Ev. William
1 Sam 15 : 1-11
1 Berkatalah Samuel kepada Saul: "Aku telah
diutus oleh TUHAN untuk mengurapi engkau menjadi raja atas Israel, umat-Nya;
oleh sebab itu, dengarkanlah bunyi firman TUHAN.
2
Beginilah firman TUHAN semesta alam: Aku akan membalas apa yang
dilakukan orang Amalek kepada orang Israel, karena orang Amalek
menghalang-halangi mereka, ketika orang Israel pergi dari Mesir.
3
Jadi pergilah sekarang, kalahkanlah orang Amalek, tumpaslah segala yang
ada padanya, dan janganlah ada belas kasihan kepadanya. Bunuhlah semuanya,
laki-laki maupun perempuan, kanak-kanak maupun anak-anak yang menyusu, lembu
maupun domba, unta maupun keledai."
4
Lalu Saul memanggil rakyat berkumpul dan memeriksa barisan mereka di
Telaim: ada dua ratus ribu orang pasukan berjalan kaki dan sepuluh ribu orang
Yehuda.
5
Setelah Saul sampai ke kota orang Amalek, disuruhnyalah orang-orang
menghadang di lembah.
6
Berkatalah Saul kepada orang Keni: "Berangkatlah, menjauhlah,
pergilah dari tengah-tengah orang Amalek, supaya jangan kulenyapkan kamu bersama-sama
dengan mereka. Bukankah kamu telah menunjukkan persahabatanmu kepada semua
orang Israel, ketika mereka pergi dari Mesir?" Sesudah itu menjauhlah
orang Keni dari tengah-tengah orang Amalek.
7
Lalu Saul memukul kalah orang Amalek mulai dari Hawila sampai ke Syur,
yang di sebelah timur Mesir.
8
Agag, raja orang Amalek, ditangkapnya hidup-hidup, tetapi segenap
rakyatnya ditumpasnya dengan mata pedang.
9
Tetapi Saul dan rakyat itu menyelamatkan Agag dan kambing domba dan
lembu-lembu yang terbaik dan tambun, pula anak domba dan segala yang berharga:
tidak mau mereka menumpas semuanya itu. Tetapi segala hewan yang tidak berharga
dan yang buruk, itulah yang ditumpas mereka.
10 Lalu datanglah firman TUHAN kepada Samuel,
demikian:
11
"Aku menyesal, karena Aku telah menjadikan Saul raja, sebab ia
telah berbalik dari pada Aku dan tidak melaksanakan firman-Ku." Maka sakit
hatilah Samuel dan ia berseru-seru kepada TUHAN semalam-malaman.
Pendahuluan
Apa
dosa Saul? Ketidaktaatan. Memang ketaatan merupakan tindakan sulit untuk dilakukan
(susahnya taat, lebih mudah tidak taat. Susahnya diatur, lebih mudah mengatur).
Setiap kita belajar tidak taat sejak kita kecil. Orang tua mungkin kesal ketika
anaknya tidak taat terhadap perintahnya, padahal perintah orang tua pasti baik untuk
sang anak (misal : ayo makan biar sehat). Tapi sang anak tidak melihatnya
begitu sehingga orang tua mungkin kesal. Demikian juga dengan Tuhan.
Mengapa Allah membenci ketidaktaatan?
1.
Ketidaktaatan akan salah menuntun kita dalam
menentukan prioritas.
Ada seorang
remaja menatap dengan pandangan kosong karena sedang bergumul dalam percintaannya.
Padahal ia masih sangat muda dan perlu melengkapi diri agar dapat mengejar cita-citanya.
Seharusnya ia jangan berfokus ke hal-hal yang lain. Janganlah kesukaan hidupnya
sekedar mencari pasangan hidup. Saat SD, SMP dan SMA mungkin kita tidak belajar
dengan baik karena suka main game, olah
raga sepak bola, basket dll. Prioritas kesukaan akan menuntun kita pada
ketidaktaatan.
