Oleh : Yadi S. Lima
Kelas Tiranus III (26 Juli 2015)
Jika Allah tahu, mengapa Allah
membiarkan ( mengijinkan, tidak berbuat apa-apa atau menunda pertolongan ) atas
sesuatu hal yang tidak kita inginkan (hal yang buruk / jelek)? Karena bila hal
yang baik terjadi, biasanya kita tidak bertanya mengapa hal itu terjadi.
Contoh : suatu ketika kita mendapat
undian berhadiah. Lalu apa kita bertanya,”Mengapa saya mendapat hadiah undian?”
atau setelah 60 tahun pernikahan yang harmonis dan penuh kelimpahan, apakah
kita bertanya, “Mengapa Tuhan membiarkan perempuan ini bertemu saya?” Kita
tidak bertanya mengapa? Kalau bagus kita tidak bertanya mengapa? Jadi
pertanyaan “mengapa” di sini ditujukan kepada hal-hal yang tidak begitu baik.
Dari sudut filosofi , ini adalah masalah kejahatan sehingga timbul pertanyaan “mengapa?”.
Pertanyaan ini sudah dibahas
orang sebelum Tuhan Yesus datang ke dalam dunia.Misalnya oleh Epicurus yang merupakan
filsuf Yunani terkenal dan sangat baik. Ia mungkin meninggal karena kanker namun
menjelang ajalnya, ia masih bisa memberikan hiburan kepada orang lain agar
tidak takut mati.
Masalah kejahatan (the problem
of evil) sudah setua filsafat. Masalah ini dapat ditemukan pada tulisan
Epicurus. Ini dipakai sampai sekarang , jadi sudah 2300 tahun. Masalah ini dipakai sebagai alasan Bertrand Russel untuk
tidak menjadi Kristen.
Pertanyaannya bukanlah “Bagaimaan menghilangkan atau
mengurangi kejahatan?” tetapi “Mengapakah Tuhan yang Maha Baik tidak mau
menghilangkan kejahatan?” Atau “Mengapakah Tuhan yang maha kuasa tidak mampu
menghilangkan kejahatan?”
The Problem of evil
Proposisi 1: Allah itu haruslah MAHA BAIK
dan MAHA KUASA
Implikasi dari Proposisi 1: Yang tidak
maha baik dan maha kuasa tak dapat disebut Allah
Proposisi 2: Ada kejahatan dalam dunia (di
mana Allah adalah Bos dari dunia ini)
Dalam dunia ini ada kejahatan.
Yaitu ada orang yang tidak bersalah difitnah , masuk penjara.
Ada orang yang cocok pada
sebuah jabatan tapi yang menduduki jabatan itu adalah orang lain.
Ada orang yang gara-gara
agamanya tidak boleh menduduki jabatan tinggi, terhambat karirnya atau
dianiaya.
Ada juga kejahatan alamiah :
gempa bumi : orang baik, tidak jahat, sedang tidur tertimpa balok lalu mati.
Ada tak terhitung banyaknya
kejahatan.
Bukankah Tuhan itu Bos ,
mengapa terjadi begitu?
Pertanyaan: Mengapakah ada kejahatan dalam
dunia di mana ada Allah yang Maha Baik dan Maha Kuasa? Bagaimanakah ini MUNGKIN
terjadi? (how is it POSSIBLE?)
Suatu ketika saat sedang menunggu
bus malam, calon penumpang ditodong “pilih
harta atau nyawa”. Lalu datang Superman. Orang tersebut merasa aman karena pasti
penjahat tidak bisa berbuat jahat. Penjahat yang badannya besar bertato dan wajahnya
seram juga melihat Superman. Penumpang tersebut kemudian berteriak minta tolong
tapi diacuhkan oleh Superman, bahkan saat memegang tubuh Superman untuk meminta
bantuan, penumpang tersebut disingkirkan dengan tangannya. Penumpang tersebut
menjadi jengkel dengan Superman (seharusnya dia bisa menolong saya misalnya
dengan mengangkat penjahat dan memutar-mutarnya di udara). Hal itu terjadi saat
orang menderita kejahatan dan merasa diacuhkan Tuhan.
