Pdt. Hery Kwok
Hosea 1:1-9
1 Firman TUHAN
yang datang kepada Hosea bin Beeri pada zaman Uzia, Yotam, Ahas dan Hizkia,
raja-raja Yehuda, dan pada zaman Yerobeam bin Yoas, raja Israel.
2 Ketika TUHAN mulai berbicara dengan perantaraan
Hosea, berfirmanlah Ia kepada Hosea: "Pergilah, kawinilah seorang
perempuan sundal dan peranakkanlah anak-anak sundal, karena negeri ini
bersundal hebat dengan membelakangi TUHAN."
3 Maka pergilah
ia dan mengawini Gomer binti Diblaim, lalu mengandunglah perempuan itu dan
melahirkan baginya seorang anak laki-laki.
4 Kemudian
berfirmanlah TUHAN kepada Hosea: "Berilah nama Yizreel kepada anak itu,
sebab sedikit waktu lagi maka Aku akan menghukum keluarga Yehu karena hutang
darah Yizreel dan Aku akan mengakhiri pemerintahan kaum Israel.
5 Maka pada
waktu itu Aku akan mematahkan busur panah Israel di lembah Yizreel."
6 Lalu
perempuan itu mengandung lagi dan melahirkan seorang anak perempuan.
Berfirmanlah TUHAN kepada Hosea: "Berilah nama Lo-Ruhama kepada anak itu,
sebab Aku tidak akan menyayangi lagi kaum Israel, dan sama sekali tidak akan
mengampuni mereka.
7 Tetapi Aku
akan menyayangi kaum Yehuda dan menyelamatkan mereka demi TUHAN, Allah mereka.
Aku akan menyelamatkan mereka bukan dengan panah atau pedang, dengan alat
perang atau dengan kuda dan orang-orang berkuda."
8 Sesudah
menyapih Lo-Ruhama, mengandunglah perempuan itu lagi dan melahirkan seorang
anak laki-laki.
9 Lalu
berfirmanlah Ia: "Berilah nama Lo-Ami kepada anak itu, sebab kamu ini
bukanlah umat-Ku dan Aku ini bukanlah Allahmu."
Pendahuluan
Sewaktu
menempuh pendidikan teologia di salah satu sekolah Alkitab di Batu Malang, ada pengalaman
yang cukup menarik yang saya alami. Semua mahasiswa yang bersekolah di sana dibentuk
Tuhan melalui proses yang luar biasa. Selain mendapat pendidikan tentang firman
Allah dari para dosen , kami juga memiliki pengalaman dalam berinteraksi antar sesama
mahasiswa di asrama. Namun sekolah Alkitab bukanlah sorga di mana sudah tidak
ada perselisihan atau pertengkaran. Di sekolah, terkadang timbul perselisihan
karena adanya kesalahpahaman dan terkadang muncul percekcokan karena setiap
mahasiswa punya karakter yang berbeda-beda. Perselisihan seperti ini mewarnai
kehidupan kami. Suatu kali salah seorang rekan seangkatan saya ribut dengan seorang
adik tingkat. Saya tidak tahu kejadian awal yang menjadi penyebabnya karena saat
itu mereka sudah berselisih paham dengan kata-kata yang cukup keras. Umumnya perselisihan
timbul terkait dengan tugas membersihkan asrama. Biasanya para mahasiswa dibagi
kelompok untuk bekerja membersihkan jendela, lantai dan WC. Kemungkinan ada mahasiswa
yang malas sehingga akhirnya ditegur. Terkadang ada yang mendapat pembagian
kerja yang tidak enak seperti membersihkan WC yang baru dipakai oleh pengunjung
yang baru selesai beribadah. Karena selain pengguna yang bersih ada juga pengguna
WC yang jorok. Kemungkinan adik tingkat tersebut tidak mau membersihkan WC dengan
baik (hanya disiram saja) sehingga waktu
dicek masih kotor karena ada kotoran yang tertinggal. Saat ribut mereka
masing-masing saling bersitegang. Rekan satu angkatan saya itu berasal dari Indonesia
bagian Timur yang sangat emosional sehingga saat marah dia menampar adik
tingkat nya. Lalu adik tingkat itu berkata, “Dalam nama Yesus, tampar sekali
lagi!”. Ditantang begitu, rekan saya menampar lagi sehingga kedua pipi adik
tingkat tersebut telah ditamparnya. Akhirnya keduanya diskors. Karena rekan
saya yang memukul, maka dia mendapat hukuman yang lebih berat. Dia tidak boleh mengambil
kuliah selama 1 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa tidak mudah melaksanakan
firman dan perintah Tuhan.
