Pdt. Hery Kwok
Kejadian 2:15-17, 3:1-5
15
TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden
untuk mengusahakan dan memelihara taman itu.
16
Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia: "Semua pohon
dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas,
17
tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah
kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau
mati."
1
Adapun ular ialah yang paling cerdik dari segala binatang di darat yang
dijadikan oleh TUHAN Allah. Ular itu berkata kepada perempuan itu:
"Tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan
buahnya, bukan?"
2
Lalu sahut perempuan itu kepada ular itu: "Buah pohon-pohonan dalam
taman ini boleh kami makan,
3
tetapi tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah taman, Allah
berfirman: Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati."
4
Tetapi ular itu berkata kepada perempuan itu: "Sekali-kali kamu
tidak akan mati,
5
tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan
terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang
jahat."
Pendahuluan
Kita
sering mendengar istilah dosa. Ada yang memiliki
pemahaman tentang dosa yang sangat
sederhana. Ada yang mengatakan bahwa dosa itu sangat manusiawi sehingga
kalau manusia berbuat dosa maka Tuhan pasti akan mengampuni. Pemahaman tentang
dosa yang sederhana dan dangkal memberikan gambaran bagaimana kehidupan orang
tersebut. Bagaimana cara memandang dosa demikianlah orang itu akan hidup.
Dosa Adam
Kitab
Kejadian merupakan kitab yang paling banyak dibaca karena menjadi pendahuluan (kitab
awal) di Alkitab dan seringkali diceritakan guru-guru Sekolah Minggu kepada
anak-anak Sekolah Minggu. Jadi anak-anak
Sekolah Minggu sangat mengenal cerita tentang kejatuhan Adam dan Hawa ke dalam
dosa. Apakah dosa Adam?
1.
Menyalahgunakan Kebebasan yang Diberikan Allah
Kej 2:15-17
TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk
mengusahakan dan memelihara taman itu. Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini
kepada manusia: "Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan
bebas,tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah
kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau
mati." Alkitab memberi penjelasan bahwa Allah memberi
perintah kepada Adam supaya Adam boleh memakan buah di Taman Eden dengan bebas,
hanya buah tentang pengetahuan yang baik dan yang jahat yang tidak boleh. Allah
memberi kebebasan kepada Adam (manusia). Mengapa manusia diberikan kebebasan
itu, karena justru kebebasanlah yang menyebabkan manusia jatuh dalam dosa? Mengapa
Allah yang maha tahu dan bijaksana memberi manusia kebebasan karena kalau
diberi kebebasan maka terjadilah kejatuhan manusia dalam dosa? Pertanyaan ini
sangat menarik, karena Alkitab memberitahukan bahwa manusia bebas untuk makan semua
buah kecuali satu dan hal ini menunjukkan bahwa manusia diberi kebebasan agar
Adam belajar mentaati Allah! Allah sungguh amat baik dalam menciptakan manusia.
Saat Allah menciptakan manusia, Dia menempatkan ciptaanNya ini sangat tinggi
dibandingkan ciptaan yang lain. Sebagai mahkota ciptaan Dia menaruh kebebasan (hak
istimewa) pada manusia. Allah memberi
kebebasan karena Allah menaruh penghormatan terbesar dan hak isimewa kepada
manusia (manusia bukan robot). Itu sebabnya hak istimewa yang diberikan AlLAH kepada
manusia merupakan hal yang sangat penting. Karena kebebasan itu merupakan fondasi
(mencerminkan) nilai moral manusia.
Contoh praktis : waktu saya dilarang minum narkoba dan tahu
ini tidak baik lalu tidak mengambilnya karena saya tahu, mengerti dan rela
tidak memakainya itu lahir dari kebebasan saya. Kalau kemudian saya meminumnya berarti
nilai moral saya sangat buruk sekali. Justru pondasi dan nilai seseorang ada di
dalam kebebasan yang Allah berikan. Nilai itu ada pada kerelaan dalam melakukan
apa yang Tuhan perintahkan (Allah tidak memaksakannya). Seharusnya dari Adam
lahir ketaatan kepada Allah. Ada seorang laki yang pergi jauh untuk merantau
dan mencari uang sehingga meninggalkan keluarga. Saat berada jauh dari
keluarga, ia bisa pergi ke seorang pelacur atau tidak. Kebebasan ini ada di
dalam dirinya dan itu untuk melihat
pondasi dari nilai moralnya. Waktu ia tidak melacur berarti laki-laki ini
adalah orang yang setia. Yusuf ditawarkan oleh istri Potifar dosa berupa kenikmatan
seksual. Yusuf tahu dan tidak melakukannya sehingga kita menemukan nilai moralnya
yang luar biasa! Saat menjadi guru, saya memberi test mendadak lalu para siswa saya
tinggal untuk mengerjakannya. Sebelumnya
saya berpesan, “Saya percaya kamu tidak akan mencontek dan saya berharap kalian
menghargai kepercayaan saya.” Beberapa guru yang mengetahui hal ini berkata, “Kamu
guru yang nekad dan tidak karuan. Pastilah anak-anak akan mencontek!” Saya
berkata,”Tidak apa –apa. Saya harus memberi pemahaman yang jelas tentang
kebebasan. Pada waktu ada yang mencontek , maka kebebasan itu akan keluar dan
menjadi pondasi untuk melihat nilai
moral.”
