Ev. Jimmy Lukas *)
Yoh 3:1-13
1 Adalah
seorang Farisi yang bernama Nikodemus, seorang pemimpin agama Yahudi.
2 Ia datang
pada waktu malam kepada Yesus dan berkata: "Rabi, kami tahu, bahwa Engkau
datang sebagai guru yang diutus Allah; sebab tidak ada seorangpun yang dapat
mengadakan tanda-tanda yang Engkau adakan itu, jika Allah tidak
menyertainya."
3 Yesus
menjawab, kata-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak
dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah."
4 Kata
Nikodemus kepada-Nya: "Bagaimanakah mungkin seorang dilahirkan, kalau ia
sudah tua? Dapatkah ia masuk kembali ke dalam rahim ibunya dan dilahirkan
lagi?"
5 Jawab Yesus:
"Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air
dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah.
6 Apa yang
dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah
roh.
7 Janganlah
engkau heran, karena Aku berkata kepadamu: Kamu harus dilahirkan kembali.
8 Angin bertiup
ke mana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari
mana ia datang atau ke mana ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang
yang lahir dari Roh."
9 Nikodemus
menjawab, katanya: "Bagaimanakah mungkin hal itu terjadi?"
10 Jawab Yesus:
"Engkau adalah pengajar Israel, dan engkau tidak mengerti hal-hal itu?
11 Aku berkata
kepadamu, sesungguhnya kami berkata-kata tentang apa yang kami ketahui dan kami
bersaksi tentang apa yang kami lihat, tetapi kamu tidak menerima kesaksian
kami.
12 Kamu tidak
percaya, waktu Aku berkata-kata dengan kamu tentang hal-hal duniawi, bagaimana
kamu akan percaya, kalau Aku berkata-kata dengan kamu tentang hal-hal sorgawi?
13 Tidak ada
seorangpun yang telah naik ke sorga, selain dari pada Dia yang telah turun dari
sorga, yaitu Anak Manusia.
Roma 10:17
Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus.
Yak 2:14-17
14 Apakah gunanya, saudara-saudaraku, jika seorang
mengatakan, bahwa ia mempunyai iman, padahal ia tidak mempunyai perbuatan?
Dapatkah iman itu menyelamatkan dia?
15 Jika seorang
saudara atau saudari tidak mempunyai pakaian dan kekurangan makanan sehari-hari,
16 dan seorang
dari antara kamu berkata: "Selamat jalan, kenakanlah kain panas dan
makanlah sampai kenyang!," tetapi ia tidak memberikan kepadanya apa yang
perlu bagi tubuhnya, apakah gunanya itu?
17 Demikian
juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu
pada hakekatnya adalah mati.
Pendahuluan
Iman adalah topik
yang menarik, mengandung kontroversi dan sering diperdebatkan dalam kehidupan
kekristenan. Tidak ada yang berdebat tentang “orang Kristen seharusnya adalah
orang yang beriman”. Namun bagaimana orang Kristen harus beriman dan bagaimana
menerapkan iman dalam kehidupan sehari-hari banyak diperdebatkan. Adik seorang
teman yang berada dalam kondisi pailit mengalami musibah karena anaknya sakit.
Ia kemudian membawa anaknya ke rumah sakit terbaik di kotanya. Anaknya dirawat
di sana sampai sembuh dengan biaya biaya Rp 10-15 juta. Karena ia tidak bisa membayar
tagihan rumah sakit, anaknya disandera rumah sakit sampai tagihan dilunasi. Ia
pun menelepon saudara-saudaranya meminta bantuan. Sewaktu ditanya, saat
memasukkan anaknya ke rumah sakit tersebut apakah ia tidak memikirkan biayanya?
Ia hanya menjawab bahwa ia melakukannya dengan iman. Apakah benar melakukan
sesuatu secara sembarangan dikatakan beriman? Melakukan sesuatu tanpa
perhitungan matang dikatakan beriman? Jadi apa beda antara iman dan nekat? Orang
yang beriman pecaya bahwa Tuhan akan menolongnya sedangkan, orang yang nekat
tidak memakai perhitungan (lakukan dulu)? Mama saya berkata bahwa saya merupakan
anaknya yang paling ‘ngotot’ dan kalau mengatakan sesuatu harus dilakukan. Ia pernah bertanya ,
“Kamu seorang hamba Tuhan mengapa tidak beriman?” Saya menjawab,” Ma, saya kan
rohaniwan masa tidak tahu beriman?” Ketika melakukan sesuatu, orang yang kelihatannya
berserah dan bersandar kepada Tuhan tanpa melakukan apa-apa dikatakan beriman sedangkan
orang yang ngotot kerja dibilang tidak beriman.