Kalau Tuhan maha kuasa,maha tahu
dan katanya baik, mengapa ia biarkan ini bisa terjadi? Itu sebabnya kita perlu mengerti
logika problem of evil
Proposisi 3: Jika Allah maha baik pastilah
Ia mau dan akan melenyapkan kejahatan atau menciptakan dunia di mana tidak ada
kejahatan – maka tidak akan ada kejahatan dalam dunia
Proposisi 4: Jika Allah maha kuasa
pastilah Ia mampu melenyapkan kejahatan dalam dunia (atau menciptakan dunia
yang tidak ada kejahatannya)
Tetapi FAKTANYA à ADA KEJAHATAN dalam dunia ini
Tuhan disalahkan seperti Superman , saat ada nenek-nenek dirampok dan tidak ada yang menolongnya.
Di dunia ini pasti ada
kejahatan. Anak kecil lahir kakinya satu. Ada yang kena down syndrome. Ada orang lahir buta, yang salah siapa?
Ada kejahatan dan cari kambing
hitamnya. Kita ingin hukum orang. Begitu tidak ketemu, kita salahkan Tuhan.
Ia mampu tapi kenapa tidak
melakukan, maka Dia 'kejam sekali'.
Karena adanya kejahatan dalam dunia ini
tidak dapat dibantah, maka ada TIGA kemungkinan PENJELASANNYA
- Allah
ingin melenyapkan kejahatan, tetapi Ia TIDAK MAMPU melakukannya (Allah
yang berduka tanpa daya di Atas Sana, Ia TIDAK MAHA KUASA)
- Allah mampu melenyapkan kejahatan
dari dunia ini, tetapi (somehow) ia TIDAK MAU melakukannya (dengan
demikian Ia adalah Allah yang KEJAM, Ia TIDAK MAHA BAIK)
- Allah
memang Tidak Mau DAN Tidak Mampu untuk melenyapkan kejahatan (Ia tidak
maha baik sekaligus tidak maha kuasa)
KESIMPULAN: Tidak mungkin Allah ada
(karena fakta adanya kejahatan dalam dunia ini)
Ada banyak usaha untuk menjawab problem of Evil à Theodicy
Old Mythologies, Siddharta Gautama,
Gnostics, Augustine, Thomas Aquinas, Leibniz, kaum Deist, C.S. Lewis, Alvin
Plantinga
Kemungkinan jawaban
1)
Allah memang tidak ada –
Atheism/Materialism à Epicurus, Russell, Hume
2)
Kejahatan hanyalah ILUSI
·
Kejahatan diterima sebagai bagian dari
realitas. Realitas adalah peperangan / keseimbangan abadi antara gelap/terang,
jahat/baik, Yin/Yang, Kerusakan/Penciptaan, Kematian/Kelahiran (mis. Hiduisme,
Gnostisisme, Mitologi Barat-Timur)
·
Kejahatan adalah ilusi, penyadaran dari
ilusi adalah obatnya. Samsara adalah akibat keterikatan pada dunia materi,
pembebasannya adalah penyadaran (awakening) lewat meditasi, filsafat, disiplin
diri, dll (Buddhism)
Kejahatan diterima sebagai bagian
dari realitas seperti adanya peperangan
/ keseimbangan abadi antara gelap-terang, jahat-baik, yin-yang, kerusakan-penciptaan,
kematian-kelahiran dll. Di film silat dikatakan kalau tidak ada gelap tidak ada terang, kalau
tidak ada jahat tidak ada baik. Hal ini tidak benar. Kalau tidak ada gelap maka
tidak ada terang, ini tidak benar. Karena Tuhan menciptakan yang baik. Sebagai
orang Kristen, kita percaya Tuhan menciptakan dunia ini baik sesuai dengan
komentarNya. Lalu Dia menciptakan manusia yang dilihatnya sebagai sungguh amat
baik (tidak dikatakan sungguh amat jahat). Namun di antara yang amat baik itu,
di kemudian hari muncul korupsi, kerusakan, distorsi, sehingga yang baik itu
menjadi berkurang baiknya. Kalau tidak ada yang baik, tidak ada yang jahat, Ini
amin. Misal : ada yang bilang Hawa jahat. Ia makan buah dari pohon yang pengetahuan
yang baik dan yang jahat. Apakah Hawa akan
tertarik makan buah pohon itu bila tidak punya mulut, gigi, tangan, keinginan,
mata? Tanpa gigi, mungkin buah itu harus di-blender dulu. Apakah pohon itu
menarik, kalau Hawa buta? Tidak. Bisa juga mungkin masih wangi tercium. Hawa
bisa berdosa karena hal-hal baik seperti adanya pohon, gigi, usus sehingga makannya nikmat. Sampai hari ini orang berdosa
waktu makan nikmat. Kalau makan seperti sakit melahirkan, maka tidak ada yang
gemuk. Tapi bukan enak makan apel, minum cocacola, kalau makan sakit maka ia
tidak akan makan buah pohon. Bukan sebaliknya ada baik karena ada tidak baik.