Saul adalah anak dari Kish dari
suku Benyamin (1 Sam 9:1-2). Saul tidak hanya tampan, badannya juga kekar dan
besar (lebih tinggi dari orang sebangsanya) dan kemudian diangkat menjadi raja.
Hal ini disebabkan umat Israel menginginkan raja yang kelihatan (1 Sam 8:19b-20 harus ada raja atas kami; maka kamipun akan sama seperti segala
bangsa-bangsa lain; raja kami akan menghakimi kami dan memimpin kami dalam
perang."). Kepada nabi Samuel bangsa Israel berkata, "Engkau sudah tua dan anak-anakmu tidak
hidup seperti engkau; maka angkatlah sekarang seorang raja atas kami untuk
memerintah kami, seperti pada segala bangsa-bangsa lain." (1 Samuel 8:5).
Sehingga TUHAN berfirman kepada Samuel:
"Dengarkanlah permintaan mereka dan angkatlah seorang raja bagi
mereka." (1 Samuel 8:22) dan, “Aku
akan membalas apa yang dilakukan orang Amalek kepada orang Israel, karena orang
Amalek menghalang-halangi mereka, ketika orang Israel pergi dari Mesir. Jadi
pergilah sekarang, kalahkanlah orang Amalek, tumpaslah segala yang ada padanya,
dan janganlah ada belas kasihan kepadanya. Bunuhlah semuanya, laki-laki maupun
perempuan, kanak-kanak maupun anak-anak yang menyusu, lembu maupun domba, unta
maupun keledai." (1 Sam 15:2-3) Ternyata Saul tidak taat (1 Sam 15:9 Tetapi Saul dan rakyat itu menyelamatkan Agag dan kambing
domba dan lembu-lembu yang terbaik dan tambun, pula anak domba dan segala yang
berharga: tidak mau mereka menumpas semuanya itu. Tetapi segala hewan yang
tidak berharga dan yang buruk, itulah yang ditumpas mereka). Saul memilih
kambing, domba dan lembu yang terbaik dan tambun untuk pesta bersama rakyat Israel.
Samuel kemudian menegur Raja
Saul ,” Mengapa engkau tidak mendengarkan
suara TUHAN? Mengapa engkau mengambil jarahan dan melakukan apa yang jahat di
mata TUHAN?" (1 Samuel 15:19) Ketidaktaatan meletakkan salah prioritas
kesukaan dari kita.
Ketika kuliah teologia di
SAAT, para siswa harus bangun pk 5 untuk
bekerja bakti. Ada yang menyapu ,mengepel, membersihkan WC dll. Usai bekerja
bakti, kami harus bersaat teduh. Suatu
ketika ada seorang kakak tingkat berkata, “Wil saya lelah. Saya mau tidur saja.
Nanti tolong bangunkan saya”. Hal ini tidak mengherankan karena tadi malam dia
bergadang untuk persiapan ujian bahasa Yunani yang merupakan mata pelajaran
yang sulit. Saya kemudian membiarkan dia tidur dengan nyenyak. Tiba-tiba seorang
dosen mengetuk pintu dan melihatnya masih tidur. Akhirnya dia pun bangun dan
berkata, “Saya sakit.” Padahal dia tidak sakit. Seharusnya momen “saat teduh” dan
berdoa pagi menjadi kesukaan orang percaya (Kristen) dan sebaliknya bukan
membuat kita bosan dan lelah. Pertanyaannya : apakah kita meletakkan kesukaan
kita pada Tuhan atau pada diri kita?
2. Ketidaktaatan menuntun kita salah dalam meletakkan
rasa takut.
