Monday, April 21, 2014

Yesus Sudah Menang, Maka Aku Bisa Menang



Pdt. Arganita Saragih

1 Kor 15:24-26, 54-58
24 Kemudian tiba kesudahannya, yaitu bilamana Ia menyerahkan Kerajaan kepada Allah Bapa, sesudah Ia membinasakan segala pemerintahan, kekuasaan dan kekuatan.
25  Karena Ia harus memegang pemerintahan sebagai Raja sampai Allah meletakkan semua musuh-Nya di bawah kaki-Nya.
26  Musuh yang terakhir, yang dibinasakan ialah maut.
54  Dan sesudah yang dapat binasa ini mengenakan yang tidak dapat binasa dan yang dapat mati ini mengenakan yang tidak dapat mati, maka akan genaplah firman Tuhan yang tertulis: "Maut telah ditelan dalam kemenangan.
55  Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?"
56  Sengat maut ialah dosa dan kuasa dosa ialah hukum Taurat.
57  Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.
58  Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.

Paradoks Kemenangan

                Dalam suatu pertandingan, bila ada pihak yang menang pasti ada pihak yang kalah, karena paradox dari kemenangan adalah kekalahan. Orang suka memenangkan sesuatu. Contoh pada pemilu calon legislatif Rabu, tanggal  9 April 2014. Para calon berusaha sekuatnya dan melakukan promosi agar mereka menang,  sehingga ada calon yang setelah kalah mengalami gangguan (jiwa) karena sudah banyak mengeluarkan usaha dan uang (bahkan ada yang meminjam). Kemenangan membuat prestise (harga diri) membumbung tinggi sehingga tidak ada yang mau kalah. Hari ini kehidupan modern sangat menekankan kesuksesan sehingga orang-orang berupaya menang (bahkan kalau perlu dengan menghalalkan segala cara). Banyak orang yang mengeluarkan uang untuk menghadiri ceramah dari para motivator untuk memenangankan pertandingan dan memperoleh kesuksesan sehingga menjadi orang terpandang. Kemenangan seperti ini juga dihayati oleh orang-orang  karismatik. Bila ada orang sakit lalu didoakan dan sembuh, itu berarti menang. Sehingga ibadah kesembuhan banyak didatangi orang. Saat saya sakit, seorang teman dari gereja karismatik mengajak saya untuk mengikuti ibadah kesembuhan. Saya tidak ikut dan berkata,” Kalau Tuhan mau sembuhkan, saya akan disembuhkan walau tidak ke ibadah kesembuhan”.

Paradoks Orang Kristen dan Orang Dunia

                Mengapa orang ingin sembuh dan kaya? Karena kesembuhan dan kekayaan dianggap sebagai kemenangan. Kalau begitu istilah kemenangan sebagai orang Kristen yang ditebus di kayu salib berbeda dengan kemenangan orang dunia ini. Saya membuat perbedaan (paradox) di  antara keduanya : orang yang sungguh-sungguh  hidup sesuai dengan firman Tuhan itu baru orang Kristen, karena menjadi orang Kristen berarti menjadi murid Kristus. Jadi terdapat paradoks antara nilai yang dipegang oleh orang dunia dengan orang Kristen. Nilai kemenangan orang Kristen ada di atas kayu salib saat Yesus Kristus mengatakan “sudah selesai (bahasa Yunani : tetelestai) - Yoh 19:28” karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diri-Nya sendiri. (Ibr 10:20)  Orang percaya harus memiliki nilai yang berbeda dengan orang dunia. Kalau hanya “menang-kalah” dalam menghadapi sebuah kompetisi apa bedanya orang Kristen dengan orang dunia? Orang dunia bertengkar kanan-kiri untuk menang. Kalau orang Kristen seperti itu, apa bedanya dengan orang-orang yang tidak percaya kepada Kristus? Maka setiap kita agar punya penghayatan yang berbeda tentang arti kemenangan karena bagi orang Kristen kemenangan terletak pada Tuhan Yesus.

