Ev. Mercy Matakupan
Hakim 2:8-11
8 Dan Yosua bin Nun, hamba TUHAN itu, mati pada
umur seratus sepuluh tahun;
9 ia dikuburkan di daerah milik pusakanya di
Timnat-Heres, di pegunungan Efraim, di sebelah utara gunung Gaas.
10 Setelah seluruh angkatan itu dikumpulkan
kepada nenek moyangnya, bangkitlah sesudah mereka itu angkatan yang lain, yang
tidak mengenal TUHAN ataupun perbuatan yang dilakukan-Nya bagi orang Israel.
11 Lalu orang Israel melakukan apa yang jahat di
mata TUHAN dan mereka beribadah kepada para Baal.
1 Yoh 2:14-17
14 Aku menulis kepada kamu, hai anak-anak,
karena kamu mengenal Bapa. Aku menulis kepada kamu, hai bapa-bapa, karena kamu
mengenal Dia, yang ada dari mulanya. Aku menulis kepada kamu, hai orang-orang
muda, karena kamu kuat dan firman Allah diam di dalam kamu dan kamu telah
mengalahkan yang jahat.
15 Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang
ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada
di dalam orang itu.
16 Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu
keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal
dari Bapa, melainkan dari dunia.
17 Dan dunia ini sedang lenyap dengan
keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup
selama-lamanya.
Orang-Orang Muda yang
Dipakai Tuhan
Alkitab memberikan
perhatian yang besar sekali untuk orang-orang muda. Tuhan membangkitkan
pahlawan-pahlawan iman yang mengarahkan sejarah dan itu dimulai dari
orang-orang muda. Bahkan Tuhan bekerja dalam hidup mereka pada usia mereka yang
masih sangat muda. Ada yang masih dalam kandungan seperti Simson dan ada juga yang
mulai dari bayi seperti Musa. Bahkan Yosia yang menjadi raja pada usia 8 tahun
lahir dari keluarga yang tidak mengenal Tuhan (kakek dan ayahnya jahat). Alkitab
memberi catatan hidupnya begitu saleh dan berkenan di hadapan Tuhan. Tetapi di
antara raja-raja tidak ada yang seperti Yosia yang memiliki iman seperti
leluhurnya Daud. Tuhan membangkitkan orang-orang muda seperti Musa, juga Samuel
yang masih minum susu sapi lalu dipersembahkan
kepada Tuhan. Tuhan memakai Yosua yang sejak muda mengikuti Musa. Tuhan memakai
Daniel dan ketiga temannya Sadrakh , Mesakh dan Abednego untuk mengguncangkan raja-raja
besar. Daniel berkuasa selama
pemerintahan 4 raja. Semua raja tersebut turun satu per satu dan diganti tetapi
Daniel tetap dipakai sebagai perdana menteri. Padahal Daniel dan teman-temannya
dididik di antara usia 12-15 tahun (teenager). Rasul Yohanes memberikan
perhatian yang besar kepada orang-orang muda, “Aku menulis kepada kamu, hai anak-anak, karena kamu mengenal Bapa. Aku
menulis kepada kamu, hai bapa-bapa, karena kamu mengenal Dia, yang ada dari
mulanya. Aku menulis kepada kamu, hai orang-orang muda, karena kamu kuat dan
firman Allah diam di dalam kamu dan kamu telah mengalahkan yang jahat.” (1 Yoh 2:14). Rasul Yohanes saat menulis
surat tersebut sudah tua dan sebentar lagi dibuang ke Pulau Patmos lalu menulis
kitab Wahyu. Ia menulis kepada orang muda, karena Rasul Yohanes melihat orang
muda adalah orang yang kuat dan Firman Allah diam di dalam mereka dan mereka telah
mengalahkan yang jahat. Itu pesannya kepada orang muda. Kegagalan besar gereja
yang terjadi terus berulang. Apa yang tidak penting bagi Allah itu yang sering dipentingkan.
Hal-hal yang sekunder seperti bangunan gereja
dan musik diperhatikan, tetapi hal utama yang diminta Tuhan tidak diperhatikan.
