Ev.
Anton Ampul
Pendahuluan
Suatu
kali ada sepasang kekasih yang akan melangsungkan pemberkatan nikah di gereja.
Sore hari sebelum pernikahan tersebut calon mempelai pria datang menemui
pendeta yang akan memimpin ibadah pemberkatannya. Ia pun menyampaikan
maksudnya. Setelah itu sebelum berpisah
ia menyimpulkan,”Pak Pendeta , kita sudah setuju agar pada acara pernikahan
besok Bapak boleh bicara apa saja termasuk kalimat ‘apakah engkau menerima dia baik dalam kondisi susah atau senang, sehat
atau sakit’ namun tidak usah menyebutkan
kata-kata ‘sampai maut memisahkan’" sambil menyerahkan sebuah amplop untuk
sang pendeta. Keesokan harinya Sang Pendeta pun memimpin acara demi acara
pemberkatan nikah termasuk mengambil janji pernikahan. Dengan lancar, Sang
Pendeta menanyakan kepada pengantin pria,”Apakah engkau bersedia menjadi seorang
suami bagi pasanganmu ini, untuk saling memiliki dan menjaga pada waktu susah
maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, pada waktu sehat maupun
sakit, untuk saling mengasihi dan menghargai….. (sang pengantin pria pun
memberi isyarat agar Sang Pendeta menutup kalimatnya di sana, namun ternyata
Sang Pendeta tetap melanjutkan) … sampai maut memisahkan sesuai dengan hukum
Allah yang kudus?” Dengan terpaksa Sang Pengantin menjawab,”Saya bersedia”.
Setelah itu beberapa waktu kemudian, saat bertemu kembali dengan Sang Pendeta,
Sang Pengantin Pria melayangkan protes,”Pak Pendeta kita sudah sepakat agar
Bapak menghapus kata-kata ‘sampai maut memisahkan’ tetapi mengapa Bapak tidak
menghapusnya? Sang Pendeta pun memberi penjelasan bahwa setelah pengantin pria
pulang, calon pengantin wanita juga datang menemui Sang Pendeta dengan memberi
amplop yang nilainya jauh lebih besar dibandingkan yang diberikan calon
pengantin pria agar Sang Pendeta tetap mengucapkan janji pernikahan dengan
lengkap!
Dalam
ilustrasi di atas tergambar bahwa menjadi suami istri saja tidak bisa saling
percaya. Ini menjadi penyakit orang Kristen. Saat ini kita mudah berkata-kata
dan berjanji tetapi kita sulit mempertahankan kalimat kita. Kita mudah
mengucapkan kita cinta dan mengasihi Tuhan tapi kita gagal mempertahankan
pernyataan kita. Janji Tuhan adalah “ya” dan “amin” namun masalahnya, apakah
kita mempercayainya. Tuhan tidak membutuhkan kepercayaan kita baru Dia bisa dipercaya. Dia percaya pada
diriNya sendiri. Dia eksis berdiri sendiri tidak butuh kepercayaan kita agar
Dia menjadi Allah dan sebaliknya kalau kita tidak percaya maka Dia tidak
menjadi Allah. Kita harus mengevaluasi seluruh perjalanan hidup kita sampai
hari ini bahwa janji Allah “ya” dan “amin” dan kita memegangnya dan menjalankannya
dalam kehidupan kita hari lepas hari. Kita harus memahami apa artinya kita
mengikut Tuhan.
Bagaimana agar bisa merasakan janji Allah “ya” dan “amin” dalam
hidup kita?