Iman Sejati dan Iman Palsu.
Terdapat beberapa karakterisitik
dari iman sejati, 3 di antaranya adalah :
1.
Iman sejati melahirkan kembali. Yoh 3:14-21 merupakan bagian Alkitab tentang apa
yang Tuhan Yesus lakukan untuk menyelamatkan manusia. Banyak orang (termasuk
kita) mengaku percaya kepada Yesus. Saya baru pulang dari melayani KKR para
siswa di Pontianak selama 4 hari 3 malam di Pontianak. Pada acara tersebut saya
sampaikan bahwa semua manusia telah berdosa, upah dosa adalah maut, tidak ada manusia
yang bisa menyelamatkan diri sendiri sehingga pasti manusia masuk ke neraka dan
satu-satunya solusi untuk mengatasinya adalah dengan percaya kepada Yesus
Kristus sebagai Juruselamat dan dilahirbarukan kembali. Para siswa yang datang
bukan saja dari Pontianak tapi juga berasal dari seputar Kalimantan Barat
dan mereka kebanyakan berasal dari “aliran
keras” di mana orang tuanya sulit untuk mengijinkan anak datang kepada Tuhan
Yesus dan mereka enggan menjadi Kristen. Namun mendengar berita Injil yang
disampaikan saat KKR, mereka maju ke depan altar dan langsung percaya. Namun
berdasarkan pengalaman perlu ditindaklanjuti apakah mereka benar-benar percaya
kepada Tuhan Yesus. Karena ada yang berkata, “Saya mau percaya agar bisa masuk sorga
bukan karena Yesus.” Sama seperti ada orang takut hukuman dosa tapi bukan dosanya.
Itu ketakutan atas hukuman, begitu mendapat keselamatan dari Yesus dan merasa
sudah bebas, jadi tidak takut lagi lalu besok kembali melakukan dosa. Tapi
kalau mengerti tentang dosa dan jahatnya dosa, dosa adalah dosa dan kita harus menyesali
serta tidak lagi melakukannya, walau hal ini sulit. Banyak yang percaya, iman
yang sejati adalah iman yang melahirkan kembali. Orang yang mengaku percaya kepada
Yesus sungguh-sungguh, pasti dilahirkan kembali. Berdasarkan Yohanes 3
dikatakan bahwa orang masuk ke sorga karena percaya Yesus, itu doktrin keliru.
Yang benar, orang masuk sorga karena dilahirkan kembali. Masalahnya bagaimana
bisa lahir kembali? Dengan percaya kepada Yesus dengan sungguh-sungguh, baru
dilahirkan kembali dan masuk ke dalam kerajaan surga. Iman sejati melahirkan
kembali. Tidak semua orang Kristen adalah saudara seiman, kalau ia sudah lahir
baru, baru saudara seiman. Kalau tidak lahir baru, ia hanya mengaku-ngaku saja.