Teledor Mewariskan Iman
kepada Generasi Berikut
Yosua dalam pidatonya yang terkenal mengatakan, “Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk
beribadah kepada TUHAN, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah;
allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di seberang sungai Efrat, atau
allah orang Amori yang negerinya kamu diami ini. Tetapi aku dan seisi rumahku,
kami akan beribadah kepada TUHAN!" (Yosua 24:15). Pilihan pertama (allah
yang disembah Abraham di seberang sungai Efrat) adalah pilihan agama tradisi, pilihan
yang kedua (ilah orang Amori) memuaskan seks, memberi kekayaan, kesuburan dan
kenikmatan masa muda tetapi Yosua dan keluarganya akan menyembah Allah Israel.
Waktu Yosua berpidato, kebanyakan pemimpin-pemimpin saat itu juga sudah tua. Yosua
hanya membutuhkan satu lembar pidato pemisah lalu setelah itu matilah Yousa di usia
110 tahun. Lalu bangkitlah generasi yang jahat, yang tidak mengenal Tuhan, yang
berpaling dari hadapan Tuhan. Setelah Yosua mati , orang Israel tidak peduli
lagi kepada Tuhan. Sebelum Yosua mati iman mereka adalah iman warisan. Bila pemimpinnya
lurus, iman Israel juga lurus. Kalau pemimpinnya bengkok maka iman mereka juga
bengkok. Waktu Yosua mati, mereka sudah masuk ke tanah perjanjian yang subur.
Masih ada perang tapi mereka telah masuk di tanah yang subur. Tetapi manusia tidak
belajar dari sejarah. Socrates (469 SM - 399 SM, filsuf dari Athena Yunani) berkata,”Kesalahan
manusia terbesar adalah manusia terus-menerus membuat kesalahan dan tidak
menyadari kesalahannya.” Hegel (1770-1831) mengatakan,”Sejarah mencatat bahwa
manusia tidak pernah belajar dari sejarah”. Yang dibaca di catatan Alkitab 3.000-3.500
tahun lalu, kesalahan bangsa Israel yang tidak peduli generasi muda mereka akan
menjadi seperti apa. Papa-mamanya mungkin masih memegang iman yang diwariskan
dari Musa kepada Yosua. Mereka menyembah Allah Yehova juga. Tetapi setelah
Yosua dan orang-orang tua mati, maka bangkitlah suatu generasi yang jahat dan
tidak mengenal Tuhan. Generasi yang tinggal di tanah Kanaan adalah generasi
yang jahat. Bukan karena kehidupan seks mereka tidak bermoral (karena mereka
tetap melakukan tindakan agama seperti memberi persembahan, pergi ke Kemah Suci
dll) tetapi karena hati mereka tidak mengarah kepada Tuhan.
Kita seringkali teledor untuk mewariskan iman ke
generasi berikutnya. Papa-mama semangat melayani, bahkan terkadang tidak punya
waktu untuk keluarga. Dari hari Senin sampai Minggu mengikuti berbagai kegiatan
gerejawi seperti paduan suara, perkunjungan, PA dll tetapi lupa melihat anaknya yang tidak dilibatkan. Ada anak-anak yang merasa gereja telah merampok waktu mereka
bersama dengan orang tua. Saya adalah salah satu korban seperti itu. Kalau
Tuhan tidak menangkap saya, maka saya benci sekali dengan gereja, karena merasa
papa tidak pernah punya waktu dengan keluarga. Anak sakit harus berusaha
sendiri (survive) sendiri. Papa sibuk
terus di gereja. Saya hanya menjadi penonton dari luar.
Peperangan pada Usia Muda
Betapa pentingnya menyelamatkan satu generasi itu.