Dalam
filsafat ada epistemologi yakni cabang dari filsafat yang berkaitan dengan
teori pengetahuan. Epistemologi mempelajari tentang hakikat dari pengetahuan,
justifikasi, dan rasionalitas keyakinan. Secara sederhananya epistemology
mempelajari bagaimana saya tahu bahwa saya tahu karena banyak orang yang tidak
tahu bahwa ia tidak mengetahuinya. Maka dalam epistemologi ada 4 hal yang
dipelajari yakni :
1. tahu yang tidak diketahuinya
(berlagak tahu tapi tidak tahu, sok tahu )
2. tidak tahu yang diketahuinya
(tahu salah / dosa tapi pura-pura tidak tahu)
3. tidak tahu yang tidak diketahuinya
(contoh : tidak tahu kenapa melayani (karena diminta), percaya Tuhan Yesus,dibaptis,
bergeraja di suatu tempat (sudah dari kecil diajak orang tua ke gereja di
sana), menikah di gereja (karena memang begitu) dll
4. tahu yang diketahuinya
(misal : tahu untuk apa datang beribadah seperti yang tertera pada 2 Korintus 1:13 Sebab kami hanya menuliskan
kepada kamu apa yang dapat kamu baca dan pahamkan. Dan aku harap, mudah-mudahan
kamu akan memahaminya sepenuhnya)
Kita harus paham janji Tuhan dalam
hidup kita. Dalam firman Tuhan jelas dikatakan, 2 Korintus 1:20 Sebab Kristus adalah "ya" bagi semua janji
Allah. Itulah sebabnya oleh Dia kita mengatakan "Amin" untuk
memuliakan Allah.
1.
Jangan
pernah berhenti percaya kepada Tuhan.
2 Korintus 1:20a Sebab Kristus
adalah "ya" bagi semua janji Allah. Janji
ALLAH yang seperti apa? Janji Allah yang mana yang akan digenapi? Bicara Janji Allah,
kita akan bicarakan tentang rencana atau karya Allah sebelum dunia dijadikan.
Kita harus memahami rencana Allah yang didisain sebelum kita semua ada. Apakah
itu digenapi? Dalam pemikiran Yunani, ada 3 hal yang harus dimengerti tentang
rencana / karya Allah yaitu
a. pro titemai. Allah menyelamatkan dan memanggil kita menjadi
hidup kudus bukan karena kebaikan kita.
b. pro ginosko. Allah mengenal kita sebelum kita dijadikan
(dilahirkan), sebelum kita dikenal orang tua kita Allah sudah mengenal kita.
c. pro orizo. Allah sudah
memilih kita sebelum kita dijadikan.
Allah
sudah menetapkan sebelum kita dijadikan (dilahirkan), Dia sudah menentukan
janji /rencanaNya untuk kita yaitu karya keselamatan melalui Yesus Kristus.
Karya Keselamatan Allah yang telah dituntaskan di kandang Betlehem dan di atas
kayu salib. Kalau kita mau melihat janji Tuhan, janji tersebut telah digenapi
secara sempurna dalam diri Yesus Kristus sehingga dikatakan “ya” untuk semua
janji Allah. Kalau kita memahami hal ini, baru kita bisa mengerti kata “ya” dan
“amin”. Janji Allah “ya” dan “amin”
artinya janji Allah tidak dibatasi ruang dan waktu serta tidak ada satu pun
yang bisa membatasi, menggagalkan, menghentikan rencana Allah.
Suatu
kali saya sedang mengemudikan mobil menuju gardu tol Karang Tengah dalam
kondisi jalan sangat macet. Tiba-tiba datang mobil pejabat. Saya pun diminta meminggirkan
mobil tapi saya bingung harus pindah ke mana karena kondisi sangat macet. Tapi
saya terus diklakson pengawal pejabat tersebut. Saya pun disuruh minggir. Saya
menjelaskan bahwa saya pendeta dari Papua.. “Pak, saya bukannya tidak mau
minggir, tapi saya tidak tahu mau minggir ke mana? Bapak seharusnya mengayomi
masyarakat. Kakak saya yang jendral berbintang tidak seperti ini walau
ajudannya banyak”
Kalau
kita punya Tuhan Yesus Kristus, apa yang bisa menakutkan dalam hidup ini? Dia
tidak terbatas oleh ruang dan waktu. “Ya” artinya Dia tidak pernah gagal atau menemui
kesulitan memenuhi janjiNya. Dia tidak pernah terlambat, Dia konsisten dan
komitmen. Dia adalah kepastian hidup kita. Di dalam Tuhan, ada kepastian,
kemenangan dan kekuatan. “Ya” berarti kokoh, kuat dan dapat diandalkan. Sebab
Kristus adalah “ya” bagi semua janji Allah. Jangan pernah berhenti berharap
kepadaNya. Kita boleh takut terhadap kegagalan. Allah kita tidak pernah gagal.
