Pdt. Hery Kwok
Wahyu 4:11 "Ya Tuhan dan Allah kami, Engkau layak
menerima puji-pujian dan hormat dan kuasa; sebab Engkau telah menciptakan
segala sesuatu; dan oleh karena kehendak-Mu semuanya itu ada dan diciptakan."
Kejadian 1:1 Pada mulanya
Allah menciptakan langit dan bumi.
Yes 43:1-7
1 Tetapi sekarang, beginilah firman TUHAN yang
menciptakan engkau, hai Yakub, yang membentuk engkau, hai Israel:
"Janganlah takut, sebab Aku telah menebus engkau, Aku telah memanggil
engkau dengan namamu, engkau ini kepunyaan-Ku.
2 Apabila engkau menyeberang melalui air, Aku
akan menyertai engkau, atau melalui sungai-sungai, engkau tidak akan
dihanyutkan; apabila engkau berjalan melalui api, engkau tidak akan dihanguskan,
dan nyala api tidak akan membakar engkau.
3 Sebab Akulah TUHAN, Allahmu, Yang Mahakudus,
Allah Israel, Juruselamatmu. Aku menebus engkau dengan Mesir, dan memberikan
Etiopia dan Syeba sebagai gantimu.
4 Oleh karena engkau berharga di mata-Ku dan
mulia, dan Aku ini mengasihi engkau, maka Aku memberikan manusia sebagai
gantimu, dan bangsa-bangsa sebagai ganti nyawamu.
5 Janganlah takut, sebab Aku ini menyertai
engkau, Aku akan mendatangkan anak cucumu dari timur, dan Aku akan menghimpun
engkau dari barat.
6 Aku akan berkata kepada utara: Berikanlah!
dan kepada selatan: Janganlah tahan-tahan! Bawalah anak-anak-Ku laki-laki dari
jauh, dan anak-anak-Ku perempuan dari ujung-ujung bumi,
7 semua orang yang disebutkan dengan nama-Ku
yang Kuciptakan untuk kemuliaan-Ku, yang Kubentuk dan yang juga
Kujadikan!"
Pendahuluan
Saya mempunyai kebiasaan
setiap pagi menemani istri pergi ke Pasar Pecah Kulit. Segala bentuk kehidupan
dapat disaksikan di pasar ini. Bermacam-macam orang datang dengan berbagai
kostum, kondisi, sikap dan perilakunya. Ada ibu-ibu yang datang dengan berpakaian
rapi, bahkan ada ibu yang mengenakan sanggul dan make-up. Ada juga ibu-ibu yang berpakaian serampangan seperti hanya
memakai tank-top. Perilaku manusia
yang datang ke pasar juga bermacam-macam. Ada yang di tengah kesemrawutan lalu
lintas kendaraan pribadi dan umum seperti bajaj asyik berfoto (ber-selfie).
Mereka mengeskpresikan apa yang dirasakan di pasar. Di samping itu, penjaja
alias penjualnya (abang-abang) dan ibu-ibu yang berbelanja berdialog secara spontan. Abang-abang
penjual menyebut calon pembelinya dengan panggilan yang akrab. Ada abang
penjual yang memanggil istri saya “mama” : “Ayo ma, beli dong”. Terkadang mendengar proses
tawar menawar antara abang dan ibu-ibu bisa membuat kita tertawa. Ada seorang
Ibu yang bertanya, “Bang, pepaya California berapa harganya?” Yang dijawab
abang penjualnya, “Rp 10.000 /kg!”. Si Ibu calon pembeli berkata, “Wah mahal
sekali. Lebih mahal dari anggur!” Si abang penjual menanggapi,”Masa begitu cara
membandingkannya? Kalau saya disuruh pilih antara ayam dengan jengkol, saya akan
pilih jengkol. Tapi harga jengkol sekarang Rp 60.000/kg, jadi lebih mahal dari ayam!” Suatu kali saya makan
di sebuah restoran dan melihat tukang ayam. Saya mengenali mukanya walau sudah
lupa namanya. Saya menyapanya,”Kalau tidak salah Bapak yang jualan di wihara
ya?”Dia pun membalas,”Oh, sekarang saya tidak lagi di sana karena sudah ke gereja.
