Pdt. Hery Kwok
Roma 12:1-8
1 Karena itu, saudara-saudara, demi
kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu
sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu
adalah ibadahmu yang sejati.
2
Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh
pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa
yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.
3
Berdasarkan kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, aku berkata
kepada setiap orang di antara kamu: Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang
lebih tinggi dari pada yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir
begitu rupa, sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman, yang
dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing.
4
Sebab sama seperti pada satu tubuh kita mempunyai banyak anggota, tetapi
tidak semua anggota itu mempunyai tugas yang sama,
5
demikian juga kita, walaupun banyak, adalah satu tubuh di dalam Kristus;
tetapi kita masing-masing adalah anggota yang seorang terhadap yang lain.
6
Demikianlah kita mempunyai karunia yang berlain-lainan menurut kasih
karunia yang dianugerahkan kepada kita: Jika karunia itu adalah untuk bernubuat
baiklah kita melakukannya sesuai dengan iman kita.
7
Jika karunia untuk melayani, baiklah kita melayani; jika karunia untuk
mengajar, baiklah kita mengajar;
8
jika karunia untuk menasihati, baiklah kita menasihati. Siapa yang
membagi-bagikan sesuatu, hendaklah ia melakukannya dengan hati yang ikhlas;
siapa yang memberi pimpinan, hendaklah ia melakukannya dengan rajin; siapa yang
menunjukkan kemurahan, hendaklah ia melakukannya dengan sukacita.
Pendahuluan
Ada
seorang pemuda yang setiap pagi berangkat keluar dari rumahnya. Saya bertanya di
mana ia bekerja? Yang mengherankan, ia menjawab bahwa ia belum bekerja! Rupanya
ia pergi dari rumah agar orang tuanya mengira bahwa ia telah memiliki pekerjaan.
Hal ini dikarenakan dalam persepsi orang tuanya orang dianggap sudah dewasa
(tidak lagi dianggap anak kecil) bila
sudah bekerja, mencari uang dan menghasilkan sesuatu. Itu adalah kriteria
dewasa menurut sebagian orang. Lalu
bagaimana dengan kriteria dewasa secara rohani? Apakah kehidupan rohani yang
dewasa ditandai dengan “sudah melayani”? Ini tidak tepat karena ukuran melayani
bukan menunjukkan kedewasaan dalam kehidupan rohaninya. Ada yang sudah melayani
tetapi kemudian mundur. Bahkan ada hamba Tuhan yang beralih profesi menjadi pedagang
dan kembali ke usaha free-lance.
Sehingga kriteria melayani untuk menunjukkan kedewasaan rohani tidaklah tepat.
Melayani sebagai Ucapan Syukur
Alkitab
tidak pernah mengatakan, bahwa kalau seseorang melayani berarti secara rohani
ia sudah dewasa. Dalam Roma 12:6-8 Rasul Paulus mengatakan, “Kita mempunyai karunia yang berlain-lainan
menurut kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita: Jika karunia itu adalah
untuk bernubuat baiklah kita melakukannya sesuai dengan iman kita. Jika karunia
untuk melayani, baiklah kita melayani; jika karunia untuk mengajar, baiklah
kita mengajar; jika karunia untuk menasihati, baiklah kita menasihati. Siapa
yang membagi-bagikan sesuatu, hendaklah ia melakukannya dengan hati yang
ikhlas; siapa yang memberi pimpinan, hendaklah ia melakukannya dengan rajin;
siapa yang menunjukkan kemurahan, hendaklah ia melakukannya dengan sukacita.”
Rasul Paulus mengatakan kita mempunyai karunia yang berbeda-beda. Melayani
adalah respon dari apa yang sudah diperbuat Kristus dalam hidup kita. Melalui
anugerahNya, Allah telah melakukan karyaNya kepada umat pilihannya. Kitab Roma
1-11 bersifat doktrinal yang menjelaskan tentang karya keselamatan Allah kepada
orang percaya sedangkan Roma 12-16 orang percaya meresponi apa yang dikerjakan
Allah di dalam kehidupannya. Respon adalah reaksi dari apa yang telah kita peroleh
atau tanggapan berupa apa yang saya berikan setelah menerima hal-hal yang telah
dilakukan kepada kita (kita ingin melakukan sesuatu sebagai balasannya). Saat
mengalami sentuhan kasih Allah , Dia menyucikan, membersihkan dan menyelamatkan
kita, atas karyaNya itu kita merasa sukacita dan melakukan respon atasnya.
Saat
orang dunia mendapat sesuatu dari orang lain dan tidak mampu membalasnya saat
ini, maka mereka akan mengingatnya untuk membalasnya di kemudian hari. Ini yang
disebut balas budi. He Rong Feng, seorang pemuda Tiongkok. Pada usia 17 tahun
ia mengadu nasib bersama dua orang temannya di Tai Zhou (provinsi Zhè Jiāng).
