Ev. Rio Tan
Ibrani 4:10-13
10
Sebab barangsiapa telah masuk ke tempat perhentian-Nya, ia sendiri telah
berhenti dari segala pekerjaannya, sama seperti Allah berhenti dari
pekerjaan-Nya.
11
Karena itu baiklah kita berusaha untuk masuk ke dalam perhentian itu,
supaya jangan seorangpun jatuh karena mengikuti contoh ketidaktaatan itu juga.
12
Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang
bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh,
sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati
kita.
13
Dan tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab
segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita
harus memberikan pertanggungan jawab.
Aturan dan Tanggung Jawab
Saat mencoba memperhatikan
tatanan hidup sebagai manusia, baik yang masih muda atau pun yang sudah tua, maka seringkali kita bersinggunggan
dengan berbagai aturan. Aturan-aturan itu melekat dengan berbagai aspek kehidupan.
Contoh : setiap rumah tangga punya aturan. Saya teringat akan aturan di rumah
di mana kalau sedang makan, tidak boleh ada yang memainkan gawai (gadget)
atau memegang telpon seluler, tidak boleh makan sambil menonton dll.
Dalam arena yang lebih luas seperti saat menempuh pendidikan di universitas, ada
aturan seperti bila 3 kali tidak hadir dalam kuliah maka tidak boleh mengikuti ujian
akhir (UAS). Di kantor (perusahaan tempat kita bekerja) pun ada aturannya.
Bahkan di luar, ketika berkendaraan di jalan ada aturan lalu lintas seperti kalau
lampu sedang merah berarti harus kendaraan berhenti (bukan sebaliknya malah
tancap gas) sedangkan bila lampunya telah hijau maka baru boleh jalan. Di
gereja juga ada aturan. Seperti selama ibadah, telepon seluler harus dimatikan,
saat ibadah berlangsung tidak boleh ngobrol atau tidur (terkadang waktu mendengar
firman Tuhan menjadi waktu paling ‘indah’ untuk tidur), jemaat hadir sebelum
ibadah dimulai. Di gereja saya bila
ibadah dimulai pk 10 maka jemaat yang hadir tepat pada pk 10 atau lebih
dianggap telat (hadir sebelum pk 10 baru dihitung tidak telat). Jadi kalau mau
tidak telat, datanglah ½ jam sebelumnya. Tadi saat hendak menyampaikan khotbah
di tempat ini, saya usahakan berangkat secepatnya dari daerah Bumi Serpong
Damai (BSD) sehingga bisa tiba di sini sebelum pk 9.30.
Hidup kita diwarnai dengan
aturan-aturan. Aturan itu bertujuan agar segala sesuatu bisa ditata dengan baik
sehingga tujuannya bisa dicapai bersama-sama. Dalam hidup manusia, kita
seringkali berkaitan dengan aturan. Manusia dituntut untuk bertanggung jawab untuk
mentaati aturan yang dibuat demi suatu tujuan. Kita belajar dan diajar untuk
bertanggungjawab. Jadi ada 2 hal yaitu aturan dan tanggung jawab yang ada di
dalam hidup kita baik yang berusia tua maupun muda atau baik yang sudah bekerja
bekerja maupun yang masih kuliah. Dalam kehidupan sebagai orang Kristen (orang
percaya) ada tanggung jawab yang harus dipikul seperti beribadah pada hari
Minggu, ikut dalam pelayanan, berdoa kepada Tuhan. Sebagai orang percaya
sekalipun diberi anugerah keselamatan dari Tuhan, kita punya tanggung jawab.
Ibrani 4:13 Dan tidak ada
suatu makhlukpun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu
telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan
pertanggungan jawab. Ayat ini mengatakan
dengan jelas bahwa kita hidup sementara
di dunia dan kita akan meninggalkan dunia ini. Suatu hari nanti setiap orang tanpa kecuali harus memberi
pertanggungjawaban kepada Tuhan. Saat itu tidak ada lagi yang namanya hamba
Tuhan dan pendeta yang membela. Yang ada hanya diri kita dengan Tuhan untuk
mempertanggungjawabkan hidup kita. Ketika kita hadir di dunia ini, dalam
prosesnya hari demi hari, sampai mencapai akhir kehidupan kita, ternyata tidak
berakhir begitu saja. Setiap orang tanpa kecuali akan mempertanggungjawabkan
hidupnya. Masalahnya : bagaimana kita menjalani hidup kita hari lepas hari?