Untuk mengetahui orang yang lahir baru ibarat angin yang tidak bisa dilihat
tapi bisa dirasakan. Ada sepasang suami istri datang mau cerai, namun sebelum
bercerai, mereka diminta untuk mengikuti konseling dengan saya. Sang suami
orangnya keras dan bersikeras mau cerai. Istrinya tidak mau cerai. Mereka berbeda
usia hampir 15 tahun. Sang suami jelek, miskin, tidak berpendidikan. Kebalikannya
dengan istri yang cantik, dari keluarga kaya dan berpendidikan tinggi. Anehnya yang
mau bercerai adalah suaminya karena merasa tidak bahagia. Padahal bahagia baru
terjadi, kalau keduanya mau memperjuangkan rumah tangga mereka walau pasti ada
gesekan. Tapi dengan komitemen pasti membaik. Sang suami tetap ingin bercerai,
karena dia merasa tidak bahagia. Yang penting dirinya bahagia walau itu berarti
membuat keluarganya tidak bahagia. Setelah beberapa bulan, istrinya menyerah
dan berkata, “Kalau suami mau cerai tidak apa-apa. Tetapi harta dan pabrik milik
saya karena atas nama saya” sehingga sang suami tidak dapat apa-apa! Menyadari
hal tersebut, sang suami tidak jadi minta cerai. Beberapa bulan kemudian, sang
istri menjadi percaya kepada Yesus dan mengubah keputusannya. Ia tidak mau bercerai
dan mau memperjuangkan pernikahannya. Setelah percaya, ia berubah. Usahanya
dijalankan dengan benar, ia lebih berbelas kasihan, dia mempertahankan suaminya
sebab Alkitab tidak memperkenankan perceraian. Begitu ketemu Yesus, perspektif
dan hidupnya berubah. Mereka menjadi pasangan
yang serasi. Suaminya juga berubah dan menjadi percaya. Di status BB suaminya tertulis
,”I love Jesus”. Namun setelah suaminya berhasil menguasai harta sang istri ,
ia kemudian kembali mau cerai. Keduanya percaya Yesus, namun berbeda imannya
(yang satu palsu yang lain sejati). Iman sejati menghasilkan kelahiran baru. Kalau
tidak lahir kembali, berarati tidak punya iman sejati dan tidak bisa masuk ke dalam kerajaan surga. Masuk
surga tidak gampang, beriman tidak gampang. Iman sejati melahirkan kembali. Setelah
10-20 tahun ke gereja dan kelihatannya dari
luar begitu saleh / baik, pertanyaannya apakah aku sudah dilahirkan kembali?
Kalau belum inilah saat dilahirkan kembali, serahkan hidup dan bersandar kepada
Yesus.
2.
Iman sejati lahir dari relasi. Banyak orang berpikir iman lahir dari pengetahuan
namun setuju dengan fakta Alkitab tidak berarti beriman. Banyak orang bingung, mengapa
setuju dengan kata Alkitab belum tentu beriman. Contoh : Pangeran Diponegoro (1785-1855)
pernah hidup di Indonesia. Namun apakah ada yang beriman kepada Pangeran Diponegoro?
Semua orang Kristen percaya Allah yang kita sembah adalah Jehova Rapha (Allah
yang menyembuhkan). Kalau kita sakit, apakah Allah mau menyembuhkannya sekarang?
Allah sanggup menyembuhkan, tapi berbeda dengan apakah Allah mau menyembuhkan. Pernyataan
yang kita pergumulkan adalah pernyataan yang kedua. Allah kita adalah Allah yang
menyembuhkan , memberkati, menjaga, melindungi tapi apakah Ia mau menyembuhkan,
memberkati, menjaga dan memberkatiku? Kenapa penyakit tidak sembuh-sembuh? Iman
sejati bukan iman yang diakselerasi dan berdasarkan keyakinan sugesti. Dalam
seminar motivasi dikatakan,”Kalau kamu percaya bahwa kamu bisa, maka kamu pasti
bisa!” Itu namanya disugesti. Seperti juga saat ada yang sakit dikatakan, “Allah
akan menyembuhkan penyakitmu. Amin?” Itu
sugesti. Itu bukan iman sejati. Sugesti memaksakan segala sesuatu. Ada yang mengklaim,
Yesus adalah Raja dan kita adalah anak Raja, lalu roh miskin ditengking. Itu
sugesti, bukan iman. Iman sejati lahir dari relasi. Roma 10:17 Jadi, iman timbul
dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus. Alkitab itu adalah
logos yang tertulis, tersistematis dengan baik. Logos adalah pengetahuan yang
dibukukan , disistematiskan dengan baik, sedangkan pendengaran pengertiannya
dari perkataan yang terucap. Contoh :
menerima surat cinta itu pribadi sifatnya, tapi hubungannya tidak langsung
(versi sekarang dengan menggunakan BlackBerry / BB). Sepasang suami istri makan
di restoran, keduanya menggunakan BB dalam berkomunikasi. Suami (ketik pesan di
BB) : Mau makan apa? lalu kirim pesannya (send). Dijawab istri lewat BB : Terserah
(send). Suami : Makan ayam? (send). Istri
: Boleh juga (Send). Suami : Baby kaylan? (Send). Di sini ada komunikasi tetapi
lewat media tulis-menulis (logos), berbeda dengan omong langsung (rhema).
