Pdt. Arganita
Saragih
1 Kor 15:24-26, 54-58
24 Kemudian tiba kesudahannya, yaitu bilamana Ia
menyerahkan Kerajaan kepada Allah Bapa, sesudah Ia membinasakan segala
pemerintahan, kekuasaan dan kekuatan.
25 Karena Ia
harus memegang pemerintahan sebagai Raja sampai Allah meletakkan semua
musuh-Nya di bawah kaki-Nya.
26 Musuh yang
terakhir, yang dibinasakan ialah maut.
54 Dan sesudah
yang dapat binasa ini mengenakan yang tidak dapat binasa dan yang dapat mati
ini mengenakan yang tidak dapat mati, maka akan genaplah firman Tuhan yang
tertulis: "Maut telah ditelan dalam kemenangan.
55 Hai maut di
manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?"
56 Sengat maut
ialah dosa dan kuasa dosa ialah hukum Taurat.
57 Tetapi
syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus
Kristus, Tuhan kita.
58 Karena itu,
saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah
selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan
Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.
Paradoks Kemenangan
Dalam suatu pertandingan, bila
ada pihak yang menang pasti ada pihak yang kalah, karena paradox dari kemenangan
adalah kekalahan. Orang suka memenangkan sesuatu. Contoh pada pemilu calon
legislatif Rabu, tanggal 9 April 2014.
Para calon berusaha sekuatnya dan melakukan promosi agar mereka menang, sehingga ada calon yang setelah kalah mengalami
gangguan (jiwa) karena sudah banyak mengeluarkan usaha dan uang (bahkan ada
yang meminjam). Kemenangan membuat prestise (harga diri) membumbung tinggi
sehingga tidak ada yang mau kalah. Hari ini kehidupan modern sangat menekankan kesuksesan
sehingga orang-orang berupaya menang (bahkan kalau perlu dengan menghalalkan
segala cara). Banyak orang yang mengeluarkan uang untuk menghadiri ceramah dari
para motivator untuk memenangankan pertandingan dan memperoleh kesuksesan sehingga
menjadi orang terpandang. Kemenangan seperti ini juga dihayati oleh orang-orang
karismatik. Bila ada orang sakit lalu
didoakan dan sembuh, itu berarti menang. Sehingga ibadah kesembuhan banyak
didatangi orang. Saat saya sakit, seorang teman dari gereja karismatik mengajak
saya untuk mengikuti ibadah kesembuhan. Saya tidak ikut dan berkata,” Kalau Tuhan
mau sembuhkan, saya akan disembuhkan walau tidak ke ibadah kesembuhan”.
Paradoks Orang Kristen dan Orang Dunia
Mengapa orang ingin sembuh dan
kaya? Karena kesembuhan dan kekayaan dianggap sebagai kemenangan. Kalau begitu
istilah kemenangan sebagai orang Kristen yang ditebus di kayu salib berbeda dengan
kemenangan orang dunia ini. Saya membuat perbedaan (paradox) di antara keduanya : orang yang sungguh-sungguh hidup sesuai dengan firman Tuhan itu baru
orang Kristen, karena menjadi orang Kristen berarti menjadi murid Kristus. Jadi
terdapat paradoks antara nilai yang dipegang oleh orang dunia dengan orang
Kristen. Nilai kemenangan orang Kristen ada di atas kayu salib saat Yesus Kristus
mengatakan “sudah selesai (bahasa Yunani : tetelestai) - Yoh 19:28” karena Ia
telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu
diri-Nya sendiri. (Ibr 10:20) Orang
percaya harus memiliki nilai yang berbeda dengan orang dunia. Kalau hanya “menang-kalah”
dalam menghadapi sebuah kompetisi apa bedanya orang Kristen dengan orang dunia?
Orang dunia bertengkar kanan-kiri untuk menang. Kalau orang Kristen seperti
itu, apa bedanya dengan orang-orang yang tidak percaya kepada Kristus? Maka
setiap kita agar punya penghayatan yang berbeda tentang arti kemenangan karena bagi
orang Kristen kemenangan terletak pada Tuhan Yesus.
