Ev. Charlotte
1 Yoh 2:15-17
15 Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang
ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada
di dalam orang itu.
16 Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu
keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal
dari Bapa, melainkan dari dunia.
17 Dan dunia ini sedang lenyap dengan
keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup
selama-lamanya.
Pendahuluan
Pada tanggal 15 Juli 2016 saat berada di pesawat saya
membaca surat kabar Kompas. Terdapat paling tidak 3 topik berita besar karena
menjadi headlines news (berita di
halaman pertama) yaitu :
1. Ke manapun Pokemon pergi
tetap akan kucari.
2. Seorang anak berusia 15
tahun memutuskan mengakhiri hidupnya. Menurut berita ia frustasi karena orang
tuanya tidak memberikannya kesempatan untuk bermain games. Saluran internetnya dimatikan sehingga ia gantung diri. Mungkin
kejadiannya tidak sederhana itu juga, tetapi kian hari kian banyak orang yang
bunuh diri.
3. Arya Permana , anak
berusia 10 tahun, beratnya 192 kg. Tentu saja tidak tiba-tiba ia menjadi
obesitas. Sewaktu usia 1 tahun beratnya masih normal. Namun saat usia 4-5 tahun
beratnya 60 kg. Setiap hari ia menghabiskan 20 kotak minuman kemas dan makan
dengan porsi ganda. Kalau tidak diberi, ia
akan marah sehingga papanya memberikannya.
Zaman ini betul-betul rusak dan kita gentar melihatnya. Jadi waspadailah
perubahan.
Pdt. Stephen Tong, mengatakan,”Barang siapa tidak mengenal zaman akan
dilibas zaman” maka kita harus melihat tanda-tanda zaman.” Hal ini berarti kita
harus melihat perubahan yang terjadi. 1
Yoh 2:15 Janganlah kamu mengasihi
dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih
akan Bapa tidak ada di dalam orang itu. Jadi manusia tidak bisa mendapatkan kedua-duanya.
Hal ini dikatakan karena yang ada di dunia ini adalah keinginan daging, keinginan
mata serta keangkuhan hidup yang akan lenyap. Yang tidak lenyap adalah orang yang
melakukan kehendak Tuhan.
3 Pintu dosa
Kej 3:4-6 menceritakan kisah
manusia pertama kali jatuh dalam dosa. Tuhan
Allah berkata, "Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan
bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah
kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau
mati." Namun Hawa digoda iblis yang berkata,” "Sekali-kali kamu tidak akan mati. tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan
terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang
jahat.” Jadi iblis memberikan informasi yang berbeda dan membingungkan. Hawa
digoda untuk menjadi seperti Allah dan ini adalah keangkuhan hidup karena
manusia tidak mau bergantung pada Tuhan. Bandingkan dengan Mat 4:1-11 ketika
Tuhan Yesus dicobai. Percobaan pertama "Jika
Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti."
Percobaan kedua "Jika Engkau Anak
Allah, jatuhkanlah diri-Mu ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau Ia
akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan menatang Engkau di
atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu." Percobaan
ketiga, "Semua itu akan
kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku." Dari kedua bagian
Alkitab ini, kita melihat ada 3 pintu dosa yakni : keinginan daging, keinginan mata
dan keangkuhan hidup.
1.
Keinginan daging (hedonisme)
Diambil dari Bahasa Yunani hēdonismos dari akar kata
hēdonē, artinya "kesenangan“. Kesenangan atau kenikmatan hidup merupakan
tujuan hidup dan tindakan manusia, konsumtif.
Manusia mencari
kesenanganan. Kenikmatan hidup menjadi tujuan hidup manusia. Ada siswa yang bertanya
kepada saya, “Bu, kuliah apa yang gampang , lulusnya cepat dan duitnya banyak?”
Jadi bukan apa yang Tuhan mau saya lakukan. Sebagian besar orang Tionghoa pada
saat saya kuliah mengambil jurusan ekonomi, kedokteran dan teknik karena mudah
mencari uang sesudah lulus. Sedangkan saya yang Tionghoa dan Kristen mengambil jurusan
keguruan (IKIP) yang jarang orang Tionghoa ambil. Teman saya ada yang mengeri saya
orang Menado saat tahu saya orang Tionghoa, ada pemuda yang menggeser tempat
duduknya. Ada apa dengan Tionghoa? Kalau mau menjadi guru jangan berharap untuk
menjadi kaya. Tidak ada siswa yang mau mengambil jurusan antropologi, geologi,
kriminologi. Mereka bertanya, “Ilmu apa itu?”, “Kamu untuk apa susah-susah
kuliah?”, “Mau jadi apa nanti?”, “Menghasilkan
banyak uang tidak?” dan lain-lain. Zaman
sekarang banyak pekerjaan yang menawarkan
kepada kita, “Mau tidak setiap Selasa kamu tenang-tenang bisa pergi berenang
dan berbelanja? Hari Kamis kamu tidak bekerja? Nanti uang yang bekerja untuk
kamu. Jadi setelah bekerja, kamu tidak usah bekerja. Setelah itu dua tahun uang
kamu akan bertambah banyak” Dunia mengejar kesenangan seperti itu.