1 Sam 15:24 Berkatalah Saul kepada Samuel: "Aku
telah berdosa, sebab telah kulangkahi titah TUHAN dan perkataanmu; tetapi aku
takut kepada rakyat, karena itu aku mengabulkan permintaan mereka. Di sini terlihat Raja Saul salah meletakkan rasa
takutnya. Seharusnya kalau Saul taat pada Tuhan, maka rasa takutnya diletakkan pada Tuhan. Saul memilih
rampasan terbaik untuk dinikmati bersama-sama bangsa Isarel, padahal harusnya
semua ditumpas. Di sini kita melihat bagaimana Raja Saul salah meletakkan rasa
takutnya. Jawab Saul pada ayat 15 : "Semuanya
itu dibawa dari pada orang Amalek, sebab rakyat menyelamatkan kambing domba dan
lembu-lembu yang terbaik dengan maksud untuk mempersembahkan korban kepada
TUHAN, Allahmu; tetapi selebihnya telah kami tumpas." Dikatakan “sebab
rakyat” berarti Raja Saul menuduh rakyatnya
yang melakukannya. Hal ini seperti yang dialami oleh Hawa. Kemudian berfirmanlah TUHAN Allah kepada perempuan itu: "Apakah
yang telah kauperbuat ini?" Jawab perempuan itu: "Ular itu yang
memperdayakan aku, maka kumakan." (Kej 3:13) Jadi Hawa menyalahkan ular.
Raja Saul dan Hawa merasa takut yang disebabkan akan hukuman sehingga mereka menuduh
yang lain. Awalnya Raja Saul takut kepada rakyat dan selanjutnya takut pada
penghukumannya sendiri. Ketika tidak taat , maka kita meletakkan sesuatu pada
hal yang salah.
B.J. Habibi (79) merupakan
presiden ketiga Indonesia (21 Mei 1998 - 20 Oktober 1999) dan dilantik setelah
presiden Soeharto mengundurkan diri. Sebagai presiden, dia harus bertanggung
jawab pada banyak masalah, salah satunya pemisahan Timor Timur dari NKRI. Saat
itu ia mendapat tekanan. Rakyat Timor Timur minta agar Timor Timur dimerdekakan,
demikian juga ada dorongan dari PM Australia. Setelah referendum pemisahan dari
NKRI tahun 1999, terbentuklah Negara Timor Leste. Hal ini menunjukkan terkadang
pemimpin sulit membuat keputusan saat rakyat meminta sesuatu untuk dlakukan
karena ada rasa takut membuat rakyat kecewa. Pdt. Hery Guo menasehati saya, “Sebagai
pemimpin rohani kamu tidak boleh takut dicerca. Katakan yang benar terhadap
tindakan yang salah.” Seorang pemimpin sering berada pada posisi yang sulit. Bangsa
Israel berkata, “Sudah, kita makan saja bersama-sama lembu-lembu ini.” Raja Saul
merasa tidak enak karena nama baiknya akan hancur bila menolak permintaan rakyatnya
itu. Semua orang percaya diminta “takut akan Tuhan”. Di Alkitab, banyak
perkataan “Takutlah akan Tuhan.” Pengertian “takut” secara umum berbeda dengan
takut akan Tuhan. Secara umum , saat merasa takut maka kita akan menghindarinya. Sedangkan rasa “Takut
akan Tuhan” membuat kita dekat dengan Tuhan. Rasa takut ini disebabkan kita merasa
diri kita merupakan ciptaanNya (kita merasa kecil maka kita kagum dan hormat sehingga
kita harus menyembah padaNya dan melakukan apa yang diperintahkan Tuhan).
3. Ketidaktaataan
salah menuntun kita dalam meletakkan pujian.
Ayat 12 Lalu
Samuel bangun pagi-pagi untuk bertemu dengan Saul, tetapi diberitahukan kepada
Samuel, demikian: "Saul telah ke Karmel tadi dan telah didirikannya
baginya suatu tanda peringatan; kemudian ia balik dan mengambil jurusan ke Gilgal." Rupanya Raja Saul terburu-buru membuat satu tanda peringatan
untuk dirinya sendiri (biasanya untuk Tuhan) sebagai tanda keberhasilannya
memimpin bangsa Israel menang terhadap bangsa Amalek. Berarti dalam pandangan Raja
Saul, “karena tindakanku, aku memuji diriku dengan membuat monumen untuk diriku
sendiri (yang seharusnya untuk Tuhan)”. Akhirnya Tuhan menyesal (1 Sam 15:11).
