VISI YANG TIDAK BERUBAH
SEJARAH GEREJA KRISTEN KALAM KUDUS JAKARTA
Oleh : Rev. Paulus Suhindro Putra S.Th., M.Pd.
Gembala Sidang GKKK Jakarta / Mangga Besar 1981 - 2012
Karena itu
pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa
dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah
Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai
kepada akhir zaman. (Mat 28:19-20)
Buah
Misi Rev. Dr. Andrew Gih
Berdirinya Gereja Kristen Kalam Kudus
Jakarta: adalah rangkaian hasil misi yang dilakukan oleh Evangelize China
Fellowship (ECF) Yayasan Penyiaran Injil Tiongkok atau Chung Kwo Pu Tau Hui di
Shanghai Tiongkok pada pertengahan abad ke-20, ECF adalah sebuah Yayasan
Penginjilan yang dipimpin oleh Rev. Dr. Andrew Gih sekitar tahun 1930. Misi
pelayanan ECF adalah mengadakan penyiaran Injil dan Kebaktian Kebangunan Rohani
juga mendirikan Panti Asuhan anak-anak yatim piatu akibat perang saudara yang
sedang melanda Tiongkok waktu itu. Setelah berdirinya Republik Rakyat TIongkok
tahun 1949, ECF pindah ladang pelayanannya di luar Tiongkok daratan, yaitu ke
Hong Kong, Taiwan, Malaysia, Indonesia, Macao, Singapore, Thailand, Myanmar,
Filipina dan USA. Di Indonesia ECF dinasionalisasikan menjadi Yayasan Penyiaran
Injil Indonesia, dengan tujuan untuk merintis GKKK dan Yayasan Malseta yang
mendirikan Sekolah Theologia MAAT yang kemudian diubah jadi SAAT Malang
Rev.
Dr. Andrew Gih lahir di Shanghai , China 1901, lahir baru di dalam Kristus
tahun1923, dan mempersembahkan diri menjadi hamba Tuhan pada tahun 1926.
Menikah dengan Mrs. Dorcas Chang Chui Ing, di Shanghai tahun 1928, mendirikan
Yayasan Penyiaran Injil Tiongkok atau Evangelize China Fellowship pada tahun
1947, ECF dipindahkan ke Hong Kong tahun 1949. Menerima gelar Doctor Honoris
Causa dari Cascade College, Portland, Oregon, USA tahun 1950. Beliau pensiun
1978 dan meninggal dunia 13 Februari 1985 di Los Angeles USA pada usia 85.
Dalam
pelayanannya Dr. Andrew Gih yang mengadakan penyiaran Injil keliling di daratan
Tiongkok, tercatat pernah bekerja sama dengan Rev. Dr. John Sung, seorang
penginjil yang paling berpengaruh di TIongkok. Rev. Dr. Andrew Gih dan Rev. Dr.
John Sung adalah 2 tokok Injili berkarisma yang telah membawa kebangunan rohani
di gereja-gereja di Tiongkok sebelum berdirinya pemerintah Republik Rakyat
Tiongkok tahun 1949. Pengaruh pengajaran dan semangat penginjilannya terhadap
gereja-gereja Tionghoa di daratan maupun di luar daratan Tiongkok sangat besar.
Khotbah-khotbah mereka sangat menekankan pertobatan dan penginjilan. Rev. Dr.
John Sung pernah ke Indonesia sekitar tahun 1939 dan meninggal dunia tahun
1942, dalam usia 42 tahun usia yang masih relative muda. Sedangkan Rev. Dr.
Andrew Gih memutar haluan pelayanannya dari daratan Tiongkok ke selatan
samudera yang disebut Nan Yang pada tahun 1949 setelah Republik Rakyat Tiongkok
berdiri.