Sekarang ini anak sedang “diasuh”
oleh games. Berikut plesetan dari Maz
23:1-4 : “games adalah gembalaku, takkan
kengangguran aku, remote control
adalah “tongkat”ku , sekalipun aku berjalan dalam lembah online aku tidak takut sebab wifi
besertaku”. Begitu sampai di tempa retreat , ada anak yang ikut bertanya ke
resepsionis : “passwordnya apa?” Mereka tidak peduli minum kopi mahal atau
makan di restoran mahal yang penting wifi
gratis. Ini kondisinya anak sekarang. Pada surat kabar 2 minggu lalu
diberitakan di Thailand adalah kuburan penjara untuk memperingati pembantaian 15.000
orang oleh Khmer Merah. Seharusnya orang yang berkunjung ke situ dengan hikmat,
namun yang terjadi pemerintah di sana marah-marah karena turis mencari Pokemon.
Di Taiwan ada 1.000 supir yang ditahan karena sambil menyetir mencari Pokemon. Ada
juga yang sambil naik motor mencari Pokemon. Padahal Pokemon tidak cari juga tidak apa-apa.
Anak saya berkata , “Ma, ada ayah yang ikut bermain Pokemon Go sehingga hubungan
anak dan ayah menjadi baik.” Pertanyaannya : “Apakah Tuhan Yesus akan turut
main Pokemon Go pada zaman sekarang?” Apakah kesenangan kita menjadi kesenangan
Tuhan? Santo Agustinus bertanya, “What do
I like when I love my God?” (Apa yang saya suka ketika mencintai Tuhan?).
Saya bertanya kepada anak
saya, “Kalau Tuhan meminta untuk melepaskan “mainan itu”, karena Aku mau bercakap-cakap
saat engkau membaca Alkitab.” Anak saya berkata,”Tapi Tuhan mau kita menikmati
hidup.” Saya berkata ,”Hidup seperti apa yang kita nikmati?”
Agustinus (354 – 430) dalam
buku otobiografinya “Confessions” (Pengakuan-Pengakuan) yang ditulisnya antara
tahun 397-398 berkata, Apa yang saya
cintai ketika saya mencintai Tuhan? Bukan keindahan tubuh dan bukan kemuliaan
sementara. Bukan cahaya bersinar terang. Bukan melodi manis sebuah lagu. Bukan
bau lembut bunga, parfum dan rempah-rempah. Bukan manna dan madu. Bukan
rangkulan. Bukan ini yang saya suka ketika aku mencintai Tuhan. Ketika dia
mencintai Tuhan, lewat pendengaran, penglihatan, perabaan, pencecapan,
Agustinus berkata, Namun ketika saya mengasihi
Tuhan saya : Ketika jiwaku bermandikan cahaya yang tidak terikat oleh ruang , Ketika
mendengar suara yang tidak pernah akan lenyap, Ketika mencium aroma yang tidak
hilang ditiup angin, Ketika merasakan makanan yang tidak lagi membuat lapar. Ketika
melekat berada dalam pelukan. Artinya Agustisnus mengatakan, “Tidak ada
yang saya cinta lebih dari Tuhan.” Lagu “Kucinta Yesus” yang baru pertama kali
saya dengar, namun waktu saya nyanyikan tanpa terasa air mata keluar. Apakah
saya bisa mencinta Yesus daripada apapun dan saya membenci dosa lebih daripada
apa pun? Ketika Agustinus katakan, “What
does love look like?” Seperti apa cinta itu? Cinta seperti tangan yang
selalu ingin menolong, seperti kaki yang bergegas untuk pergi ke orang miskin yang membutuhkan. Mata yang mampu
melihat penderitaan dan mampu melihat kebutuhan. Dan telinga yang mau mendengar
keluhan dan penderitaan manusia. Itulah cinta. Seperti itulah kasih.
2.
Keinginan mata (materialisme)
Harga diri dan ukuran
keberhasilan dari hal-hal yang bersifat materi, kemewahan, pencapaian yang
dikejar manusia, kompetitif vs kooperatif.