Kadang kita gagal dan jatuh, lemah tapi jangan takut karena kita punya Allah
yang tidak pernah gagal. Kita takut kalau kita hanya mengandalkan diri kita
sendiri. Tetapi kalau situasi menyebabkan kita gagal, maka kita jangan takut karena
Allah yang kita percaya tidak pernah gagal.
Bilangan 23:19 Allah bukanlah
manusia, sehingga Ia berdusta bukan anak manusia, sehingga Ia menyesal. Masakan
Ia berfirman dan tidak melakukannya, atau berbicara dan tidak menepatinya?. Mengapa
Dia layak dipercayai? Karena Dia bukan manusia yang mudah berdusta. Omongan
manusia tidak bisa dipegang. Kalau terhadap teguran dan nasehat saya percaya,
tetapi kalau gossip saya tidak mau mendengar. Bicara pergumulan dengan Tuhan
lebih baik dibanding gossip kondisi orang lain, karena tidak jadi berkat bagi
kita. Allah bukan manusia. Tetapi dalam perjalanan hidup kita, kita kerap lebih
percaya omongan manusia. Kita sering mengandalkan hidup kita pada sesuatu yang
terbatas, dan tidak bisa dipercayai. Sehingga kita mengalami kekecewaan dalam
hidup kita karena mempercayakan diri pada sesuatu yang tidak tepat. Hidup
di luar Kristus, berarti kita hidup di
luar janji Allah dan sebaliknya. Dalam tahun 2017, apakah Tuhan masih menemukan
bahwa kita tetap percaya kepada Tuhan?
Ceritanya
suatu kali ada rombongan anggota DPR yang sedang menuju ke Puncak untuk
berjalan-jalan dan mengalami kecelakaan. Mereka jatuh ke jurang. Warga pun kemudian
menguburkan korban dan busnya sekalian. Polisi yang datang bertanya,”Mengapa
kalian mengubur sekalian dengan busnya? Apakah tidak diperiksa dulu siapa tahu
masih ada yang masih hidup?” Warga menjawab,”Kami sudah periksa. Ada 2 orang yang
mengaku masih hidup tetapi kita tetap kubur saja. Karena sekarang omongan DPR
jangan dipercaya!”
Kita
harus percaya dan berpegang pada firman (janji) Tuhan dan jangan percaya pada
omongan manusia. Hari ini kalau kita mendengar orang lain omong maka kita akan
cepat mati. Semakin kita mendengar dan terbius pada janji orang lain, membuat
kita semakin menderita. Yang membuat kita menderita adalah apa respon kita
terhadap orang lain. Tidak peduli orang melakukan kejahatan kepada kita, tetapi
yang lebih penting adalah bagaimana respon kita terhadap kejahatan tersebut.
Itu lebih membawa berkat dibanding kita menangisi karena kita terbius segala
macam kekecewaan. Jangan membuat keraguan menari-nari dalam kehidupan kita.
Kalau kita percaya dan berpegang pada Firman Tuhan, maka omongan kita dalam
keluarga adalah omongan Firman Tuhan. Kata-kata firman Tuhan “ya” dan “amin”
berlaku di keluarga, pekerjaan dan kehidupan kita. Jangan pernah berhenti
percaya kepada Tuhan. Jangan pernah berhenti berharap pada Tuhan. Ada yang prediksi tahun 2018 ekonomi akan ambrug.
Pemilik bisnis satu per satu menutup usahanya (bangkrut). Ada mantan jemaat
saya yang berkata, “Pak Anton tolong doakan saya. Saya sudah bangkrut . 9 ruko
saya harus dijual tapi tidak bisa dijual.” Beberapa jemaat saya juga bangkrut
sehingga anak-anak nya sedang studi di luar negeri pulang semua. Bila AS
embargo kita maka kita bangkrut. Kalau kita melawan Israel, vaksin semua dari
sana. Kita mau buat vaksin apa? Otak dan teknologi serta penemuan dari sana.