Saya mau setia, karena Tuhan Yesus yang saya kenal adalah Tuhan Yesus yang tidak
berubah.” Saya merasa heran dan bertanya,
“Mengapa Bapak berkata begitu?” Ia pun menjawab lagi,”Terbukti Ia menolong saya
dalam situasi yang paling sulit. Saya tidak pernah mengalami kesulitan membayar
uang sekolah anak saya walau dalam keadaan sesulit apapun. Jadi saya tidak akan
pernah meninggalkanNya.” Saat berbincang-bincang saya memperhatikan bahwa ia
mengantongi rokok. Atas rokok itu ia berkata,”Ini yang sulit saya lepaskan.
Saya sudah mengikut Tuhan Yesus tetapi masih rokok!” Saya berkata, “Kalau ikut
Yesus, harus berubah dong!”
Tuhan Yesus Tidak Berubah
Bagaimana pandangan orang Kristen terhadap ‘Tuhan
Yesus yang Tidak Berubah’ Kalau
memandangNya dari sisi sebagai pemberi atau mencukupi kebutuhan semata, maka
kita bisa kecewa saat kita mengalami apa yang tidak kita harapkan. Saat usaha
macet dan istri-anak sulit dipenuhi kebutuhan ekonominya, maka pemahaman kita
akan menjadi goyah.
Lalu apa yang dimaksud dengan ‘berubah’ dalam tema
‘Dunia yang Berubah’? Penampilannya? Misal : dahulu penampilannya ketinggalan
zaman sekarang sudah modern. Dulu tidak canggih sekarang canggih. Dulu orang sulit
berbicara dengan orang di negara lainnya, sekarang orang gampang berbicara dan
berhubungan dengan orang-orang yang bahkan berada di belahan dunia lainnya.
Dulu bentuk bangunan jelek, sekarang banyak bangunan yang penampilannya indah luar
biasa. Apakah dunia hanya berubah dari sudut itu? Tidak! Perubahan pengajaran tentang
kebenaran di dunia dapat dipelajari dari catatan sejarah. Ajaran tentang
kebenaran mulai berubah dari benua Eropa tahun 1890 sewaktu para filsuf Barat
memberikan dan mengajarkan filsafat-nya, bagaimana mereka memandang kebenaran
dari sudut mereka. Sehingga terjadi perubahan
dalam hal :
1. Geografis. Dari Jerman
filsuf dengan ilmu fislafatnya pergi ke dunia lain seperti ke Inggris dan Amerika
Serikat lalu meluas ke seluruh dunia.
2. Manusia. Ajaran yang
dikemukakan filsuf dengan filsafatnya masuk bukan saja ke golongan pelajar tetapi
menembus lapisan bawah dan mencetak perilaku orang yang mendengarnya.
3. Disiplin ilmu. Perubahan
masuk ke semua disiplin ilmu. Entah teologia, seni dll, semua masuk ke
pengajaran yang dikemukan para filsuf.
Ajaran yang memandang kebenaran dipandang
dari kacamata mereka kemudian mengubah perilaku dunia. Contoh : di Eropa tahun 1890
orang berbicara tentang yang ‘benar’ sebagai lawan dari yang ‘salah’. Hanya ada 2 hal yang diketahui :
‘benar’ dan ‘salah’. Setelah 1890, para filsuf mencoba menganalisa kebenaran
dari sudut pandang mereka sehingga kebenaran menjadi kabur. Segala sesuatu
tidak boleh dicap sebagai hal yang absolut (mutlak benar). Ini mengerikan.