Murid-murid saya sekarang
ketika dijemput tidak bertanya, “Siapa yang menjemput” tetapi “Kamu dijemput
mobil apa?”. Manusia dinilai dari materi
apa yang dipunyai. Harusnya kalau kita turun dari Alphard dan APV (Aphald Primitvie
Version) jalannya harus sama. Jangan sampai benda itu memberi nilai pada kita. Tetapi
kita bernilai karena Kristus telah mati untuk kita. Kita senilai darah Kristus
di kayu salib. Kita bernilai dari apa yang dipakai. Ada teman saya yang memakai
jam tangan yang mirip Rolex tetapi tulisannya Polex. Dari jauh mirip Rolex. Saya
bertanya,”Mengapa harus Rolex?” Dia menjawab, “Kalau pakai Rolex jalannya lain.”
Jangan sampai benda memberi nilai kepada kita seperti dunia menghargai kita kalau
memakai sesuatu. Beberapa kali saya ke Mal Central Park. Saat naik Kijang,
pintu mobil dibuka dan diperiksa. Suatu kali saya diantar teman naik Mercy dan
pintu mobil tidak dibuka untuk diperiksa. Saya berkata kepada petugas sekuriti,
“Pak, saya orangnya sama dengan yang kemarin.” Kita menghargai orang dengan apa
yang dipakainya. Demikian pula dengan perlakuan pemilik toko terhadap calon
pembeli yang mobil mewah berbeda dengan yang naik beca. Padahal yang naik mobil
mungkin hanya betanya-tanya lalu pergi melihat ke toko sebelah, sedangkan yang naik
beca tidak pergi karena merasa mahal kalau pindah-pindah toko. Ini masalah
ketamakan.
Lukas 12:15,17-19. Ayat 15
Kata-Nya lagi kepada mereka: "Berjaga-jagalah dan waspadalah
terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya,
hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu." Ini tentang
orang kaya yang bodoh, padahal orang bisa menjadi kaya karena ia pintar. Ini
paradox. Berarti ia bodoh bukan secara kognitif, tapi kerohaninya. Ayat 17 Ia
bertanya dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat, sebab aku tidak
mempunyai tempat di mana aku dapat menyimpan hasil tanahku. 18 Lalu katanya: Inilah yang akan aku perbuat;
aku akan merombak lumbung-lumbungku dan aku akan mendirikan yang lebih besar
dan aku akan menyimpan di dalamnya segala gandum dan barang-barangku. Orang
kaya ini pintar dan membuat rencana, strategi dengan membesarkan lumbung
sehingga barang yang disimpan tambah banyak. 19 Sesudah itu aku akan berkata
kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun
lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah! Di
sini bodohnya, karena dia tidak tahu bahwa dia sewaktu-waktu bisa dipanggil
Tuhan. Janganlah hidup untuk makan, minum dan bersenang-senang karena semua
akan lenyap.
Andrew Jackson Whittaker
Jr. Pada 26 Des 2002 menang lotere sebesar 314.960.000 dolar (sekitar Rp 4 triliun).
2003 dia menjadi pemabuk
berat. 2004 bisnisnya bermasalah. September 2004 cucunya meninggal karena over
dosis, 6 minggu kemudian istrinya minta cerai. Januari 2007 rekening banknya
dibobol pencuri. Juli 2009, putrinya Ginger Whittaker meninggal karena overdosis.
Apa yang dia katakan? “Seandainya aku robek saja (tidak saya uangkan) tiket lotere
itu, mungkin semua ini tidak akan terjadi.” Itulah ketamakan! Mengerikan bukan?
Tetapi mereka yang ingin kaya, terjatuh ke dalam pencobaan , jerat dan ke dalam
berbagai nafsu yang hampa yang mencelakakan dan menenggelamkan manusia ke dalam
keruntuhan dan kebinasaan.
1 Tim 6:10-11 Karena akar segala kejahatan ialah cinta
uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan
menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka. Tetapi engkau hai manusia Allah, jauhilah
semuanya itu, kejarlah keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan
kelembutan. Bukan soal uang, tetapi cinta uang. Masalahnya kita harus pilih yang mana.
3. Keangkuhan hidup (narsisme)
Perasaan cinta terhadap diri sendiri. Orang seperti ini egois dan haus pujian,tidak berempati ,
individualis. Sewaktu saya kuliah, orang yang narsis adalah orang yang dianggap
mengalami gangguan kejiwaan. Namun sekarang ada tongsis (tongkat narsis). Kalau
tidak narsis dianggap tidak gaul. Lalu membuat foto diri (selfie). Anggapannya “Orang
sangat peduli dengan saya. Saya harus dilihat.” Manusia sangat berorientasi
pada diri sendiri. Kalau perlu mengganti foto profil setiap 10 menit. Makan
siomay saja difoto dan dunia harus tahu. Saya tidak apa-apa foto di Menara
Eiffel. Zaman dulu kalau mau foto di Menara Eiffel tinggal pergi ke foto
studio. Tetapi sekarang orang harus tahu bahwa saya sudah pergi ke Paris.