Tafsiran atas Perintah Allah kepada Nabi Hosea untuk
Menikahi Gomer
Memahami
firman Tuhan merupakan sesuatu yang penting dalam hidup agar kita tidak salah dalam mengartikan dan
melaksanakannya. Jadi dasar yang pertama adalah mengerti (memahami) lalu melakukan kebenaran
firman Tuhan itu. Namun firman TUhan yang seringkali kita baca, seringkali tidak
mudah dilakukan. Timbul kesulitan karena dunia seakan-akan tidak menerima apa yang
diajarkan oleh firman Tuhan. Selama bulan Februari kita akan belajar dari kitab
Hosea. Hari ini fokusnya adalah perintah Allah kepada nabi Hosea untuk menikahi
perempuan sundal (Gomer). Perintah yang disampaikan ke Hosea ini banyak menimbulkan kesulitan bagi orang yang
mempelajarinya. Dengan tema “Perintah Allah itu Ajaib” menimbulkan pertanyaan “Apa
yang ajaib dari perintah Allah kepada nabi Hosea untuk menikahi Gomer? Banyak
penafsir mengatakan sulit menerima bahwa Allah memerintahkan seorang nabiNya
untuk menikahi seorang pelacur. Sehingga
terdapat 4 (empat) kelompok penafsir yang memberikan gambaran tentang perintah ini.
1.
Pernikahan yang diceritakan di kitab Hosea adalah
pernikahan yang tidak benar-benar terjadi melainkan sebagai simbol atau penglihatan yang menggambarkan hubungan antara
Allah dengan manusia yang berdosa, khususnya hubungan antara kasih Allah yang
sedemikian besar dengan umat Israel yang tidak setia. Kelompok ini mengasumsikan
bahwa , tidak mungkin Allah menyuruh seorang nabi untuk menikahi seorang
pelacur. Oleh karena menurut penafisr, pada Imamat 21:7 Tuhan berfirman
kepada Musa, “Janganlah mereka mengambil seorang perempuan sundal atau perempuan yang
sudah dirusak kesuciannya atau seorang perempuan yang telah diceraikan oleh
suaminya, karena imam itu kudus bagi Allahnya. Allah saja melarang seorang imam
untuk menikah dengan seorang pelacur
dan Imamat 21:14 Seorang janda atau
perempuan yang telah diceraikan atau yang dirusak kesuciannya atau perempuan
sundal, janganlah diambil, melainkan harus seorang perawan dari antara
orang-orang sebangsanya. Sehingga otomatis, nabi Tuhan juga tidak boleh menikah
dengan seorang pelacur. Kalau memang benar Hosea menikahi Gomer, maka
pelayanannya akan menemuni kesulitan, karena Hosea tidak menjadi berkat dalam
pelayanannya. Secara rasio pemikiran, argumentasi ini masuk akal. Ada cerita tentang seorang
anak yang diputus hubungan dari ikatan keluarganya. Ayahnya mengatakan, “Apakah
di dunia ini tidak ada gadis sehingga ia kawin dengan janda?” Papanya
menganggap anaknya buta dan tidak bisa memilih perempuan. Apalagi ia seorang
yang kaya. Lingkungannya akan sulit menerima anaknya menikah dengan janda
tersebut. Dalam masyarakat ada kesan negatif tentang status janda, walau belum
tentu status tersebut tidak baik tetapi begitulah anggapan masyarakat, apalagi
kalau ada seorang nabi yang menikah dengan seorang pelacur. Dulu saya melayani
gereja di Petamburan yang lokasinya dekat dengan Tanah Abang. Daerah Tanah
Abang ini yang kemudian dibersihkan oleh gubernur DKI Jokowo dan wakilnya A Hok dari para pedagang. Namun mereka keberatan direlokasi ke daerah tersebut,
karena di daerah itu sering terjadi transaksi seks, sehingga dikenal dengan
nama Bongkaran. Suatu kali saya ditelpon seorang jemaat yang bertanya, “Pak
Pendeta kemarin malam-malam ngapain ke daerah Bongkaran?” Saya coba
mengingat-ingat kembali. Rupanya malam sebelumnya sekitar pk 21 saya melewati
daerah itu, karena ada seorang jemaat yang anaknya kerasukan dan minta
didoakan. Jadi saya bersama rekan-rekan hamba Tuhan pergi ke sana, karena
daerahnya sulit dicapai, lalu kami naik mikrolet, dan melewati daerah bongkaran itu sehingga jemaat itu bertanya
untuk apa ke sana malam-malam.
2.
Pernikahan benar-benar terjadi tetapi Gomer bukanlah seorang pelacur. Dia berdosa karena melakukan penyembahan berhala
sama seperti bangsa Israel. Penafsir
dari kelompok ini merasa sulit secara moral untuk menerima seorang nabi menikahi
seorang pelacur.
3.