Ternyata ia gagal, malah ia hidup menggelandang, mengemis tanpa uang sepeser pun, kelaparan, dan tanpa
sepatu. Itu adalah saat di mana hidupnya sangat susah sekali. Saat mengalami kesusahan,
ia bertemu dengan Ibu Dai Xing Fen, pengelola
warung mie bersama suaminya. Ibu ini menolong dan menampungnya sementara di apartemennya
yang sederhana. Ibu Dai bahkan memberi mereka makan, tempat untuk tidur.
Ibu Dai kemudian menghubungi beberapa kenalannya
untuk mencari pekerjaan bagi Rong Feng dan teman-temannya di kota lain.Sebelum
berpisah, Ibu Dai bahkan memberi mereka uang untuk ongkos kereta. Tetapi hal
terbaik yang diterima Rong Feng dan teman-temannya dari Ibu Dai adalah sedikit
nasihat yang baik. "Dia bilang tidak apa-apa jika tidak memiliki banyak
uang, asalkan selalu berusaha untuk menjadi orang baik," kenang Rong Feng
yang sekarang berusia 38 tahun. "Dan saya tidak pernah melupakan hal
itu." Selama bertahun-tahun, Rong Feng bekerja keras dalam bisnis furnitur
dan menjadi pengusaha sukses di kota Shen Yang, provinsi Liao Ning Tiongkok .
Dia sekarang menjadi chairman
Shenyang Jiu Jiu Li Feng Group. Tapi Rong Feng tidak pernah lupa kepada wanita
yang memberinya kebaikan untuk pertama kalinya. Dan ketika merasa cukup kaya,
Rong Feng memutuskan mencari tahu Ibu Dai. Tidak sulit baginya untuk menemukan
warung mie milik Ibu Dai. Setelah bertemu penolongnya itu, Rong Feng
menawarinya sejumlah 1 juta Yuan (hampir senilai Rp 2 miliar saat ini) sebagai
tanda terima kasihnya. "Kalau bukan karena kebaikan Ibu Dai 21 tahun yang
lalu, saya tidak akan berada di tempat saya sekarang ini," katanya. Pertemuan
keduanya sangat mengharukan. Baik Rong Feng dan Ibu Dai menangis. Rong Feng mendesak
Ibu Dai untuk menerima uangnya dan bahkan memaksa Ibu Dai untuk menyimpan
beberapa obat dan tonik. Namun Ibu Dai yang wataknya sederhana, menolak tawaran
yang diberikan Rong Feng. "Saya tidak mungkin mengambil uangnya karena
saya tidak membantu dia untuk itu," kata Xingfen yang kini berusia 45
tahun. "Dia telah membuat saya sangat puas dan terkejut dengan mengingat
saya. Tapi saya tidak bisa mengambil uang. Bukan itu tujuannya." Jadi
sebagai gantinya, Rong Feng membuat sebuah kaligrafi (seni artistik tulisan
tangan) yang berisi kalimat ucapan terima kasih darinya yang berbunyi 恩重如山 (Ēn zhòng
rúshān, Bersyukur Seberat Gunung). Ibu Dai cukup senang dengan kaligrafi itu
dan menyebutnya sebagai hal yang terindah.
Dari
kisah itu, kita bisa melihat bahwa orang dunia saja meresponi kebaikan penolongnya
dengan rasa syukur, kalau perlu apa yang bisa diberi akan dikasih. Rasul Paulus
pada pasal 1-11 mengatakan bahwa Yesus Kristus telah memberi anugerah yang
sempurna dengan menyelamatkan kita. Lalu Rasul Paulus memberi catatan, siapa yang memberi pimpinan, hendaklah ia
melakukannya dengan rajin; siapa yang menunjukkan kemurahan, hendaklah ia
melakukannya dengan sukacita (Roma 12:8b). Dengan demikian kita melakukan
pelayanan semata-mata sebagai respons (tanggapan) ucapan syukur kita “Terima kasih
Tuhan Engkau telah menerima dan menebus saya “
Ibadah dan Kriteria Pelayanan yang
Menunjukkan Kedewasaan
Melayani
yang menunjukkan kedewasaan yang semakin nyata, kalau kita melayani dengan
tidak berpura-pura tapi dengan sukacita (ayat
9 Hendaklah kasih itu jangan pura-pura! Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang
baik dan ayat 12 Bersukacitalah dalam
pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!), membantu
orang-orang kudus (ayat 13 Bantulah dalam
kekurangan orang-orang kudus dan usahakanlah dirimu untuk selalu memberikan
tumpangan!), ayat 14 Berkatilah siapa
yang menganiaya kamu, berkatilah dan jangan mengutuk! Dalam Roma 12:9-21 Rasul Paulus memberitahukan
kita bahwa betapa orang yang melayani Tuhan seharusnya punya pertumbuhan luar
biasa dalam hidup rohaninya. Ayat 10
Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam
memberi hormat. Sudahkah kita mendahului menyapa orang saat bertemu? Sebagai
majelis, pengurus, aktifis, adakah kerendahan hati kita untuk menyambut
orang? Semakin dewasa orang dalam melayani
menunjukkan orang yang semakin berkembang kerohaniannya. Bila punya kehidupan
ibadah dan bisa melayani dengan baik, kita mengalami pertumbuhan rohani dengan
baik dan berdampak pada orang yang dilayani. Ada sukacita dalam melayani dan saat
dihina dalam melayani justru mendoakan. Justru orang yang mengalami hal ini ,
sungguh melayani dengan dewasa. Sehingga Rasul Paulus aku mendorong kamu ebagai
persembahan yang hidup itulah ibadah.