Saya pernah ditanya, “Menurut
kamu mana yang lebih istimewa : Natal atau Paskah?”. Saya jawab, “Paskah” karena
Yesus akan sama dengan manusia biasa saat lahir di dunia ini kalau kemudian Ia tidak
naik ke atas kayu salib, menderita, mengosongkan diri sama sekali menjadi rupa
manusia (kenosis - self-emptying), memikul
salib yang bukan karena kesalahanNya tapi karena dosa manusia, lalu mati di
kayu salib”. Kalau Ia tidak menjalani hal tersebut, berarti matinya sama dengan
matinya manusia biasa. Namun Ia berbeda karena karena pada hari ketiga Ia
bangkit. Hal ini dibuktikan dengan kubur kosong. Itu berbeda dengan kebangkitan
lainnya. Contoh : Nabi Elia mati tapi tidak ditemukan kuburannya (tiba-tiba datanglah kereta berapi dengan
kuda berapi memisahkan keduanya, lalu naiklah Elia ke surga dalam angin badai.
2 Raja-Raja 2:11). Juga Henokh diangkat Allah (Kej 5:24; Ibr 11:5). Tidak
ada tokoh agama lain yang bangkit. Hanyalah Yesus yang adalah Allah yang turun
ke dunia, karena manusia tidak mampu ke sorga dengan segala usahanya. Selama sekitar
8.000 tahun, manusia telah mencari jalan keselamatan, namun semuanya gagal sehingga Allah harus turun dari surga menjelma jadi manusia, menjadi daging yang bisa
mati, dan merasakan sakit, sedih, marah, sukacita dll. Ini adalah kekristenan
yang utuh. Banyak orang di gereja yang tahu bahwa Yesus adalah Tuhan, tapi
tidak bisa menjelaskan mengapa Dia harus turun ke dunia menggantikan kita. Yesus
lebih mulia dari malaikat (Ibr 1:4), sehingga orang yang takut setan , bukan
orang Kristen. Orang Kristen harus tahu ia lebih mulia dari segala ciptaan
Allah termasuk malaikat (1 Kor 6:3). Pada Perjanjian Lama, di pada Hari Raya Pendamaian
(Yom Kippur, Imamat 16) tertentu binatang disembelih sebagai korban untuk menghapus
dosa manusia. Ibarat emas yang hilang tidak bisa diganti dengan besi, jadi
manusia berdosa tidak bisa ditebus (diganti) oleh binatang. Binatang derajatnya
lebih rendah dari manusia, maka Allah harus turun menggantikan manusia. Syarat
domba yang dikorbankan harus jantan, tidak bercela, berumur setahun (Kel 12:5).
Pada umur 1 tahun, kondisi domba sedang bagus-bagusnya dan produktif. Demikian
juga Yesus yang maskulin dan mati di usia 33 tahun. Usia produktif pria antara
30-40 tahun. Jadi usia manusia 30 tahun seperti usia domba 1 tahun. Setiap
orang percaya harus mengetahui bahwa Yesus Kristus adalah pengganti domba Allah
karena dosa manusia tidak bisa ditebus oleh uang atau domba melainkan hanya bisa
ditebus oleh darah Kristus.
Ketika Yesus naik ke atas salib,
itu merupakan hal yang mengerikan sekali. Good
Friday seharusnya diberikan sebuah pengertian bahwa penyakit kitalah yang
ditanggungNya, begitu mengerikan.
Kesaksian Jim Caviezel pemeran Yesus dalam pembuatan
film The Passion of the Christ
Di
make-up selama 8 jam setiap hari tanpa boleh bergerak dan tetap berdiri, saya
adalah orang satu-satunya di lokasi syuting yang hampir tidak pernah duduk.