                Saya pernah ditanya, “Menurut kamu mana yang lebih istimewa : Natal atau Paskah?”. Saya jawab, “Paskah” karena Yesus akan sama dengan manusia biasa saat lahir di dunia ini kalau kemudian Ia tidak naik ke atas kayu salib, menderita, mengosongkan diri sama sekali menjadi rupa manusia (kenosis - self-emptying), memikul salib yang bukan karena kesalahanNya tapi karena dosa manusia, lalu mati di kayu salib”. Kalau Ia tidak menjalani hal tersebut, berarti matinya sama dengan matinya manusia biasa. Namun Ia berbeda karena karena pada hari ketiga Ia bangkit. Hal ini dibuktikan dengan kubur kosong. Itu berbeda dengan kebangkitan lainnya. Contoh : Nabi Elia mati tapi tidak ditemukan kuburannya (tiba-tiba datanglah kereta berapi dengan kuda berapi memisahkan keduanya, lalu naiklah Elia ke surga dalam angin badai. 2 Raja-Raja 2:11). Juga Henokh diangkat Allah (Kej 5:24; Ibr 11:5). Tidak ada tokoh agama lain yang bangkit. Hanyalah Yesus yang adalah Allah yang turun ke dunia, karena manusia tidak mampu ke sorga dengan segala usahanya. Selama sekitar 8.000 tahun, manusia telah mencari jalan keselamatan, namun semuanya  gagal sehingga Allah harus turun dari surga  menjelma jadi manusia, menjadi daging yang bisa mati, dan merasakan sakit, sedih, marah, sukacita dll. Ini adalah kekristenan yang utuh. Banyak orang di gereja yang tahu bahwa Yesus adalah Tuhan, tapi tidak bisa menjelaskan mengapa Dia harus turun ke dunia menggantikan kita. Yesus lebih mulia dari malaikat (Ibr 1:4), sehingga orang yang takut setan , bukan orang Kristen. Orang Kristen harus tahu ia lebih mulia dari segala ciptaan Allah termasuk malaikat (1 Kor 6:3). Pada Perjanjian Lama, di pada Hari Raya Pendamaian (Yom Kippur, Imamat 16) tertentu binatang disembelih sebagai korban untuk menghapus dosa manusia. Ibarat emas yang hilang tidak bisa diganti dengan besi, jadi manusia berdosa tidak bisa ditebus (diganti) oleh binatang. Binatang derajatnya lebih rendah dari manusia, maka Allah harus turun menggantikan manusia. Syarat domba yang dikorbankan harus jantan, tidak bercela, berumur setahun (Kel 12:5). Pada umur 1 tahun, kondisi domba sedang bagus-bagusnya dan produktif. Demikian juga Yesus yang maskulin dan mati di usia 33 tahun. Usia produktif pria antara 30-40 tahun. Jadi usia manusia 30 tahun seperti usia domba 1 tahun. Setiap orang percaya harus mengetahui bahwa Yesus Kristus adalah pengganti domba Allah karena dosa manusia tidak bisa ditebus oleh uang atau domba melainkan hanya bisa ditebus oleh darah Kristus.

                Ketika Yesus naik ke atas salib, itu merupakan hal yang mengerikan sekali. Good Friday seharusnya diberikan sebuah pengertian bahwa penyakit kitalah yang ditanggungNya, begitu mengerikan.