Dosa Adam ialah menyalahgunakan kebebasan yang diberikan
Allah. Padahal kebebasan itu merupakan penghormatqn terbesar dan hak istimewa
yang ditaruh Allah pada manusia. Namun manusia gagal melihat kebebasan itu. Ada
2 pilihan dalam menyikapi kebebasan. Adam bebas untuk mentaati Allah atau bebas
untuk hidup berpusatkan pada diri sendiri. Penyalahgunaan kebebasan inilah yang
terlihat pada Kejadian 3 saat manusia ditawarkan iblis bahwa manusia akan sama
seperti Allah sehingga manusia ingin menggantikan Allah dalam hidup mereka.
Kebebasan yang disalahgunakan ini
menjadi dosa dalam dunia pada manusia yang pertama.
Alkitab memberikan penjelasan tentang kegagalan manusia
pertama yang tidak,menjalankan kebebasan dengan sebaik-baiknya. Adam yang
pertama gagal melakukan kebebasannya untuk taat pada Allah. Adam yang kedua
yaitu Kristus melakukan kebebasan dengan berpusat pada Allah. Dengan kebebasan yang
diberikan Allah seharusnya menjadi kehormatan bagi manusia karena Dia memberikan
hak istimewa pada ciptaanNya. Tetapi bagaimana kita menggunakan kebebasannya
menjadi hal lain. Apakah ditujukan (dipusatkan) pada kepentingan Kristus? Kalau
berpusat pada diri saya, maka akan berdasarkan pada apa yang saya mau, pilih
dan kehendaki. Ini sesuatu yang mengerikan. Apa yang terjadi pada Adam merupakan
kegagalan nenek moyang kita seharusnya menjadi perhatian karena selanjutnya diteruskan
oleh keturunannya yaitu kita.
Waktu seorang anak perempuan jatuh dalam dosa seks dengan
pacarnya lalu ia menyadari kegagalan nya karena tidak menjaga kesucian
hidupnya. Waktu anak gadis diberi kebebasan untuk kepentingan , kepuasan dan kenikmatan
diri sendiri maka ia menjual dan memberikan tubuhnya pada pacarnya. Karena
kebebasan itu dilakukan untuk kenikmatan. Maka kita harus memahami dosa yang
sedemikian berbahaya karena kita tidak mau melihat perintah Allah sebagai
sesuatu yang baik dan berguna. Kita selalu melihat perintah Allah sebagai
sesuatu yang mengekang (membatasi) saya dan
membuat kita tidak bisa menikmati hidup sehingga banyak orang muda jatuh
dalam dosa. Mari kita meningkatkan pemahaman kita untuk tidak menyalahgunakan
kebebasan yang Allah berikan kepada kita sebagaimana diberikan kepada Adam.
2. Menolak
Kehendak Allah
Pada waktu manusia pertama mengambil dan memakan buah
pengetahuan yang baik dan yang jahat (dosa dalam diri nenek moyang kita Adam)
berarti Adam menolak kehendak Allah yang kekal, yang ada dalam seluruh
ciptaanNya dan yang menginginkan keselamatan dan kebahagian kekal untuk manusia.
Cara iblis menaruh curiga dalam diri manusia licik sekali. Ia membuat jebakan dalam
pertanyaan"Tentulah Allah berfirman:
Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?"(Kej 3:1b). Ia
memberikan lemparan / pancingan dengan memutarbalikkan perkataan Allah, “semuanya
tidak boleh dimakan bukan.?” Waktu si jahat memberikan pertanyaan umpan dan
diharapkan diresponsi oleh manusia. Ternyata manusia memberi respon. "Buah pohon-pohonan dalam taman ini
boleh kami makan, tetapi tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah taman,
Allah berfirman: Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu
mati." (Kej 3:2-3). Lalu iblis memberi pancingan kedua, Sekali-kali kamu tidak akan mati (Kej 3:4b), “Itu kecurigaan Allah saja! Dia
tidak mau kamu sejajar dengan Allah.” Iblis menaruh bibit kecurigaan manusia kepada
Allah dan bibit ini menjadi sangat subur saat manusia tidak takut dan menolak
kehendak Allah yang kekal. Ada seorang hamba Tuhan membuat pernyataan, “Kala
saya melayani di suatu gereja lalu jemaat mulai curiga maka saya tidak mau bicara.