Ketika ada hubungan pribadi, tingkat kepercayaan bertambah. Kalau seperti
contoh , maka antara suami-istri, lama kelamaan jarang bicara. Berbeda kalau saling mendengarkan dan bicara,
lama-lama ada kepercayaan. Saya mulai menjadi pengkhotbah keliling dari tahun 2008.
Sebelumnya saya pelayanan sebagai hamba Tuhan tetap di gereja. Saat itu jumlah jemaat
dan yang ikut PD bertambah, semuanya dihitung dengan angka. Lama-lama saya jadi
stress (depresi). Pernah sewaktu nonton TV, walau gonta-ganti saluran TV tapi
saya tidak menonton, sehingga istri saya menepuk saya dan bertanya, “Kamu
kenapa?”. Setelah diteliti ternyata saya stress dan tidak tidur selama 2 malam.
Saya berdoa. Dilihat dari sisi pendapatan, kondisi keuangan dan pelayanan tidak
ada masalah. Kemudian saya ikut seminar di Singapore dan Tuhan berbicara ke
saya sehingga saya tahu jawabannya yakni Tuhan mau saya jadi pengkhotbah
keliling. Hal itu berarti saya harus keluar
dari gereja, tidak punya gaji, fasilitas, tunjangan alias tidak punya apa-apa (totally
zero). Istri bertanya, “Kamu yakin itu maunya Tuhan?” Saya menjawab,”Yakin”. Istri
bertanya lagi, “Yakin dari Tuhan?” Kembali saya menjawab, “Yakin. Kalau tidak
yakin, kita tetap di gereja ini.” Istri saya berkata, “Kalau dari Tuhan, kalau
kamu lapar saya juga lapar, kemana kamu pergi saya juga pergi”. Sehingga kita memutuskan
keluar dari pelayanan di suatu gereja secara tetap. Hubungan yang membuat istri
berkata, “Saya ikut kamu kemana pun”. Karena sudah sering bersama, berdialog,
berdiskusi, sehingga ia percaya kepada suami. Tetapi sekalipun suami berkecukupan,
tapi kalau komunikasi dan relasi tidak ada, maka istri tidak bisa percaya dan
kalau pulang malam, ia akan bertanya-tanya. Iman sejati dihasilkan dari relasi,
ketika percaya maka akan mendengar suara Allah dan berpegang pada Allah. Saat
ada yang sakit datang minta saya doakan , ada beberapa yang sembuh dan ada juga
yang meninggal. Kalau waktu berdoa, saya
merasa “kosong” maka saya berdoa, “Berilah yang terbaik sesuai dengan kehendak
Tuhan” dan ternyata orangnya meninggal. Tapi kalau yakin sembuh saya berdoa, “Tuhan,
Engkau Jehova Jireh, di dalam nama Yesus sembuh.” Hal ini tidak mudah. Setiap
hari saya menjalin hubungan dengan Allah, membaca Alkitab dan berdoa. Malamnya saya
mengajak anak-istri berdoa. Pk 3 pagi bangun berdoa. Sehingga dalam menghadapi kasus
kehidupan, kita bertanya, “Apa itu yang Tuhan mau?” Kita imani apa yang Tuhan
beri, bukan apa yang kita minta yang kita imani. Dengan membangun relasi dengan
Allah, iman sejati muncul dan selanjutnya mempercayai apa yang Tuhan mau.
3.
Iman sejati menghasilkan aksi. Yak 2:14-17.
Banyak orang yang setelah percaya lalu diam (tidak melakukan perbuatan
apa pun). Yakobus berkata "Tunjukkanlah
kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku
dari perbuatan-perbuatanku." (Yak 2:18b). Iman sejati menghasilkan
perbuatan (melahirkan aksi). Kalau percaya, kita akan bertindak. Iman tidak
mungkin mendorong seseorang untuk tidak bertindak. Ada konselor yang berkata,”Apa
yang dipikirkan orang berdampak besar pada apa yang akan dilakukan”. Ada
seorang guru yang melakukan penelitian terhadap siswi yang cantik. Ia berdiri di
depan sekolah dan setiap kali bertemu dengan siswi tersebut, ia berkata bahwa
sang siswi jelek. Reaksi sang siswi pada awalnya tidak percaya dan hanya
berkomentar ,”Ah Bapak”. Tiap hari saat ketemu sang siswi, sang guru berkata
hal yang sama. Pada hari pertama dan kedua, sang siswi masih berpenampilan rapi.