Baik pada Perjanjian Lama maupun Perjanjian
Baru memberikan dimensi bahwa peperangan
paling besar terjadi pada usia orang-orang muda. Iblis paling tertarik
menghancurkan anak-anak muda. Anak-anak usia di bawah 17 tahun menjadi generasi
yang baru. Perang yang terjadi tidak seperti zaman Israel yang menaklukan musuh
untuk mendapat tanah. Tetapi ada dimensi peperangan yang jauh lebih menakutkan
dari sekedar perang fisik yang menggunakan senjata seperti tombak, pisau, pistol,
nuklir dan sejenisnya karena musuhnya tidak terlihatan. Musuh yang paling sulit
ditaklukan adalah musuh yang tidak dikenali. Kalau musuh dikenali maka akan
mudah menjadi sasaran. Musuh yang tidak dikenali lebih menakutkan dan bahaya.
Alkitab mengatakan ruang peperangan rohani yang paling besar adalah
memperebutkan hati orang muda, menarik orang muda , membawa mereka agar tidak datang
kepada Tuhan. Peperangan kita bukan melawan darah dan daging, pisau dengan pisau,
atau tombak dengan tombak . Tetapi peperangan yang sangat serius yaitu melawan
si jahat yang bertahta di udara dan ingin menguasai pola pikir manusia. Itu
paling sulit. Rasul Paulus mengatakan,” ”Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata dari Allah agar
kamu sanggup berdiri teguh melawan siasat-siasat licik Iblis (Efesus 6:11)”. Ada dimensi peperangan
yang lebih serius, tapi sering dianggap sepele karena musuhnya tidak kelihatan.
Alkitab mencatat bahwa iblis melihat hidup orang muda adalah hidup yang layak diperebutkan. Hidup orang
muda adalah hidup yang berharga. Untuk menjatuhkan gereja maka jatuhkanlah
orang-orang mudanya. Jatuhkan orang-orang muda di gereja maka secara perlahan
gereja akan hancur.
Keluarga besar Israel (Yakob)
datang ke Mesir sebanyak 70 orang. Orang Israel sangat terkenal karena janji
berkat Tuhan yang diberikan ke Abraham bahwa rahim perempuan-perempuan Israel akan menghasilkan keturunan yang
diberkati oleh Tuhan. Kandungan mereka diberkati Tuhan. Waktu mereka masuk ke
Mesir jumlahnya 70 orang, tetapi Keluaran pasal 1 ada kalimat repetisi yang
membuat Firaun takut, “Lihatlah bangsa itu, mereka menjadi sangat banyak ,
dahsyat dan berlipat ganda. Bahkan negeri ini dipenuhi oleh orang-orang itu.” Firaun
tidak takut dengan orang Israel yang tua. Ia takut karena melihat orang Israel yang
waktu masuk sebanyak 70 orang, tetapi sekarang jumlahnya dahsyat (beranak-pinak)
dan memenuhi Mesir. Iblis memakai raja-raja dahsyat dan yang diserang adalah anak-anak. Anak-anak
menakutkan iblis. Bagi yang berusia 40 tahun ke atas, tidak lama lagi waktunya
karena banyak sakitnya, berkurang banyak kapasitasnya dan tidak level (layak).
Tetapi anak muda, paling fresh. Kekuatan
memori dan kemampuan berbicara paling baik terjadi di usia muda. Walau datang ‘hanya’
70 orang, tetapi orang Israel terus hamil. Firaun ketakutan dan membuat kerja
paksa. Dengan kerja paksa dan dikasih makan hanya 1 hari sekali, harapan Firaun
mereka pulang tidur kecapaian. Tetapi perempuan Israel tetap hamil lagi.
Sehingga anak-anak dibuang dan dibunuh . Tapi Tuhan mengirim 1 anak yaitu Musa
untuk dididik di istana Firaun sendiri pakai uang Firaun dan suatu kali kelak
akan memukul balik Firaun. Yang dibunuh Firaun beribu anak, tetapi Tuhan
menitip hanya 1 bayi saja. Anak-anak sungguh menakutkan. Dalam the art of war (seni perang) setelah
penaklukan, panglima dari pihak pemenang akan mencari di mana anak raja yang
ditaklukannya. Ada anak raja yang disembunyikan di ruang bawah tanah atau gua.