Kalau sebaliknya benar.
-
Kejahatan
adalah ilusi, penyadaran dari ilusi adalah obatnya. Samsara adalah akibat
keterikatan pada dunia material, pembebasannya adalah penyadaran (awakening)
lewat meditasi, filsafat, disiplin diri dll (Buddhism). Misal : kita usaha namun
tidak ada perkembangan. Modelnya masih begitu saja sehingga gulung tikar. BATA saat
ini tidak setrendi yang lain, padahal di masa lalu mereknya sangat top. Kalau
tidak berkembang apakah kita akan berkata : puji Tuhan atau why me Lord (berpikir
sebagai kejahatan). Kalah usaha kejahatan buat yang kalah karena yang menang
tidak berpikir, “Wah toko sebelah gulung tikar, wah aku melakukan kejahatan.”
Jahat itu karena kamu anggap jahat. Itu proses alam saja. Ada yang mati dan
lahir. Waktu mati sedih. Kalau manusia tidak ada yang mati, maka berapa jumlah
penduduk dunia? Sekarang saja 7 miliar. Kalau tidak ada yang mati, maka kira-kira penduduk dunia ada 60 miliar yang
bisa tidak tertampung dunia. Jadi apakah kita berkata, “Puji Tuhan ada yang
mati?” Jadi jahat itu adalah ilusi. Jahat karena kamu terikat sesuatu. Samsara :
kamu terikat pada dunia materi. Kalau
kita sudah melek, maka tidak ada problem itu.
Theodicy dalam kekristenan
Tidak mungkin memakai teori mitologi
pra-Kristen, Hindu atau Buddhism karena tidak kompatibel dengan kepercayaan
Kristiani
Jadi bagaimana mungkin ada Allah yang BAIK
dan MAHAKUASA seperti yang diajarkan Alkitab dan Gereja sementara memang ada
kejahatan dalam dunia ini?
Onto-Theology
dari st. Augustinus à “Kejahatan adalah Ketidakhadiran
Kebaikan”
(deprivatio Boni)
·
Kejahatan sebagai Ketidakhadiran
menghindarkan Allah dari dilemma sebagai
‘pencipta kejahatan’ dan / atau ‘bukan
satu-satunya Allah dalam dunia’ (dualisme)
·
Keselamatan sebagai tindakan Allah yang
membuat dunia kembali menjadi UTUH
·
Mempertahankan kedaulatan Allah sebagai
yang MENOPANG segala yang ada, termasuk apa yang kemudian menyeleweng menjadi
jahat
·
Orang-orang jahat pun dapat melakukan dosa
karena Allah menciptakan tubuh, memelihara tubuh mereka dan memungkinkan
ciptaan begini-begitu. Mis. Pencurian terjadi karena ada NILAI (cobalah mencuri
di Bulan atau Pluto)
Ilustrasi : kertas tissue,
tidak ada bolong. Lalu dibuat bolong, Bolong itu apa? Apakah buat bolong ?
Kalau tidak ada kertas, apakah ada bolong? Ada bolong tanpa kertas. Tidak ada.
Bolong bukan keberadaan, tapi ketiadaan Ada dan tiada tidak simetris. Bukan A
dan anti-A. Kenapa ? Tanpa tissue tidak ada bolong (tissue lain). Tidak ada
bolong tanpa tissue. Bolong bergantung tissue. Tissue tidak bergantung bolong.