Pada hari yang ketiga mulai kusut. Hari keempat penampilannya berantakan. Hari
kelima, mukanya acak-acakan. Begitu ketemu lagi sang guru pada hari keenam,
sang siswi berkata,”Saya tahu saya jelek.” Apa yang diyakini orang, melahirkan
aksi. Ada sebuah gereja di Tebing Tinggi yang mau memugar dan memperbesar
gerejanya. Duit yang ada berupa dana abadi sebesar Rp 100 juta, sedangkan dana
yang diperlukan sebesar Rp 5 miliar! Majelis gereja itu bertanya, “Apakah
pendeta yakin?”. Sang pendeta berkata,”Iya. Ini kehendak Tuhan!” Karena ini
kehendak Allah, pasti Tuhan akan sediakan. Tapi walaupun majelis sudah percaya
bahwa hal itu adalah kehendak Tuhan, tidak ada yang mau bergerak. Kemudian sang
pendeta mulai bernisiatif. Ia membawa paduan suara ke gereja-gereja lain
tempatnya diundang khotbah dan mencari dana. Jemaat bersikap skeptis. Tapi sang
pendeta terus berindak walau majelisnya berkata, paling hanya dapat Rp 1 juta .
Waktu dibuka ternyata mendapat dana sebesar Rp 10 juta. Majelisnya kaget. Lalu di
kemudian hari ada juga yang memberi Rp 250 juta! Jadi apakah majelisnya punya
iman? Tidak punya karena tidak punya aksi.
Iman menghasilkan aksi. Kalau percaya
mau diberkati, bekerja keraslah, berhemat dan lakukan yang perlu. Kalau ingin Allah
menyembuhkan, jangan diam-diam saja tapi carilah dokter (dan pengobatan). Ada
yang beriman bahwa Tuhan akan sembuhkan penyakitnya dan tidak mencari dokter
sehingga akhirnya meninggal. Ada yang berdoa minta Tuhan berkati ladangnya
karena tidak ada hujan. Selain itu ia
harus mencoba misalnya dengan mengambil air dari sungai dan buka sungai. Jangan
atas nama iman tidak melakukan apa-apa. Buat yang tidak mau beraksi , orang itu
tidak akan melihat pertolongan Allah.
Ada
seorang laki - laki yang tinggal di dekat sebuah sungai. Bulan - bulan musim
penghujan sudah dimulai. Hampir tidak ada hari tanpa hujan baik hujan
rintik-rintik maupun hujan lebat. Pada suatu hari terjadi bencana di daerah
tersebut. Karena hujan turun deras agak berkepanjangan, permukaan sungai
semakin lama semakin naik, dan akhirnya terjadilah banjir. Saat itu banjir
sudah sampai ketinggian lutut orang dewasa. Daerah tersebut pelan-pelan mulai
terisolir. Orang - orang sudah banyak yang mulai mengungsi dari daerah
tersebut, takut kalau permukaan air semakin tinggi. Lain dengan orang-orang
yang sudah mulai ribut mengungsi, lelaki tersebut tampak tenang tinggal
dirumah. Akhirnya datanglah truk penyelamat berhenti di depan rumah lelaki
tersebut. “Pak, cepat masuk ikut truk ini, nggak lama lagi banjir semakin
tinggi”, teriak salah satu regu penolong ke lelaki tersebut. Sang lelaki
menjawab: “Tidak, terima kasih, anda terus saja menolong yang lain. Saya pasti
akan diselamatkan Tuhan. Saya ini kan sangat rajin berdoa.” Setelah beberapa
kali membujuk tidak bisa, akhirnya truk tersebut melanjutkan perjalanan untuk
menolong yang lain. Permukaan air semakin tinggi. Ketinggian mulai mencapai 1,5
meter. Lelaki tersebut masih di rumah, duduk di atas almari. Datanglah regu
penolong dengan membawa perahu karet dan berhenti di depan rumah lelaki
tersebut. “Pak, cepat kesini, naik perahu ini. Keadan semakin tidak terkendali.
Kemungkinan air akan semakin meninggi. Lagi-lagi laki-laki tersebut berkata: ”
Terima kasih, tidak usah menolong saya, saya orang yang beriman, saya yakin
Tuhan akan selamatkan saya dari keadaan ini. Perahu dan regu penolong pun pergi
tanpa dapat membawa lelaki tersebut. Perkiraan banjir semakin besar ternyata
menjadi kenyatan. Ketinggian air sudah sedemikian tinggi sehingga air sudah
hampir menenggelamkan rumah-rumah disitu. Lelaki itu nampak di atas wuwungan
rumahnya sambil terus berdoa. Datanglah sebuah helikopter dan regu penolong.