Dunia dibawa ke perubahan di mana kita tidak bisa melihat kebenaran secara absolut.
Dahulu kalau seorang bapak berkata ke anak perempuannya untuk menjaga kesucian
maka sang anak dapat memahaminya sehingga
ia menjaga kesucian hidupnya. Kalau melanggar nasehat ini berarti ia berbuat
dosa. Anak-anak memahami apa yang disampaikan oleh orangtua-nya. Standar dan
kebenaran tentang kesucian dipahami orang-orang saat itu. Setelah 1890 kalau orang
dewasa menasehati orang muda untuk menjaga kesucian, mereka menganggapnya sebagai
‘omong besar’ dan nasehat seperti itu tidak ada maknanya. Mereka malah
mempertanyakan nasehat yang diberikan, “Mengapa kamu berkata seperti itu dan
melarang saya?” Artinya tidak ada lagi kebenaran yang bersifat kokoh yang
menjelaskan bagaimana hidup ini. Itu yang kemudian diambil oleh dunia ini.
Berbicara tentang keadilan
dilihat dari sudut pandang mereka : adil hanya berarti kalau berkaitan dengan
hidup saya. Dulu dikatakan “kamu jangan hidup tidak jujur (curang) dan kalau
melanggar tahu konsekuensinya”. Tapi sekarang defisini ‘jujur’ menjadi kabur.
Saya tidak bisa jujur kalau terjepit, sehingga saya boleh melakukan sesuatu
agar tertolong dari posisi terjepit.
Melakukan korupsi salah, tetapi mengapa
orang melakukan korupsi? Tetapi mengapa saat terjepit, korupsi dilakukan? Dalam
kondisi itu, saya boleh melakukannya dan tidak perlu memusingkannya. Jadi orang
sekarang berubah dalam melihat kebenaran karena hal ini berbahaya. Hal seperti itu membayangi
dan mempengaruhi seluruh kehidupan dan seluruh disiplin ilmu, sehingga orang
tidak lagi bisa melihat kebenaran. Zaman sekarang (zaman post- mo) orang tidak
boleh mengklaim kebenaran sebagai hal yang mutlak. Keyakinan bahwa “Yesus adalah
satu-satunya Jalan Keselamatan” tidak boleh dibicarakan. Tiap orang boleh mengatakan
kebenarannya sendiri (tidak boleh memberikan pernyataan bahwa Tuhan Yesus adalah
satu-satunya kebenaran.
Dengan dibenarkannya perilaku
LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual dan Transgender) kebenaran menjadi pudar. Prinsip
bahwa hanya laki-laki dan wanita yang diciptakan Tuhan tidak lagi dibenarkan. Mereka
berkata, “Biarlah orang mencintai sesuka mereka. Laki-laki mencintai laki-laki
tidak apa, yang penting mereka tidak menimbulkan masalah di masyarakat. Pdt.
Yakub Susabda mengatakan bahwa gerakan LGBT adalah gerakan kebudayaan dan membuat
banyak orang menerimanya dan ini meruntuhkan perjalanan iman kita kepada Tuhan.