Apakah kita bertanggung jawab dengan anugerah yang diberikan kepada kita? Apakah
semakin hari kita semakin menikmati kasih Tuhan dan semakin memiliki pengenalan
yang sempurna akan Tuhan? Kalau kita tidak bertanggung jawab dengan kesempatan
hidup yang diberikan Tuhan, maka kita melewati hari demi hari begitu-begitu
saja. Setiap hari dimulai dengan bekerja di pagi hari, malam hari pulang bertemu
keluarga. Begitu seterusnya. Kalau kita tidak bertanggunggung jawab, maka Tuhan
mengatakan,”Aku tidak akan mengenalmu.” Kehidupan kita harus bertanggungjawab.
Sebagai orang yang percaya , setelah diselamatkan, maka kita harus mengisi setiap
hari dengan hal yang bermakna (bernilai) sesuai dengan kehendak Tuhan. Kita
tidak pernah tahu apa yang harus dilakukan, bagaimana mengisi hidup kita, kalau
kita tidak punya waktu untuk membaca dan merenungkan firman Tuhan. Suatu saat
kita harus mempertanggungjawabkan hal yang telah kita lakukan.
Firman Tuhan Menuntun Hidup Orang Percaya
Maz 119:105 Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.
Di dalam kehidupan kita yang singkat dan sementara, kita tidak tahu kapan hidup
kita akan berakhir. Mari kita isi dengan hal yang Tuhan mau kita lakukan. Firman
Tuhan sebagai dasar kehidupan kita dan sebagai
kebenaran yang menjadi penuntun hidup kita. Di dalam kehidupan kita, kita
berpegang penuh dan setia pada kebenaran firman Tuhan. Satu hal yang kita
syukuri sebagai orang percaya, kita menerima anugerah. Tuhan memberikan
anugerah untuk kita semua. Tetapi anugerah itu bukan anugerah yang murahan.
Ketika anugerah diberikan untuk kita semua, maka kita harus menyerahkan hidup
kita, keberadaan diri kita sepenuhnya kepada Tuhan agar Tuhan pimpin seluruh
hidup kita. Jangan berpikir kita sudah punya kemampuan, kepintaran, uang , jabatan
yang tinggi dll sehingga tidak bersandar pada Tuhan. Kalau menjalani hidup
sendiri dengan kemampuan sendiri, maka kita tidak mampu menjalaninya. Kita
butuh Tuhan untuk menuntun hidup kita. Kita butuh Firman Tuhan untuk menjalani
hidup kita.
2 hari lalu ada seorang jemaat
yang ada datang kepada saya dan berkata,”Pak semakin hari hidup semakin susah.”
Dia lihat berita bahwa Jumat lalu (30/6/2017), hanya berjarak 200 meter dari
Markas Besar Polri, dua anggota polisi yang sedang menunaikan ibadah di Masjid
Falatehan ditusuk oleh seorang pria. Padahal mesjid adalah tempat ibadah yang
kudus. Dia melanjutkan,”Di tengah kondisi seperti ini, apa yang harus
dilakukan. Kadang saya jualan dan laku. Kadang tidak laku dan tidak dapat uang
sepeser pun. Sekarang tinggal di Indonesia makin susah.” Saya katakan, “Segala
sesuatu bisa berubah di dunia ini. Hari ini kita bisa memiliki sesuatu besok
kita bisa kehilangan. Hari ini kita bisa memiliki kesehatan namun di lain hari
kita bisa kehilangan kesehatan itu. Segala
sesuatu bisa berubah. Yang tidak berubah adalah Tuhan mengasihi kita dan Ia
berikan FirmanNya untuk menuntun hidup kita. Dengan semakin sulitnya kehidupan,
maka apakah kita masih berpegang teguh pada firman Tuhan?”. Saya berkata,”Terkadang
saya tidak mengerti apa yang harus dilakukan. Langkah apa, penyeselesaian apa
yang harus dilakukan? Tetapi ketika kembali kepada firman Tuhan, Tuhan akan memberikan
kekuatan, dan tidak tinggalkan saya. Ia memimpin hidup saya.”
Hari ini masihkah kita berpegang
teguh dan setia pada kebenaran firman Tuhan? Kalau kita gagal berpegang teguh
pada firman Tuhan, maka kita gagal mengenal kebenaran Firman Tuhan. Kalau gagal
mengenal kebenaran, kita gagal mengubah kehidupan kita dan menghasilkan buah.
