Kasih dari Kalvari
*)
Pdt. Hery Kwok
Fil 2:8
8 Dan dalam
keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati,
bahkan sampai mati di kayu salib.
Yoh 18:1-11
1 Setelah
Yesus mengatakan semuanya itu keluarlah Ia dari situ bersama-sama dengan
murid-murid-Nya dan mereka pergi ke seberang sungai Kidron. Di situ ada suatu
taman dan Ia masuk ke taman itu bersama-sama dengan murid-murid-Nya.
2 Yudas, yang
mengkhianati Yesus, tahu juga tempat itu, karena Yesus sering berkumpul di situ
dengan murid-murid-Nya.
3 Maka
datanglah Yudas juga ke situ dengan sepasukan prajurit dan penjaga-penjaga Bait
Allah yang disuruh oleh imam-imam kepala dan orang-orang Farisi lengkap dengan
lentera, suluh dan senjata.
4 Maka Yesus,
yang tahu semua yang akan menimpa diri-Nya, maju ke depan dan berkata kepada
mereka: "Siapakah yang kamu cari?"
5 Jawab mereka:
"Yesus dari Nazaret." Kata-Nya kepada mereka: "Akulah Dia."
Yudas yang mengkhianati Dia berdiri juga di situ bersama-sama mereka.
6 Ketika Ia
berkata kepada mereka: "Akulah Dia," mundurlah mereka dan jatuh ke
tanah.
7 Maka Ia
bertanya pula: "Siapakah yang kamu cari?" Kata mereka: "Yesus
dari Nazaret."
8 Jawab Yesus:
"Telah Kukatakan kepadamu, Akulah Dia. Jika Aku yang kamu cari, biarkanlah
mereka ini pergi."
9 Demikian
hendaknya supaya genaplah firman yang telah dikatakan-Nya: "Dari mereka
yang Engkau serahkan kepada-Ku, tidak seorangpun yang Kubiarkan binasa."
10 Lalu Simon
Petrus, yang membawa pedang, menghunus pedang itu, menetakkannya kepada hamba
Imam Besar dan memutuskan telinga kanannya. Nama hamba itu Malkhus.
11 Kata Yesus
kepada Petrus: "Sarungkan pedangmu itu; bukankah Aku harus minum cawan
yang diberikan Bapa kepada-Ku?"
Pendahuluan
Saya pernah
memberikan nasehat kepada sepupu saya dan ternyata nasehat itu salah. Saat itu,
sepupu saya sedang mengalami masalah karena pertunangannya putus dan
tunangannya pergi meninggalkan dia. Rasanya tidak masuk akal. Keduanya tidak
berasal dari keluarga yang berada, mereka berjuang dari bawah dan mereka sudah
mengetahui keberadaan masing-masing. Oleh sebab itu seharusnya mereka menjadi pasangan
yang luar biasa (ideal) karena lahir dari cinta. Putusnya pertunangan mereka tidak
bisa masuk dalam pikiran saya. Oleh sebab itu saya memberi nasehat, “Ambil lagi
apa yang sudah kamu berikan kepadanya seperti kalung emas. Karena keenakan. Sesudah mendapatkannya, sekarang putus dan ia pergi
meninggalkan kamu.” Hari itu saya emosi dan marah sehingga saya memberikan
nasehat yang tidak bagus. Tidak bagus karena sesungguhnya hati yang mengasihi
lahir dari ketulusan dan tidak pernah main hitung-hitungan. Waktu saya menyuruh
ambil, ibaratnya saya menempatkan cinta pada tempat pegadaiaan dan kemudian menyuruhnya
mengambil kembali. Seharusnya esensi (inti) dari kasih adalah hati yang tulus,
sunguh-sungguh rela, dan memberikan totalitas kepada orang yang dikasihi.