Kalau sudah curiga, maka seluruh pikiran kita yang baik tidak akan ditangkap
dan diterima.” Dan ini merupakan penolakan jelas terhadap kehendak Allah.
Berbeda antara hamba Tuhan yang menggembalakan jemaat dengan penginjil yang
datang sebentar lalu pindah lagi terletak dalam respon jemaat. Pada waktu
penginjil datang mengegor dosa jemaat hingga menangis, lalu penginjil itu tidak
pusing setelah ia tidak ada lagi. Tapi waktu seorang hamba Tuhan yang merawat
dan memberikan nasehat rohani lalu dicurigai maka jemaat tidak pernah menangkap
pesannya dalam kehidupan rohani. Kecurigaan ini adalah bentuk penolakan
terhadap apa yang baik. Perintah Allah adalah untuk tidak memakan buah dari
pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat, namun iblis menaruhkan kecurigaan
pada kehendak Allah yakni supaya manusia menikmati kebahagiaan bersama Allah (bagaimana
manusia menyembah pada Allah yang layak disembah). Waktu Tuhan Yesus bergumul
di Taman Getsemani, pergumulanNya luar biasa berat. Yesus Kristus tidak takut
secara fisik akan disalib , lambung ditusuk, tangan diikat, dimahkotai duri dan
berdarah. Dia tidak takut. Kegentaran Dia adalah bagaimana Dia harus melakukan
kehendak Allah untuk menebus manusia berdosa. Maka Yesus Kristus melakukannya
dengan baik, karena Dia tahu kehendak BapaNya itu yang baik supaya manusia yang
diciptakan dikembalikan dalam kondisi seperti Allah.
Seberapa jauh kita menolak kehendak Allah? Banyak sekali! Manusia
sering melihat apa yang diajarkan Kitab Suci selalu mencoba memplintir dan
memberi toleransi terhadap apa yang Tuhan ajarkan. Hidupnya tidak berdasarkan
firman Allah. “Tuhan bisinis ini harus ada di tangan saya, saya yang menentukan
caranya.” Orang tua saya lumpuh sehingga ia bekerja serabutan. “Yang penting
tidak mencuri” begitu prinsipnya. Lalu ia meribakan uang. Jadi saya lahir dalam
keluarga yang lumpuh dan bunga uang. Saya berkata,”Pa jangan meribakan uang. Itu
tidak boleh, karena Dia mencukupkan kita dan memelihara kita.” Papa saya
menjawab, “Kamu sok tahu! Saya tidak mencuri. Kamu hidup dan sekolah saya yang
biayai. Apa yang Allah kehendaki tidak benar.” Saya tidak bisa bicara, lalu
Allah mengijinkan ia sakit sehingga uangnya tidak bisa lagi digunakan untuk
biaya cuci darah. Kehendak Allah itu ada di dalam Kitab Suci. Kehendak Allah
itulah yang harus kita lakukan. Kalau kehendak Allah sudah jelas, kita jangan menolak.
Seringkali kali kita tidak melakukannya karena kehendakNya tidak sama dengan
kehendak kita. Contoh : waktu mencari jodoh carilah sesuai kehendak Allah. Jangan
mengandalkan matamu yang hanya melihat fisik semata karena Dia memberikan yang
baik.
Tujuan Allah menyatukan kita. Dua karakter dan budaya yang
berbeda, segalanya berbeda, supaya dalam keberbedaan itu mempunyai kebahagiaan.
Itu kehendak Allah dalam pemahaman tentang Kristus. Agama Kristen dan Katolik
berbeda. Waktu kehendak Allah dinyatakan, orang muda sering menolak dan tidak
mengaplikasikannya dalam hidup dan bisnis. Kita kagum dengan gereja yang
membangun tanpa menyogok supaya ijin bangunan lolos walau dengan mengikuti
prosedur maka memakan waktu terlalu lama. Kita berpikir apa yang kita mau. Ini
membuat kita menolak kehendak Allah yang sedemikian baik. Suatu kali saya ditilang
di Jawa Tengah. Saya kalau mengemudi kendaraan di luar kota agak kencang karena
bila lambat bisa ditabrak truk dan bus. Di Muntilan, Jawa Tengah saya diberhentikan
polisi yang mengatakan saya menyerobot lampu merah. Berdebat dengan polisi saya
tidak menang dan saya akan ditilang. Saya
bertanya,”Apakah bisa diberi pengampunan untuk tidak ditilang?” Sang polisi
menjawab,”Ada caranya. Masukkan uang ke dalam amplop!” Saya keberatan. “Kamu
mau ditilang? SIM kamu SIM Jakarta tapi kamu
harus ikut persidangan di sini!” sang polisi menambahkan. Saya berkata, “Saya bisa kirim uang ke adik
ipar karena itu tidak sesuai dengan hati saya. Saya mengajar jemaat untuk tidak
menyogok masa saya menyogok?” Namun akhirnya saya ditilang dan saya putuskan
untuk buat lagi di Jakarta. Waktu itu saya mengurusnya di SAMSAT Daan Mogot. Di
sini saya ditanya, “Mengapa buat SIM lagi?” Saya menjawab apa adanya bahwa SIM
saya ditilang. Sang polisi bertanya,”Kamu mau ditolong tidak? Kamu kasih duit
nanti saya kasih kode!” Saya tidak mau sehingga sang polisi berkata,”Ya sudah!”.