Perkwainan benar terjadi. Gomer awalnya bukanlah
seorang perempuan pelacur tetapi setelah menikah dengan nabi Hosea, ia menjadi pelacur. Hal ini
disebabkan di dalam diri perempuan itu ada kecenderungan moral untuk berzina
dengan pria lain. Hal ini seperti kisah Yusuf yang digoda oleh istri Potifar
yang senang “daun muda” (Kej 39:12).
4.
Pernikahan nabi Hosea benar-benar terjadi dan istrinya
(Gomer) benar-benar seorang pelacur. Kelompok ini mengatakan firman Allah ditulis
secara jelas dan harus ditafsirkan secara jelas. Perkawinan Hosea benar-benar
dengan seorang pelacur. Apa yang dipikirkan penafsir bahwa akan ada kesulitan
secara moral tidak terjadi. Menurut penafsir kelompok ini, larangan untuk
menikah dengan perempuan pelacur hanya dikhususkan untuk imam. Secara hukum harus diketahui apakah hukum itu
bersifat mutlak atau tidak. Pertama, larangan itu bersifat umum atau mutlak.
Hukum yang absolute itu harus melihat konteks (situasinya). Larangan berzina itu
sifatnya umum yaitu siapapun tidak boleh berzina dan sifatnya absolute (mutlak)
yakni siapa yang melakukan perzinaan itu salah. Konteksnya orang Yahudi harus hidup
secara kudus sehingga orang yang berzina harus dirajam hingga mati. Namun larangan
untuk menikahi pelacur bukan bersifat umum melainkan hanya berlaku untuk seorang imam (tidak
berlaku untuk semua pria). Karena kalau berlaku berarti semua laki-laki tidak
boleh menikahi seorang pelacur. Kenyataannya, nabi Hosea menikah dengan seorang
pelacur. Jadi menurut kelompok ini, hanya pria berjabatan imam saja yang Allah larang
karena seorang imam harus menjaga dirinya dengan kekudusan. Bukan berarti
karena statusnya sebagai nabi, Hosea menikahi pelacur ,tapi ini untuk konteks
orang Israel. Keadaan orang Israel saat itu tidak normal (wajar) pada zaman
itu. Bahkan nabi Amos pernah menulis, seorang bapak dan seorang anak pergi ke
tempat pelacuran (Amos 2:7b anak dan ayah pergi menjamah seorang perempuan
muda, sehingga melanggar kekudusan nama-Ku). Biisa dibayangkan bapak
mengajak anaknya ke tempat pelacuran, dan itulah zaman yang tidak normal. Itu
sebabnya penafsir keempat mengatakan karena kondisi yang krisis, maka Allah
memberi contoh yang ekstrim juga. Dan ini membuktikan , Allah ingin menyadarkan
Israel bahwa dosamu sudah sedemikian mengerikan.
Saya
setuju dengan pandangan kelompok yang keempat. Pada situasi tertentu Allah
menegur dengan cara yang tidak umum. Beberapa bagian dalam kitab suci juga
menjelaskan contoh-contoh yang ekstrim. Contoh : nabi Yesaya disuruh berjalan
dengan tidak berkasut dan berjalan selama 3 tahun (Yesaya 20:3 Berfirmanlah TUHAN: "Seperti hamba-Ku
Yesaya berjalan telanjang dan tidak berkasut tiga tahun lamanya sebagai tanda
dan alamat terhadap Mesir dan terhadap Etiopia). Bila saya hanya memakai
kaos singlet dan celana dalam saja, maka jemaat akan marah, walau tujuannya untuk
membersihkan selokan. Hal ini disebabkan jemaat akan merasa risih. Pada tahun
2007 saya pernah menolong jemaat di Ciledug yang menjadi korban dari banjir 5
tahunan. Saat itu saya menolong bersama semu dan para jemaat. Namun kemudian saya
berpisah dengan se mu yang membawa pakaian saya, sehingga saya hanya memakai
celana renang. Waktu menolong jemaat itu, saya hampir mati karena orang itu
tiba-tiba memeluk sehingga saya sulit bernapas. Lalu saya harus berjalan dengan berpakaian
seperti itu. Karena ponsel saya dibawa se mu, maka saya pergi ke toko untuk meminjam
telepon. Pemilik toko melihat saya dari atas ke bawah 3 kali dan mungkin pikirannya
berkata, “kok muda-muda stress?” Saya
saat itu malu sekali karena dilihatin orang-orang. Saya merasa terpojok.