Tetapi perang tidak bisa dimenangkan sebelum dibunuh generasi selanjutnya. Agar
perang betul-betul menang final, maka kalahkan yang kecil yang digendong inang
pengasuhnya (dayang-dayang). Maka raja yang taklukan musuhnya akan mencari
anak-anak raja yang dikalahkannya baik dari istri maupun selirnya. Sepertinya
anak itu lemah dan tidak tahu apa-apa tetapi
itu musuh potensial yang menakutkan. Zaman Yesus juga begitu, Herodes takut ada
anak kecil lahir di tanah Yudea yang
akan menjadi raja. Itu membuat dia grogi dan takut. Ia peduli bayi yang akan
menjadi raja. Jadi jangan main dengan generasi berikut. Kamu bisa mengalahkan
papa-mamanya tetapi belum tentu anak-anaknya.
Penghancuran Generasi
Melalui Kenikmatan Dunia
Orang tua sering teledor
generasi di bawah kita. Peperangan kita sangat berat. Bukan lagi fisik, tetapi
peperangan bergeser. Iblis belajar bila menghancurkan fisik anak-anak Tuhan yang
cinta Tuhan tidak akan habis. Maka anak-anak Tuhan dibiarkan beranak-pinak,
hidup mapan dan membesarkan anak mereka lalu dihancurkanlah hati mereka.
Peperangan bergeser , bukan lagi fisik pedang dengan pedang , bom atom melawan
bom atom. 20-30 tahun lalu, peperangan terjadi di dunia pikir, filosofi , semua
diberikan untuk menaklukkan anak muda. Teori kalahkan teori. Buktikan bagaimana Alkitab itu benar? Maka anak
muda dipaparkan bahwa Alkitab banyak kesalahan. Maka generasi berikut akan
gentar sekali. Peperangan berubah ke teori (taklukkan logika). Ateis menyerang
kekristenan dengan mengatakan,”Saya buktikan Allah tidak ada. Saya buktikan Yesus
bukan satu-satunya Allah. Saya buktikan Kristus tidak bangkit.” Peperangan di area
pengetahuan. Pengetahuan menaklukkan pengetahuan. Maka sekarang makin menjadi .
Sekarang bukan lagi di logika, tetapi di basic
sexual pleasure, insting , peperangan bergeser ke hiburan (di area yang seru
dan gembira). Sejarah mencatat bahwa bila taklukan orang dengan logika melawan logika, otak melawan otak, mereka
tidak bisa membuang Allah. Sekarang tidak masuk peperangan, mereka menonton TV,
mendengar musik , melihat film, membaca majalah, itu semua medan peperangan
untuk merampas mereka dari Tuhan. Peperangan ini berat.
Suatu kali saya ditelpon dari Sekolah Dian Harapan
dan Pelita Harapan. Saya ditanya apakah ada hamba Tuhan lain yang bisa mengisi
jadwal khotbah di sana di kebaktian awal pengajaran baru. Lalu saya pun menyebut
beberapa nama. Kemudian saya ditanya,”Bu, apakah mereka bisa bicara dengan
anak-anak sehingga anak-anak bisa bertahan 30 menit mendengarkan khotbah?” Rupanya
mereka kebingungan untuk mencari pembicara yang bisa menghibur anak-anak.
Bagaimana anak-anak SMP dan SMA bisa bertahan mendengar khotbah selama 30 menit
tidak bergerak ke kanan kiri karena mereka sudah sangat dipuaskan dengan segala
hiburan. Mereka merasa bosan mendengar hamba Tuhan berkhotbah. Waktu mendengar seminar
45 menit, mereka tidak bisa tahan, mereka gelisah terutama yang remaja. Untuk anak-anak
kecil masih bisa dimarahi ,”Kalau tidak mau duduk, silahkan keluar!” Tetapi
bagi anak-anak remaja, mereka akan memilih keluar. Mereka tidak mau mendengar firman. Jadi mereka minta dicarikan
hamba Tuhan yang bisa bicara ke anak-anak.