Kesaksian Jim Caviezel pemeran Yesus dalam pembuatan film The Passion of the Christ
                Di make-up selama 8 jam setiap hari tanpa boleh bergerak dan tetap berdiri, saya adalah orang satu-satunya di lokasi syuting yang hampir tidak pernah duduk. Sungguh tersiksa menyaksikan kru yang lain duduk-duduk santai sambil minum kopi. Kostum kasar yang sangat tidak nyaman, menyebabkan gatal-gatal sepanjang hari syuting membuat saya sangat tertekan. Salib yang digunakan, diusahakan seasli mungkin seperti yang dipikul oleh Yesus saat itu. Saat mereka meletakkan salib itu di pundak, saya kaget dan berteriak kesakitan, mereka mengira itu akting yang sangat baik, padahal saya sungguh-sungguh terkejut. Salib itu terlalu berat, tidak mungkin orang biasa memikulnya, namun saya mencobanya dengan sekuat tenaga. Yang terjadi kemudian setelah dicoba berjalan, bahu saya copot, dan tubuh saya tertimpa salib yang sangat berat itu. Dan sayapun melolong kesakitan, minta pertolongan. Para kru mengira itu akting yang luar biasa, mereka tidak tahu kalau saya dalam kecelakaan sebenarnya. Saat saya memulai memaki, menyumpah dan hampir pingsan karena tidak tahan dengan sakitnya, maka merekapun terkejut, sadar apa yang sesungguhnya terjadi dan segera memberikan saya perawatan medis.
                Sungguh saya merasa seperti setan karena memaki dan menyumpah seperti itu, namun saya hanya manusia biasa yang tidak biasa menahannya. Saat dalam pemulihan dan penyembuhan, Mel datang pada saya. Ia bertanya apakah saya ingin melanjutkan film ini, ia berkata ia sangat mengerti kalau saya menolak untuk melanjutkan film itu. Saya bekata pada Mel, saya tidak tahu kalau salib yang dipikul Tuhan Yesus seberat dan semenyakitkan seperti itu. Tapi kalau Tuhan Yesus mau memikul salib itu bagi saya, maka saya akan sangat malu kalau tidak memikulnya walau sebagian kecil saja. Mari kita teruskan film ini. Maka mereka mengganti salib itu dengan ukuran yang lebih kecil dan dengan bahan yang lebih ringan, agar bahu saya tidak terlepas lagi, dan mengulang seluruh adegan pemikulan salib itu. Jadi yang penonton lihat didalam film itu merupakan salib yang lebih kecil dari aslinya.
                Bagian syuting selanjutnya adalah bagian yang mungkin paling mengerikan, baik bagi penonton dan juga bagi saya, yaitu syuting penyambukan Yesus. Saya gemetar menghadapi adegan itu, Karena cambuk yang digunakan itu sungguhan. Sementara punggung saya hanya dilindungi papan setebal 3 cm. Suatu waktu para pemeran prajurit Roma itu mencambuk dan mengenai bagian sisi tubuh saya yang tidak terlindungi papan. Saya tersengat, berteriak kesakitan, bergulingan di tanah sambil memaki orang yang mencambuk saya. Semua kru kaget dan segera mengerubungi saya untuk memberi pertolongan.
                Tapi bagian paling sulit, bahkan hampir gagal dibuat yaitu pada bagian penyaliban. Lokasi syuting di Italia sangat dingin, sedingin musim salju. Para kru dan figuran harus manggunakan mantel yang sangat tebal untuk menahan dingin. Sementara saya harus telanjang dan tergantung di atas kayu salib, di atas bukit yang tertinggi di situ. Angin dari bukit itu bertiup seperti ribuan pisau menghujam tubuh saya. Saya terkena hypothermia (penyakit kedinginan yang biasanya mematikan), seluruh tubuh saya lumpuh tak bisa bergerak, mulut saya gemetar bergoncang tak terkendalikan. Mereka harus menghentikan syuting, karena nyawa saya jadi taruhannya.
                Semua tekanan, tantangan, kecelakaan dan penyakit membawa saya sungguh depresi. Adegan-adegan tersebut telah membawa saya kepada batas kemanusiaan saya. Dari adegan-keadegan lain semua kru hanya menonton dan menunggu saya sampai pada batas kemanusiaan saya, saat saya tidak mampu lagi baru mereka menghentikan adegan itu. Ini semua membawa saya pada batas-batas fisik dan jiwa saya sebagai manusia. Saya sungguh hampir gila dan tidak tahan dengan semua itu, sehingga seringkali saya harus lari jauh dari tempat syuting untuk berdoa. Hanya untuk berdoa, berseru pada Tuhan kalau saya tidak mampu lagi, memohon Dia agar memberi kekuatan bagi saya untuk melanjutkan semuanya ini. Saya tidak bisa, masih tidak bisa membayangkan bagaimana Yesus sendiri melalui semua itu, bagaimana menderitanya Dia. Dia bukan sekedar mati, tetapi mengalami penderitaan luar biasa yang panjang dan sangat menyakitkan, bagi fisik maupun jiwaNya.
                Dan peristiwa terakhir yang merupakan mujizat dalam pembuatan film itu adalah saat saya ada di atas kayu salib. Saat itu tempat syuting mendung gelap karena badai akan datang, kilat sambung menyambung di atas kami. Tapi Mel tidak menghentikan pengambilan gambar, karena memang cuaca saat itu sedang ideal sama seperti yang seharusnya terjadi seperti yang diceritakan. Saya ketakutan tergantung di atas kayu salib itu. Di samping kami ada di bukit yang tinggi, saya adalah objek yang paling tinggi, untuk dapat dihantam oleh halilintar. Baru saja saya berpikir ingin segera turun karena takut pada petir, sebuah sakit yang luar biasa menghantam saya beserta cahaya silau dan suara menggelegar sangat kencang (setan tidak senang dengan adanya pembuatan film seperti ini). Dan sayapun tidak sadarkan diri.
                Yang saya tahu kemudian banyak orang yang memanggil-manggil meneriakkan nama saya, saat saya membuka mata semua kru telah berkumpul di sekeliling saya, sambil berteriak-teriak “Dia sadar! Dia sadar!” (dalam kondisi seperti ini mustahil bagi manusia untuk bisa selamat dari hamtaman petir yang berkekuatan berjuta-juta volt kekuatan listrik, tapi perlindungan Tuhan terjadi di sini). “Apa yang telah terjadi?” tanya saya. Mereka bercerita bahwa halilintar telah menghantam saya di atas salib itu, sehingga mereka segera menurunkan saya dari situ. Tubuh saya menghitam karena hangus, dan rambut saya berasap, berubah menjadi model Don King. Sungguh sebuah mujizat kalau saya selamat dari peristiwa itu.

