Pdt. The Ai Fung
1 Kor 15:33 Janganlah kamu sesat:
Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik.
1 Sam 18:1-4
1
Ketika Daud habis berbicara dengan Saul, berpadulah jiwa Yonatan dengan
jiwa Daud; dan Yonatan mengasihi dia seperti jiwanya sendiri.
2
Pada hari itu Saul membawa dia dan tidak membiarkannya pulang ke rumah
ayahnya.
3
Yonatan mengikat perjanjian dengan Daud, karena ia mengasihi dia seperti
dirinya sendiri.
4
Yonatan menanggalkan jubah yang dipakainya, dan memberikannya kepada
Daud, juga baju perangnya, sampai pedangnya, panahnya dan ikat pinggangnya.
1 Sam 20:2-3, 42
2
Tetapi Yonatan berkata kepadanya: "Jauhlah yang demikian itu!
engkau tidak akan mati dibunuh. Ingatlah, ayahku tidak berbuat sesuatu, baik
perkara besar maupun perkara kecil, dengan tidak menyatakannya kepadaku.
Mengapa ayahku harus menyembunyikan perkara ini kepadaku? Tidak mungkin!"
3
Tetapi Daud menjawab, katanya: "Ayahmu tahu benar, bahwa engkau
suka kepadaku. Sebab itu pikirnya: Tidak boleh Yonatan mengetahui hal ini,
nanti ia bersusah hati. Namun, demi TUHAN yang hidup dan demi hidupmu, hanya
satu langkah jaraknya antara aku dan maut."
42 Kemudian berkatalah Yonatan kepada Daud:
"Pergilah dengan selamat; bukankah kita berdua telah bersumpah demi nama
TUHAN, demikian: TUHAN akan ada di antara aku dan engkau serta di antara
keturunanku dan keturunanmu sampai selamanya."
Pendahuluan
Dalam
1 Kor 15:33 Rasul Paulus mengutip dari penulis Yunani tentang pergaulan yang
buruk bisa mematikan kebiasaan yang baik. Orang-orang Korintus sangat tahu dan
fasih akan kalimat ini. Rasul Paulus ingin menegaskan ke jemaat Korintus yang
punya pandangan bahwa jiwa itu tidak
akan binasa, sekalipun tubuh secara fisik sudah meninggal namun jiwanya menuju
alam baka. Penduduk di sana juga tidak percaya akan kebangkitan tubuh. Itu
sebabnya Rasul Paulus ingin menegaskan ke jemaat Korintus agar berhati-hati
dalam pergaulan. Karena pergaulan yang buruk bisa menimbukan suatu dampak yang
negatif. Kebiasaan yang baik akan
dirusakkan. Pergaulan itu akan mengakibatkan kebiasaan-kebiasaan dalam
berpikir, berkata dan konsep nilai yang baik menjadi rusak. Demikian juga akhirnya
orang akan memilki kualitas moral yang tidak baik, mental terganggu, tujuan
hidup dan arti hidup yang tidak jelas. Maka pada ayat ini dikatakan pergaulan
yang buruk merusak kebiasaan yang baik bukan dikatakan pergaulan dengan orang
buruk. Jadi yang utama adalah orangnya yang mangadakan pergaulan itu.
Pergaulan
Pergaulan
berarti sebuah komunikasi atau interaksi di dalam hidup bermasyarakat, atau
bisa juga berarti pertemanan atau persahabatan (bila lebih dekat) dan bahkan sampai
ke hubungan yang lebih erat lagi. Di dalam Alkitab (lihat 1 Sam 18:1-4, 20:2-3,
42)ada contoh persahabatan antara Yonatan (anak Raja Saul) dan Daud (menantu
Raja Saul yang kemudian menjadi pengganti Raja Saul). Persabahatan mereka
merupakan contoh yang luar biasa. Mungkin sulit sekali (langka) persahabatan
seperti mereka ada di dunia saat ini. Banyak orang bergaul (berteman) karena
ingin mendapatkan manfaat atau untuk mengambil keuntungan. Terkait dengan tema GKKK
Mabes November 2014 yakni bertumbuh secara dewasa dalam Kristus maka dalam
pertemanan, pergaulan kita bisa membuat kita lebih cinta kepada Tuhan. Kita
berteman bukan sekedar untuk basa-basi atau mendapatkan manfaat. Saya pribadi
masih terus membangun hubungan dengan beberapa teman rohani. Karena sebagai seorang
hamba Tuhan di gereja, tidak mungkin saya mengungkapkan semua hal ke jemaat.