Regu penolong melihat ada seorang laki-laki duduk di wuwungan rumahnya. Mereka
melempar tangga tali dari pesawat. Dari atas terdengar suara dari megaphone: ”
Pak, cepat pegang tali itu dan naiklah kesini. “, tetapi lagi-lagi laki-laki
tersebut menjawab dengan berteriak:”Terima kasih, tapi anda tidak usah menolong
saya. Saya orang yang beriman dan rajin berdoa. Tuhan pasti akan menyelamatkan
saya. Ketinggian banjir semakin lama semakin naik, dan akhirnya seluruh rumah
di daerah tersebut sudah terendam seluruhnya. Lelaki tersebut akhirnya mati
tenggelam. Di akhirat dia dihadapkan pada Tuhan. Lelaki ini kemudian mulai
berbicara bernada protes:”Ya Tuhan, aku selalu berdoa padamu, selalu ingat
padamu, tapi kenapa aku tidak engkau selamatkan dari banjir itu?” Tuhan
menjawab dengan singkat: “Aku selalu mendengar doa-doamu, untuk itulah aku
telah mengirimkan truk, kemudian perahu dan terakhir pesawat helikopter. Tetapi
kenapa kamu tidak ikut salah satupun?”
Sebuah
cerita menarik. Demikian juga dalam kehidupan kita, kita bekerja dan selalu
melakukan doa kepada Tuhan. Dan Tuhan sudah sering mengirimkan “truk”,
“perahu”, dan “pesawat” kepada kita, tapi kita tidak menyadarinya. Jangan
berlindung di belakang kata “iman” untuk menutup kemalasan dan ketidak
percayaan. Kalau beriman do something
(lakukan sesuatu). Dulu saya pernah jadi
kernet (pembantu supir angkutan umum), pemulung, tinggal di bilik kecil tanpa
jamban. Setelah percaya Yesus, Dia menghendaki yang terbaik untuk anakNya dan kalau
mencintai Yesus, saya akan memberi yang terbaik buat Yesus. Setiap aksi yang
dilakukan menunjukkan kesungguhan. Saya bukan orang baru di gereja Injli dan
telah berkhotbah di Australia, Singapore, Malaysia dan seluruh Indonesia dengan
menggunakan bahasa Indonesia dan Inggris. Saya sudah berkhobah 20 tahun dan
sekarang tidak jalan kaki. Saya tidak kaya dan sekarang tinggal di Kelapa Gading.
Tapi bukan berarti kalau kurang dari itu artinya kurang beriman. Kalau beriman,
maka berikan (bukan terima) yang terbaik. Jangan ongkang-ongkang kaki saja.
Iman bukan masalah apa yang kita percaya tentang Allah yang ada bersama kita (bukan
fakta saja), tapi juga melakukan perbuatan dengan pantas. Suatu kali ada
kebakaran yang besar, asapnya banyak sekali, tebal dan gelap. Di dalam rumah
yang terbakar ada seorang anak kecil yang tertinggal dan ia lalu berteriak, “Papa
tolong, pa!”. Sang Papa bilang, “Nak lompat!” Anaknya berkata, “Pa, saya tidak
lihat bisa lihat apa-apa. Asapnya tebal.” Papanya menjawab, “Tidak apa-apa. Saya
bisa melihat kamu. Lompat!” Akhirnya sang anak melompat dan selamat. Dalam
kehidupan, terdapat begitu banyak asap yang menghalangi pandangan kita. Tapi
jangan berhenti beriman! Ada Allah yang “menangkap” kita. Itu iman!
*) Tinggal di Kelapa
Gading. Sudah berkeluarga dengan 2 anak (anak pertama perempuan berusia 5 tahun
dan anak kedua pria berusia 1 tahun). Tidak melayani secara tetap di suatu
gereja melainkan tiap hari keliling
gereja. Tiap hari bekerja di Horeb Coaching Centre dan Corpus Magnus Training
Centre (yang melayani gereja dan sekolah dengan mengadopsi
prinsip/ide/kepimimpinan/manajemen/bisnis dari luar negeri.