Kasih dari Kalvari
Pada minggu pertama
dan kedua tema khotbah di gereja adalah doktrin tentang karya Kristus. Pada minggu
pertama, temanya substitusi yang artinya
menggantikan. Maksudnya harusnya saya yang mati tapi Kristus yang mati
menggantikan saya. Harusnya saya yang tergantung di kayu salib tetapi Yesus
yang menggantikan posisi saya di sana. Pada minggu kedua, temanya tentang harga
yang telah lunas dibayar oleh Kristus atas dosa manusia. Perkara atau karya yang
Kristus lakukan dengan membayar lunas memberi petunjuk bahwa kita sekarang
sudah menjadi milik Allah. Kamis kemarin pada persekutuan doa tema-nya salib Kristus
adalah lambang pengampunan. Salib adalah tempat dimana orang terkutuk ada di
sana. Terkutuk adalah orang dilaknat dan layak menerima hukuman yang paling
berat. Dari khotbah yang membawa kita kepada doktrin tentang karya Allah yang
sedemikian hebat timbul pertanyaan apa yang menggerakkan sehingga karya itu
dilakukan Allah di dalam AnakNya? Pada Jumat Agung inilah kita menemukan
jawabannya. Seluruh karya Kristus digerakkan oleh kasih yang turun dari
Kalvari. Pada Filipi 2:8 Rasul Paulus mengatakan bahwa Ia telah merendahkan
diri dan taat sampai mati bahkan sampai mati di kayu salib. Di dalam esensi
kasih Rasul Paulus memberikan petunjuk yang jelas, Ia merendahkan diri dan taat
sampai mati. Di dalam kasih seperti itulah kristus melakukan karya Allah yang
telah digenapiNya di kayu salib. Di
dalam kasihnya di mana Ia merendahkan diri dan taat disitulah Ia menggantikan
saya. Di dalam kasihNya Ia membayar saya lunas di kayu salib, menjadi kutuk
dimana Ia dilaknati oleh Tuhan Allah.
Pada Yohanes 18 disampaikan
gambaran tentang kasihNya yang terefleksi dalam ketaatanNya sampai mati. Ada 2
hal yang ditunjukkan oleh Rasul Yohanes tentang bagaimana Kristus menunjukkan
kasihNya melalui ketaatan dan kerendahan diri.
1. Setelah Yesus mengatakan semuanya itu keluarlah ia
bersama murid-muridNya ke taman Getsemani (Yoh
18:1
Setelah Yesus mengatakan semuanya itu keluarlah Ia
dari situ bersama-sama dengan murid-murid-Nya dan mereka pergi ke seberang
sungai Kidron. Di situ ada suatu taman dan Ia masuk ke taman itu bersama-sama
dengan murid-murid-Nya). Arti dari
frase “setelah Yesus mengatakan semuanya itu” dengan membandingkan keempat
kitab Injil adalah setelah Ia mengajar murid-muridNya dan melakukan perjamuan
kudus yang terakhir. Di sana dijelaskan bahwa Anak Manusia harus disiksa dan
dibunuh oleh manusia yang jahat. Pengajaran ini diterapkan oleh Yesus saat Ia
masuk ke taman Getsemani. Di taman inilah , detik-detik yang menentukan untuk
Ia masuk ke jalan salib (via dolorosa).
Di dalam pasal 18 inilah saat yang genting karena Yesus harus melakukan
misi yang berat sekali sehingga Yesus mengatakan, “Kalau boleh cawan ini lalu
daripadaKu”. Perkataan ini menunjukkan betapa mengerikan dan dahsyatnya dosa
kita. Bagi Kristus perpisahan dengan bapaNya dimana ia mengambil cawan itu,
itulah dosa kita yang paling menjijikkan. Pada pasal 18, Rasul Yohanes mau
menggambarkan detik-detik menentukan
apakah Ia mau melakukan karya Allah atau tidak. Waktu kita mau melakukan dosa,
sesungguhnya detik di mana Ia mau melakukan atau tidak itulah momen yang sangat
mahal sekali. Seorang anak yang masih bersekolah menyontek atau tidak sampai
pada detik-detik di mana ia harus menentukan. Di dalam detik-detik itu berkecamuk
pikiran, apakah ia tidak akan menyontek karena taat kepada Yesus dan memuliakan
Tuhan namun nilainya jelek (mungkin ia sudah mendengar bahwa Tuhan Yesus telah
menebus dia), tapi gambaran mamanya yang galak dan akan memarahinya bila dapat
nilai jelek membuat ia berpikir untuk menyonteknya. Detik-detik seperti itulah
yang menentukan seseorang untuk melakukan sesuatu. Sebelum seorang pemuda Kristen dalam dosa
seks, ia tiba pada detik-detik yang genting untuk memutuskan apakah akan melakukannya
atau tidak. Sebagai orang Kristen, ia tahu bahwa itu bukan hidup yang diperkenan Tuhan tapi
begitu ia melihat perempuan yang sexy ia berpikir untuk melakukannya juga. Ada
satu buku yang coba menjelaskan bahwa detik itulah saya harusnya menentukan
untuk tidak melakukan tapi di situlah saya jatuh. Harusnya ia lari tapi
ternyata malah ia jatuh. Konselornya bertanya seharusnya kalau kamu lari
seperti Yusuf, kamu tidak akan masuk ke dosa perzinahan. Lalu ia bilang, justru
pada detik itulah saya memutuskan lari di tempat dan jatuh! Waktu Yesus
bergumul di taman Getsemani itulah Yesus bergumul sehingga peluhnya menetes
seperti darah. Di dalam detik-detik pergumulan di taman itulah Yesus menyatakan
kasihNya dalam ketaatan dan kerendahan hati. Kalau kita membaca Filipi 2 secara
keseluruhan, Rasul Paulus menyatakan Dia, Dia yang Allah maha kuasa,
merendahkan diri. Kita mengenal Allah kita Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus. Tiga
pribadi yang esa tidak mungkin terpisah satu dengan yang lain, sama-sama setara
dan sejajar, Dialah Allah! Tetapi Dia merendahkan diri dari KeallahanNya dan
mau taat atas apa yang BapakNya minta. Itu sebabnya Kalvari merupakan bentuk
dari kasih yang tercurah luar biasa. Waktu membaca Yoh 18:1 , kita harusnya
bersyukur, ia membuktikan kasihNya pada detik-detik ia mengambil keputusan. Memasuki
ibadah Jumat Agung kita diingatkan betapa luar biasanya kasih Allah ini.