Sungguh tersiksa menyaksikan kru yang lain duduk-duduk santai sambil minum
kopi. Kostum kasar yang sangat tidak nyaman, menyebabkan gatal-gatal sepanjang
hari syuting membuat saya sangat tertekan. Salib yang digunakan, diusahakan
seasli mungkin seperti yang dipikul oleh Yesus saat itu. Saat mereka meletakkan
salib itu di pundak, saya kaget dan berteriak kesakitan, mereka mengira itu
akting yang sangat baik, padahal saya sungguh-sungguh terkejut. Salib itu
terlalu berat, tidak mungkin orang biasa memikulnya, namun saya mencobanya
dengan sekuat tenaga. Yang terjadi kemudian setelah dicoba berjalan, bahu saya
copot, dan tubuh saya tertimpa salib yang sangat berat itu. Dan sayapun
melolong kesakitan, minta pertolongan. Para kru mengira itu akting yang luar
biasa, mereka tidak tahu kalau saya dalam kecelakaan sebenarnya. Saat saya
memulai memaki, menyumpah dan hampir pingsan karena tidak tahan dengan
sakitnya, maka merekapun terkejut, sadar apa yang sesungguhnya terjadi dan
segera memberikan saya perawatan medis.
Sungguh
saya merasa seperti setan karena memaki dan menyumpah seperti itu, namun saya
hanya manusia biasa yang tidak biasa menahannya. Saat dalam pemulihan dan
penyembuhan, Mel datang pada saya. Ia bertanya apakah saya ingin melanjutkan
film ini, ia berkata ia sangat mengerti kalau saya menolak untuk melanjutkan
film itu. Saya bekata pada Mel, saya tidak tahu kalau salib yang dipikul Tuhan
Yesus seberat dan semenyakitkan seperti itu. Tapi kalau Tuhan Yesus mau memikul
salib itu bagi saya, maka saya akan sangat malu kalau tidak memikulnya walau
sebagian kecil saja. Mari kita teruskan film ini. Maka mereka mengganti salib
itu dengan ukuran yang lebih kecil dan dengan bahan yang lebih ringan, agar
bahu saya tidak terlepas lagi, dan mengulang seluruh adegan pemikulan salib itu.
Jadi yang penonton lihat didalam film itu merupakan salib yang lebih kecil dari
aslinya.
Bagian
syuting selanjutnya adalah bagian yang mungkin paling mengerikan, baik bagi
penonton dan juga bagi saya, yaitu syuting penyambukan Yesus. Saya gemetar menghadapi
adegan itu, Karena cambuk yang digunakan itu sungguhan. Sementara punggung saya
hanya dilindungi papan setebal 3 cm. Suatu waktu para pemeran prajurit Roma itu
mencambuk dan mengenai bagian sisi tubuh saya yang tidak terlindungi papan.
Saya tersengat, berteriak kesakitan, bergulingan di tanah sambil memaki orang
yang mencambuk saya. Semua kru kaget dan segera mengerubungi saya untuk memberi
pertolongan.
Tapi
bagian paling sulit, bahkan hampir gagal dibuat yaitu pada bagian penyaliban.
Lokasi syuting di Italia sangat dingin, sedingin musim salju. Para kru dan
figuran harus manggunakan mantel yang sangat tebal untuk menahan dingin.
Sementara saya harus telanjang dan tergantung di atas kayu salib, di atas bukit
yang tertinggi di situ. Angin dari bukit itu bertiup seperti ribuan pisau
menghujam tubuh saya. Saya terkena hypothermia (penyakit kedinginan yang biasanya
mematikan), seluruh tubuh saya lumpuh tak bisa bergerak, mulut saya gemetar
bergoncang tak terkendalikan. Mereka harus menghentikan syuting, karena nyawa
saya jadi taruhannya.
Semua
tekanan, tantangan, kecelakaan dan penyakit membawa saya sungguh depresi.
Adegan-adegan tersebut telah membawa saya kepada batas kemanusiaan saya. Dari
adegan-keadegan lain semua kru hanya menonton dan menunggu saya sampai pada
batas kemanusiaan saya, saat saya tidak mampu lagi baru mereka menghentikan
adegan itu. Ini semua membawa saya pada batas-batas fisik dan jiwa saya sebagai
manusia. Saya sungguh hampir gila dan tidak tahan dengan semua itu, sehingga
seringkali saya harus lari jauh dari tempat syuting untuk berdoa. Hanya untuk
berdoa, berseru pada Tuhan kalau saya tidak mampu lagi, memohon Dia agar
memberi kekuatan bagi saya untuk melanjutkan semuanya ini. Saya tidak bisa,
masih tidak bisa membayangkan bagaimana Yesus sendiri melalui semua itu,
bagaimana menderitanya Dia. Dia bukan sekedar mati, tetapi mengalami
penderitaan luar biasa yang panjang dan sangat menyakitkan, bagi fisik maupun
jiwaNya.