Kita masuk ke generasi yang mati rasa dengan
kesukaan akan hal-hal rohani sangat
rendah sekali. Mereka melihat semua iklan dan tokoh idola mereka seperti artis
K-Pop dan band-band mereka. Para artis dan anggota band tersebut tidak ada yang
berkata,”Pakai baju seperti saya!” ,”Kasih tangan seperti saya” atau “Keluarkan
lidah seperti saya” namun herannya anak-anak hanya mendengar mereka beryanyi lalu
mereka mengikuti gerakan artis idola mereka. Ada ‘nabi’ dunia yang merampas
anak-anak kita. Peperangan ini menjadi tidak adil. Saat orang dewasa mengajar
anaknya, modelnya membosankan. Ada hamba Tuhan, pembina remaja, pendeta yang
bicara dengan mereka dengan cara one way
(monolog) dan tidak pakai power point, tidak ada seru-serunya saat
mereka diminta duduk mendengarkannya. Lalu mereka menjadi berat dan tidak
seimbang. Kita ajari mereka takut akan Tuhan tapi dengan cara monolog. Padahal
dunia berusaha merampas hati mereka. Sewaktu mereka berada di kamar sendiri yang ber-AC, minum coke sambil berselancar di
dunia maya maka ‘sampah’ pun masuk ke pikiran mereka.
Ada seorang anak perempaun kelas 5 SD yang kecanduan
menonton video porno. Ia mendekati siswa laki-laki yang kelas 6 SD. Ia tidak
bisa mengendalikan diri dan melakukan hal-hal yang memalukan. Rupanya ia menonton
film porno pertama kali dari kamar papa-mamanya yang lupa menyimpannya. Dulu
kita takut anak-anak akan dirusak di
luar rumah. Sehingga kita melarang anak untuk berkumpul dengan kelompok tertentu
tetapi sekarang anak-anak dirusak di rumah dan di kamar sendiri. Semua ide ‘sampah’
masuk otak anak lewat lagu, musik, kartun, film, fashion
(cara berpakaian) dan semua itu mereka terima. Tidak ada yang menyuruh mereka
untuk pakai baju apa dan mereka hanya melihat saja sambil tertawa-tawa. Anak
menyanyikan lagu dunia tanpa mengetahui inti dan artinya. Saya berkomentar ke
adik saya,”Anakmu kok bisa nyanyi seperti itu?” Padahal iman timbul dari
pendengaran. Kalau yang didengar firman Tuhan, maka imanmu akan bertumbuh
sesuai firman Tuhan, tetapi bila mereka mendengar sampah maka imanmu menjadi
sampah. Zaman dulu perselingkuhan merupakan hal yang nista (hina-dina) sekarang
jadi trend, tetapi sekarang ada lagu
yang berlirik,”Jadikan aku yang kedua.” Apakah lagu yang dinyanyikan tersebut
bisa dimengerti artinya oleh mereka? Dunia menghibur dan menarik hati mereka. Ada
video musik di MTV di mana perempuan penyanyinya berpakaian hampir telanjang. Bajunya
minim sekali tetapi keponakan saya mengatakan ,”Keren” padahal komentar seperti
itu bagi kita bisa sport jantung. Mereka melihat hal itu dari video musik sambil
tertawa-tertawa dengan temannya. Lalu saat di-counter oleh hamba Tuhan di
seminar, mereka berkata, “Teori itu bagus di hari minggu.” Senin-Sabtu mereka
hidup dengan kesenangan mereka sendiri. Dunia menanamkan ideologi mereka dengan
menggunakan kenikmatan. Dan gereja pun dengan susah berusaha mengambil hati
mereka lewat edukasi (pengajaran). Namun kita jangan gentar. Alkitab
mengatakan,”Ajarkan itu berulang-ulang.” tetapi dengan bijaksana. Mengulang tanpa
bijaksana bisa membuat mereka membenci gereja.
Ketidakpeduliaan Hal Rohani
dan Kenyamanan Hidup yang Menghancurkan Generasi Muda
Untuk menjual produk minuman dunia menggunakan pola
Alkitab yaitu dengan cara memasang iklan berulang-ulang walau harga tayang
iklan tersebut selama 5 detik bisa bertarif puluhan juta rupiah di TV.
