya berencana ingin makan.
Sering rencana dan janji gagal. Kita bisa rencana ini itu tetapi kita tidak
tahu apa yang akan terjadi. Apalagi satu tahun. Waktu itu ada koko papa saya
yang wajahnya penuh sukacita karena kumpul keluarga. Tetapi beberapa bulan
kemudian ia dipanggil Tuhan. Dalam hidup yang sama sekali kita tidak tahu, bagaimana
sikap hidup kita? Apa kita merasa tidak tahu apa-apa dan merasa goncang karena
tidak tahu apa-apa? Saya bersyukur mengenal dan memiliki Tuhan Yesus. Sehingga
kalau saya tidak berkhotbah pun saya ingin menyampaikan bahwa Tuhan saya itu
adalah Tuhan yang menguasai hidup saya. Bahwa Tuhan saya itu bukan saja
memikirkan hidup saya sekarang, karena Alkitab mengatakan bahwa Ia akan
memberikan hidup yang kekal, bukan yang sekarang saja Ia peduli. Bahkan setelah
saya mati pun Ia peduli. Bahkan rumahku pun sudah disediakan seperti yang
dikatakan pada kitab Yohanes. Saya rindu, kita semua percaya hidup kita sepenuhnya
kepada Dia karena seperti itulah yang saya lakukan.
Kedaulatan Allah
-
Allah
yang berdaulat adalah Allah yang mengasihi kita.
-
Allah yang berdaulat adalah Allah yang peduli pada
kita.
-
Itu
sebabnya kita dapat menyerahkan hidup kita kepadaNya.
Ia mengendalikan hidup kita. Saat khotbah
di bukit , Tuhan mengatakan “Siapakah di
antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan
hidupnya?” (Matius 6:27). Tuhan Yesus mengerti bahwa manusia hidup dengan
penuh kekuatiran. Tuhan Yesus ingin mengatakan, kamu kuatir begitu banyak
padahal kamu tidak tahu besok akan terjadi apa. Jadi daripada kita kuatir
serahkan ke Tuhan yang berdaulat. Tuhan yang berdaulat adalah Tuhan yang menyayangi
saya. Orang yang menyembah dewa karena takut ia akan melakukan yang jahat, beda
dengan Allah kita yang mengasihi kita (Ia tidak akan melakukan hal yang jahat).
Karena Ia begitu mengasihi kita, Dia tidak mau hidup kita penuh kekuatiran. Anak-anak
yang kuliah biasanya berpikir bagaimana bisa lulus. Setelah lulus dan diwisuda
khawatir apakah dapat kerja atau tidak. Yang kerja , tahun ini bagaimana
pekerjaan, yang bisnis juga kuatir bagaimana ekonomi tahun ini. Jadi kita penuh
kekuatairan. Yang belum menikah, khawatir siapa yang akan menjadi pasangan
saya. Tahun kapan saya akan menikah. Karena tidak mungkin sembarangan menarik
orang menjadi pasangan. Orang yang sudah menikah, juga kuatir. Kalau yang belum
menikah berpikir siapa pasangannya, yang sudah menikah memikirkan anak (kakek
nenek khawatir kapan bisa menggendong cucu). Bagi yang sudah punya anak kuatir
sekolah. Setelah lulus SMA dan mau kuliah, kita kuatir hidup anak di tengah
kondisi yang tidak aman (bisa terkena narkoba). Anak pulang malam, orang tua
khawatir. Kalau sedang Handphone ada yang mau merebut handphonenya dan bila
tidak dapat menusuknya. Segitu banyak hal yang kita khawatirkan. Ada survey
yang mengatakan 92% kita kuatir tentang hal yang tidak-tidak, 4% kita kuatir
akan hal-hal yang tidak akan pernah terjadi. Hidup kita selalu penuh dengan kekuatiran.
Orang yang sudah menikah 7 tahun tidak punya anak sehingga tentu saja dia
khawatir. Anak yang belum menikah, kita kuatir apakah dia akan mendapat pasangan
atau tidak. Setelah anak menikah , kita khawatir dia akan mendapat anak atau tidak.
Sudah punya anak, kita khawatir apakah anak dididik dengan baik atau tidak.
Setelah anak besar dan bekerja kita kuatir pekerjaannya bagaimana. Kita hidup
penuh kekuatiran. Hidup ibu-ibu di dalam gereja khawatir karena anaknya Sekolah
Minggu berjalan ke sana ke mari kalau-kalau terjadi sesuatu. Hidup kita penuh
kekuatiran. 5 menit kemudian kita tidak tahu tahu-tahu ada anak-anak masuk ke
dalam ruang ibadah. Itu sebabnya Tuhan katakan serahkan itu semua pada Tuhan karena
kita tidak tahu 5 menit di depan dalam hidup kita.
