Pdt. Arganita Saragih
Yoh 15:1-8
1
"Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya.
2
Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap
ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah.
3
Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu.
4
Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting
tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok
anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam
Aku.
5
Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal
di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu
tidak dapat berbuat apa-apa.
6
Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti
ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam
api lalu dibakar.
7
Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu,
mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya.
8
Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak
dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku."
Pendahuluan
Perikop tentang pokok anggur
yang benar (Yoh 15:1-9) diberikan oleh Tuhan Yesus pada perjamuan makan malam
terakhir di ruang atas, di mana esoknya Ia ditangkap dan disalibkan. Saat itu Ia
sebagai Guru Agung yang akan meninggalkan para murid memberi pesan yang
bermakna dan berdampak kepada para muridNya. Ranting yang tidak berbuah akan
dipangkas dan dipotong, dan hanya ranting yang berbuah saja akan dibersihkan. Tuhan
Yesus sudah tahu bahwa pasca kenaikanNya ke surga, para murid harus berjuang
dalam imannya (selama ini para murid didampingi Sang Guru dalam menghadapi
permasalahan). Permasalahan yang dihadapi para murid kemudian bukanlah perkara
yang mudah karena sampai para murid menyerahkan nyawa untuk mempertahankan iman
mereka. Memang untuk menjadi murid Yesus tidak mudah, karena yang harus
dipertaruhkan sampai pada nyawa. Jadi kalau kita belum sampai menyerahkan nyawa
atau disesah sampai mati berarti kita belum benar-benar menderita. Martin
Luther berkata, “Tidak ada penderitaan yang sampai puncaknya sebelum menghadapi
kematian.” Sebagai orang yang telah ditebus dari dosa kita harus mengerjakan
iman selama hidup di dunia ini. Menjadi orang Kristen berarti memperjuangkan
iman seumur hidup.
Tantangan kita adalah ‘isme-isme’
yang lahir dari filsafat dunia seperti
individualisme, utilitarianisme, pantheisme, liberalisme telah masuk
dalam hidup orang percaya dan tanpa disadari telah memegang dan menjadikannya pedoman
hidup sehingga orang Kristen sekarang menjadi tidak berbuah. Berdasarkan
buahnya, orang Kristen terbagi menjadi :
1.
Orang
Kristen yang tidak berbuah
2.
Orang
Kristen yang berbuah sedikit
3.
Orang
Kristen yang berbuah banyak
Jadi berbuah
saja tidak cukup. Ayat 2 dikatakan orang yang tidak berbuah akan dipotong (dipangkas).
Orang yang berbuah akan dibersihkan. Kata dipotong dalam bahasa Yunani airo yang artinya diangkat (to raise up, to lift) sedangkan dibersihkan
dalam bahasa Yunai kathairo (to
cleanse). Jadi ada kesamaan akar kata (airo) di antara keduanya. Keduanya
sama-sama ‘dibersihkan’. Bedanya yang satu orang pilihan yang lain bukan. Pada
zaman Musa, orang Israel memasuki tanah Kanaan setelah 40 tahun bukannya 40
hari yang seharusnya diperlukan untuk membersihkan orang Israel dan mendapatkan
orang-orang pilihan. Selama 40 tahun bangsa Israel diperlihatkan siapa Tuhan
dengan menghadapkannya pada masalah hidup. Sehingga mana orang Israel yang
murni , bangsa pilihan dan mana yang bangsa campuran. Bangsa Israel menghadapi
hujan badai, panas, tidak ada air, ular beludak, orang Enak (orang raksasa) dan
akhirnya orang Israel yang masuk tanah Kanaan bukanlah orang yang dari pernikahan
campur tetapi orang pilihan. Orang Kristen sekarang banyak yang mengutip ayat
Alkitab dan mengirimkannya melalui pesan elektronik padahal bukan ayat Alkitab
semata tapi tingkah lakunya harus sesuai dengan ayat tersebut. Bukannya tingkah
laku harus diubahkan kalau tidak akan menjadi batu sandungan? Urusan memangkas
dan membersihkan ‘ranting’ adalah urusan Tuhan.