Israel mengatakan, “Bila dunia ingin melawannya maka semua akan mati.” Itu
karena Israel adalah umat pilihan Tuhan. Apapun suara yang didengar sampai 2018
saya hanya percaya janji Allah “ya” dan “amin”. Kita tidak perlu takut, hidup
kita ada pada janji Tuhan.
Ada
mantan jemaat saya seorang ibu yang sederhana dan sangat miskin. Ia jual kue di
pasar Jakbar. Suaminya pengangguran dan tidak sayang keluarga. Istrinya lah yang
mencari nafkah. Seharusnya istri adalah tulang rusuk bukan tulang punggung.
Suatu kali saat menjual kue, ada nenek-nenek yang jatuh pingsan di depan tempat
jualannya. Tanpa pikir panjang , ia memanggil ojek dan mengantar ke rumahnya.
Ia pun kemudian merawatnya. Ia ambil air hangat dan menjaga sekitar 1-2 jam.
Waktu ia kembali ke pasar, suaminya mencaci-makinya. “Hei kamu !! Maunya
menolong orang lain tetapi mau menolong diri sendiri saja tidak bisa. Tadi ada
yang mau membeli kue, harganya saya tidak tahu. Nanti semua kuenya basi!”
Suaminya tidak bersyukur malah mengata-ngatai istrinya. 4 hari kemudian ada
seorang pemuda tampan datang ke pasar dan bertanya,”Ci, kue ini berapa harganya?”
Setelah dijelaskan, ia membeli semua kue. Lalu pemuda ini bertanya lagi tentang
tokonya dan rumahnya yang masih
mengontrak. Pemuda itu bertanya lagi, “4 hari lalu ada nenek jatuh kenapa
ditolong? Apakah enci mengenalnya?” Sang Ibu menjawab,”Saya menolongnya karena
saya merasa dia seperti orang tua saya sendiri.” Tanpa pikir panjang, pemuda
tersebut menulis cek senilai Rp 400 juta dan dikasih ke Ibu tersebut. Dia
berkata,”Tolong diterima karena saya mau mengucapkan terima kasih karena enci
sudah menolong mama saya. Saya tidak bisa membayangkan, kalau tidak ditolong
mungkin mama saya sudah pergi.” Jemaat saya berkata,”Saya tidak mau. Saya ikhlas.”
Tetapi pemuda itu memaksanya sehingga akhirnya jemaat saya menerimanya untuk mengembangkan
usahaya. Tanggal 2 Desember lalu ia menelpon dan mengabarkan bahwa anaknya yang pertama sudah lulus dari UI,
ambil S2 di Singapore dan menikah dengan orang Singapore lulusan Itali dan
Jerman serta hidup sukses di sana. Anak kedua lulusan UI juga dan mengajar
kimia di sekolah bergengsi di Jakarta. Tuhan
tidak pernah berhutang. Kalau kita percaya janjiNya dan mengaminkan, maka janji
Tuhan itu nyata dalam hidup kita.
2. Amin berarti oleh DIA kita
mengatakan amin untuk memuliakan ALLAH
2 Korintus 1:20b Itulah sebabnya
oleh Dia kita mengatakan "Amin" untuk memuliakan Allah.
Kita bisa merasakan janji Allah , maka kerjakan saja apa yang menjadi bagian
kita! Kita mengatakan “amin” untuk memuliakan Allah. Itulah bagian kita. Kita
menghidupan itu dalam hidup kita sehari-hari. Janji Allah “ya” dan “amin” karena
saat Ia berjanji Ia sedang bersumpah demi diriNya sendiri, bukan demi orang
lain. Kita bersumpah atas nama Tuhan artinya tidak ada yang tidak bisa percaya
kepada Tuhan. Tuhan deal dengan diriNya sendiri dan tidak bisa bertabrakan
dengan karakter , keilahianNya dan kekekalanNya. Ia bersumpah atas nama diriNya
sendiri dan pasti akan digenapi. Kata “amin” berarti kita menyatukan diri kita
dengan Kristus. Kristus sduah menyatukan diri dengan kita. Kita menyambut itu.