Baik ada suatu keberadaan. Allah menciptakan keberadaan. Tidak ada yang ada
yang Tuhan adakan sejak awal. Kalau bukan TUhan yang adakan, tidak ada yang
tidak ada. Tuhan mengadakan ada bukan tidak ada. Maka yang namanya ada, baik
karena Tuhan menciptakan baik, tidak mungkin menciptakan tidak baik. Jahat
timbul dari yang baik seperti ada bagian kertas tissue yang dibolongin. Hawa
yang tidak punya tangan dan mata, tidak mungkin ia berdosa. Semua jenis
kejahatan dalam dunia, tidak mungkin ada kalau Tuhan tidak menciptakan dunia
ini.
Apakah kita bisa ada di bulan?
Kenapa kita bisa nyolong mic? Karena GKKK Mabes punya mic. Kalau di bulan tidak
ada apa-apa , maka tidak bisa mencuri. Jadi dalam dunia ini, bisa ada jahat
karena ada baik. Bukan tidak ada jahat, tidak ada baik. Kebaikan tidak
tergantung kepada kejahatan tetapi kejahatan tergantung dari kebaikan. Seperti
parasit. Kutu anjing ada karena ada anjing. Tidak sebaliknya. Bila tidak ada
anjing tidak ada kutu anjing (akan mati).
Theodicy
Augustinian
·
Kejahatan tidak diciptakan
·
Allah menciptakan segala yang ADA (Kej
1:1, Yoh 1:3)
·
Segala yang ada itu BAIK (Kej 1: 31)
·
Yang baik itu kemudian terbawa-bawa oleh
PEMBERONTAKAN manusia (Kej 3)
·
Baik itu adalah karakteristik mendasar
dari segala yang ADA; jahat itu soal BAGAIMANAnya segala yang ada itu
setelahnya
·
Mis. Manusia itu baik, pernikahan
dimaksudkan menjadi baik, tetapi manusia bisa memukuli istri dan istri
merongrong suami – memukuli dan merongrong orang lain itu BUKAN SALAH TUHAN –
itu bukan CIPTAAN, tetapi salah satu KEMUNGKINAN yang dibuka oleh ciptaan –
diserahkan Tuhan sebagai respon manusia
Theodicy
Leibniz
·
Allah menciptakan dunia (Ia dapat juga
tidak melakukannya)
·
Allah menciptakan dunia yang mungkin untuk
jatuh, sehingga muncul kejahatan (Ia tentu dapat menciptakan dunia yang tak
mungkin jatuh)
·
Allah menciptakan dunia yang TERBAIK
·
Dunia yang ‘dapat jatuh’ adalah lebih baik
daripada dunia yang ‘tidak mungkin jatuh’ karena adanya KEBEBASAN dalam dunia
yang mungkin untuk jatuh
Tetapi ‘mengapa TUHAN mengizinkan
kejahatan yang sedemikian jahat’ atau khususnya ‘menimpa SAYA’? (Why me?)
Felix culpa
·
Kejatuhan Adam adalah ‘pelanggaran yang
berbahagia”
·
“Allah tidak mengizinkan kejahatan yang
tidak akan dipakai-Nya untuk menghasilkan kebaikan yang lebih besar” (Ambrose
dari Milan, Augustinus, Thomas Aquinas, Leibniz)
·
“ … Allah turut bekerja dalam segala
sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia …” – Roma 8:
28
Polemik Medieval: God’s Will or
God’s Law?
Dalam masa akhir Abad Pertengahan ada
polemik antara sifat ADIL Tuhan dan KEDAULATAN Tuhan. Polemik antara KEHENDAK
Tuhan dan HUKUM-Nya.
Kehendak tak
perlu dijelaskan
mis. “Aku MAU makan es krim rasa Vanilla!”
(mengapa bukan Coklat? Tak perlu dijelaskan!
Aku suka Vanilla. Mengapa suka Vanilla?
Apakah sudah terbukti Vanilla lebih enak dari Coklat? Tidak usah ditanya lagi!