Dan
peristiwa terakhir yang merupakan mujizat dalam pembuatan film itu adalah saat
saya ada di atas kayu salib. Saat itu tempat syuting mendung gelap karena badai
akan datang, kilat sambung menyambung di atas kami. Tapi Mel tidak menghentikan
pengambilan gambar, karena memang cuaca saat itu sedang ideal sama seperti yang
seharusnya terjadi seperti yang diceritakan. Saya ketakutan tergantung di atas
kayu salib itu. Di samping kami ada di bukit yang tinggi, saya adalah objek
yang paling tinggi, untuk dapat dihantam oleh halilintar. Baru saja saya
berpikir ingin segera turun karena takut pada petir, sebuah sakit yang luar
biasa menghantam saya beserta cahaya silau dan suara menggelegar sangat kencang
(setan tidak senang dengan adanya pembuatan film seperti ini). Dan sayapun
tidak sadarkan diri.
Yang
saya tahu kemudian banyak orang yang memanggil-manggil meneriakkan nama saya,
saat saya membuka mata semua kru telah berkumpul di sekeliling saya, sambil
berteriak-teriak “Dia sadar! Dia sadar!” (dalam kondisi seperti ini mustahil
bagi manusia untuk bisa selamat dari hamtaman petir yang berkekuatan
berjuta-juta volt kekuatan listrik, tapi perlindungan Tuhan terjadi di sini). “Apa
yang telah terjadi?” tanya saya. Mereka bercerita bahwa halilintar telah
menghantam saya di atas salib itu, sehingga mereka segera menurunkan saya dari
situ. Tubuh saya menghitam karena hangus, dan rambut saya berasap, berubah
menjadi model Don King. Sungguh sebuah mujizat kalau saya selamat dari
peristiwa itu.
Menang bagi orang
percaya adalah menang atas kuasa maut. Yaitu hidup dari mati selama-lamanya (bukan
mati lalu selesai). Karena kalau mati kekal, kita tetap hidup tapi disiksa di
dalam neraka selamanya (tidak ada akhirnya). Kita sering berpikir masalah ada
akhirnya tapi di neraka tidak ada akhirnya, tapi selama-lamanya. Yesus turun ke
dunia orang mati untuk menyatakan “Aku menang” (ditahlukkannya kuasa maut).
Jadi kemenangan orang Kristen harusnya lebih tinggi dari kesembuh orang sakit, pelunasan
hutang (pinjaman) atau kesenangan hidup. Kemenangan orang Kristen bukan seperti
itu. Kita menang ketika mengalahkan maut. Kemenangan itu harus direalisasikan
dalam kehidupan sehari-hari.
Kemenangan sudah dibuktikan
Yesus dalam kehidupanNya sebelum kemenangan di kayu salib. Hal ini dapat
dilihat pada bagian Alkitab tentang pencobaan Kristus di padang gurun di mana
iblis menggoda Yesus dengan 3 penawarannya (Mat 4:1-11) namun Yesus menang. Juga
di taman Getsemani ketika kesengsaraan dan penderitaan hebat menjelang di
hadapanNya Yesus berdoa, “Ya Bapa-Ku,
jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku” (Mat 26:29a).