Saya lalu mengikuti tes teori. Peserta lainnya ada yang tukang bajaj dan supir mikrolet
yang tidak mengetahui arti rambu lalu lintas!. Waktu sedang menunggu ternyata
tukang bajaj lulus, saya pikir saya juga akan lulus. Saya terus menunggu.
Akhirnya saya bertanya, “Mengapa saya belum dapat hasilnya?” Ternyata saya dikatakan
tidak lulus! Saya pun protes, “Tukang bajaj
saja lulus padahal ia bertanya kepada saya. Kenapa saya tidak?” Sempat terpikir
“Mengapa saya tidak kasih uang saja. Kan sederhana? Tapi saya memutuskan : TIDAK!” Lalu saya maju lagi dan bertanya di
bagian computer,”Saya guru. Guru kalau ditanya siswa tentang nilai maka akan saya
beritahu. Sekarang saya ingin bertanya mengapa saya gagal?” Seumur hidup, mungkin
belum pernah ada yang bertanya seperti itu kepadanya. Setelah melihat di
computer, akhirnya ia berkata, “Sdr. Heri kamu diluluskan!” Waktu saya bertahan
untuk tidak menyogok itu dilemma. Waktu pikirkan apa yang Allah ajarkan tentang
kehendak Allah, kita akan belajar.
Kehendak Allah ditolak oleh Adam dan Hawa dan itu yang
dilakukan oleh manusia. Mari belajar supaya kita jangan mencurigai dan
menolaknya. Allah sumber hidup dan terang dan di dalam Dia ada terang dan
kehidupan. Kalau tidak percaya kehendak Dia dan tidak melakukannya kita hidup
dalam kegelapan dan kematian. Sehingga dosa manusia adalah menolak kehendak
Allah.
3. Manusia
ingin Menggantikan Allah
Manusia ingin menggantikan Allah sebagai pencipta dalam
hidup manusia. Pada ayat 5 dikatakan tetapi
Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan
kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat." Di sini manusia akan menjadi penentu mana yang
baik dan mana yang jahat (bukan Allah yang menentukan). Pada zaman hakim-hakim,
dosa terjadi karena manusia melakukan sesuatu yang menurut hatinya benar. Tolok
ukurnya adalah diri sendiri. Manusia menjadi penentu dan bukan Allah. Jadi yang
mengatakan baik atau tidak bukanlah Allah., Kalau saya katakan baik maka akan saya
lakukan dan menikmatinya. Ini yang sangat berbahaya, karena kita terbatas dalam
hikmat bijaksana dan segala hal. Dalam keterbatasan kita, kita menentukan
sesuai kehendak kita, menjadi hakim dalam diri kita, maka kita menjadi Tuhan
atas diri kita, ingin sama seperti Allah. Waktu Lucifer jatuh menjadi setan, ia
tidak pernah mau untuk menjadikan Allah sebagai pusat untuk menerima
penghormatan dan pusat segala-galanya dan ia ingin sama seperti Allah. Ia ingin
sejajar dan duduk bersama dengan Allah dan menjadi penentu dan penguasa. Dosa
ini mengerikan! Allah bukan lagi Allah. Waktu keunggulan
manusia dalam otak diagungkan, manusia menentukan diri sebagai Allah. Itu
dibuktikan dalam sejarah gereja, mereka menjadi allah dalam hidupnya bukan
sebagai mahluk yang memberikan penyembahan kepada Allah.
Penutup
Waktu
kita belajar tentang dosa mari kita belajar tentang Allah dengan baik. Filipi 3:10
Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan
persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam
kematian-Nya,. Kalau mengenal Allah maka kita akan mengenal kehendak , rencana dan
kebaikanNya dalam hidup kita. Mari kita mengenalNya supaya Dia menjadi Tuhan
dan Allah dalam hidup, bisnis, dan masa depan kita.
No comments:
Post a Comment