Saat membaca Kitab Suci, kita meyakini bahwa Alkitab memberikan kebenaran
yang tidak berubah. Hal ini bisa kita baca dari Kejadian 1:1 Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi dan Wahyu 4:11
"Ya Tuhan dan Allah kami, Engkau layak menerima puji-pujian dan
hormat dan kuasa; sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu; dan oleh
karena kehendak-Mu semuanya itu ada dan diciptakan." Kitab Wahyu menutupnya dengan pujian yang disampaikan
orang kudus kepada Allah : Engkau yang menciptakan seluruh alam semesta dan
layak menerima puji-pujian. Alllah kita adalah Allah yang berdaulat atas
ciptaanNya. Dalam Yesaya 43 dikatakan sewaktu orang Israel berubah setia kepada
Allah , Allah tidak berubah dalam ketetapanNya. Yesaya 43:1 Tetapi sekarang,
beginilah firman TUHAN yang menciptakan engkau, hai Yakub, yang membentuk
engkau, hai Israel: "Janganlah takut, sebab Aku telah menebus engkau, Aku
telah memanggil engkau dengan namamu, engkau ini kepunyaan-Ku. Tuhan Yesus tidak berubah, Dia Pencipta semua
ciptaan itu dan Ia berwenang mengatur ,
menjaga serta memelihara dengan kasih setiaNya. Sehingga Ia memberikan kita karakter untuk memelihara dunia dengan baik
yaitu dengan kekudusan dan keadilan yang tidak berubah yang tidak boleh
bergeser dari pemahaman manusia. Dengan memahami Tuhan Yesus tidak berubah akan memberi kekuatan kepada kita untuk setia kepada
Allah. Dia tidak pernah salah dalam menciptakan kita , alam semesta dan isinya
walaupun banyak penyelewengan telah
dilakukan oleh manusia. Tapi Dia tidak pernah salah. Setelah menciptakan , Ia
memelihara ciptaanNya dan tidak berubah dalam menjaganya dengan kasih setiaNya.
Pada Matius 28:20b (bagian dari Amanat Agung) dikatakan “dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu
yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu
senantiasa sampai kepada akhir zaman." Ayat ini menyampaikan bagaimana
Ia menjaga orang-orang percaya dan orang-orang yang ditebusnya agar kita punya
hati yang teguh dalam percaya kepadaNya. Ia memberi karakter dan sifat kepada
orang-orang percaya untuk hidup di dalamNya. Ia membawa harapan kembali.
Seringkali yang membuat kita lemah
adalah karena kita yang berubah. Ada seorang gadis yang sejak kecil rajin
sekolah minggu dan kemudian giat melayani Tuhan. Suatu kali ia jatuh dalam dosa
dengan melakukan hubungan seksual di luar pernikahan dan kemudian hamil.
Laki-lakinya melarikan diri sehingga ia menjadi putus asa dan memutuskan untuk
bunuh diri. Saat bersamaan , ada seorang hamba Tuhan yang melayaninya sehingga ia
tidak jadi bunuh diri. Sebelumnya ia berniat bunuh diri karena sudah berdosa
dan tidak sanggup menanggungnya. Namun kasih Allah tidak pernah gagal. Ia masuk
melalui konseling sehingga gadis ini dimenangkan dan sekarang ia terus melayani
Tuhan. Itu yang disampaikan dalam kitab Yesaya
43:5a Janganlah takut, sebab Aku ini
menyertai engkau. Waktu membentuk manusia, Tuhan tidak berhenti di sana dan
menyertai sampai selama-lamannya. Bahkan waktu melewati badai, Tuhan tetap
tidak berubah dan menyertai. Hal ini membuat
kita tidak mundur bahkan terus maju melayani Tuhan. Karena kita melihat
kebenaran dari Allah yang tidak pernah berubah dalam janji, pernyataan dan
keputusanNya. Kiranya kita boleh melihat kebenaran ini sungguh-sungguh boleh
berjuang untuk hidup dalam komitmen dan kekudusan karena Ia yang menebus kita
adalah kudus adanya. Ia membawa kita keluar dari kesulitan dan dapat menikmati
bagaimana Ia tidak berubah dalam hidup kita. Kalau kita mengenalNya seperti
ini, maka kita tidak akan kalah dan kecewa walau menghadapi kesulitan,
pergumulan dagang atau pekerjaan dan masalah rumah tangga (keluarga). Dalam setiap
permasalahan Ia tetap akan menyertai. Walau anak merasa sulit menghadapi orang tua,
namun setelah memahami Yesus tidak berubah, maka Ia akan membawa kita untuk
hidup dalam rencanaNya.
No comments:
Post a Comment