Firman Tuhan membawa kita mengerti kebenaran dan memperbarui kehidupan kita. Firman
itu akan membuat kita mengerti bagaimana kita menghasilkan buah dalam hidup
kita.
Koko (kakak laki-laki) ipar saya
menyenangi tanaman. Suatu kali ia melihat pekarangan rumah kami yang kosong dan ia pun bermaksud memanfaatkan
lahan kosong itu dengan menanam pohon mangga. Jadi ia mencari cangkokan pohon
mangga yang baik. Kami berkomentar,”Apakah pohon mangganya bisa tumbuh?” karena
pekarangan yang kosong hanya kecil saja sedangkan pohon mangga membutuhkan lahan
yang luas. Namun koko ipar saya yakin pasti pohon mangganya bisa tumbuh. Dan ia
mencoba menanam cangkokan pohon mangga tersebut. Kemudian ia merawat, menjaga, memperhatikan
pohon itu melebihi perhatiannya kepada istri dan anaknya. Secara perlahan pohon
itu mulai bertumbuh tinggi hingga akhirnya berhenti saat tingginya sebahu saya.
Saya berkata, “Nah mana bisa pohon setinggi ini bisa menghasilkan buah?”. Setelah
saya berbicara begitu, ternyata pohon mangga itu berbuah dan berbuahnya bukan
saja 1 tapi 5 buah! Lalu buahnya dibungkus plastik agar tidak terlihat oleh tetangga.
Koko ipar berkata, “Walaupun lahannya kecil namun dengan perawatan ternyata
pohon mangga itu menghasilkan buah”. Bukan hanya sekali tapi berbuah berkali-kali.
Sayangnya akhirnya pohon mangga itu ditebang saat rumah direnovasi. Ketika kita
merawat dan menjaga sendiri terasa ada sensasi yang berbeda. Memetik , merawat dan
makan sendiri. Ketika menanam sesuatu , kita ingin tanaman itu bisa bertumbuh
dan pohon itu bisa menghasilkan buah. Tuhan rindu, ketika menyelamatkan kita,
Tuhan merindukan, menantikan dan mengharapkan hidup kita bisa menghasikan buah
dari kebenaran yang kita pelajari. Kita mendapatkan kebenaran dari firman Tuhan
sendiri. Firman Tuhan diberikan kepada kita dan dengan kuasa Roh Kudus kita
sungguh diubahkan sebagai orang percaya dan menghasilkan buah dalam hidup kita karena
kita sungguh kembali pada pengenalan dan kebenaran firman Tuhan. Kita selalu
bergumul menemukan kebenaran firman Tuhan dalam hidup kita. Sebaliknya kalau
kita tidak bergumul dengan firman Tuhan , maka omong kosong kita bicara tentang
kebenaran dan mustahil menghasilkan buah tanpa
tuntunan firman Tuhan dalam hidup kita.
Ciri Orang Kristen yang Bertumbuh
Ada sebuah buku yang bertanya,”Apa
ciri orang Kristen yang bertumbuh?” Ada yang mengatakan, orang Kristen yang
bertumbuh adalah orang Kristen yang setia ikut beribadah dan persekutuan doa setiap
minggu (tidak pernah bolos), ikut mengambil
bagian dalam pelayanan serta mengalami suka-dukanya. Terkadang kita terjebak
dalam fenomena seperti itu. Pertumbuhan kerohanian Kristen tidak sekedar diukur
seperti itu. Pertumbuhan kerohanian itu seharusnya diukur dari sejauh mana ia
mengalami perubahan dan menghasilkan buah dalam hidupnya. Kehidupan kerohanian
tidak bertumbuh dengan datang ke gereja. Ada orang Kristen yang setiap Minggu
ke gereja tapi masih aktif melakukan dosa. Seharusnya saat kembali ke rumah, tempat
kerja dan kuliah, orang bisa melihat perubahan nyata dalam hidupnya. Jangan kita
kehilangan waktu belajar firman Tuhan dan menolak kebenaran firman Tuhan. Rasul
Paulus mengatakan, “Karena akan datang
waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan
mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan
telinganya. Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya
bagi dongeng.” (2 Tim 4:3-4). Apakah
kita mencari kebenaran sekalipun menyanyat, menyakitkan , menusuk? Ataukah yang
kita cari adalah khotbah yang lucu, enak
didengar dan hamba Tuhannya tidak marah-marah? Banyak orang biasanya mencari
hal-hal yang belakangan itu.