Seluruh karyaNya yang disebut penggantian (substitusi) dan pelunasan digerakan
oleh Kasih Allah. Itu sebabnya di dalam kasihNya dalam detik-detik yang
menentukan Ia memutuskan mengambil cawan yang pahit.
2.
Kasih Allah yang
nyata di dalam ketaatan dan kerendahan hatiNya dalam ayat-ayat berikutnya. Ayat
kedua dikatakan Yudas, yang mengkhianati
Yesus, tahu juga tempat itu, karena Yesus sering berkumpul di situ dengan
murid-murid-Nya. Bagi yang belum pernah mengalami pengkhianatan, tidak bisa
memahani pengkhianatan yang sempurna, pengkhianatan yang paling menyakitkan
bagi orang yang dikhianati. Sesungguhnya yang terjadi adalah kebencian dari
yang awalnya cinta. Orang sering berkata bahwa antara benci dan cinta perbedaannya
tipis sekali dan yang membatasinya pengkhianatan. Waktu seorang terdorong
mencintai seseorang dan mendapati orang itu mengkhianatinya maka cintanya
berubah menjadi benci. Beberapa waktu lalu,
media menceritakan bagaimana seorang pejabat dituntut oleh wanita
selingkuhannya agar dinikahi. Karena didesak, pejabat itu kemudian membunuh
wanita tersebut. Kalau ia benar-benar cinta, mengapa malah membunuh? Unsurnya
ia takut didesak terus karena ia sudah mempunya istri yang sah! Yang paling
pedih dan menyakitkan, saat benci itu lahir dari pengkhianatan. Kalau kita dikhianati,
apa yang kita janjikan tidak mampu kita laksanakan. Bandingkan dengan ayat
kedua. Yudas adalah salah satu dari 12 murid Tuhan yang selama 3 tahun
bersama-sama tapi kemudian mengkhianatiNya! Mari coba bersama-sama menghayati Ia
melakukan tugas yang menyakitkan karena Ia mengalami peristiwa pengkhianatan. Rasul Yohanes menuliskan ayat ini, kasih
Calvary membuatNya tetap melakukan semua itu. Dia tidak berbelok dari tujuan
yang Allah minta karena di sanalah dinyatakan kasihNya melalui ketaatan sampai
mati. Dikatakan prajurit dan Simon Petrus menggunakan kekerasan (kekuatan). Pada
waktu Yesus berkata kepadanya (Petrus) : "Masukkan
pedang itu kembali ke dalam sarungnya, sebab barangsiapa menggunakan pedang,
akan binasa oleh pedang. Atau kausangka, bahwa Aku tidak dapat berseru kepada
Bapa-Ku, supaya Ia segera mengirim lebih dari dua belas pasukan malaikat
membantu Aku? (Mat 26:52-53). Dalam istilah ketentaraan Romawi, pasukan
atau Legiun atau Legion (seperti waktu Tuhan Yesus mengusir roh jahat di Gerasa)
artinya banyak. 1 pasukan bisa terdiri dari 4.000-6.000 prajurit. Sehingga 12
pasukan malaikat jumlahnya bisa mencapai 72.000 malaikat yang bisa menjagaNya
dari pasukan Romawi. Padahal seperti di Perjanjian Lama, waktu Sodom dan Gomora
ditunggangbalikan malaikat, hanya diutus 2 malaikat yang kemudian menarik Lot dan keluarganya supaya
keluar dari kota itu dan menghukum penduduk Sodom dan Goroma yang berdosa. Karena
malaikat diberikan Tuhan kuasa yang luar biasa. Kalau 12 pasukan malaikat
berarti betapa luar biasanya Yesus mempunyai kuasa atas mereka tapi tidak
dilakukanNya saat prajurit datang dan Simon membelaNya. Bahaya yang
menghinggapi orang berkuasa adalah kekuasaannya. Yang berbahaya dalam diri
orang kaya adalah kekayaannya. Karena
saat berkuasa dan punya uang, orang menganggap dirinya hebat dan bisa melakukan
