Pdt. Hery Kwok
Filipi 2:1-11
1
Jadi karena dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada
persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan,
2
karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir,
dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan,
3
dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia.
Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih
utama dari pada dirinya sendiri;
4
dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya
sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.
5
Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang
terdapat juga dalam Kristus Yesus,
6
yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah
itu sebagai milik yang harus dipertahankan,
7
melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa
seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.
8
Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan
taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.
9
Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan
kepada-Nya nama di atas segala nama,
10
supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan
yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi,
11
dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi
kemuliaan Allah, Bapa!
Pendahuluan
Minggu
lalu , saya dan shi mu (istri) diundang untuk melayani di Tegal. Waktu itu kami
diajak makan oleh majelis pendamping dari gereja yang kami layani yang berprofesi
sebagai dokter. Di kota kecil seperti Tegal, sekolah dan pekerjaan masih
berlangsung di hari Sabtu. Di tengah kesibukannya sebagai dokter, ia menyempatkan
diri untuk mengajak kami makan. Ia menceritakan 2 buah kisah kepada saya. Yang
pertama, ia mempunyai rekan seorang dokter hewan yang membuka praktek di Jawa
Timur. Menangani pasien berupa hewan
bukan merupakan perkara yang mudah karena hewan tidak bisa berbicara dengan
bahasa yang dimengerti manusia. Dokter hanya bisa mengetahui gejala
penyakit hewan tersebut dari pemiliknya
misalnya : anjingnya mencret, kucingnya tidak nafsu makan dan lain-lain. Dokter
hewan ini kemudian memiliki kerinduan melayani Tuhan sehingga akhirnya ia mengambil
kursus-kursus di sekolah Alkitab agar bisa dibekali dengan pengetahuan Alkitab.
Setelah mengikutinya, lama-lama hatinya terpanggil. Lalu salah satu dosen di
sekolah Akitab tersebut menawarkannya untuk menjadi hamba Tuhan penuh waktu (full-time). Setelah bergumul akhirnya ia
masuk ke sekolah Alkitab dan menjadi hamba Tuhan. Padahal sebagai dokter hewan ,
ia bisa memasang tarif yang mahal dan pemilik hewan yang sakit rela membayar
mahal. Mantan dokter hewan ini kemudian menjadi hamba Tuhan dan bertemu dengan
majelis yang mentraktir saya yang kemudian menanyakan pengalaman dokter hewan
tersebut setelah menjadi hamba Tuhan. Mantan dokter hewan tersebut berkata, “Saat
menjadi dokter hewan, saya tidak mengalami kesulitan dalam melayani hewan. Setelah
menjadi hamba Tuhan ternyata tidak mudah melayani manusia.” Manusia sulit
diajak bekerjasama dan berinteraksi satu dengan lain. Binatang lebih mudah dilayani
daripada manusia. Ini sangat memprihatinkan. Seharusnya binatang yang lebih
sulit karena hewan tidak mengetahui pikiran, perasaan dan pribadi manusia.
Manusia tahu pribadi, pikiran dan perasaan orang lain. Dalam hati saya merasa tertampar,
“Jangan-jangan itu saya”.
Yang
kedua, ia memiliki seorang teman yang bekerja seorang kepala bagian pemasaran di
suatu perusahaan besar di Jawa dan mengepalai 150 orang tenaga penjual. Ini
bukan jumlah yang kecil. Pada hari Minggu ia melayani Tuhan di gereja. Temannya
ini berkata, “Lebih mudah mengatur 150 tenaga penjual daripada mengatur
orang-orang di gereja.” Memang tidak mudah bekerjasama dengan baik. Di gereja
jangankan mengatur 150 orang, 10 (segelintir) orang saja sangat sulit. Janji pk
9 tapi pk 10.30 baru datang atau kalau janji lupa ditepati karena ada urusan
dengan keluarga.. Demikian pula dengan yang saya alami. Dulu sewaktu menjadi pengacara
lebih mudah. Suatu kali ada seorang pendeta mau bercerai dengan istrinya , saya
bisa dengan mudah mengatakan “Kamu gila!” Sekarang bila saya menegur jemaat
dengan mengatakan “Kamu gila!” maka orang yang dinasehati bisa marah.