Demikian juga sebaliknya jemaat sungkan memberi teguran kepada hamba Tuhan.
Saya
memiliki 3 sahabat. Kita berhubungan baik dan setiap kali ada kesalahan di
antara kita, boeh saling menegur dan mengingatkan. Kita masih bertemu walaupun tidak
rutin. Setiap kali ingin bertemu kita membuat janji terlebih dahulu karena
tempat tinggalnya berjauhan. Ada yang tinggal di Hainan Tiongkok sehingga sekali-kali
dia datang atau kita bertemu di Tiongkok. Yang satu lagi sibuk dengan usaha dan
setelah selesai berusaha ia pulang ke Australia. Minggu lalu kami punya masalah
(ada kesalahpahaman dan berbenturan)
namun sudah selesai sebelum saya berkhotbah hari ini. Sedangkan 1 teman lagi rutin
(seminggu sekali) bertemu dengan saya. Terkadang hari Senin atau Kamis pagi
kami berolah-raga lalu makan pagi bersama. Kita sharing dan mengungkapkan kebaikan Tuhan dan saling mengingatkan
satu dengan lain. Sebelum berkhotbah , saya berkata kepada Tuhan, “Apa yang
saya sampaikan dalam khotbah adalah apa yang sudah saya alami”. Minggu lalu,
saya punya masalah dengan salah seorang dari mereka. Pada Kamis sore ia menelepon saya, “Ada waktu untuk bertemu?”
“Ada apa?” saya bertanya. Rupanya dia diundang untuk tampil di Taman Ismail
Marzuki (TIM) dan dia meminta agar saya menemaninya selama 1 jam dari pk 19. Sebenarnya
malam itu saya janji mau membesuk seorang istri hamba Tuhan yang telah dioperasi
pk 20, tapi karena jarak TIM dan RS Cikini dekat, saya akhirnya bersedia. Akhirnya
kami pergi. Ternyata tempat pertunjukkan di TIM berada di belakang sekali dan
waktu pertunjukkan terlambat 20 menit. Saya gelisah karena pk 20 saya harus ke
rumah sakit. Akhirnya selesai juga dan saya segera mengajaknya pulang, tapi
teman saya ingin bertemu dengan orang yang mengundangnya. Sehingga timbul rasa
tidak nyaman. Dalam berteman, seharusnya tidak menjadi marah-marah terus ataupun
hubungan jadi renggang. Akhirnya kami
bisa selesaikan masalah kami dalam perjalanan pulang.
Dalam
konteks lahir baru, cara (gaya) pergaulannya terletak pada orang yang telah
dilahirkan kembali tersebut. Dalam 2 Kor
5:17 dikatakan, Jadi siapa yang ada
di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya
yang baru sudah datang. kita adalah ciptaan yang baru. Dengan lahir baru, kita
menjadi suatu pribadi yang baru karena yang lama sudah berlalu. Artinya kita
harus punya gaya (cara) hidup dan penampilan yang baru. Kita harus tampil
berbeda dengan mereka yang belum kenal Tuhan Yesus. Itu sebabnya tutur kata,
sikap, paradigma kita harus berbeda dengan mereka. Kita harus tahu tujuan hidup
kita. Sehingga ketika mau berteman (bergaul) kita harus menyadari bahwa kita adalah
anak Tuhan dan harus punya misi agar mereka kenal Tuhan kita sehingga di dalam
pertemanan dan pergaulan itu kita ingin menjangkau orang. Sehingga dikatakan bukan
bergaul dengan orang buruk tetapi karena pergaulan yang buruk. Jadi kita harus
punya etika yang baik, pikiran yang positif dan punya misi dalam hidup kita untuk
memenangkan jiwa.