AKU MAU ES KRIM VANILLA!)
Hukum perlu
penjelasan
mis.
“Aku akan bayar Rp 2.5 juta untuk laptop Lenovo X201 itu sesuai kesepakatan
kita kemarin” (Mengapa bukan Rp 25 juta? Sebab aku hanya beli SATU, BUKAN
SEPULUH, mengapa bukan Rp 500 ribu? Sebab penjualnya tidak akan mau? – harus
ada ALASAN RASIONALnya)
God’s Will di
atas God’s Law
Orang yang menekankan bahwa Allah itu
BERDAULAT akan menekankan KEHENDAK Allah di atas Hukum-Nya. Allah TIDAK DIIKAT
oleh Hukum-Nya sendiri. Ia tidak diikat oleh hukum Logika dan peraturan apapun.
Dia itu KEADILAN, KEBENARAN, KEBAIKAN itu sendiri. Pengetahuan kita tentang apa
itu Adul, Benar, dan Adil sangat terbatas.
Allah
Maha Kuasa tetapi memang tidak ‘Maha Baik’ (versi kita)à
Menekankan KEDAULATAN Allah di atas PENGETAHUAN KITA AKAN apa itu baik / buruk
Jadi
bagian kita, manusia adalah untuk TUNDUK dan MENERIMA apapun ketetapan Allah.
Jangan banyak tanya. Dia itu TUHAN. Bos di atas segala Bos. Bos tidak pernah
salah!
“… apakah
dayaku, kalau Allah bangkit berdiri; kalau Ia mengadakan pengusutan, apakah jawabku
kepada-Nya?” – Ayub 31: 14
Sebab Engkaulah Allah tempat
pengungsianku. Mengapa Engkau membuang aku? Mengapa aku harus hidup berkabung
di bawah impitan musuh? – Mazmur 43: 2
Dia itu TUHAN
“Sebab, siapakah yang mengetahui pikiran
Tuhan? Atau siapakah yang pernah menjadi penasihat-Nya?” – Rom 11: 34
“Kepada siapa TUHAN meminta nasihat untuk
mendapat pengertian, dan siapa yang mengajar TUHAN untuk menjalankan keadilan,
atau siapa mengajar Dia pengetahuan dan memberi Dia petunjuk supaya Ia
bertindak dengan pengertian?” – Yesaya 40: 14
God’s law di
atas God’s will
Sebaliknya,
orang lain menekankan bahwa Allah tak bisa SEWENANG-WENANG. Allah itu TELAH
MEMBERIKAN HUKUM dan Ia tak akan melanggarnya sendiri!
Allah pun tidak bisa seenak perut-Nya
sendiri. Dia BUKAN DIKTATOR KEJAM.
Allah mewahyukan KEBENARAN – Ia bukan
seperti Allah lain yang tidak menjelaskan alasan-alasan tindakan-Nya selain
“Aku MAU begini dan Aku Bos-nya!”
Allah ingin menjelaskan
kehendak-Nya pada manusia
“Sungguh, segala meja penuh dengan muntah,
kotoran, sehingga tidak ada tempat yang bersih lagi. Dan orang berkata:
"Kepada siapakah dia ini mau mengajarkan pengetahuannya dan kepada
siapakah ia mau menjelaskan nubuat-nubuatnya? Seolah-olah kepada anak yang baru
disapih, dan yang baru cerai susu! Sebab harus ini harus itu, mesti begini
mesti begitu, tambah ini, tambah itu!" Yesaya 28: 8-10
“Dengarlah firman TUHAN, hai
pemimpin-pemimpin, manusia Sodom! Perhatikanlah pengajaran Allah kita, hai
rakyat, manusia Gomora! … Marilah, baiklah kita berperkara! -- firman
TUHAN--Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju
… (Yesaya 1: 10-18)
Konsekuensi
buruk tiap pilihan
Menekankan God’s (sovereign) will à
Tidak lagi mencari penjelasan rasional yang dapat disepakati bersama – teologi
tidak berkembang (Fides quarraens intellectum tidak dihayati)
Kemampuan
intelektual orang berbeda-beda, orang IQ tinggi cenderung lebih sedikit, kaum
ELIT akan berkuasa, kaum kebanyakan bisa tertindas
Solusi dilemma Medieval
“Deus legibus solutus, sed non ex Lex”
(John Calvin)
God is above the civil law but not lawless
Walaupun TUHAN tidak diikat oleh Hukum, Ia
ada DI ATAS Hukum, tetapi Ia tidak ada DI LUAR Hukum itu (sebab Ia tidak
melawan Diri-Nya sendiri)
Apa hubungannya ini dengan Problem of
evil?