Kalau sampai di sini doanya berhenti, maka Yesus tidak menang karena Dia tidak
mau menderita, tapi kalimat selanjutnya membuktikan kemenangan Yesus, “tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki,
melainkan seperti yang Engkau kehendaki“ (Mat 26:39b). Hal ini berbeda
dengan manusia yang seringkali tidak mau menderita(tertekan) dan suka menghindari
masalah. Seharusnya kesuksesan seseorang untuk kemuliaan nama Tuhan. Jangan
karena sukses dan punya banyak uang seolah-olah bisa mengontrol Tuhan dan menjadi
Tuhan di keluarga, sehingga menjadi orang yang playing God (berkeinginan jadi Tuhan seperti iblis). Orang yang
hidupnya sungguh-sungguh melepaskan keinginan daging berkata kepada Tuhan, “Ya
Tuhan, pembalasan itu adalah hak-Mu” (bdsk Roma 12:19). Maka berhati-hatilah
orang yang sedang berkonflik dan ingin membalas maka berarti ia mengambil hak
Tuhan karena Tuhanlah yang akan memberi perhitungan kepada kita. Pada saat
Yesus berdoa, “Melainkan seperti yang Engkau kehendaki yang jadi”, Ia
melepaskan semua hakNya ke dalam Tuhan Allah yang berkuasa, yang telah
mengutusNya masuk ke dunia ini.
Menang dalam Kehidupan Sehari-Hari
Dalam kehidupan sehari-hari,
manusia tidak terlepas dari konflik baik di kantor, keluarga, dengan pasangan.
Manusia tidak pernah lepas dari masalah
, karena dunia dikuasai maut. Hanya orang mati yang tidak bermasalah. Tetapi Firman
Tuhan mengatakan Ia mengalahkan kuasa maut, sehingga orang yang ditebus
Kristus, bisa mengalahkan kedagingan yang dikuasai iblis. Contoh kedagingan :
ingin membalas orang yang menipu dan membuat sakit hati , menipu saat dagang, suami berselingkuh walau sudah punya istri dan
anak. Atau, istri bukan tunduk tapi tanduk suami sehingga dunia punya filosofi “istri
itu lehernya suami”. Orang Kristen tidak boleh (seharusnya suami-istri sejajar).
Di gereja dan sekolah Kristen, juga
banyak orang yang ingin popular dan ingin menjadi Tuhan. Inti dari kemenangan
Kristen adalah mengalahkan kedagingan, bukan saja mendapatkan jaminan mulia.
Selama hidup dalam dunia, kita menang atas keinginan daging. Saya menentang
gaya hidup modern seperti sekulerisme,
hedonisme, konsumerisme. Sekarang ada orang kalau stres pergi ke mal-mal berbelanja
(shopping). Ada pengusaha kayu yang hampir cerai. Istrinya kalau stress karena
suami punya simpanan, pergi ke AS dan membeli jam seharga Rp 3 miliar untuk memuaskan
keinginannya. Ada juga seorang General Manager wanita yang diselingkuhi suaminya
yang punya anak 2 dengan selingkuhannya. Dia tidak bisa tidur, lalu pergi ke
psikiater dan makan obat baru bisa tidur. Setiap hari terjadi banyak hal yang
bisa menggeser fokus manusia dari Allah dengan barang-barang. Di mal-mal ada midnite sale 70-90% sehingga banyak
orang memborong barang bermerek. Ada juga yang ketika bekerja bukan untuk
kemuliaan Tuhan tapi hanya pentingkan gaji. Saya sering menasehati staf, “Kalau
mau melayani Tuhan dan bila tahu itu tempat dari Tuhan, kamu akan tetap setia
di sini, karena Tuhan akan penuhi semua kebutuhan”.
Kalahkan kedagingan ketika ada tawaran
dari dunia karena kuasa maut sudah hancur. Tapi orang Kristen sering kalah,
karena tidak hidup dalam kemenangan Firman Tuhan. Saat diadakan persekutuan guru-guru
di sekolah tempat saya mengajar, saya mengatakan,”Kita harus menggali sendiri pemaknaan
tentang Firman Tuhan”. Sejak hari itu para guru menggali Firman Tuhan sendiri. Mereka
pernah bertanya, “Kalau salah bagaimana?” Saya menjawab,”Sebagai orang Kristen
awam kalau salah menafsir, itu hal yang wajar. Tapi kalau lulusan sekolah teologi
masih salah , itu kurang ajar.” Karena hal ini berarti dia tidak menggali dan menghidupi
firman itu baik-baik. Karena setiap hamba Tuhan harus berkhotbahlah seperti
yang Tuhan ingin katakan. Saat hamba Tuhan akan naik ke atas mimbar untuk
menyampaikan firman Tuhan, ia harus melepaskan keinginan daging untuk mengatakan
keinginan sendiri (bukan kehendak Allah). Kalau jemaat “dihabisi”
(dipersalahkan) di atas mimbar, maka
dalam perkataannya tidak ada kuasa Roh Kudus.