Ev
Susan Kwok memberi kesaksian. Ada seorang anak muda yang mengatakan bahwa
karena mamanya bergaul dengan Ev. Susan sekarang mamanya menjadi periang. Ini merupakan suatu dampak atau pengaruh.
Pertemanan kita membawa kita dekat kepada kebenaran. Ev . Susan sudah secara tidak langsung
memberi dampak yang positif. Mungkin ibu itu dulunya sedih, murung, kurang
senang sekarang jadi gembira. Ada ibu yang sedang kesal tidak tahu mau masak
apa, sehingga asal masak (yang penting masak). Kalau kita jadi orang yang bergembira,
maka ketika kita masak, kita tidak lagi menggerutu. Sehingga masakannya jauh
lebih lezat dari sebelumnya. Ada penelitian yang menyimpulkan bahwa orang yang
suka menyimpan kebencian dan kepahitan akan menjadi penyakit. Itu sebabnya,
mulailah pergaulan yang sehat di tengah-tengah jemaat sendiri, di tengah-tengah
kehidupan komsel. Kalau di komsel kita bisa bercerita tentang kehidupan kita,
kita bisa membagikannya dan kita melakukan firman Tuhan. Di dalam komsel itu
kadangkala kita bisa mengungkapkan apa saja yang pernah dialami. Kita akan
lebih nikmat dan merasakan pertemanan itu begitu indah. Setelah kita tahu di
dalam kelompok itu bukan untuk gossip tapi mendukung dalam doa. Kita harus
dipupuk sebagai orang yang punya identitas yang jelas yakni sebagai anak Tuhan
yang memberi dampak positif.
Hubungan yang Berkualitas
Untuk mempunyai hubungan yang berkualitas, ada 2 hal
yang harus diperhatikan :
1.
Kerelaan berkorban. Kalau mementingkan diri sendiri (egois), maka pertemanan tidak akan
langgeng. Pertemanan itu harus punya komitmen yang sama. Ketika ada kesulitan ,
kita akan saling menopang. Ketika yang satu lemah iman, yang lain bisa
menopang. Sekali-kali tidak boleh ada keegoisan. Karena bila ada keegoisan ,
yang satu dirugikan yang lain diuntungkan. Kita butuh orang yang mau sama-sama
saling melayani, mengingatkan dan memberkati.
2.
Punya komitemen bertubumbuh bersama. Hal ini penting apalagi dalam kehidupan di gereja. Tujuan
jemaat mengikuti kegiatan komsel adalah supaya bertambah cinta dan mengerti
kehendak Tuhan serta lebih paham dan mengenal teman kita. Sehingga mengherankan
kalau ada yang ikut komsel lalu keluar dari gereja dengan banyak alasan misalnya
: karena di gereja lain “rumput”nya lebih enak. Ketika kelak berjumpa, Tuhan
tidak akan bertanya, “rumput yang kamu makan itu enak atau tidak?” Namun Dia
akan bertanya, “Berapa jiwa yang sudah engkau bawa? Berapa banyak engkau melakukan
firmanKu.” Ketika Daud tahu Raja Saul berencana membunuhnya, hal ini merupakan
ujian yang sangat berat bagi persahabatan mereka berdua. Bagaimana seseorang bisa
menjalin persahabatan kalau bapaknya akan membunuh dirinya? Daud memberitahukan
rencana Raja Saul ke Yonatan, namun Yonatan tidak percaya. TIdak mungkin bapaknya
tidak memberitahunya, karena selama ini semua masalah diceritakan ke dia. Akhirnya
Yonatan memberanikan diri betanya ke papanya dan hal itu ternyata benar. Dalam
kehidupan sekarang ini, banyak terjadi ibu-ibu yang anaknya bertengkar, maka ibu-ibunya
juga ikut bertengkar. Ada kakak beradik yang mulanya sangat akur, namun karena pengaruh
istri-istri mereka akhirnya menjadi musuh. Demikian juga di tengah kehidupan
jemaat, kadang kala jemaat yang satu tidak akur dengan yang lain akhirnya sehingga
jemaat jadi terpecah belah. Hal ini berbeda dengan persahabatan Yonatan dengan Daud.