Bayangkan nabi Yesaya berjalan tanpa kasut dengan telanjang selama 3 tahun!. Ia
melakukan itu karena orang Israel masih menaruh harapan akan pertolongan bangsa
Mesir dan Allah berkata, “Aku akan membawa Mesir dengan telanjang” artinya akan
mempermalukan orang yang akan menolong bangsa Israel. Contoh lain : Yehezkiel
membakar makanan di atas kotoran yang sebenarnya sangat menjijikkan (Yeh 4:12 Makanlah
roti itu seperti roti jelai yang bundar dan engkau harus membakarnya di atas
kotoran manusia yang sudah kering di hadapan mereka."). Yehezkiel melakukan apa yang diminta Tuhan
walau secara umum tidak lazim. Tetapi selanjutnya TUHAN berfirman: "Aku akan membuang orang Israel ke tengah-tengah
bangsa-bangsa dan demikianlah mereka akan memakan rotinya najis di sana."
(Yeh 4:13).
Belajar dari Hosea
Saat
melakukan perintah Allah yang sulit, Hosea meyakini bahwa firman Allah tidak
salah dan ajaib. Ada 2 hal yang bisa dipelajari dari Hosea :
1.
Hosea taat meskipun perintahNya sulit dalam
pandangannya. Firman Allah tidak
pernah meminta ijin manusia untuk
mengontrol dan menerimanya atau apakah ia pantas untuk dilakukan. Firman
Tuhan tidak pernah “memikirkan” manusia akan perintahNya. Yang dibutuhkan
hanyalah ketaatan yang Hosea berikan. Kejatuhan manusia, adalah kejatuhan di
mana manusia tidak taat kepada firman Allah sehingga kemudian manusia terus
tidak taat kepada Allah. Sehingga keselamatan hanya bisa terjadi karena orang
yang taat kepada Allah dan menggantikan manusia. Dialah Yesus Kristus yang taat
dan menggantikan manusia. Waktu Firman Tuhan mengajarkan untuk hidup dengan
jujur, bisakah kita jujur dalam perkataan dan tindakan kita? Saya sering
menemukan dalam lapangan, jemaat Kristen mengatakan bahwa ada 2 jenis
kebohongan yakni bohong putih dan bohong hitam. Kalau bohong putih, kita boleh
bohong dengan tujuan untuk yang baik dan benar. Kalau bohong hitam adalah
bohong untuk tujuan kejahatan sehingga kalau orang Kristen tersudut boleh
bohong sedikit. Hati-hati dengan mulut kita, karena hal ini yang paling gampang
dilakukan manusia. Bisakah kita berlaku jujur, mengatakan “ya” di atas “ya”, “tidak”
di atas “tidak” seperti yang diajarkan firman Tuhan? Waktu banjir kemarin, ada
yang bertanya, “Mushi kalau banjir boleh tidak menginap di gereja?” Saya
bilang, “Boleh”. Gereja pasti menolong dalam kondisi darurat. Kalau tidak
darurat “tidak bisa” karena kalau semuanya tidur di gereja, maka gereja tidak
bisa menampungnya. “Oh gitu ya?” dia menyambung, saya dengar gereja sekarang tidak
boleh menolong seperti itu”. Waktu mendengarnya, hati saya sedih karena
perkataan yang tidak benar sudah merajalela! Belajar taat dari mulut, mata,
pendengaran dan perbuatan kita.
2.
Hosea adalah orang yang beriman melakukan firmanNya. Iman adalah
dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang
tidak kita lihat (Ibarni 11:1). Iman adalah mempercayakan sesuatu yang
Allah perintahkan dan perintah Allah itu baik. Waktu firman Allah bersabda,
maka lakukanlah karena itu baik dalam kacamata orang yang percaya kepada Allah.
Allah tidak pernah menjerumuskan manusia ke dalam hal yang tidak baik. Dalam
kitab Hosea, baik keluarga dan bangsa Isareal berakhir bahagia (happy ending). Mereka bertobat dan
kembali lagi kepada Allah. Iman kepada firman Allah merupakan sesuatu yang
penting yang berada dalam diri kita. Iman kita kepada pemeliharaan Allah
menjadi dasar di mana kita berani menghadapi hidup ini. Sesulit apapun
kondisinya, firman Allah berkata, “Jangan pernah berpikir rancangan Allah tidak
baik”. Saya dapat sebuah nasehat sahabat saya, “Mushi kalau dalam pelayanan
berbeda pendapat, itu hal yang wajar. Jangan takut, kalau mushi tidak hidup
dalam dosa. Kalau hidup dalam dosa, kita harus takut dan tidak boleh melakukannya.
Kalau perbedaan pendapat dalam koridor yang baik, orang akan mengerti”. Waktu
nasehat itu diberikan saya tercengang, karena terkadang saya berpikir firman
Allah itu tidak baik. Saya curiga dengan Tuhan dan firmanNya tidak sesuai
dengan konteks zaman sehingga tidak saya lakukan. Walau perintah Allah itu sepertinya
“tidak baik”, lalukanlah dalam ketaatan maka kita akan diberikati.
No comments:
Post a Comment