Suatu waktu saya diminta khotbah
tentang perpuluhan. Saat itu saya membawakan tentang sikap hati dalam
memberikan persembahan. Kalau kita punya sikap hati yang rindu maka kita akan memberikan
yang terbaik pada Tuhan (termasuk dalam hal materi). Sebelum khotbah itu ,
bendahara gereja mengatakan, minggu lalu dalam kantong persembahan ditemukan
uang Rp 2.000-an. Buat saya hal ini bukan masalah. Yang menjadi masalah uangnya
diremes sampai kucel dan hitam. Yang parah, di dalamnya itu ada slip parkir
yang menjelaskan bahwa bahwa uang yang diberikan itu adalah uang kembalian
parkir. Rupanya saat parkir ia memberikan uang Rp 5.000 lalu dikembalikan Rp
2.000. Kalau kita punya sikap yang baik, maka kita tidak mungkin memberi uang
yang diremes , kotor dan bau, tetapi diberikan dalam bentuk persembahan tanpa bon
parkir. Siangnya ada seorang Bapak yang mengirim SMS kepada saya. Isinya,”Pak,
seharusnya dalam khotbah tidak bicara seperti itu.” Saya bertanya, “Bagian yang
mana?” Dijelaskan,”Itu lho Pak, kasih uang Rp 2.000 di kantung persembahan.”
Saya bertanya lagi,”Memang orang yang memberikan uang Rp 2.000 itu Bapak?”
Dijawab,”Bukan!” Saya dengan nada polos bertanya,”Lalu kenapa bapak mempermasalahkannya?
Saya tadi bicara tentang sikap hati memberi persembahan ke Tuhan.” Bapak itu
berkata,”Tapi saya tidak suka Bapak bicara seperti itu.” Saya bertanya lagi,”Jadi
Bapak maunya yang bagaimana?” Ia pun menjawab,”Ya saya tidak tahu. Yang penting
tidak bicara seperti itu!” Hanya hal seperti itu saja ada jemaat yang protes. Bagi
dia hal itu terlalu pedas didengar dan menyakitkan. Ia ingin mendengar hal-hal
yang baik. Rupanya banyak yang terbiasa mendengar, “Kalau kita kasih segini
nanti Tuhan akan kasih 100 kali lipat.”
Pedang Bermata Dua
Firman Tuhan ibarat pedang bermata dua, yang menusuk ke bagian paling dalam
diri manusia. Ia mengoreksi hidup kita, menilai kehidupan kita, mengeluarkan
bagian yang tidak baik (jahat) untuk menjadi hal yang baik sesuai dengan yang
Tuhan mau. Kebenaran seringkali pahit didengar. Tetapi kebenaran firman Tuhan tidak
akan pernah sia-sia saat dilakukan dalam hidup kita. Tanggung jawab kita selain
dipimpin oleh firman Tuhan, tanggung jawab yang diberikan, mengalami
transformasi, menghasilkan buah, menjadi berkat dan berdampak pada orang lain.
Kalau firman Tuhan memimpin hidup kita, berapa banyak waktu yang kita berikan
untuk belajar firman Tuhan? Saya menangani persekutuan pemuda dan remaja. Jumlah
jemaat remajanya ada sekitar 60 orang. Setiap bulan saya bertanya, “Siapa yang
minggu ini setiap hari bersaat teduh?” Ada 2-3 orang remaja yang mengangkat
tangan. Saya bertanya lagi,”Siapa yang bersaat teduh 5 kali dalam seminggu ini?”
Ada 4 orang yang mengangkat tangan. Jadi total 7 orang. Saya kembali bertanya,”Siapa
yang bersaat teduh 3 kali saja dalam seminggu?” Ada 3 orang remaja yang
mengangkat tangan. Total 10 orang. Lagi-lagi saya bertanya,”Siapa yang minggu
ini hanya bersaat teduh 1 hari dalam seminggu ini?” Ada 10 orang yang
mengangkat tangan. Jadi sisanya (40 orang) tidak bersaat teduh. Satu hari pun
tidak, sekalipun tidak. Alasannya klasik. Jemaat yang tidak bersaat teduh baik di remaja, pemuda atau dewasa beralasan sibuk.