Kata “amin” juga berarti kesetiaan Kristus pada umatNya. Kita jangan kerjakan ,
apa yang menjadi tugas Allah. Seringkali kita tidak mampu menghadapi kenyataan
hidup. Mental orang Kristen seperti krupuk, tidak kuat. Karena kita coba
menjadi Tuhan terhadap Tuhan. Kita ingin menjadi bos terhadap orang lain
(istri, anak, orang tua). Bagian kita sederhana yaitu memuliakan Allah. Orang
kaya tidak rumit, yang rumit adalah orang yang merasa kaya. Jangan coba-coba
memuliakan diri sendiri. Apalagi dalam rumah Tuhan, kita harus bekerja sama
memuliakan Allah dalam kehidupan kita.
Bagaimana mengaminkan Firman TUHAN
?
1.
Jangan
kamu kuatir.
Kita
susah memegang janji Allah ini karena kental sekali kekuatiran dalam diri kita.
Kalau kita bandingkan dengan agama lain, maka kelas kita jauh. Mereka setiap Jumat
sembahyang. Saat sembahyang kitab suci dijunjung di kepala. Sedangkan kita hanya
mengapitnya di ketiak. Kita belum bicara panjang lebar seperti datang
terlambat. Kalau membaca kitab suci, mereka pakai tongkat kecil (bukan pakai
tangan) karena begitu hormat kepada kitab suci. Sedangkan kita baca dibantu
dengan air liur. Saat memberi persembahan uangnya dalam bentuk kembalian dari
pasar. Tuhan melihat cara kita memberi. Di mana letak hormat kita kepada Tuhan?
Kita memberi Rp 2.000 saja ke tukang parkir dilempar. Sikap kita datang ke
gereja belum kita perbaiki. Tuhan berkata, “Jangan kuatir!” bukan berarti kita
tidak boleh kuatir. Saat dikatakan jangan kuatir, Tuhan serius dengan persoalan
kita (tidak mengerdilkan persoalan kita). Dia peduli dengan keadaan kita.
Kuatir (merimnao, istilah Yunani)
artinya berusaha menguasai sesuatu di luar kekuasan kita (sesuatu di luar
kekuasaan kita tetapi kekuasaan Tuhan). Kalau percaya pada janji Allah maka
kita harus mengerjakan apa yang harus kita kerjakan. Untuk apa yang harus
dikerjakan Allah, biarkan Allah yang kerjakan. Kalau 2017, kita hidup dalam
kekuatiran, maka 2018 kita mau lebih lagi percaya pada Tuhan.
2.
Jaga
hati.
Di
mana harta kita berada di situ hati kita berada. Mengapa kita bertambah takut?
Karena di mana hartamu berada di situ hatimu berada. Kita tidak bisa menyembah
pada 2 tuan : Tuhan dan mamon. Kalau kita pegang janji Allah, siapa kita sembah
di tahun 2018? Mengapa yang dicari harta adalah hati kita? Ini bukan masalah
harta. Ini masalah hati. Jawabannya : harta tidak punya hati. Karena harta tidak punya hati, maka harta mencari hati
kita. Kalau harta berhasil mengambil hati kita, maka kita tidak punya hati. Kehilangan
hati berarti kehilangan segala-galanya. Sehingga ada orang kaya yang miskin rasa
karena tidak punya hati. Hati itu harta yang paling besar. Tuhan tertarik pada
hati bukan harta kita. Bila pada tahun 2017 kita sibuk mengurusi harta kita
maka pada tahun 2018 mari kita mengurus
hati kita. Janganlah kita sibuk mengurus harta semata.
Tahun
lalu papa saya meninggal. Papa saya sangat membenci ayahnya (kakek saya).