Sedangkan di bagian Alkitab lainnya dikatakan :
Allah bukanlah manusia, sehingga
Ia berdusta bukan anak manusia, sehingga Ia menyesal. Masakan Ia berfirman dan
tidak melakukannya, atau berbicara dan tidak menepatinya? (Bil 23:19)
Penyesalan di sini berbeda dengan penyesalan dalam kalimat, “Presiden RI
menyesal akan kejadian pemboman di Bali”. Penyesalan di sini tidak disebabkan
karena presiden telah melakukan pembonan di Bali. Bahasa Ibrani נחם - NÂKHAM secara "konseptual" bermakna '
tidak sesuai dengan yang dikehendaki sehingga memerlukan penghiburan, hal-hal
yang tidak memuaskan hati'. Jadi Tuhan nakham
berarti Tuhan berkabung karena menjadikan Saul sebagai raja.
Ada seorang anak rohani saya
yang rajin pelayanan, setia bergereja dan menjadi aktivis di gereja. Suatu kali
dia menelpon dan bertanya dengan nada cemas, “Bang Wil ada waktu?”. Maka saya
menyempatkan diri untuk mendatanginya. Saat bertemu, ia sedang menangis dan
kemudian berkata,”Saya merasa sangat berdosa. Saya seorang pelayan Tuhan tetapi
saya kedapatan berhubungan seks di mobil oleh polisi” Polisi tersebut rupanya menggedor
mobil dan mendapatinya sedang berhubungan seks. Kemudian ia berkata, “Saya mau
bunuh diri!” Saya berkata,”Jangan bunuh diri tapi bertobatlah!” Seorang pelayan
Tuhan (aktivis) bisa jatuh dalam ketidaktaatan dan menyesalinya. Anak tersebut ingin
terlepas dari rasa bersalahnya. Selama ini ia sering dipuji. Ia melayani dengan
dan baik menyanyi dengan bagus. Polisi yang memergokinya berasal dari 1 gereja
dan sewaktu menangkapnya sang polisi pura-pura tidak kenal. Saya pun mendatangi
polisi itu untuk mencari solusi untuknya. Tindakan aktivis tesebut membuat
kecewa. Penyebabnya ada pujian yang dibangun sejak lama. Pujian itu membuat
kita “berdiri” dan kita lupa bahwa kita adalah manusia berdosa!
Salah satu contoh lainnya
adalah tindakan hukuman mati di Perancis yang dialami oleh Ratu Perancis
Marie Antoinette (1755-1793). Ratu ini sangat
ingin dipuja sehingga membelanjakan uang untuk menjaga penampilannya, padahal Perancis
saat itu sedang mengalami krisis ekonomi. Waktu mau dihukum mati dengan
guillotine dia berkata, “Kasihanilah aku, karena sebenarnya aku tidak mau melakukan
ini.” Jangan sampai waktu hukuman datang baru kita berkata, “Tuhan kasihanilah saya.”
Harusnya kita taat karena kita manusia berdosa. Sebagai pekerja yang luar
biasa, kita mungkin mendapat banyak penghasilan sehingga kita lupa bahwa pemberi
berkat adalah Tuhan dan kita lupa berlaku setia dan taat dalam kehidupan kita. Sebagai
siswa seharusnya kita fokus untuk belajar dan menata hari depan. Jangan menyalahkan Tuhan
kalau kita tidak menyelesaikan studi. Jangan sampai kita salah meletakkan
prioritas hidup kita. Mari kita meletakkan pujian kita hanya pada Tuhan, karena
dialah sumber berkat dalam kehiduapn kita. Amin.
No comments:
Post a Comment