apa saja. Itu sebabnya Nabi Yeremia berkata "Janganlah
orang bijaksana bermegah karena kebijaksanaannya, janganlah orang kuat bermegah
karena kekuatannya, janganlah orang kaya bermegah karena kekayaannya” (Yer
9:23). Karena saat itulah orang menunjukkan ego dan jati dirinya yang jahat
kepada orang lain. Yesus Kristus menunjukkan bahwa Dia orang yang mengasihi. Di
dalam kekuasaan dan kebesaranNya Ia tidak menggunakan itu semua. Bahkan dengan perkataanNya
saja yang membawa wibawa yang hebat sehingga saat mengatakan “Akulah Dia”
membuat pasukan yang akan menangkapNya jatuh (Yoh 18:6). Rasul Yohanes
menceritakan sesuatu yang hebat saat Yesus berkata dan sepasukan prajurit itu
jatuh. Prajurit Romawi bukanlah pasukan lemah, tapi sudah dilatih dan memiliki
tubuh yang kuat. Saat ia berkata “Akulah Dia” mundurlah mereka dan jatuh ke
tanah. Saya membayangkan dalam imaginasi saya, ini luar biasa. Kalau kita yang berteriak,
siapa yang akan jatuh? Tapi dikatakan di sini
perkataanNya pun punya wibawa yang luar biasa. Tapi semua tidak
dilakukanNya karena Dia mengasihi kita.
Dalam kasih yang tercurah di Kalvari, Dia belajar taat dan merendahkan
diri, supaya kita tidak binasa. Pertanyaannya kalau kasih sudah tercurah di Kalvari
apa respon kita terhadap kasih itu? Masihkah kitamenjalani hidup dengan sia-sia
tanpa tujuan? Tidak melihat betapa pentingnya mengenal Tuhan dalam hidup? Kalvari
yang mengerikan, namun justru di sanalah turun kasih yang agung dan mulia.
Ilustrasi film (https://www.youtube.com/watch?v=8H3wJFcukrY).
Ada seorang pria yang memiliki seorang putra yang sangat dicintainya. Ia bekerja
sebagai penjaga jembatan yang bisa dinaikturunkan untuk melayani jalur kereta
api yang melalui jembatan tersebut dan perahu yang melayari sungai di bawah
jembatan. Anaknya sangat suka mengamati-amati kereta api. Suatu kali
berangkatlah sebuah kereta yang akan melalui jembatan tersebut. Kereta tersebut
berisikan banyak penumpang dengan berbagai jenis manusia. Ada orang-orang yang sedang
mengalami kesepian, marah-marah, egois (tidak
mau bergaul dengan sesama), tersakiti bahkan pecandu narkoba! Beberapa saat sebelum kereta melewati
jembatan, sang pria mengangkat tuas sehingga jembatan terangkat karena ada
sebuah perahu yang ingin melewati sungai di bawah jembatan tersebut. Sementara
perahu melewati kolong jembatan, sang anak yang sedang mengamati kondisi di
luar ruang kontrol, tiba-tiba melihat asap kereta api yang bergerak cepat
menuju jembatan. Ia pun berteriak memberitahukan ayahnya bahwa ada kereta api
yang bergerak sangat cepat menuju jembatan. Sang pria pun melihat asap kereta
tersebut. Namun saat sang ayah mencari anaknya dari ruang kontrolnya, ia tidak
menemukan di tempat biasanya ia bermain (di pinggir sungai). Dari ruangnya
dengan panik ia melihat keluar mencari-cari di mana anaknya berada. Akhirnya ia
melihat anaknya sedang berusaha menurunkan tuas jembatan di luar karena sang
anak mengira ayahnya tidak melihat kereta yang akan lewat sehingga ia khawatir
ayahnya tidak akan punya waktu yang cukup untuk menurunkan jembatan itu kembali.