Orang
yang menekankan God’s (sovereign) will akan menjawab Problem of Evil dengan
cara semacam: “Tuhan memang ada, tidak usah banyak tanya mengapa ada kejahatan,
kita toh tak dapat berbuat apa-apa, terima saja, minta ampun dan perkenan Tuhan
saja”
Orang
yang menekankan God’s law akan menjawab: “Adanya kejahatan pasti mencerminkan
hukum dan keadilan Tuhan, mungkin itu HUKUMAN atas kesalahan kita juga atau
DISIPLIN buat kita – PASTI ADA MAKSUDNYA”
Jika orang menerima bahwa Allah memang
berdaulat sehingga Ia BEBAS dari ikatan hukum apapun, tetapi Ia memilih untuk
TIDAK BERDIRI DI LUAR Hukum Dia sendiri, maka Theodicy harus mengandung hal-hal
ini:
Pengakuan bahwa penyataan hukum Allah itu
akan mengungkapkan karakter dan niat-Nya yang baik – Ia tak pernah menjadi
diktator lalim
Allah berdaulat akan sejarah, tidak ada
yang lepas dari PENETAPAN-Nya, kehendak Allah pasti terjadi – Ia BUKAN tidak
berdaya
Sejarah, seperti sebuah kisah (mis. Film
atau novel) tidak akan dapat buru-buru dihakimi sebelum kisahnya selesai.
Selama sejarah belum selesai kita belum dapat menyimpulkan bahwa Allah tidak
adil karena mengizinkan hal-hal tertentu
Pengertian kita akan sejarah juga terbatas
karena kita punya IQ terbatas, perspektif terbatas, dan tidak hidup terus dari
awal sampai akhir sejarah
Allah sewenang-wenang?
Beginilah
firman TUHAN: Langit adalah takhta-Ku dan bumi adalah tumpuan kaki-Ku; rumah
apakah yang akan kamu dirikan bagi-Ku, dan tempat apakah yang akan menjadi
perhentian-Ku? Bukankah tangan-Ku yang membuat semuanya ini, sehingga semuanya
ini terjadi? demikianlah firman TUHAN. Tetapi kepada orang inilah Aku
memandang: kepada orang yang tertindas dan patah semangatnya dan yang gentar
kepada firman-Ku. Orang menyembelih lembu jantan, namun membunuh manusia juga,
orang mengorbankan domba, namun mematahkan batang leher anjing, orang
mempersembahkan korban sajian, namun
mempersembahkan darah babi, orang
mempersembahkan kemenyan, namun memuja berhala juga. Karena itu: sama seperti
mereka lebih menyukai jalan mereka sendiri, dan jiwanya menghendaki dewa
kejijikan mereka, demikianlah Aku lebih menyukai memperlakukan mereka dengan
sewenang-wenang dan mendatangkan kepada mereka apa yang
ditakutkan mereka; oleh karena apabila Aku
memanggil, tidak ada yang menjawab, apabila Aku berbicara, mereka tidak
mendengarkan, tetapi mereka melakukan yang jahat di mata-Ku dan lebih menyukai
apa yang tidak Kukehendaki. Dengarlah firman TUHAN, hai kamu yang gentar kepada
firman-Nya! Saudara-saudaramu, yang membenci kamu, yang mengucilkan kamu oleh
karena kamu menghormati nama-Ku, telah berkata: "Baiklah TUHAN menyatakan
kemuliaan-Nya, supaya kami melihat sukacitamu!" Tetapi mereka sendirilah
yang mendapat malu. Dengar, bunyi kegemparan dari kota, dengar, datangnya dari
Bait Suci! Dengar, TUHAN melakukan pembalasan kepada musuh-musuh-Nya! - Yesaya
66: 1-6
Umat
Tuhan di sini mungkin menganggap Allahnya bertindak sewenang-wenang, tetapi itu
adalah karena Ia sedang menghukum umat-Nya sendiri, atau jika tidak, tentu ada
maksud-Nya yang tak dapat kita pahami karena kita ini manusia belaka yang tidak
dapat melihat seperti Dia.