Coba tanya kepada teman di gereja apakah bersaat teduh minggu ini? Ada yang
menjawab,”Sibuk kerja”, “Sibuk cari pasangan hidup”, sibuk... sibuk... sibuk. ‘Sibuk’ menjadi kata yang tidak bisa dihilangkan
dalam kehidupan kita.
Sebuah buku menceritakan, seorang anak yang punya masalah di sekolah datang ke mamanya, “Ma, saya mau
cerita.” Namun mamanya hanya berkata, “Nanti ya, mama sedang sibuk jualan online”. Jadi ia pun datang ke papanya. “Papa,
saya ada masalah tadi di sekolah.” Respon papanya, “Kamu ke mama saja!” Karena
tidak ditanggapi, lalu ia datang ke guru sekolah minggu. Tapi guru tersebut berkata,
“Gimana ya. Koko bukannya tidak mau bantu. Saya sedang sibuk pelayanan di
gereja. Nanti kita cari waktu lain saja ya” Akhirnya ia melihat ada seorang panatua
yang baik dan ia pun berkata kepadanya,”Pak saya mau cerita kepada Bapak karena
orang lain tidak mau mendengar. Demikian juga dengan koko.” Tetapi Panatua juga berkata, “Saya juga
sibuk karena sedang sibuk persiapan untuk natalan.” Terkadang kalau kita diminta
melakukan sesuatu , jawabannya : sibuk.. sibuk.. sibuk.. dan sibuk! Ketika kita
begitu sibuk dengan kehidupan kita, tenggelam dalam kesibukan kita tanpa firman
Tuhan, maka kesibukan itu menjadi tidak berarti dan tidak bernilai. Karena kita
sibuk dalam banyak hal tapi kehilangan sesuatu yang penting dalam hidup kita
yaitu firman Tuhan yang memimpin hidup kita.
Maka seringkali kita mengalami kegagalan
karena kita tidak dipimpin oleh Firman Tuhan. Kita tidak menyediakan waktu
untuk sungguh belajar firman Tuhan. Tidak peduli sudah menjadi orang Kristen
sekian tahun atau orangnya aktif melayani
, tetapi pelayanan dan kehadiran kita tidak menjaminnya. Tetapi berapa lama
sudah jadi percaya dan datang ke gereja, pertanyaan yang penting : “Apakah
punya waktu untuk membaca dan mempelajari firman Tuhan?” Jangan katakan
belajarnya hanya di gereja pada hari Minggu. Karena kalau hal itu sudah pasti
kecuali saat di gereja mengantuk. Kalau sungguh punya waktu untuk secara rutin
belajar firman Tuhan agar dipimpin oleh kebenaranNya dan hidup kita diubahkan sehingga
menghasilkan buah. Berikan waktu dan kesempatan untuk belajar firman Tuhan walau
tidak mudah. Firman Tuhan yang didengar dan dibaca tidak akan pernah kembali dengan
sia-sia. Karena Firman Tuhan hidup, kebenaran
Firman Tuhan itu akan mengubahkan , memulihkan dan menguatkan kita dalam menjalani
hidup kita. Ada sebuah kalimat dalam sebuah film rohani,”Hidup kita seperti
perang. Ketika berperang ada perjuangan hidup. Untuk meraih kemenangan dalam
peperangan hidup tidak mudah. Kita butuh
cara yang tepat dan sumber daya yang baik. Hidup kita sebagai anak Tuhan di
dunia ini diwarnai peperangan hidup. Kita bisa menikmati peperangan ketika kita
bisa berdoa dan kembali dipimpin oleh firman Tuhan.”
Penutup
Pada waktunya nanti ,tanpa kecuali kita akan mempertanggungjawabkan hidup
kita di hadapan Tuhan. Bagaimana
kita menjalani hidup kita hari ini? Apakah kita bertanggung jawab sebagai orang
percaya? Apakah kita sungguh-sungguh belajar firman Tuhan, dituntun oleh firman
Tuhan sehingga kita hidup dalam kebenaran, menghasilkan buah dan akhirnya ketika kita datang
ke hadapan Tuhan saat mempertanggungjawabkan hidup kita yang tidak mudah dan akhirnya
Tuhan menyambut kita , membawa kita masuk dalam kebahagian yang diberikan Tuhan
kepada kita? Biarlah hidup kita dipimpin oleh Firman Tuhan, menemukan
kebenaran, belajar kebenaran , melakukan
dan membagikan kebenaran untuk orang lain. Amin.
No comments:
Post a Comment