Sayangnya karena masih kecil, saat tangannya hendak menjangkau tuas tersebut,
sang anak terjatuh ke bawah jembatan. Sang pria terkejut melihatnya dan ia ingin
segera menyelamatkannya. Namun ia menyadari ada sebuah kereta yang sedang
bergerak cepat menuju jembatan. Saat itu ia mengalami dilema (konflik batin)
yang luar biasa) antara melakukan tugasnya untuk menurunkan tuas agar jembatan
kembali bisa dilalui kereta atau menyelamatkan sang anak. Karena bila tuas
jembatan diturunkan sementara tubuh sang anak ada di bawah jembatan, tubuh sang
anak akan tergencet jembatan. Ia sungguh gelisah. Ia pun memukul dinding ruang kontrolnya. Ia hanya memiliki sedikit
waktu untuk mengambil keputusan. Itulah detik-detik ia harus mengambil
keputusan. Dengan menahan kepedihan hatinya, akhirnya ia berketetapan hari menurunkan
tuas sehingga jembatan kembali turun dan kereta bisa melewati jembatan. Di sisi
lain, hal ini mengakibatkan tubuh anaknya terjepit jembatan dan kematian pun
menghampiri sang anak! Sebagian penumpang kereta saat itu sedang tertidur
nyenyak, sebagian lagi sedang bermain dengan gembira dengan teman-temannya, ada
juga seorang perempuan muda yang sedang membakar sendok untuk memanaskan
narkoba yang akan dipakainya sementara kereta melalui jembatan itu dengan aman.
Sang pria hanya bisa menangisi kematian sang anak. Pemakai narkoba yang melihat
keluar kereta api, menyaksikan seorang pria menangis pilu. Sang pria pun
melihat pemudi pemakai narkobanya sedang memandangnya. Kemudian pemudi ini
melihat sang pria mengangkat jasad sang anak. Hatinya tersentuh melihatnya.
Hatinya tergerak menyaksikan kesedihan sang pria yang sangat mengasihi anaknya.
Hatinya menyadari masih ada cinta di dunia ini. Di sisi lain, sang pria telah
memilih untuk menyelamatkan banyak orang dan mengorbankan anaknya sendiri yang
sangat dikasihi. Sang pria telah mengorbankan anaknya agar orang-orang di atas
kereta memiliki masa depan yang penuh harapan. Setelah lama berselang, di stasiun kereta sang
pria kembali berjumpa dengan pemudi tersebut. Pemudi itu sedang menggendong
anaknya yang masih kecil dengan ceria. Mereka saling memandang dan tersenyum. Rupanya
sang pemudi pemakai narkoba sudah mendapatkan kembali hidup normalnya dan
memiliki anak yang yang membuatnya bahagia. Melihat kegembiraan sang pemudi tersebut,
sang pria mengucap syukur. Tidak sia-sialah pengorbanannya. Yoh 3 : 16 Karena begitu besar kasih Allah
akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal (Tuhan
Yesus Kristus), supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa,
melainkan beroleh hidup yang kekal. Ilustrasi yang diambil dari film MOST
tersebut menggambarkan sebagian kecil kasih Allah yang telah mengorbankan
AnakNya yang tunggal untuk menyelamatkan dosa manusia.
*) Wycliffe: Luk 23:33 - Di tempat yang bernama
Tengkorak
Di tempat yang bernama Tengkorak (Kalvari). Lokasi
persisnya tempat ini tidak diketahui. Semua tanda sudah dimusnahkan bersama
dengan kota itu, sehingga pengindentifikasian menjadi mustahil. Tempat
pelaksanaan hukuman adalah di luar tembok kota, dekat jalan raya yang banyak
dilalui orang. Pendapat dewasa ini terpecah di antara yang beranggapan bahwa
tempat itu adalah di Gereja Makam Kudus, atau di Kalvari Gordon, di utara
Gerbang Damaskus. Kalvari (Latin) atau Golgota (Aram) berarti
"tengkorak." Bukit tersebut rupanya dinamakan demikian karena bentuk
tanahnya yang mirip sebuah tengkorak, atau mungkin karena tulang-tulang
berserakan di situ. Alternatif kedua berkemungkinan lebih kecil mengingat
keberatan orang Yahudi apabila mayat-mayat tidak dikubur.
No comments:
Post a Comment