Bagaimana mengatasi kekuatiran?
1.
Berserah pada Tuhan.
-
Tidak ada seorang yang dapat menambah
sehasta dalam hidupmu, jadi janganlah kuatir tapi berserahlah pada Tuhan.
Saya punya kebiasaan, setelah kembali dari luar sampai di
rumah pada malam hari maka saya langsung
pakai baju tidur, berdoa dan tidur dengan nyenyak. Kalau saya sedang banyak
pikiran, saya akan berdoa dan langsung tidur. Dulu belum ada HP yang bisa
membuat kaget dan mengganggu tidur. Namun suatu kali belasan tahun lalu, saya
menyadari bahwa di tengah malam itu suami saya belum pulang dari pelayanan. Saya
pun mencarinya dan kemudian ada telpon masuk dari suami saya yang mengabarkan
bahwa dia mengalami kecelakaan. Karena dia sudah bisa memberi kabar, jadi saya
tidak terlalu khawatir. Suami saya kemudian pulang diantar orang lain karena
mobilnya hancur. Tuhan mengenal saya. Saya orangnya cepat stress. Setelah
semuanya berlalu, Tuhan seolah-olah berkata bahwa semuanya baik-baik saja.
Kalau saya tahu kejadiannya saat itu sebelum suami saya pulang, hal ini bisa
membuat saya stress.
Rupanya malam itu, suami saya ada ibadah ucapan syukur dan
pulang lewat tol outer ring road. Saat itu ada seorang pengemudi yang menelpon dengan
HP sambil mengemudi di tol sedangkan jalan sedang menurun. Mobilnya dengan
kecepatan yang kencang menabrak mobil suami saya hingga berbalik arah dan badan
mobilnya melesak. Sementara itu dari arah sebaliknya ada sebuah truk yang sedang
meluncur sehingga tidak bisa memperlambat jalannya. Melihat hal ini, suami saya
tidak bisa berbuat apa-apa dan hanya bisa berseru minta pertolongan Tuhan. Jadi
kembali truk menghantam mobil suami saya
sehingga berbentuk huruf T. Hanya tempat duduk pengemudi yang masih aman,
bagian lainnya (belakangnya) sudah berbentuk huruf T. Seminggu kemudian, saya
bertemu dengan hamba Tuhan lainnya yang mengatakan bahwa mobilnya sudah hancur.
Saya tidak tahu karena saat mobilnya kembali, kondisinya sudah baik. Kita tidak
tahu hidup kita, tetapi kita punya Allah yang berdaulat. Allah yang berdaulat adalah Allah yang memelihara kita. Ia yang akan
menjaga kita seperti biji mataNya. Kita tidak tahu hal yang akan terjadi di
depan. Allah kita bukan Allah yang kejam dan sadis yang membuat hal-hal mengerikan dan membangunkan kita malam-malam
menyebabkan kita kaget. Dia Allah yang berdaulat yang mengasihi kita dan peduli
pada kita. Dan saat sesuatu yang tidak baik terjadi, kita tahu ada Allah yang menggendong
, menggandeng dan memegang tangan kita. Kita tidak tahu apa yang terjadi. Kepada
Dia kita boleh menyerahkan hidup kita.
Setiap awal
tahun , saya tidak tahu bagaimana perasaan saudara-saudari kita mengawali suatu
tahun? Apakah tahun 2018 lebih baik atau buruk dari 2017 bagi orang bisnis dan
karyawan. Sepanjang 365 hari kita tahu apa yang akan terjadi, tetapi saya rindu
mengatakan bahwa Allah kita tahu dan Allah kita adalah Allah yang berdaulat.
Sehingga kita pertahankan hidup kita dan serahkan hidup kita pada Tuhan karena
kita tahu dengan masa depan kita. Ada yang berkata saya tidak tahu tetapi tahun
ini saya mau melakukan ini dan itu.
-
Percayakanlah hidup kita pada Tuhan
Lukas 12:18-20
18 Lalu katanya: Inilah yang akan aku perbuat; aku akan merombak
lumbung-lumbungku dan aku akan mendirikan yang lebih besar dan aku akan
menyimpan di dalamnya segala gandum dan barang-barangku.
19 Sesudah itu aku akan berkata
kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun
lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah!
20 Tetapi firman Allah kepadanya:
Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu,
dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti?
Hidup ada perencanaan itu baik, tapi
sebagai anak Tuhan kita menyerahkan rencana kita pada Tuhan.