Kenapa orang harus tahu? Karena di sini : Inilah Saya.. Saya... Saya.. harus menjadi
pusat perhatian. Kalau sudah begitu, maka ia tidak peduli lagi dengan orang
lain. Anak sekarang tidak peduli melihat mamanya mencuci piring, mengepel atau
menyapu dan hanya berkata,”Ma, untuk apa susah-susah nanti juga kotor lagi”.
Jadi ia tidak mau membantu.
Tenggelamnya kapal Pesiar
Titanic 15 April 1912.
Titanic berasal dari kata
Titan mahluk super dewa yang punya kekuatan supra natural dalam mitologi Yunani.
Kapal pesiar samudra ini meninggalkan Southampton Inggris menuju New York
tanggal 10 April 1912. Fasilitas yang ada di dalamnya gimnasium, kolam renang,
perpustakaan, restoran super mewah, kasino, lift, kabin kelas atas. Memiliki
telegraf nirkabel mutakhir. Memiliki
kompartemen kedap air dan pintu kedap air yang bisa dioperasikan dari jarak
jauh. Didisain sedemikian rupa sehingga bila
terjadi tabrakan dahsyat satu bagian kapal masih bisa mengapung di atas laut. Jadi
kalau kapal pecah, masih ada bagian yang masih bisa mengambang. Yang terjadi : Titanic
menabrak gunung es pk 23:40 pada tanggal
14 April 2012 (tidak sampai 1 minggu) . Tepat sebelum pk 22.20 tanggal 15 April
1912 Titanic patah dan haluannya tenggelam bersama ribuan penumpang di dalamnya.
Para penumpangnya meninggal akibat hipotermia karena air samudra yang sangat
dingin (-2 derajat C). 700 penumpang selamat diangkat dari sekoci beberapa jam
kemduian. 1.500 orang meninggal dalam musibah. Dalam film Titanic, ada seorang Ibu
itu bertanya, “Saya dengar kapal ini tidak akan bisa tenggelam.” Dijawab, “Bahkan
Tuhan sendiri tidak dapat menenggelamkan Titanic.” Ini kalimat yang sombong
sekali. Tidak perlu sampai ke New York , baru hari kelima sudah tengelam dengan
1.500 orang lebih meninggal.
1 Kor 1:27-29.
Tetapi apa yang :
- bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang
berhikmat,
- yang lemah bagi dunia,
dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat,
- tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang
tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti,
supaya jangan ada seorang
manusiapun yang memegahkan diri di hadapan Allah.
Saat Kaleb menyanyi
dengan bagus sekali tadi, hati saya seperti dekat dengan Tuhan (pribadi yang
mengenal diriMu tidak ada yang tersembunyi di hadapan Tuhan). Orang itu harus melihat
Tuhan yang dinyatakan melalui suara sang penyanyi. Orang lemah dan tidak
berarti, yang Tuhan pilih supaya melaluinya nama Tuhan dimuliakan. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di
depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu
yang di sorga." (Matius 5:16).
Waspadai Perubahan
Barang siapa tidak mengenal zaman ia akan dilibas oleh zaman. Apa yang
menjadi ilah jaman ini? “I” (saya). Hedonisme, materialisme dan narsisme
semuanya “saya”. Dari 10 hukum Allah, hukum pertama, “Jangan ada padamu Allah
lain dihadapanKu”. Begitu melanggar hukum pertama ,maka ke sembilan hukum yang
lain dilanggar karena Allah kita adalah Allah pencemburu. Biarlah hati kita hanya
ada 1 Allah kita yaitu Yesus Kristus. 1
Yoh 2:17 17 Dan dunia ini sedang lenyap
dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup
selama-lamanya.
Ada 2 gambar pohon. Yang pertama, sebentar lagi rubuh. Ketika membangun di atas
pohon yang daunnya uang ini , sebentar lagi tinggal batangnya digergaji lalu tumbang.
Berbeda dengan pohon yang kedua. Berbahagialah orang yang kesukaannya ialah
Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Ia seperti
pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada
musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil (Maz
1:2-3). Biarlah kita seperti pohon yang dikatakan itu yaitu orang yang
mengandalkan Tuhan. Ketika dengan taat mengandalkan Allah maka kita akan hidup
selama-lamanya.