Jawaban Final TUHAN atas
Problem of Evil
Pandanglah kepada Yesus yang tersalib
“Eli, Eli lama sabakhtani!” Allahku,
Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?
(Mazmur 22 dan Matius 27: 46
Solidaritas Allah dalam ketidakadilan dan
kejahatan yang dialami manusia
“dia tertikam oleh pemberontakan kita, dia
diremukkan oleh karena kejahatan kita .. Dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi
sembuh” Yesaya 53: 5 .
Kemenangan Tuhan atas kejahatan dunia
_____
QA
1.
Predestinasi
: kita dipilih sebelum diciptakan. Lalu kenapa diciptakan kalau akhirnya tidak
baik?
Efesus
3:1-13 Paulus memberikan prinsip predestinasi dari segi positifnya. Predestinasi
diajarkan bahkan sebelum Calvin (bukan Calvin yang menemukan). Ditemukan oleh
bapak-bapak gereja (Thomas Aquinas juga sempat ditanyakan). Institutio karya
Calvin berulang kali direvisi (ditambahkan) sehingga bukunya menjadi tebal,
awalnya bagian tentang predestinasi sangat pendek. Ketika orang bertanya lalu ditambahkan.
Alasan “untuk bersyukur karena diselamatkan” diajarkan pada orang yang sudah
selamat , bukan pada yang tidak terima Tuhan dan tidak percaya sampai akhir.
Jangan ajarkan predestinasi pada orang
yang baru terima Tuhan dan jangan juga tidak diajarkan setelah orangnya siap.
Karena dengan mengetahui predestinasi, menjadi alasan untuk mengucap syukur
pada Tuhan yang tidak ada habis-habisnya. Efesus pasal 3 tidak ada tanda “titik”
sampai ayat terakhir.
Jawabannya : Tuhan menciptakan
sebagian orang menjadi alat untuk memuiakan Tuhan secara negative. Seperti
bangsa Babilonia dibangkitkan untuk menghajar umat TUhan. Alat tersebut seperti
tissue toilet yang dibuat untuk membersihkan kotoran dan setelah dipakai lalu dibuang.
Roma 11:34.
2.
Buta
(bukan salah ortu tapi untuk menyatakan kemuliaan Allah). Namun bila tidak
melihat (buta terus) bisa dipakai untuk memuliakan Allah?
Bukan melalui kesuksesan saja Tuhan
menyatakan diriNya. Di hal-hal yang negatif pun bisa menjadi kemuliaan Allah. Contoh
: melalui kekalahan bangsa Israel Allah menyatakan kemuliaanNya. Lewat
kemenangan juga kekalahan Allah menyatakan sesuatu. Harus ada penyesatan itu, tapi celakalah
orang itu. Seperti yang terjadi pada Yudas. Tuhan memakai pelanggaran Yudas.
3.
Ada
cara mudah untuk menjelaskan kalau Tuhan tahu mengapa?
Tidak ada.
4.
Tuhan seperti bisa dinegosiasikan di
Alkitab?
Orang percaya adalah orang yang jujur
pada Tuhan. Ia utarakan juga pada Tuhan kemarahannya. Bergumul dan bergulat.
Itu olahraga yang sangat intim. Beda dengan anggar (pedang ketemu pedang), tinju
(kepalan tangan saja yang bertemu). Ada
masa dan waktu untuk mengalami proses. Di kitab Efesus seperti ada lintas waktu
(lihat ke belakang), di sana sejarah sudah terjadi, tapi bagi yang mengalaminya saat sedang
dijalankan mereka berada dalam ketidaktahuan. Yesus tahu akan di Getsemani, lalu
mengapa doa semalaman? Bergulat adalah bagian dari proses. Dalam proses Yesus
melanggar. Kita mencontoh pergulatan Yesus (biar
kehendak Tuhan yang terjadi)
5.