Menang bagi orang percaya adalah menang atas kuasa maut. Yaitu hidup dari mati selama-lamanya (bukan mati lalu selesai). Karena kalau mati kekal, kita tetap hidup tapi disiksa di dalam neraka selamanya (tidak ada akhirnya). Kita sering berpikir masalah ada akhirnya tapi di neraka tidak ada akhirnya, tapi selama-lamanya. Yesus turun ke dunia orang mati untuk menyatakan “Aku menang” (ditahlukkannya kuasa maut). Jadi kemenangan orang Kristen harusnya lebih tinggi dari kesembuh orang sakit, pelunasan hutang (pinjaman) atau kesenangan hidup. Kemenangan orang Kristen bukan seperti itu. Kita menang ketika mengalahkan maut. Kemenangan itu harus direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari.

                Kemenangan sudah dibuktikan Yesus dalam kehidupanNya sebelum kemenangan di kayu salib. Hal ini dapat dilihat pada bagian Alkitab tentang pencobaan Kristus di padang gurun di mana iblis menggoda Yesus dengan 3 penawarannya (Mat 4:1-11) namun Yesus menang. Juga di taman Getsemani ketika kesengsaraan dan penderitaan hebat menjelang di hadapanNya Yesus berdoa, “Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku” (Mat 26:29a). Kalau sampai di sini doanya berhenti, maka Yesus tidak menang karena Dia tidak mau menderita, tapi kalimat selanjutnya membuktikan kemenangan Yesus, “tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki“ (Mat 26:39b). Hal ini berbeda dengan manusia yang seringkali tidak mau menderita(tertekan) dan suka menghindari masalah. Seharusnya kesuksesan seseorang untuk kemuliaan nama Tuhan. Jangan karena sukses dan punya banyak uang seolah-olah bisa mengontrol Tuhan dan menjadi Tuhan di keluarga, sehingga menjadi orang yang playing God (berkeinginan jadi Tuhan seperti iblis). Orang yang hidupnya sungguh-sungguh melepaskan keinginan daging berkata kepada Tuhan, “Ya Tuhan, pembalasan itu adalah hak-Mu” (bdsk Roma 12:19). Maka berhati-hatilah orang yang sedang berkonflik dan ingin membalas maka berarti ia mengambil hak Tuhan karena Tuhanlah yang akan memberi perhitungan kepada kita. Pada saat Yesus berdoa, “Melainkan seperti yang Engkau kehendaki yang jadi”, Ia melepaskan semua hakNya ke dalam Tuhan Allah yang berkuasa, yang telah mengutusNya masuk ke dunia ini.

