Pdt. Alex Nanlohy
Kis 17:10-15
10
Tetapi pada malam itu juga segera saudara-saudara di situ menyuruh
Paulus dan Silas berangkat ke Berea. Setibanya di situ pergilah mereka ke rumah
ibadat orang Yahudi.
11 Orang-orang
Yahudi di kota itu lebih baik hatinya dari pada orang-orang Yahudi di
Tesalonika, karena mereka menerima firman itu dengan segala kerelaan hati dan
setiap hari mereka menyelidiki Kitab Suci untuk mengetahui, apakah semuanya itu
benar demikian.
12
Banyak di antara mereka yang menjadi percaya; juga tidak sedikit di
antara perempuan-perempuan terkemuka dan laki-laki Yunani.
13
Tetapi ketika orang-orang Yahudi dari Tesalonika tahu, bahwa juga di
Berea telah diberitakan firman Allah oleh Paulus, datang jugalah mereka ke sana
menghasut dan menggelisahkan hati orang banyak.
14
Tetapi saudara-saudara menyuruh Paulus segera berangkat menuju ke pantai
laut, tetapi Silas dan Timotius masih tinggal di Berea.
15
Orang-orang yang mengiringi Paulus menemaninya sampai di Atena, lalu
kembali dengan pesan kepada Silas dan Timotius, supaya mereka selekas mungkin
datang kepadanya.
Pendahuluan
Tema hari ini “Gali Firman ,
jangan Cuma Mendengar Khotbah”. Pada Kisah 16 Tuhan memakai Rasul Paulus untuk memberitakan
Firman di Filipi, Tesalonika dan Berea. Ketika melayani di Filipi Rasul Paulus bahkan
sampai dipenjarakan, namun Tuhan secara ajaib melepaskan Rasul Paulus (dan
Silas). Rasul Paulus di penjara karena memberitakan Firman. Setelah dilepaskan
dari penjara, apa yang dilakukan Rasul Paulus? Biasanya orang yang baru
dilepaskan dari penjara lebih memilih untuk pulang ke rumah beristirahat.
Tetapi Rasul Paulus memilih untuk pergi ke Tesalonika dan melakukan lagi hal
yang sama yaitu memberitakan Firman. 3 hari sabat berturut-turut Rasul Paulus berada
di Tesalonika, banyak yang percaya namun juga banyak yang menentangnya. Lalu ia
pindah lagi ke kota Berea. Apa yang dilakukan di Berea? Kembali ia memberitakan
Firman . Itu yang ditulis di Kisah 17:10 Tetapi
pada malam itu juga segera saudara-saudara di situ menyuruh Paulus dan Silas
berangkat ke Berea. Setibanya di situ pergilah mereka ke rumah ibadat orang
Yahudi.. Rasul Paulus datang ke kota-kota dengan masuk melalui ibadah orang
Yahudi dan menjelaskan Perjanjian Lama ke mereka. Yang menarik dari orang-orang
Yahudi di Berea pada Kisah 17:11 akan kita pelajari.
Ada 3 hal yang menjadi teladan dari orang Kristen Yahudi di Berea. Tema
hari ini terjadi pada jemaat di Berea. Rasul Paulus memberitakan Firman dan
mereka mendengarkan khotbah. Tetapi sikap rindu menggali firman Tuhan pada Kisah
17:11 (Orang-orang Yahudi di kota itu
lebih baik hatinya dari pada orang-orang Yahudi di Tesalonika, karena mereka
menerima firman itu dengan segala kerelaan hati dan setiap hari mereka menyelidiki
Kitab Suci untuk mengetahui, apakah semuanya itu benar demikian).
1.
Semua orang menggali firman.
Yang menggali Firman bukan saja rohaniawan tetapi
semua orang yang percaya seharusnya menggali firman Tuhan. Mereka punya
kerinduan bukan saja mendengar khotbah tetapi mereka rindu menggali firman
Tuhan. Tahun ini kita memperingati 500 tahun reformasi yang dilakukan Martin
Luther pada tanggal 31 Oktober 1517.
Kita seharusnya menggali reformasi yang diutarakan Luther saat itu.