Prinsipnya dilakukan berulang-ulang. Diulang terus sehingga dengan mendengar
musiknya saja kita tahu itu iklan produk apa. Prinsipnya siapa yang mengajarkan
pertama kali akan diingat. Hal ini terus
berlaku sehingga menjadi kepercayaan. Mari kita belajar, sejarah mencatat
bagaimana anak-anak muda dirampas oleh dunia ini. Bagaimana peperangan itu dibukakan
di hadapan kita. Masalahnya ada 2 yaitu dalam diri orang tua dan gereja.
Mengapa setelah Yosua mati, lalu bangkit generasi di bawahnya yang tidak
mengenal Tuhan?” Gereja teledor dan tidak peduli dengan hal-hal rohani. Ini tidak
fokus dalam pendidikan anak yaitu ketidakpedulian hal rohani. Tetapi saya
perhatikan hal ini terjadi walau tidak semuanya salah. Ada kegiatan yang
dicatat di majalah dinding gereja seperti lomba basket, lomba fashion show. Saya kaget di gereja ada
brosur fashion show untuk memperingati
17 Agustus. Lalu diadakan latihan band. Hal ini tidak salah, tetapi dampaknya
anak dibuat sibuk saja tetapi tidak ada relasi kedekatan dengan Tuhan
(kerohanian mereka). Pembimbingnya berkata, “Penginjil tahu generasi anak-anak
tidak suka datang ke PA atau KTB kecuali dengan nonton bersama sebulan sekali. Mobil
gereja menjemput mereka. Apa ini solusi untuk memenangkan anak kita?” Supaya
dapat fans pengikut yang banyak (kuantitas), tetapi kita kehilangan kualitas
iman mereka (kehilangan iman yang sungguh-sungguh di hadapan Allah) .
Kemungkinan besar, bangsa Israel sudah nyaman
masuk tanah perjanjian. Orang tua tidak lagi mengajar dan membimbing untuk
mengenal Tuhan. Mereka tidak perang lagi melainkan mereka membangun rumah, beternak,
bercocok tanam, semakin kaya dan tidak peduli hal rohani. Kedua, kenyamanan hidup.
Saya dibesarkan di Madura. Orang-orang di tempat saya tinggal kebanyakan muslim
(95%) dan militan. Saya belajar agama islam di sekolah supaya dapat nilai rapot.
Keinginan mereka untuk mendidik anak berkenan di hadapan Tuhan tinggi sekali. Ada
seorang bapak yang punya istri lebih dari satu. Suatu kali sang bapak ini berlari-lari
dan ketika ditanya,”mengapa?” Dia menjawab,”Saya mau pulang, istri saya mau
melahirkan.” Dia tidak tahu anak yang akan dilahirkan anak yang ke berapa dan urutan
istri yang mana juga tidak tahu karena mereka banyak. Tetapi ia berkata, “Saya
mau menjadi papa yang mengendong anaknya,
untuk memberikan 2 kalimat syahadat.” Kalau anak lahir pertama kali, ia harus
memahami asma Allah. Saat menghirup nafas mendengar kalimat syahadat beda (ini
beda dengan orang Kristen, saat anaknya lahir yang didengarkan adalah musik
klasik).
Didiklah Anak-Anak di
Usia Muda untuk Takut akan Tuhan!
Anak orang Islam harus
pakai jilbab agar mereka tahu dibesarkan dari keluarga Muslim. Di belakang
rumah saya dulu ada langgar (mesjid kecil). Anak-anak nya dididik menyanyikan lagu
“Happy ya ya ya . happy he ye.ye.. aku
ini seorang muslimah, aku rajin berdoa dan suka sadakoh, aku ini anak soleha”.