Menang dalam Kehidupan Sehari-Hari

                Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak terlepas dari konflik baik di kantor, keluarga, dengan pasangan. Manusia  tidak pernah lepas dari masalah , karena dunia dikuasai maut. Hanya orang mati yang tidak bermasalah. Tetapi Firman Tuhan mengatakan Ia mengalahkan kuasa maut, sehingga orang yang ditebus Kristus, bisa mengalahkan kedagingan yang dikuasai iblis. Contoh kedagingan : ingin membalas orang yang menipu dan membuat sakit hati , menipu saat dagang,  suami berselingkuh walau sudah punya istri dan anak. Atau, istri bukan tunduk tapi tanduk suami sehingga dunia punya filosofi “istri itu lehernya suami”. Orang Kristen tidak boleh (seharusnya suami-istri sejajar).  Di gereja dan sekolah Kristen, juga banyak orang yang ingin popular dan ingin menjadi Tuhan. Inti dari kemenangan Kristen adalah mengalahkan kedagingan, bukan saja mendapatkan jaminan mulia. Selama hidup dalam dunia, kita menang atas keinginan daging. Saya menentang gaya hidup modern seperti  sekulerisme, hedonisme, konsumerisme. Sekarang ada orang kalau stres pergi ke mal-mal berbelanja (shopping). Ada pengusaha kayu yang hampir cerai. Istrinya kalau stress karena suami punya simpanan, pergi ke AS dan membeli jam seharga Rp 3 miliar untuk memuaskan keinginannya. Ada juga seorang General Manager wanita yang diselingkuhi suaminya yang punya anak 2 dengan selingkuhannya. Dia tidak bisa tidur, lalu pergi ke psikiater dan makan obat baru bisa tidur. Setiap hari terjadi banyak hal yang bisa menggeser fokus manusia dari Allah dengan barang-barang. Di mal-mal ada midnite sale 70-90% sehingga banyak orang memborong barang bermerek. Ada juga yang ketika bekerja bukan untuk kemuliaan Tuhan tapi hanya pentingkan gaji. Saya sering menasehati staf, “Kalau mau melayani Tuhan dan bila tahu itu tempat dari Tuhan, kamu akan tetap setia di sini, karena Tuhan akan penuhi semua kebutuhan”.