Sebelum reformasi terjadi, gereja hanya menggunakan bahasa Latin dalam
ibadahnya. Khotbahnya bahasa Latin, Alkitab-nya bahasa Latin, lagu-lagunya
dalam bahasa Latin. Jadi banyak orang yang tidak mengerti bahasa Latin hanya
datang, duduk dan lihat saja. Jadi waktu reformasi terjadi, proyek pertama Martin
Luther adalah menterjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Jerman sehari-hari.
Terjemahan itu masih dipakai sampai hari ini di Jerman. Tidak heran semboyan
reformasi adalah sola scriptura (hanya Kitab Suci). Semua orang bisa punya
akses ke Kitab Suci , membaca dan menggalinya. Penggalian Alkitab bukan hanya
untuk elit (kalangan) tertentu di gereja. Itu yang terjadi di gereja sebelum
reformasi, yang bisa belajar adalah orang yang punya kemampuan bahasa Latin.
Indah sekali saat ini kita bisa punya Alkitab dalam bahasa yang kita mengerti.
Tetapi banyak orang yang berpikiran, “Yang menggali Alkitab adalah yang belajar
teologia saja.”, tetapi perhatikan jemaat di Berea yang punya kerinduan itu.
Seberapa serius orang Kristen dengan Kitab Sucinya?
Di kalangan Muslim, mereka punya kebiasaan untuk mendidik anaknya membaca Al
Quran. Mereka bahkan punya istilah ‘hatam’ yang berarti telah selesai membaca
seluruh Quran dan mengaji. Waktu saya pergi ke sebuah sekolah Kristen, saya
bertanya, “Siapa yang sejak kecil sudah Kristen?”. Pertanyaan itu ditujukan ke
anak-anak SMA kelas 2. Kira-kira 85% siswa mengangkat tangan. Mereka sudah
menjadi Kristen sejak kecil. Saya meminta mereka mengangkat tangan yang tinggi.
Saya bertanya lagi, “Siapa yang sudah menjadi Kristen dari kecil dan pernah membaca
Alkitab selesai dari Kejadian sampai Wahyu? Bagi yang tidak pernah selesai membaca
selesai Alkitab, turunkan tangannya pelan-pelan saja agar tidak malu.” Tinggal
3 anak yang masih mengangkat tangan. Kita pasti berpikir,”Hebat ya...” Tetapi
ini bukan hebat. Seharusnya orang Kristen punya akses untuk membaca Alkitab
dalam kehidupan mereka. Orang Muslim mempunyai kerinduan anaknya hatam Quran
dan mengaji saat anaknya sekolah kelas 3 SMP. Jadi sejak kecil pulang sekolah ,
anaknya ke mesjid untuk mengaji. Sedangkan anak-anak orang-orang Kristen setelah
pulang sekolah mengambil kursus. Tidak salah mengambil kursus. Itu kegiatan
yang baik. Namun apakah kita serius mendidik generasi di bawah kita untuk mencintai
Firman Tuhan? Mungkin karena namanya Kitab Suci terlalu suci sehingga tidak
pernah dibuka. Tidak kebetulan nama gereja ini Kalam Kudus. Kalam adalah Firman.
Seharusnya gereja ini menjadi teladan firman bagi gereja lain dalam mencintai
Firman. Yang cinta Tuhan bukan hanya para hamba Tuhan tetapi semua jemaatnya
mencintai Firman. Semua orang harusnya rindu menggali Alkitab.
2.
Menjaga Sikap Hati.