Ibadah
merupakan hal penting dalam melayani dengan baik dan pertumbuhan rohani (ayat
9-21). Ibadah bukanlah semata yang dilakukan di gereja pada hari Minggu dan
Rabu (saat persekutuan doa). Ibadah adalah sebuah relasi , hubungan dengan
Allah yang terus terjadi dalam hidup orang percaya. Saat hidup dalam
persekutuan dengan Allah dalam membaca Alkitab, berdoa pribadi atau bersama,
bersekutu itulah seluruh rangkaian ibadah yang membuat orang percaya mengalami
pertumbuhan rohani. Ibadah merupakan kunci keberhasilan dalam pelayanan saat
punya hubungan yang dalam dengan Tuhan. Dalam relasi dengan pelayanan, Rasul
Paulus mengatakan bawalah tubuhmu sebagai persembahan yang hidup (Roma
12:1 Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu,
supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus
dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati). Abraham diminta membawa anaknya (Ishak yang
dikaruniakan Tuhan saat usianya 100 tahun dari istrinya - Sara yang mandul) ke bukit
Muria untuk dipersembahkan ke Tuhan. Ini bukan perkara mudah. Alkitab tidak
mencatat drama emosi Abraham, tapi pergumulannya pasti berat dalam membawa
anaknya untuk dipersembahakan. Saat anaknya bertanya, "Di sini sudah ada api dan kayu, tetapi di manakah anak domba
untuk korban bakaran itu?" (Kej 22:7b). Hati Abraham sebagai bapak pasti menangis.
Waktu ia membawa anaknya untuk dipersembahkan, itulah kata persembahan yang
dibawa dalam pelayanan. Kata inilah yang dipakai untuk berserah kepada Tuhan.
Penutup
Suatu
kali suatu pesawat yang saya tumpangi mengalami guncangan sehingga para
penumpang bereriak-teriak. Saat itu saya sedang konsentrasi dalam persiapan
kuliah dan sedang menghafalkan. Majelis
di sebelah saya berdoa. Setelah guncangan reda, majelis tersebut berkata, “Terima
kasih sudah berdoa.” Di kemudian hari ia berkata, “Saat itu saya sudah pasrah.”
Pasrah berarti tidak melakukan apa—apa.
Itu berbeda dengan berserah di mana dalam kondisi berserah sebenarnya saya bisa
tidak melakukan tapi saya melakukan. Sewaktu kita menyerahkan tubuh sebagai persembahan
kepada Tuhan, di situlah kita akan mengalami perubahan rohani. Yang
dipersembahkan adalah tubuh yang di dalam
Alkitab, merupakan perwakilan jiwa, hati dan seluruh kehendak. Jadi yang
diserahkan totalitas hidupmu sebagai persembahan yang hidup , dan itu yang
dikatakan ibadah. Setelah itu kita akan diberi hati yang meresponi karya Tuhan denngan
baik. Maka orang lain mengalami pertumbuhan dari pelayanan kita dan merasakan
diberkati (merasakan dampaknya). Waktu melayani, orang lain akan merasakan
bahwa kita lembah lembut dan tidak hitung-hitungan. Berlawanan dengan hal itu,
saat ini banyak orang Kristen yang hitung-hitungan. Di mana kalau saya ada
waktu saya akan melayani, kalau saya punya uang baru saya memberi. Kalau
melayanI dengan konsep seperti ini, maka kita tidak punya kedewasaan.
Sebaliknya pelayanan yang dewasa terjadi bila engkau memberkati orang saat
dihina dan mendoakan orang saat dicaci maki.
Ada
seorang aktifis (guru sekolah minggu) yang ingin mengundurkan diri dari
pelayanannya, padahal selama ini ia sudah bersungguh-sungguh mengajari anak-anak
Sekolah Minggu (SM). Ia menjemput, memberi snack dari kantong pribadinya untuk
anak-anak SM. Tetapi ortu nya selalu berkata,
“Setelah Lau shi (guru) mengajakan , anak-anak bukannya membaik tapi malah
tambah nakal.” Ia merasa sudah melayani dengan baik tapi hasilnya begitu sehingga
merasa lelah. Waktu melayani Tuhan , Rasul Paulus mengatakan pada ayat 3-8 bahwa
siapa yang melakukannya dalam ibadah kepada Tuhan, maka Tuhan akan membuatnya
bertumbuh dan menjadi berkat bagi orang lain. Kedewasaan itu membuat kita
meresponi dengan baik. Kiranya pesan ini membuat pengurus komisi
melayani dengan baik dan bertumbuh.
No comments:
Post a Comment