                Kalahkan kedagingan ketika ada tawaran dari dunia karena kuasa maut sudah hancur. Tapi orang Kristen sering kalah, karena tidak hidup dalam kemenangan Firman Tuhan. Saat diadakan persekutuan guru-guru di sekolah tempat saya mengajar, saya mengatakan,”Kita harus menggali sendiri pemaknaan tentang Firman Tuhan”. Sejak hari itu para guru menggali Firman Tuhan sendiri. Mereka pernah bertanya, “Kalau salah bagaimana?” Saya menjawab,”Sebagai orang Kristen awam kalau salah menafsir, itu hal yang wajar. Tapi kalau lulusan sekolah teologi masih salah , itu kurang ajar.” Karena hal ini berarti dia tidak menggali dan menghidupi firman itu baik-baik. Karena setiap hamba Tuhan harus berkhotbahlah seperti yang Tuhan ingin katakan. Saat hamba Tuhan akan naik ke atas mimbar untuk menyampaikan firman Tuhan, ia harus melepaskan keinginan daging untuk mengatakan keinginan sendiri (bukan kehendak Allah). Kalau jemaat “dihabisi” (dipersalahkan)  di atas mimbar, maka dalam perkataannya  tidak ada kuasa Roh Kudus. Saat melayani keinginan daging, maka kuasa Roh Kudus tidak bisa masuk. Supaya bisa menjadi umat pemenang, lawanlah hal-hal yang membuat kita menderita. Kalau ada yang menderita, sakit dan bermasalah , ingatlah bahwa  kita hidup antara Allah dan iblis. Ketika masalah datang mau dibawa ke mana masalah ini? Mau mempertanyakan Tuhan, “Ya Tuhan kau ada di mana? Mengapa Engkau diam Tuhan?” karena Allah tidak pernah meninggalkan  kita. Allah hanya sekali meninggalkan Yesus ketika Ia menanggung dosa manusia di atas kayu salib karena Allah merasa jijik melihat dosa kita. Tapi tidak pernah dalam sejarah dunia, Ia meninggalkan umatnya. Hanya sekali saja Allah meninggalkan Yesus ketika Yesus berkata, "Eli, Eli, lama sabakhtani?" Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” (Mat 27:46). Masalah yang dibawa ke iblis mengakibatkan iman kita dihancurkan. Sebenarnya masalah adalah ujian dari iman untuk bertumbuh agar serupa Kristus. Itulah pembentukan. Kemenangan Yesus di atas salib harusnya membawa kita menang dari hari-ke hari. Siapa yang tertekan ingatlah maut dan iblis telah dikalahkan, masa tidak bisa diselesaikan. Oleh karena itu jangan menganggap kecil Firman Tuhan yang berkata,”Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, — maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu.” (Mat 17:20b) dan (1Kor 15:55)  Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?" Namun hari ini, banyak yang tidak ingat dan bertekun lagi kepada Tuhan. Masalah kita tidak lebih besar dari Kristus. Untuk menuntun hidup kita dari hari ke hari, kemenangan sudah diberikan kepada kita. Sehingga ditegaskan, kita pasti masuk surga. Agama yang lain hanya berkata “Mudah-mudahan, tetapi di dalam kekristenan , kamu pasti masuk surga.” Dalam menghidupi hari-hari, Yesus menjamin bahwa kita dapat memperoleh kemenangan ketika kita tahu kememangan itu dari mana. Melewati hidup yang pedih melampaui segala akal ada dalam diri kita. Sehingga dalam 1 Kor 15: 58, “berdirilah teguh” karena media dunia ini sedang menggeroti iman kita. Karena media sedang membuat kita jauh dari Allah. Contoh lirik lagu bimbo tentang Allah yang terdiri, “Jauh atau dekat nya tergantung kita”. Ada juga gambar yang berisikan tulisan ,”Bila orang itu tidak mengutamakan dan mencintai kamu mengapa kamu mengutamakan dan mencintai orang itu?” Kata-kata ini sesat. Karena sumber keutamaan dan cinta kita adadah Allah yang tidak terkondisi dengan objek yang dikasihi. Oleh karena itu “Berdirilah  teguh , jangan goyah”. Jadilah jemaat aktif dalam melayani karena itu kemenangan kita. Semua orang sibuk, tetapi apakah kita mau punya hati untuk mengalahkan keinginan daging? Apakah kita mau punya hati untuk melayani Tuhan? Semua usahamu tidak ada yang sia-sia sampai suatu kali ketemu muka dengan Tuhan dan Ia berkata, “Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu” (Mat 25:21). Jangan setiap hari ,berdoa “Tuhan pakai saya". Karena sebagai alat, kalau tidak dipakai dibuang. Tetapi berdoalah, “Tuhan pakai saya, buat saya setia sampai akhir”. Yang utama adalah menjadi yang terakhir, supaya sampai akhir kita jadi orang setia dan benar Kemenangan sudah dimulai sejak sekitar 2.000 tahun yang lalu di atas kayu salib!

No comments:

Post a Comment