Karena begitu membencinya, ia tidak mau datang menemui ayahnya dan mengajak
saya untuk mengenal kakek. Papa saya anak tunggal. Saat ayahnya meninggal maka
otomatis ia mendapat warisannya, tetapi ia tidak mau menerimanya. Dalam
perjalanan hidupnya , papa akhirnya bisa menerima ayahnya kembali. Sebelum papa
meninggal, dia bertanya,”Kamu mau tidak warisan kakekmu?” Saya bertanya,”Papa
sendiri mau tidak?” Ia menjawab bahwa ia tidak mau. Saya berkata lagi,”Papa
saja tidak mau apalagi saya!”
Kedua
anak mertua saya menjadi hamba Tuhan, padahal mayoritas keluarganya adalah saksi
Yehova. Waktu mertua meninggal , rumah disarankan untuk dijual dan hasilnya dibagi
semua. Saya berkata kepada istri saya,”Kalau pun dijual satu sen pun jangan
ambil”. Mertua saya pernah berkata, “Saya mau jual dan panggil anak-anak tetapi
mereka tidak mau.” Keluarganya yang Saksi Yehova berkata,”Kalau saya mati maka keluarga
saya bisa saling merebut harta, tetapi anak-anakmu pada tidak mau” Tetapi ada
warisan yang lebih berharga yaitu warisan dari darah Kristus. Dimana hartamu
berada di situ hatimu berada. Karena hartamu itu hatimu. Kita tidak bisa
menyembah Tuhan dengan harta tetapi dengan hati kita. Maka Speak of God tidak sama dengan Speak
with God. Bukan bicara tentang Tuhan tetapi bicara dengan Tuhan.
3. Jaga pemandangan mata rohani kita
Saat
Abraham dan Lot sama-sama kaya dan sukses, terjadi keributan antara pegawai
Abraham dan Lot. Keduanya saling sungkan dan tidak enak. Namun dengan luar
biasa Abraham berkata,”Kalau kamu pilih ke kiri maka saya ke kanan”. Abraham
tidak berkata,”Saya ke kanan dahulu baru kamu ke kiri” (saya pilih duluan baru
kamu). Lot pun mengarahkan pandangannya dan memilih Sodom dan Gomora. Abraham
memilih daerah yang tandus dan kering, namun berkat Tuhan mengalir. Kita harus
menjaga pemandangan mata rohani kita. Apa yang harus kita kerjakan, maka
kerjakanlah. Janji Tuhan selalu nyata dalam kehidupan kita.
Penutup
Ada
seorang Ibu non Kristen yang menikah dengan seorang tentara Kristen dengan
harapan hidupnya akan bertambah baik. Namun kenyataan yang terjadi bertolak
belakang. Setelah menikah , Ibu tersebut malah dipukuli dan diinjak-injak
suaminya seminggu 3 kali! Karena tidak tahan, ia datang kepada gembala (pendeta)
tempat suaminya berjemaat. Ia berkata,”Pak Pendeta , suami saya kan jemaatmu.
Masa ia memukul saya seminggu 3 kali? Bapak tolong tegur dia”. Sang Pendeta
berkata,”Ibu harus bertobat!” Sang Ibu kebingungan, “Mengapa ia yang menderita
tetapi ia yang harus bertobat? Apakah Sang Pendeta takut dengan tentara?”
Akhirnya ia berkata,”Baik saya bertobat. Bagaimana caranya?” Sang Pendeta
berkata,”Ibu harus memberi diri dibaptis, percaya kepada Tuhan Yesus sebagai Tuhan
dan Juruselamat!” Sang Ibu pun menerima dan mengikuti kelas katekisasi. Ia
percaya Tuhan Yesus dan dibaptis. Tetapi setelah dibaptis, pukulan yang
diterimanya bukannya berkurang malah bertambah banyak. Sekarang setiap hari ia
dipukul dan diinjak. Ia pun datang kembali kepada Pendeta dan berkata,”Pak
Pendeta saya sekarang sudah bertobat, percaya kepada Isa Almasih sebagai
Juruselamat saya tetapi mengapa pukulan yang saya terima tidak berkurang malah
bertambah banyak?” Sang Pendeta menjawab lagi,”Ibu harus bertobat!” Sang Ibu
putus asa dan bertanya,”Pak Pendeta saya harus bagaimana lagi?” Sang Pendeta
kembali menjawab,”Begini saja. Kalau Ibu dipukul lagi, Ibu bernyanyi saja.