Progressive
Santification
Bagaimana
Tuhan menolong kita menghadapi airo
dan kathaio. Bukan dipangkas tapi
dibersihkan. Bagian yang layak dipotong pelan-pelan. Apa yang dipotong? Perubahan
hidup manusia lama menjadi manusia baru, tidak otomatis secara otomatis saat orang
menjadi percaya. Istilah yang digunakan progresssive
sanctification (pengudusan terus menerus). Rasul Paulus mengatakan untuk dibersihkan
harus minta tiap hari kepada Tuhan. Tuhan Yesus mengatakan agar orang percaya
berhati-hati dengan ilah zaman ini dan nabi-nabi palsu . Namun bukan berarti
orang yang sudah diselamatkan jadi tidak diselamatkan. Tetapi ini berlaku agar
kita menghargai pilihan Tuhan bagi kita. Menghadapi kehidupan yang sulit,
kepedihan, kekecewaan yang dirasakan merupakan proses pembersihan dari Tuhan, pemberantasan dari hal-hal yang tidak sesuai
dengan firman Tuhan agar orang kembali lagi kepada Tuhan.
Beberapa hari lalu saya menulis artikel
dengan tema ‘Melepaskan Jangkar’. Setelah jangkar dilepas, maka kapal akan
diarahkan ke tempat tujuan. Ketika dalam menjalani hidup kita menghadapi banyak
topan-badai yang menghantam, maka hal itu kita dipakai Tuhan membawa kita untuk
mengikuti dan berfokus pada tujuan hidup kita. Saat hidup kita dihantam lalu
kita menderita stres, depressi dan
kecewa maka terdapat 2 hal yang bisa dilakukan : be still dan silent. Still adalah tindakan kita berdiam diri,
sedangkan silent mulut kita terkatup diam , tidak berbicara apapun serta merenungkan diri di hadapan Tuhan : apa
yang harus diperbaiki dan diikuti dalam hidup kita. Setelah angin badai mereda,
ambil kompas. Lalu fokuskan dan lanjutkan kembali hidup kita. Ini terkadang
sulit dilakukan. Hari ini orang-orang post-modern dalam menghadapi kesulitan hidup tidak
duduk diam di hadapan Tuhan dan mencari penyelesaian. Bagi orang percaya ,
tidak ada penyelesaian lain di luar Tuhan. Segala sesuatu yang tidak berfokus
pada Tuhan (pokok anggur) akan mati. Jadi kalau ada maslaah carilah pertolongan
kepada Tuhan karena tidak ada yang
sanggup lagi menolong. Masalah yang sedikit akan bertambah banyak kalau kita
berada di luar Tuhan. Kalau Tuhan ijinkan badai terjadi dalam kehidupan kita,
Dia mau menolong kita agar kerohanian kita semua naik ‘kelas’. Oleh karena itu
jangan pernah lepas dari pokok anggur (keluar dari Tuhan). Keluarga, teman,
pekerjaan, pasangan , anak bisa mengecewakan. Tetapi Tuhan tidak. Jangan pernah
meninggalkan Tuhan.
Sutu kali ada seorang ibu datang
kepada saya. Ia marah dan kecewa pada Tuhan karena ia terus dipukuli oleh
suaminya. Saya menanggapi, “Yang punya masalah adalah suaminya bukan Tuhan.
Mengapa kecewa pada Tuhan?” Seringkali iblis membuat kita kehilangan pandangan
yang benar. Marah dengan seseorang tetapi kecewanya kepada Tuhan. Itulah pengaruh
orang-orang dari zaman post-modern. Saat orang menjadi marah, kecewa dan
meninggalkan Tuhan, maka dalam hal ini bukan Tuhan yang rugi. Pak Ahok berkata,”Kalau
jakarta tidak memilih saya, Jakarta yang rugi.” Saya sangat setuju dengan
ucapannya. Ia punya kualitas, kredibiitas, integristas, leadership dan mental
yang bagus untuk menghadapi Jakarta yang keras. Jadi Jakarta yang rugi kalau
Ahok tidak terpilih. Demikian pula kalau kita tinggalkan Tuhan, maka kita yang
rugi, karena apa lagi yang akan pegangan kita? Semuanya semu di dunia ini. Apa
yang mau dipegang? Suami (pasangan), pendnta, pekerjaan, kekayaan, kesehatan semua
akan pergi. Oleh karena itu peganglah Tuhan! Bersama Tuhan, ketika proses
pembersihan itu terjadi, kita akan kuat bertahan. Kita tetap kembali fokus pada
Tuhan. Kalau kita berfokus pada diri kita maka Tuhan akan ijinkan badai
kehidupan terjadi. Kalau berfokus pada keluarga (anak), harta, aktualisasi diri
kita, maka tunggu saja akan terjadi ‘begini-begitu’. Jadi seharusnya Ia yang menjadi
sumber kita.