Saat melayani keinginan daging, maka kuasa Roh Kudus tidak bisa masuk. Supaya
bisa menjadi umat pemenang, lawanlah hal-hal yang membuat kita menderita. Kalau
ada yang menderita, sakit dan bermasalah , ingatlah bahwa kita hidup antara Allah dan iblis. Ketika
masalah datang mau dibawa ke mana masalah ini? Mau mempertanyakan Tuhan, “Ya Tuhan
kau ada di mana? Mengapa Engkau diam Tuhan?” karena Allah tidak pernah
meninggalkan kita. Allah hanya sekali meninggalkan
Yesus ketika Ia menanggung dosa manusia di atas kayu salib karena Allah merasa jijik
melihat dosa kita. Tapi tidak pernah dalam sejarah dunia, Ia meninggalkan
umatnya. Hanya sekali saja Allah meninggalkan Yesus ketika Yesus berkata, "Eli, Eli, lama sabakhtani?"
Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” (Mat 27:46).
Masalah yang dibawa ke iblis mengakibatkan iman kita dihancurkan. Sebenarnya masalah
adalah ujian dari iman untuk bertumbuh agar serupa Kristus. Itulah pembentukan.
Kemenangan Yesus di atas salib harusnya membawa kita menang dari hari-ke hari.
Siapa yang tertekan ingatlah maut dan iblis telah dikalahkan, masa tidak bisa
diselesaikan. Oleh karena itu jangan menganggap kecil Firman Tuhan yang berkata,”Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman
sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari
tempat ini ke sana, — maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil
bagimu.” (Mat 17:20b) dan (1Kor 15:55)
Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?"
Namun hari ini, banyak yang tidak ingat dan bertekun lagi kepada Tuhan. Masalah
kita tidak lebih besar dari Kristus. Untuk menuntun hidup kita dari hari ke hari,
kemenangan sudah diberikan kepada kita. Sehingga ditegaskan, kita pasti masuk surga.
Agama yang lain hanya berkata “Mudah-mudahan, tetapi di dalam kekristenan ,
kamu pasti masuk surga.” Dalam menghidupi hari-hari, Yesus menjamin bahwa kita
dapat memperoleh kemenangan ketika kita tahu kememangan itu dari mana. Melewati
hidup yang pedih melampaui segala akal ada dalam diri kita. Sehingga dalam 1
Kor 15: 58, “berdirilah teguh” karena media dunia ini sedang menggeroti iman
kita. Karena media sedang membuat kita jauh dari Allah. Contoh lirik lagu bimbo
tentang Allah yang terdiri, “Jauh atau dekat nya tergantung kita”. Ada juga gambar
yang berisikan tulisan ,”Bila orang itu tidak mengutamakan dan mencintai kamu
mengapa kamu mengutamakan dan mencintai orang itu?” Kata-kata ini sesat. Karena
sumber keutamaan dan cinta kita adadah Allah yang tidak terkondisi dengan objek
yang dikasihi. Oleh karena itu “Berdirilah
teguh , jangan goyah”. Jadilah jemaat
aktif dalam melayani karena itu kemenangan kita. Semua orang sibuk, tetapi
apakah kita mau punya hati untuk mengalahkan keinginan daging? Apakah kita mau
punya hati untuk melayani Tuhan? Semua usahamu tidak ada yang sia-sia sampai
suatu kali ketemu muka dengan Tuhan dan Ia berkata, “Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau
telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab
dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu”
(Mat 25:21). Jangan setiap hari ,berdoa “Tuhan pakai saya". Karena sebagai alat,
kalau tidak dipakai dibuang. Tetapi berdoalah, “Tuhan pakai saya, buat saya
setia sampai akhir”. Yang utama adalah menjadi yang terakhir, supaya sampai
akhir kita jadi orang setia dan benar Kemenangan sudah dimulai
sejak sekitar 2.000 tahun yang lalu di atas kayu salib!
No comments:
Post a Comment