Lagunya saya ajari begini : ‘Saya mau iring Yesus. Saya mau iring Yesus sampai
slama-lamanya. Meskipun saya susah, menderita dalam dunia. Saya mau iring
Yesus. Sampai slama-lamanya!” Lalu Sang Ibu pulang ke rumahnya. Ia
mempraktekkan nasehat Sang Pendeta. Saat dipukul dan ditendang ia pun
menyanyikan lagu itu.
Satu
bulan kemudian beredar isu Timor Timur mau merdeka dan sedang rusuh. Presiden
Habibie memerintahkan sekelompok pasukan tentara dikirim ke Timor Timur untuk
mengamankannya. Salah satu yang terpilih adalah suaminya. Surat penunjukkan
dari jenderal dikirim ke rumah. Surat itu diterima oleh istrinya yang kemudian membacanya.
Ia berkata,”Puji Tuhan, Haleluya! Nasehat Gembala saya sangat ampuh. Saya
diminta bertobat dan menyanyi. Ternyata hasilnya langsung terlihat. Surat
pemanggilan ini datang. Biar dia pergi ke sana dan tidak usah kembali lagi!”
Suami nya pun terbang ke Tim-Tim. Di Kompas ditulis, ada beberapa anggota TNI yang
disandera. Sekarang gantian, suaminya yang ditendang, dipukul sampai babak
belur. Saat dipukuli dan ditendang , ia teringat istrinya. Istrinya telah disiksa
sendiri oleh dirinya. Ia menyesal dan menangis. Dalam perlindunganNya, Tuhan
memberi pencerahan kepadanya. Setiap kali istrinya dipukul, istrinya kuat dan tidak
pernah minta cerai. Ia malah bertambah kuat. Dia pun bingung dan bertanya-tanya,
“ Jangan-jangan lagu itu yang membuatnya kuat.” Jadi saat sang suami dipukul
dan diinjak oleh tentara Tim-Tim, ia pun bernyanyi,”Saya mau iring Yesus”.
Tentara Tim-Tim sewaktu mendengarnya langsung mundur satu langkah. Setelah selesai
menyanyikan lagu tersebut, tentara Tim-Tim bertanya,”Mas, saya mau bertanya
dahulu, apakah mas orang Kristen?” Sang tentara tersebut mengiyakan. Tentara
Tim-Tim berkata,”Maaf-maaf. Mengapa mas
tidak bilang 3 minggu lalu. Kita juga Kristen!” Akhirnya sang suami tidak jadi
dipukul.
Berhentilah
mengeluh, berhentilah khawatir! Namun jangan pernah berhenti memuliakan Tuhan!
Akhirnya sang suami dilepaskan dan setelah itu ia meminta kepada komandannya
untuk kembali ke rumahnya. Sewaktu diijinkan, ia mengirim surat ke istrinya
untuk menjemputnya. Sang istri tidak percaya (tidak mungkin suaminya masih
hidup dalam desingan ribuan peluru pasukan musuh). Tetapi ia pun menjemputnya
di bandara. Sang suami nya keluar paling akhir. Melihatnya, Sang Istri sudah
membayangkan hal yang mengerikan yang akan diterimanya. Namun keadaannya malah sangat
dramatis. Sekitar 20-30 meter suaminya bertekuk lutut, berteriak dan
menangis,”Mama ampuni saya! Saya sudah berdosa kepada Tuhan! Ampuni saya!.
Mengapa
kita bisa berseru meminta pengampunan? Karena Tuhan Yesus sudah menggenapinya.
Ia sudah mengampuni jauh sebelum kita memintanya. Peganglah janji Tuhan karena
janjiNya “ya” dan “amin”. Marilah kita menutup tahun ini dengan iman kita dan memasuki
tahun baru dengan iman kepada Tuhan. Amin!
No comments:
Post a Comment