Sekarang ini orang yang mempunyai
banyak masalah malahan berfokus pada masalah. Yang dipikirkan adalah sakit
hati, kerugian dan penderitaannya. Maka tidak heran, jasa psikolog dan
psikiater semakin laku karena orang sekarang semakin banyak yang stres dan
depresi. Saat stres kita kembali kepada siapa? Tuhan! Pada Filipi 1, saat membangun
gereja dan pelayanan Rasul Paulus mengalami kesulitan. Teman-temannya lalu membantunya.
Setelah gereja Filipi menjadi besar, Rasul Paulus difitnah oleh temannya
sehingga ia dipenjarakan. Padahal sama-sama melayani tapi temannya menginginkan
posisi. Filipi 1 ditujukan untuk orang-orang yang menderita. Rasul Paulus
berkata,”Kalau aku boleh memilih, rasanya aku ingin cepat pulang ke rumah Bapa
di sorga. Karena orang-orang yang bersamaku melayani menusuk dan memfitnah aku
karena iri.” Secara psikologi, keinginan untuk mati menunjukkan penderitaan yang
dalam sehingga Rasul Paulus sampai tertekan dan ingin ke rumah Bapa di surga.
Tapi Rasul Paulus menyadari bahwa,”Aku diberikan waktu oleh Tuhan untuk memberitakan
Injil di dunia. Jadi biarkan aku menderita, sakit di penjara, asal orang yang
memfitnahku tetap memberitakan firman Tuhan dan injil tersebar.” Biarkan kita
menderita karena fokus kita adalah Tuhan. Asalkan Injil Tuhan terberitakan maka
penderitaan terasa kecil. Rasul Paulus luar biasa. Biarkan aku menderita, asal
Injil tetap diberitakan. Fokusnya bukan penderitaannya di penjara tetapi Tuhan.
Ini proses pembersihan yang dialami Rasul Paulus. Ia terus dibersihkan Tuhan
sampai Tuhan memandang dia layak.
Berdampak Banyak bagi Orang Lain dan Berani Menderita
Saya tidak mengecilkan aliran
air mata dalam menghadapi badai hidup, namun kita harus berfokus pada Tuhan dan
kemuliaanNya. Buang semua yang membuat fokus menjauh dari Tuhan. Kecewa dan
fitnah adalah hal yang biasa. Sedangkan orang post-mo dan pengajaran ‘isme-isme’
menjadikannya tidak biasa. Semua ingin tenang dan nyaman dan itu membuat kita ‘mati’. Seperti Eutikhus yang
duduk terkantuk-kantuk di lantai 3 waktu mendengar khotbah Paulus yang lama lalu
tertidur lelap dan jatuh mati (Kis 20:9). Tuhan tidak mau kita dibuang karena
tidak berguna. Seberapa jauh hidup kita bermakna bagi orang lain? Jangan berfokus
pada fitnah, kekcewaan, sakit atau luka hati karena itu mudah dibalut oleh
Tuhan, tetapi yang terutama fokus pada apa yang Tuhan mau bersihkan dalam hidup
kita.
Tidak mudah bagi saya melewati
satu demi satu pelayanan. Badai terakhir yang datang berupa perkataan yang
tidak benar tentang diri saya. Dalam menghadapi gelombang kehidupan, don’t be offensive and defencive (Jangan
menyerang dan membela diri alias berdiam saja). Dan itu terjadi dalam hidup
saya. Satu hal yang saya belajar dari masalah itu adalah ketaatan. Melihat hidup
saya ke belakang, betapa luar biasa karya Tuhan! Saat membersihkan , Tuhan mau
membawa saya. Seumur hidup kita akan terus menghadapi progressive sanctification. Tahun lalu, saya tidak jadi bergabung
di sebuah universitas terkenal di Indonesia karena pimpinan Tuhan jelas sekali.