Pada Kisah 17:11a dikatakan “Orang-orang Yahudi di kota itu lebih baik hatinya dari pada orang-orang
Yahudi di Tesalonika” Alasannya dijelaskan pada bagian ayat selanjutnya. karena mereka menerima firman itu dengan
segala kerelaan hati. Apa yang
dimaksud dengan hal itu? Mereka punya hati yang rindu mau terus dibentuk oleh
Tuhan. Beberapa terjemahan bahasa Inggris menggunakan istilah noble heart ada juga open minded (punya pikiran yang terbuka
untuk belajar). Mari kita mempunyai sikap hati seperti itu untuk rindu dan
membentuk kita. Mereka terbuka terhadap
khotbah yang disampaikan oleh Rasul Paulus dan mereka juga kritis untuk belajar
lebih dalam. Sikap hati itu melebihi program di gereja. Kalau sikap hatinya
benar, ada program atau tidak, ia akan tetap belajar Firman. Kalau tidak punya
sikap hati yang benar, meskipun ada program tidak ada yang datang. Sehingga ini
menjadi hal yang penting untuk kita menjaganya saat menggali firman. Perhatikan karena
kerelaan hati , mereka melakukannya sampai setiap hari. Menyelidiki kitab suci setiap
hari bukan hanya seminggu sekali. Dan tampaknya tidak dilakukan sendiri tapi
bersama-sama dalam kelompok yang rindu menggali firman Tuhan. Tidak heran
ditulis di Kisah 17:12, Banyak di antara
mereka yang menjadi percaya; juga tidak sedikit di antara perempuan-perempuan
terkemuka dan laki-laki Yunani. Ini jemaat yang luar biasa, mereka punya
hati yang punya kerinduan untuk membaca dan menggalinya setiap hari. Bagaimana
dengan sikap hati kita? Tentu bukan menggali untuk menghadapi cerdas cermat Alkitab
saja di mana otaknya penuh, tetapi hatinya kosong. Sebaliknya kerinduan hatinya
agar menjadi kehidupan yang nyata.
3.
Bagaimana kita menggalinya?
Pada Kisah 17:11c (bagian terakhir) dikatakan , setiap hari mereka menyelidiki Kitab Suci
untuk mengetahui, apakah semuanya itu benar demikian. Kata yang dipakai
adalah “ menyelidiki” . Dalam terjemahan
lain yang lebih dekat bahasa aslinya, digunakan istilah “interogasi” Kata ini
muncul saat Pilatus menginterogasi Kristus. Kalau yang muncul hanya interogasi
tanpa sikap hati, maka orangnya seperti mau menguji apakah ini benar atau
tidak. Kalau sikap hatinya benar, punya kerinduan mau tahu Tuhan berbicara apa (bukan
untuk kritik). Mungkin dari sini banyak orang membuat PA (penyelidikan Alkitab
termasuk pemahaman, pendalaman) itu untuk kelompok yang suka kitab suci.
Bagaimana mempelajarinya seperti metode interogasi yakni dengan tanya jawab!
Kalau mau menggali salah satu caranya, belajar bertanya. Bertanya itu seperti sekop yang setiap kali menggali sesuatu
berarti kita menggali lebih dalam.
Ada 3 pertanyaan yang bisa dipikirkan untuk
menggali Alkitab lebih dalam agar kita boleh pulang menerapkan Kitab Suci :
a.
Apa
yang ditulis?
b.
Apa
arti (maksud)-nya?
c.
Apa
artinya untuk saya? Apa yang harus saya lakukan dalam hidup saya?
Menggali sendiri
berarti lebih dalam dari sekedar mendengar khotbah. Dalam metode belajar, bila “menggali
atau menemukan sendiri” maka mengingatnya lebih lama daripada “mendengar kata
orang”. Tetapi harus dilakukan 3 langkah. Kalau hanya tahu poin “a” dan “b”
nanti seperti orang Farisi yang banyak tahu tapi tidak melakukan. Mengapa harus
dibedakan nomor “a” dan “b”? Kita harus sadar Alkitab dituliskan juga dalam
konteks sejarah. Jadi ada 2 hal yakni Alkitab dituliskan dalam konteks sejarah,
tetapi karena ini kitab suci maka berlaku kekal sepanjang zaman. Ini 2 sifat
Alkitab : sejarah dan kekal. Karena itu penting untuk bertanya mulai dari “apa
yang ditulis?” dan “apa maksudnya?”. Ada beberapa hal yang ditulis dalamm Kitab
kita ternyata ada dalam konteks pada masa itu. Sebagai salah satu contoh : 1 Timotius 2:9-10 Demikian juga hendaknya
perempuan. Hendaklah ia berdandan dengan pantas, dengan sopan dan sederhana,
rambutnya jangan berkepang-kepang, jangan memakai emas atau mutiara ataupun
pakaian yang mahal-mahal, tetapi hendaklah ia berdandan dengan perbuatan baik,
seperti yang layak bagi perempuan yang beribadah. Mungkin kalau dibaca yang
ditulis, kita kaget kenapa ada masalah rambut yang berkepang-kepang. Kita harus
bertanya lebih jauh apa maksudnya (apa konteks nya dalam sejarah waktu itu).