Setelah mereka tahu bahwa ancaman Raja Saul benar, Daud dan Yonatan berpelukan
dan saling menangisi karena mereka berkomitmen persahabatan mereka abadi (sampai
maut memisahkan mereka). Sehingga ada yang menafsirkan persahabatan mereka
lebih dari hubungan antara suami-istri. Maka pada 1 Samuel 20:42 Yonatan
memberi berkat kepada Daud dan membiarkan Daud melarikan diri dari papanya. (Pergilah dengan selamat; bukankah kita
berdua telah bersumpah demi nama TUHAN, demikian: TUHAN akan ada di antara aku
dan engkau serta di antara keturunanku dan keturunanmu sampai selamanya).
Dasar (cirri) persahabatan Yonatan dan
Daud
1.
Mereka berpusat dan
memfokuskan diri pada persahabatan mereka kepada Tuhan. Mereka menerapkan
prinsip Alkitab seperti yang tertulis pada Pengkhotbah
4:9-10. Berdua lebih
baik dari pada seorang diri, karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih
payah mereka. arena kalau mereka jatuh, yang seorang mengangkat temannya,
tetapi wai orang yang jatuh, yang tidak mempunyai orang lain untuk
mengangkatnya! Dua orang itu lebih
baik itu lebih baik dari 1 orang karena bila ada 1 yang jatuh maka temannya
bisa datang untuk menopang. Hal ini diterapkan oleh Yonatan dan Daud. Mereka
benar-benar mendasarkan diri membangun hubungan dengan Tuhan.
2.
Mereka tidak
mengijinkan masalah di luar pesahabatan mereka mengganggu mereka. Termasuk
keluarga, usaha, masa depan mereka tidak dapat menghalangi mereka. Dan
persahabatan kadang-kadang menghadapi ujian. Seperti Daud dan Yonatan,
tiba-tiba Saul (papanya Yoantan) ingin membunuh Daud. Kalau kita yang menghadapinya,
akan sulit bagi kita untuk meneruskan persahabatan dengan anak dari orang yang
akan membunuh kita. Tetapi Yonatan begitu rupa mencintai Daud sehingga ia
melepaskan Daud dari tangan papanya. Hal ini menjadi ujian agar mereka menjadi
karib sehingga mereka berdua betul-betul berkomitmen sampai mereka meninggal.
Penutup
Marilah
kita belajar dari pergaulan dan pertemanan yang menghasilkan hal yang positif,
bukan saja di tengah masyarakat tapi di tengah jemaat. Bangunlah persahabatan
yang sehat. Karena seperti Yesus dalam Matius mengatakan kamu adalah garam dan
terang dunia. Mari kita menjaga kualitas pertemanan itu. Karena baik atau buruk
pengaruhnya itu bergantung pada kita. Bagaimana kita mengisi pertemanan itu
dan, bagaimana kita memerankan diri sebagai orang percaya (manusia baru yang harus
menghidupi perannya yang tidak suka
hal-hal yang jahat atau hal yang jauh dari firman Tuhan). Kiranya kita bersama-sama
tumbuh dewasa dalam Kritus sehingga
akhirnya kita menciptakan gereja yang sehat.
No comments:
Post a Comment