Pada akhir tahun ada yang membuat
resolusi baru. Namun sesudah membuat resolusi biasanya tidak semuanya berhasil
dilaksanakan. Misalnya : mau melayani dengan lebih semangat, tahun ini mau membayar
perpuluhan, mengikuti pelayanan misi dll. Tetapi sewaktu ingin melakukannya ternyata
sibuk sehingga rencana tersebut gagal. Membuat rencana itu baik. Setiap orang
yang hidup saat bangun pagi sudah membuat rencana. Ada orang yang bangun pagi,
ingin pergi ke pasar dan belanja dulu. Dalam pikirannya ada suaminya yang ingin makan udang, karena istrinya bisa masak lebih baik. Itu sudah rencana. Ada juga
yang saat bangun pagi berkata dalam hatinya, “Hari ini tidak usah bekerja dan
ingin santai-santai saja. Tidak usah mencuci dan membersihkan rumah (biar saja
sedikit jorok)”. Ini juga termasuk rencana bermalasan di rumah. Begitu bangun
tidur dan membuka mata, otak sudah membuat rencana walau kita belum membaca
ALkitab dan bersaat teduh. Seluruh hidup kita penuh rencana. Tetapi apakah kita
menyerahkan rencana kita ke dalam tangan Tuhan? Apakah ada yang seperti di kitab
Yakobus bertanya, “Apakah Tuhan ijinkan saya melakukan ini-itu?” Biasanya tidak
ada yang ‘melapor’ kepada Tuhan kalau ingin ke pasar. Padahal Tuhan tidak
peduli dengan hal besar dan kecil.
Tahun ini kami bersyukur bisa liburan
satu keluarga ke Osaka, Jepang. Tanggal 1 Januari 2018 teman anak saya mengajak
jalan-jalan ke kota Nara (ke tempat ibadah mereka). Anak saya berkata,”Tanggal
1 kita sepakat ke gereja (ke Bait Allah)”. Waktu ke gereja, saya berdoa,
“Tuhan, saya sangat rindu dengan firmanMu.” Saya ingin mendengarNya. Hari ini
hamba Tuhannya berkhotbah dari kitab Yakobus. Gereja yang kami hadiri ada di Osaka
(G3). Banyak mahasiswa dan pekerja yang beribadah di sana. Khotbahnya disampaikan dengan bahasa Indonesia. Pendeta itu bercerita
bahwa ada seorang jemaatnya yang bekerja di Jepang dan menabung hasilnya. Lalu
ia mengajak pendeta ini untuk pergi makan dan ia menceritakan ke pendetanya bahwa
ia sudah menabung dan mengirim uang ke om-nya di Indonesia. Tetapi om-nya
membelanjakan uang sehingga ia kesal dengan omnya dan ia tidak mau mengirim
uangnya lagi ke om-nya tersebut. Ia telah membeli tanah di Makasar dan juga mengirim
uang ke adiknya untuk ditabung. Saat pulang ke Indonesia, ia rencananya ingin menjadi
tuan tanah dan menikah sehingga ia menabung uangnya. Suatu hari ia pergi kerja
seperti biasa. Waktu jam istirahat, ia makan dan ngobrol dengan temannya.
Setelah bel berbunyi untuk masuk kerja kembali tiba-tiba ia diam saja. Ia
dipanggil untuk masuk kembali masuh kerja dan menyentuhnya, tubuhnya terjatuh.
Ternyata dia sudah meninggal. Pendetanya dipanggil dan bingung. Pendetanya
menghubungi kedutaan untuk mengirim pulang ke Indonesia. Pendetanya baru tahu,
mengirim jenazah ke Indonesia butuh dana sebesar Rp 1,3 miliar. Ia tidak tahu
darimana mengumpulkan uang sebanyak itu walau ia sudah bercerita tapi tidak memberi
tahu ia menyimpan sertifikat di mana. Jemaat mengumpulkan uang tidak mungkin
miliaran. Kemudian pendetanya mengontak adiknya. Adiknya berkata bahwa memang
kakaknya ada menitip uang. Akhirnya uang itu dipakai untuk membawa jenazahnya
pulang ke Indonesia. Pendetanya mengatakan bahwa kita bisa membuat rencana ,
ingin punya tanah dan menikah, punya modal, tetapi kita tidak tahu di depannya seperti
apa dan bagaimana. Bahkan uang untuk mengirim jenazahnya saja tidak ada. Pendetanya
sibuk ke sana ke mari mencari uang untuk mengirim jenazahnya. Kita tidak tahu
bagaimana ke depannya hidup seperti apa. Itulah kenyataan hidup. Kita bersyukur
saat menghadapi kenyataan hidup yang begitu pesimis kita punya Tuhan Yesus.
Kita punya Tuhan Yesus berarti kita mempunyai semuanya. Sewaktu kita memiliki Tuhan dan membuat rencana
serahkan rencana kita pada Tuhan.