Penyebab Sulitnya Bekerjasama
1.
Tidak mau merendahkan
diri
Kerjasama bukanlah sesuatu yang mudah dilakukan sehingga
seringkali kesulitan banyak dialami oleh gereja karena tidak adanya kerjasama.
Gereja paling banyak mengalami kendala dalam kerjasama karena terkait dengan karakter
manusia karena di dalam gereja kita bertemu dengan manusia-manusia yang
memiliki karater yang belum tentu dikuduskan Allah. Karakter dibentuk oleh kebudayaan,
keluaraga dan lingkungannya sehingga saat berada di gereja manusia membawa adatnya
sendiri. Saya sering mengatakan ke pemuda-pemudi yang mau menikah agar tidak menikah
dengan orang yang karakternya tidak jelas. Karena untuk mengubah karatker tidak
mungkin dilakukan dalam waktu sehari alias perlu waktu lama untuk mengubahnya.
Saya pernah melayani di gereja yang sangat besar dengan majelis yang
berkedudukan sebagai ceo (pengelola) atau pemilik perusahaan. Namun tidak
berarti seorang ceo atau pemilik perusahaan memiliki pikiran yang baik. Ada
yang berkata majelis itu pintar dan melakukan terobosan-terobosan yang canggih, tapi saat bekerjasama orangnya tidak
mau mengerti orang lain. Bahkan ada juga majelis yang mengatakan bahwa hamba
Tuhan juga sama. Karena berbicara tentang karakter, siapa pun kalau tidak mau
dikuduskan dan merendahkan diri maka tidak mudah untuk berinteraksi dengan
sesama.
2.
Merasa benar
dalam pandangan sendiri, semua dianggap sederajat.
Kita
berada di zaman post modern. Waktu zaman modern, ada nuansa bahwa kalau manusia
dipimpin oleh seseorang maka orang yang dipimpinnya tidak mau pusing dan ia
akan mengikutinya. Sedangkan dalam zaman
post modern, orang memiliki anggapan bahwa ia benar dalam pandangannya. Orang
menentukan kepercayaannya berdasarkan apa yang diyakininya benar. Seperti pada zaman
Hakim-Hakim, orang-orang melakukan apa yang diyakini benar. Dalam zaman
teknologi, apa yang dilihat seseorang bisa dijadikan contoh. Saat ini tidak
mudah menjadi seorang guru. Kalau guru memukul murid, maka sang murid
mengatakan bahwa ia merasa di-bully. Ada
seorang guru yang ingin mengundurkan diri karena merasa sulit menjadi guru.
Saat ia melotot kepada seorang anak murid, dikatakan bahwa ia telah mem-bully siswa tersebut sehingga sang anak merasa
takut dan gementar. Pada malam hari ia mengigau dan terkencing-gencing. Dalam
zaman post modern semuanya dianggap sederajat. Orang merasa tidak perlu memiliki
pandangan bahwa “kita sedang bekerjasama satu dengan lain sehingga masing-masing
perlu merendahkan diri.” Rasul Paulus memberi nasehat penting kepada jemaat di
Filipi yang mengalami kesulitan dalam bekerjasama. Fil 2:1-2 Jadi karena dalam
Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih
mesra dan belas kasihan, karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini:
hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan,
Rasul Paulus mengatakan karena di dalam Kristus kita
dipersatukan, bisa berada bersama-sama dan bisa melayani. Kita bisa mempunyai
saudara walau berbeda suku, derajat dan banyak hal tapi dalam Kristus kita
adalah satu. Dalam Dia ada nasehat dan persekutuan, sehingga kita seharusnya
mencerminkan Yesus Kristus. Jadi hendaklah kita semua sehati. Perkara kerjasama
dimulai dengan kata sehati dan sepikir. Pada ayat 5 dikatakan “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama,
menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus.” Istilah
“menaruh pikirian’ berbeda dengan menaruh barang karena kalau barang ada obyek yang
bisa diraba (disentuh). Saya mencoba memikir dan merenungkan istilah “menaruh
pikiran”. Saya dan shi mu menikah 1997. Dalam menjalani kehidupan pernikahan
juga ada gesekan, percekcokan walau sama-sama hamba Tuhan. Itulah manusia.