Dalam beberapa literatur dikatakan masa itu, salah satu daya tarik seksual wanita
adalah rambut. Maka wanita yang sopan pada waktu itu selalu menutup kepalanya.
Wanita yang dianggap tidak sopan adalah wanita yang rambutnya diurai dan
berkepang. Wanita yang mengurapi Yesus dianggap pelacur karena mengurai
rambutnya dan kalau sekarang diterapkan
maka semua wanita yang terurai dan dikepang rambutnya dianggap sebagai pelacur
semua? Karena itu adalah bagian di Korintus , wanita sebaiknya memakai kerudung.
Kalau yang seperti ini harus kita gali (tanya lebih jauh) apa maksudnya. Baru
kita tahu,”Oh konteksnya pada zaman itu adalah tutup kepala wanita”. Hal ini
beda dengan kesopanan zaman kita. Misal : jangan pakai rok mini , itu ada dalam
konteks zaman sekarang. Ada anak remaja berkata, “Tidak ada dikatakan di dalam Alkitab
bahwa tidak boleh pakai rok mini, jadi saya pakai saja.” Banyak hal yang tidak
ada ayatnya di Alkitab. Karena konteksnya berbeda tetapi prinsipnya sama.
Sehingga waktu menggali kita selalu bertanya apa maksudnya. Mungkin kalau ada hal
yang membingungkan mau bertanya kepada siapa? Tanya dengan orang-oang belajar,
bertanya ke jemaat lain dan hamba Tuhan. Ketika mendengar khotbah yang disampaikan
hamba Tuhan, kita melihat dan belajar bagaimana ia menggalinya. Dalam ibadah
kita serius mendengar firman Tuhan apalagi kalau kita punya waktu untuk sama—sama
belajar dan ada waktu PA besama. Yang biasa saat teduh tiap hari bisa memakai
bahan renungan di mana penulisnya telah menggalinya untuk kita. Dia menggali
dan menulisnya untuk memberitahu seperi apa.
Mari punya sikap
hati yang rindu untuk terus menggali. Ini harta karun yang dirindukan untuk
membentuk hidup kita dan seperti kata pemazmur Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku (Maz 119:105).
Bila orang ditanya, “apa khotbah minggu lalu?”, berapa banyak yang bisa
mengingatnya? Pengkhotbahnya pasti ingat karena ia yang menggali tetapi banyak
jemaat yang datang, dengar dan selesai karena tidak digali (punya pemahaman yang
lebih mendalam) akan firman Tuhan.
Kesimpulan
Mari membangun jemaat yang semuanya mencintai Firman dan memiliki sikap hati
yang benar terhadap Firman. Mari membangun komunitas sehingga jemaat Gereja Kristen
Kalam Kudus memiliki sikap yang benar terhadap Firman Tuhan. Bukan hanya Firman
Tuhan digali oleh hamba Tuhan tapi juga oleh semua jemaatnya yang rindu
bertumbuh. Pada akhirnya, bukan hanya pengetahuan, tetapi benar-benar kehidupan
yang membawa banyak berkat bagi kehidupan umatnya dan sesama. Maukah kita
menjadi seperti jemaat di Berea? Di mana mereka punya sikap yang serius dan
sikap hati yang menggali firman Tuhan. Bulan ini kita banyak belajar tentang Firman
Tuhan dalam kehidupan kita. Kiranya bukan sekedar mendengar banyak khotbah
bulan ini, tetapi setelah pulang memiliki sikap hati untuk terus belajar Firman
Tuhan. Kiranya Tuhan menolong kita bukan hanya mendengar tetapi juga menggali dan
menerapkan Firman Tuhan. Amin.
No comments:
Post a Comment