Sewaktu membuat rencana ke Osaka,
kita berkumpul berdoa sekeluarga (saya, suami dan anak-anak). Dari rencana mau
pergi , kami setiap malam mendoakan rencana liburan kami. Karena dari dulu saya tahu satu hal bahwa tidak
ada satu pun bisa terjadi kecuali Tuhan ada di dalam rencana kita. Karena Dia
membuat segala sesuatu itu indah. Demikian pula dalam hidup kita. Bukan kita
tidak boleh membuat rencana. Setiap manusia hidup harus membuat rencana. Tetapi
dalam membuat rencana, Tuhan ada di dalam hidupku. Saat Tuhan ada dalam hidup, kita
tidak perlu kuatir . Kita membuat rencana sepanjang tahun, kita tidak perlu
kuatir karena diserahkan ke dalam tangan Tuhan
Yeremia 29:11 Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada
pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai
sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan
yang penuh harapan.
2.
Janganlah berbangga diri
Tidak
seorangpun yang dapat menambah sehasta dalam hidupnya, jadi tidak perlu
menyombongkan diri, kalau berhasil. Seperti contoh dalam Lukas 12 :18-20.
18
Lalu katanya: Inilah yang akan aku perbuat; aku akan merombak
lumbung-lumbungku dan aku akan mendirikan yang lebih besar dan aku akan
menyimpan di dalamnya segala gandum dan barang-barangku.
19
Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak
barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah,
minumlah dan bersenang-senanglah!
20
Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini
juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk
siapakah itu nanti?
Yakobus 4:13-17
13
Jadi sekarang, hai kamu yang berkata: "Hari ini atau besok kami
berangkat ke kota anu, dan di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang
serta mendapat untung,"
14
sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu?
Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap.
15
Sebenarnya kamu harus berkata: "Jika Tuhan menghendakinya, kami
akan hidup dan berbuat ini dan itu."
16
Tetapi sekarang kamu memegahkan diri dalam congkakmu, dan semua
kemegahan yang demikian adalah salah.
17
Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak
melakukannya, ia berdosa.
Konklusi
Kita
baru mengawali tahun ini dan mungkin baru membuat rencana. Kita serahkan
rencana kita kepada Tuhan. Tuhan mempunyai rencana yang lebih indah, jadi
jangan merasa sedih dan kecewa bila nantinya rencana kita gagal. Tuhan memberi
janji dan harapan kepada kita. Saya rindu kita memulai tahun ini dengan berserah
kepada Tuhan. Benarkah kita milik Tuhan dan Tuhan milik kita? Kalau benar, Dia
memberikan kita jaminan yaitu kita mempunyai masa depan yang penuh harapan dan damai
sejahtera karena Tuhan yang memberikan kepada kita. Maukah kita menyerahkan
hidup dan masa depan kita kepadaNya? Karena kita tidak bisa menambah sehasta
pun tetapi Dia tahu sehingga serahkanlah kekhawatiran dan hidup kita ke dalam tangan
Tuhan. Hidup pasti ada kekhawatiran. Saya juga merasa khawatir tetapi saya
bersyukur karena saya memiliki Tuhan Yesus. Setiap kali merasa khawatir , saya
berdoa. Setiap kali saya memikirkan apa yang akan terjadi di depan, saya berdoa
pada Tuhan. Biarlah kita memulai tahun ini dengan berserah kepada Tuhan,
menyerahkan rencana, hidup , kekhawatiran
kita dan semuanya ke dalam tangan Tuhan.
Memasuki
tahun yang baru ini,kita tidak tahu apakah akan lebih baikkah atau lebih buruk.
Namun sebagai orang percaya, kita tahu bahwa Tuhan akan menolong kita. Allah
Imanuel beserta kita. Allah kita adalah Allah yang berdaulat, Dia sanggup dan
Dia mengasihi kita, Dia akan memelihara hidup kita. Jangan takut, percayakanlah
hidupmu kepada Tuhan. Marilah kita renungkan lirik lagu ini.
Selalu untukMu, selalu untukMu, Tuhan
dan Rajaku.
Semua yang ‘ku perbuat, baik siang
dan malam, selalu untukMu.
Segenap hidupku, adalah milikMu,‘tuk
kemuliaanMu.
Sampai ‘ku tua nanti, sampai di Surga
nanti, selalu untukMu.
Selalu untukMu,selalu untukMu, Tuhan
dan Rajaku.
Semua yang ‘ku perbuat, baik siang
dan malam,selalu untukMu.
Segenap hidupku, adalah milikMu, ‘tuk
kemuliaanMu.
Sampai ‘ku tua nanti, sampai di Surga
nanti, selalu untukMu.
No comments:
Post a Comment