Saya kaget. Papa saya berkata,”Kamu terlalu enak tinggal di lingkungan Kristen
sehingga kamu lupa keinginannya” Mereka belajar tapi tidak sebentar. Saat radikalisme
bangkit kita tertidur. Mereka belajar dengan mendidik orang pasang bom dan
mereka merasa dengan berbuat demikian dianggap “menikah dengan Allah”. “Itu 20
tahun lalu kamu tidak baca koran?” papa saya mengingatkan. Waktu 1.000 orang
dikirim untuk jadi guru agar bisa mendidik jadi orang militan. Untuk menjadi
besar, mereka dididik secara ekstrim. Jangan didik waktu mereka sudah besar (harus
usia paling kecil). Amerika pernah menjatuhkan
bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, lalu Jepang bangkit kerja keras
mati-matian. 50 tahun kemudian Amerika hancur dari dalam sendiri. Anak-anaknya rusak
dan tidak tahu bekerja. Mereka mendatangkan tenaga kerja dari Asia. Sedangkan
mereka sendiri hanya ingin menjadi artis, berjudi dan mereka tidak mau kerja. Generasi
mudanya rontok. Jepang bangkit dan mendidik orang dari muda. Amerika menghancurkan fisik orang Jepang, namun anak Jepang
dididik untuk menjadi orang paling pintar. Etos kerja orang Amerika merosot, kenyamanan dan kemapanan membuat rontok.
Generasi yang dididik sekarang tidak tahan uji , instan, tidak mau berjuang.
Di sekolah Calvin, anak kelas 5 SD diajar untuk menyapu
dan ini dilakukan seadanya. Ada yang baru lari sedikit terjatuh, lalu pura-pura
sakit. Anak sekarang merupakan hasil produk instan yang kurang berhikmat. Jadi orang
tua maunya anak tidak boleh susah karena anak sekarang dididik untuk bisa melanjutkan
bisnis keluarganya. Mereka pintar tapi kurang berhikmat dan tidak takut akan
Tuhan. Mereka tidak mau bekerja keras. Jika merasa susah sedikit mereka pun bunuh
diri. Suatu kali saya mengunjungi jemaat. Di rumahnya ada musik klasik dan tulisan “Hush... my baby is asleep.” Lampu
dibuat remang untuk tidak menganggu bayinya. Sewaktu bicara sedikit keras, saya
diingatkan bahwa saya bukan sedang berkhotbah jadi bicaranya agar pelan-pelan saja.
Sehingga saya pun bicaranya berbisik-bisik. Kalau anak mau keluar makan, ada
mangkok berisi air panas, semuanya tersedia dan sang anak sangat dilindungi. Saya
berkata ke ibunya, ‘Saya kasih tahu ya, itu anakmu kalau sudah besar, saat mendengar
suara anjing kentut pun bisa sakit jantungan.” Dia berkata,”Jangan begitu dong!”
Masa anak jatuh langsung panik dan suster yang menjaganya langsung dimarahi? Binatang
dapat mendidik anak dengan lebih bijaksana. Seekor induk burung rajawali akan
mendorong anaknya untuk keluar hingga terjatuh dari sarangnya. Namun sebelum
terbentur tanah, induknya terbang mengejar dan mengangkatnya kembali. Burung
rajawali ternyata lebih berhikmat. Tuhan telah memberi insting kepada binatang,
karena kalau tidak begitu maka anaknya rusak.
Sedangkan bila seorang ibu sudah menyiapkan semua untuk anaknya maka
anaknya akan susah mandiri dan kita akan kehilangan generasi kita. Anak kita
punya kebutuhan rohani mereka. Doakan satu persatu dan sebutkan nama mereka.
Ceritakan firman Tuhan kepada mereka. Bila anak salah, maka berani untuk memberikan
hukuman. Jangan hanya memberikan kenikmatan. Anak Pdt. Stephen Tong, saat
belajar di Amerika juga bekerja cuci piring. Sedangkan anak di tempat kita
kalau boleh tidak ngapa-ngapain. Padahal orang muda mempunyai 3 tantangan yaitu
kedagingan, keinganan mata dan keangkuhan hidup. Itu PR orang-orang muda.
Kiranya Tuhan memberkati gereja ini dan sebagai orang tua. Socrates berkata,”Apa
gunanya kamu memperoleh setiap jengkal tanah kalau kamu kehilangan generasi
muda?” Dengan kata lain ia berkata, “Bodoh kalau kamu mendapat setiap jengkal tanah
tapi kehilangan generasi muda. Kiranya anak muda dididik untuk takut akan
Tuhan.
No comments:
Post a Comment