Kalau marah maka ayat terlupa. Saya pernah mengunjungi rumah jemaat saat ribut
sehingga terlontar nama-nama binatang. Jadi itu adalah gambaran ekspresi
manusia. Sebelum peneguhan pernikahan Sdr. Hary – Sdri. Julia, saya diingatkan
untuk memotong rambut. Biasanya Guo shi mu yang mengguntingkannya namun karena shi
mu sedang sibuk menyiapkan pakaian untuk padus Jubilate maka saya menggunting rambut
sendiri karena tidak ingin merepotkannya.
Namun akhirnya shi mu tahu saat melihat ceceran rambut di lantai dan
mempertanyakannya. Shi mu sempat kesal walau sudah disampaikan alasannya agar
tidak menyibukannya. Kalau saya tidak mau ribut maka saya harus menaruh pikiran
saya kepada shi mu. Saya harus setuju dengan pikirannya dan saya harus
merendahkan diri. Saat menaruh pikiran, saya
harus benar-benar seperti Kristus menaruh pikiranNya dengan merendahkan diri
dan Bapa mengutus AnakNya , Yesus Kristus yang tidak menganggap kesetaraan diri untuk
dipertahankan , Dia mengambil rupa menjadi manusia, tidak menganggap diriNya
harus menang dan Ia mau manusia memperoleh keselamatan.
Penutup
Rasul
Paulus memberikan berita yang hebat. Allah adalah pribadi mulia yang m,enciptakan
langit dan bumi dan kalau nafas hidup kita ditarikNya, maka tamatlah riwayat
manusia. Seorang teman saya yang baru kembali dari perjalanan ke Bandung, bermain
badminton. Saat bermain badminton, ia meninggal di lapangan. Apabila ia tidak jadi
bermain badminton, apakah ia tidak jadi meninggal? Omong kosong!. Tuhan Yesus yang
mempunyai kedaulatan, keagungan dan kemuliaan, Dia mau merendahkan diri, agar kita
diselamatkan. Keselamatan itu anugerah. Kitab suci membicarakan keselamatan
dari Allah. Maka kita harus menaruh pikiran kita seperti Kristus yang
merendahkan diri, sehingga kita harus satu hati, satu pikiran, satu kasih, jiwa
dan satu tujuan. Pdt. Joshua Lie awalnya seorang jemaat Gereja Petamburan dan
menganggap saya adiknya. Ia berbicara tentang esensi dan hakekat gereja. Ada
yang bertanya, “Ko Lie mengapa di gereja banyak pertengkaran dan percekcokan?” Pdt.
Joshua Lie menjawab, “Teman-teman memahami gereja apa? Apakah kumpulan
orang-orang yang kudus? Bukan! Gereja adalah kumpulan orang-orang berdosa,
yaitu saya (jangan tunjuk orang lain). Saya adalah orang berdosa! Itu sebabnya
natur dosa saya muncul. Waktu saya tidak suka dengan seseorang maka saya bisa
pakai cara saya dan saya tidak mau dipimpinnya.” Kumpulan orang berdosa ada di
geraja. Kumpulan orang berdosa yang dikuduskan oleh Kristus Artinya tiap hari Yesus
Kristus mau memproses agar kita mengalami pembaruan karakter dan budi sehingga
bisa bekerja sama satu dengan yang lain.
Kita
dikumpulkan di gereja supaya kita bisa memuliakan dan meninggikan Allah dalam keterbatasan, melalui
karyaNya dan interakasi, karena ada Yesus Kristus ada di dalam diri dan ada
kerendahan diri. Orang yang berada di dalam Yesus Kristus mau dibentuk. Sehingga
dalam keseharian, saat melihat orang lain ia akan menyambut dan mengucapkan salam
(seperti “Selamat pagi” dll). Ia akan
melihat kelebihan orang lain walau setiap orang punya kelemahan. Ia punya
pikiran yang diletakkan kepada Yesus Kristus.
No comments:
Post a Comment