Lalu saya menyerahkan karya tulis ke UNS Singapore (NUS) untuk jadi fellow researcher.
Kami tergabung dalam menulis di Facebook untuk mencerdaskan bangsa. Tuhan
pimpin pelayanan saya tidak berada dalam lingkungan kecil. Walau kemampuan saya
terbatas tetapi saya ikut pimpinan Tuhan saja. Perlawanan terhadap pelayanan
tulisan itu semakin berat dan mendapat perlawanan dari cendekiawan agama
lainnya. Kemudian saya juga masuk ke lembaga pendidikan Kristen yang bertugas
untuk mendampingi sekolah Kristen di seluruh Indonesia. Tetapi sebelum masuk ke
sana pembersihan nya berat. Saya dihancurkan dan terus bertahan (terus maju dan
berjalan, Life must goes on) sampai
di ujung nanti, Tuhan melihat kita baik dan cukup. Kami ingin mendampingi
sekolah krsiten di seluruh Indonesia, dengan syarat mau berubah. Hal ini karena
ada sekolah Kristen yang keluar dari filsafat Kristen. Saya merekrut trainer Kristen
karena dukungan dana sudah datang dari luar ngeri. Apa yang kita lakukan harus
besar dan berdampak dalam kehidupan kita. Saat itu mungkin dampaknya kecil dan
menyakitkan. Jeleknya lagi, ini akan dipangkas dan dibuang. Menurut psikologi
modern : aktualisi orang tercapai dari karya yang menghasilkan uang yang banyak.
Sedangkan Alkitab datang dari self image (konsep diri) dan seberapa bermakna
bagi orang lain. Kalau tidak, tidak akan mengalami aktualiasi diri.
Berdampak banyak bagi orang dan
berani menderita, orang seperti ini akan memberikan kesaksian hidup dan bersama-sama
dengan Tuhan yang akan mengubah dan menghiburkan orang lain membuat orang lain
bangkit. Tulisan di Facebook messenger akan penuh. Follower baru masuk. Saya
pilih kasus yang harus saya tangani. Ada yang kritis dan krusial yang perlu
dibantu. Orang tidak fokus lagi pada Tuhan tapi masalah. Firman Tuhan mengingatkan
kita kembali pada pokok anggur yang benar. Bersatu dalam Yesus, bersatu dalam
sesuatu yang tidak tergoyahkan agar airo kita mengalami kita kuat, tidak lagi
lihat kekuatiran, kenayaman diri kita tapi hany a berfokus pada Tuhan. Selamat
dibersihkan. Bersyukurlah kita diberishkan, sakit hati, ketika kita bersih.
Agar hidup kita berdampai bagi orang lain. Pikirkanlah bagiamana hidup kita
berdampak di kantor, tempat kuliah, lingkungan , gereja dan Indonesia serta
dunia. Jadilah orang yang punya visi besar dan terus dibersihkan dan dipangkas.
Berbuah banyak dan dinikmati oleh orang-orang tanpa pusingkan orang yang jahat,
mau menghancurkan kita. Karena fokus kita hanya pada pokok anggur yang benar,
jangan sampai tidak berubah, karena akan dipotong. Atau berbuah sedikit saja.
Mungkin hidup saya 20 tahun lagi, kalau
tidak pian sui, banyak orang yang
hancur-hancuran, saya akan mati. 20 tahun lagi tidak terasa. Kita mau apa ?
menangsi pembersihan dan penderitaan. Suatu kali nanti kita akan kembali pada
Tuhan. Buku kita akan dibuka untuk menentukan mahkota yang akan kita pegang.
Rasa malu yang tinggi, di pengadilan , kesalahan kita dibacakan di hadapan
Tuhan. Siapkah kita dibacakan ? Berapa tahun lagi kita hidup? Kembalilah pada Tuhan
dan berdiri teguh dalam menghadapi kesulitan
No comments:
Post a Comment