2
Raj 13:18. Raja Yoas disuruh pukul tanah dan ia memukul 3 kali (harusnya lebih
banyak), bagaimana tahu harus pukul lebih banyak?
Contoh ini tidak bisa diterapkan ke
segala macam konteks. Nabi dan raja tidak tahu berapa kali dipukul. Tuhan tahu.
Saat kita diuji, agar kita tahu dan orang lain tahu (kalau Tuhan sudah tahu).
6.
Manusia
hidup untuk memuliakan Tuhan. Apakah Bangsa Babilon (juga Jokowi) tahu ia melakukan
tugas Tuhan untuk memuliakan Tuhan?
Tuhan dimuliakan , manusia ingin
berdedikasi kepada Tuhan. Tuhan dimuliakan oleh batu-batu , batu tidak punya
keinginan. Batu bisa jadi pesuruh Tuhan. Tuhan dimuliakan bukan oleh sesuatu
yang punya kesadaran untuk memulikan Tuhan. Manusia memuliakan Tuhan. Orang-orang
yang tidak sadar dipakai Tuhan. Dia diperalat Tuhan dan Tuhan bisa pakai cara
lain. Tapi Tuhan memilih dan memutuskan cara ini. Raja Asyria dengan
keserakahan nya merampas dan menghancurkan kerajaan Israel. Jadi anak-anakNya
dibersihkan. Raja Asyria tidak tahu sedang diperalat. Jokowi dengan niat baik bisa memuliakan
Tuhan. Kejujuran, keadilan walau tidak bukan orang Kristen, selaras dengan
kehendak Tuhan. Ibarat anak tiri lebih cinta mamanya daripada anak kandung.
7.
Apakah
setelah orang percaya di surga akan ada kejahatan dengan adanya free will
manusia?
Manusia bisa berubah. Bagi anak yang
malas lalu berubah menjadi tidak malas. Sewaktu malas, ia ingin rajin. Setelah
rajin tidak ingin malas. Ketika sedang malas, belajar adalah perjuangan. Setelah diubah jadi rajin, malas-malasan itu
menjadi siksaan. Setelah disempurnakan setelah mati , Kristus datang maka
menjadi baik menjadi second nature.
Ia tidak mungkin jadi malas-malasan. Natur
manusia pelit. HP baru Rp 2,5 juta lalu HP yang sama ditawarkan Rp 25 juta.
Tidak mungkin beli yang Rp 25 juta . Ini natur manusia : bayar semurah-murahnya
untuk dapat yang sebaik-baiknya.
Setelah ditebus, manusia tetap bisa berdosa,
tetapi tidak mungkin. Anak kecil main piano fals, setelah sempurna bisa buat
fals, tetapi ia tidak mau lagi buat fals. Kalau pun fals ia sedang tidak fit. Misal
: kita diminta menyiksa orang selama 30 hari 30 malam, maka sebagai orang percaya
tidak mau melakukan. Karena setelah diangkat dan diperbaiki, keinginan pun juga
tidak. Ada batas dijaga oleh Tuhan sehingga tidak bisa sejahat-jahatnya. Agustinus (dan juga kemudian Luther ) :
sesudah jatuh dalam dosa, tidak mungkin tidak berdosa. Setelah percaya, mungkin
tidak berdosa. Setelah itu non pose pocare (tidak mungkin berdosa) karena pernah cicipi dosa. Seperti pemakai narkoba, setelah tidak pakai
maka hanya ingat saja (sudah pernah coba, setelah pernah coba tidak ingin
balik).
Empat status manusia menurut Agustinus
:
manusia sebelum jatuh dalam dosa : dapat
berdosa (posse peccare), dapat tidak
berdosa (posse non peccare)
manusia setelah jatuh dalam dosa
: tidak dapat tidak berdosa (non posse
non peccare)
manusia yang sudah lahir baru : dapat
berdosa (posse peccare), dapat tidak berdosa (posse non peccare)
manusia dengan tubuh kemuliaan : tidak
dapat berdosa (non posse pecarre)