Maka
pada tahun 1950, Rev. Dr. Andrew Gih pertama kali datang ke Indonesia
mengadakan Kebaktian Kebangunan Rohani berturut-turut di Jakarta, Surabaya,
Bandung dan Medan. Kalau di daratan Tiongkok Dr. Gih mendapat rekan kerja yang
baru yaitu Rev. Dr. Peter Wongso, seorang pemuda Kristen dari Gereja Methodist
Medan pada waktu itu. Oleh karena itu kalau kita berbicara tentang perkembangan
pelayanan ECF di Indonesia yang kemudian mendirikan Yayasan Madrasah Alkitab
Asia Tengara atau Yayasan Malseta dan mendirikan Yayasan Penyiaran Injil
Indonesia yang kemudian berkembang menjadi Sinode Gereja Kristen Kalam Kudus
dan Sekolah Kristen Kalam Kudus di Indonesia, maka kita akan mengenal juga
rekan Dr. Gih di Indonesia ini yaitu Dr. Peter Wongso. Mereka berdualah yang
bersama-sama mencetuskan pendirian Madrasah Alkitab Asia Tenggara (MAAT) dan
merealisasikannya, sebagai motor penggerak berdirinya GKKK dan SKKK di seluruh
Indonesia. Sampai hari ini SAAT sudah mencetak ribuan alumni yang tersebar di
berbagai kota di Indonesia dan di luar negeri.
Rev.
Peter Wongso dan SAAT
Rev.
Peter Wongso lahir dalam keluarga pendeta Methodis Hok Kian Tiongkok pada tahun
1932. Pindah ke Indonesia tahun 1949 tinggal di kota Medan dan melayani Tuhan
sebagai seorang pemuda Kristen yang giat memberitakan Injil di gereja Methodis
Medan. Beliau bertemu dengan Dr. Andrew Gih di Medan pada saat Dr. Gih
berkunjung dan mengadakan serie meeting penyiaran Injil di Medan. Beliau
berdualah yang melihat kebutuhan hamba Tuhan yang mendesak dalam gereja-gereja
Tionghoa di Indonesia, tenaga hamba Tuhan untuk menggembalakan jemaat khususnya
hamba Tuhan untuk memberitakan Injil kepada orang-orang perantau Tionghoa di
Indonesia.
Oleh
sebab itu pada tanggal 10 Mei 1952 di hadapan Notaris Mr. Raden Soedja, Dr.
Andrew Gih yang diwakili Mrs. Dorcas Gih, Ds Pouw Peng Hong dan rekan-rekan
lain, mendirikan dua buah Yayasan yaitu : Yayasan Penyiaran Injil Indonesia
(mirip ECF Yayasan Persekutuan Penyiaran Injil Tiongkok) dengan Akte Notaris
no. 41 dan Yayasan Madrasah Alkitab Asia Tenggara atau disingkat Yayasan
Malseta dengan akte Notaris No. 42. Yayasan Penyiaran Injil Indonesia kemudian
berkembang menjadi Sinode GKKK dan Yayasan Kalam Kudus Indonesia, satu badan
dengan dua tangan, masing-masing mempunyai satuan unit pelayanan yaitu : GKKK
dan SKKK untuk mengemban visi dan misi yang tidak berubah itu, di 28 kota dalam
15 propinsi di seluruh Indonesia.
Madrasah
Alkitab Asia Tenggara di Malang Jawa Timur, merupakan sebuah sekolah Teologia
yang berasaskan ALkitab, berteologia Injili dan berakar pada budaya Tionghoa.
Bahasa pengantar yang digunakan adalah bahasa Mandarin dan seragam mahasiswi
adalah Qi-pao long gown Tiongkok warna putih, MAAT juga memiliki disiplin
belajar dan kehidupan di kampus yang ketat. Pada tahun enam puluhan, MAAT
dipimpin oleh Rektor James Hui, seorang mantan diplomat yang lahir baru dalam
KKR yang dipimpin Dr. John Sung di Manila sewaktu Rev. James Hui menjabat
sebagai konsul dari pemerintah Tiongkok Nasionalis untuk Philipina. Mrs. Hui,
istrinya adalah seorang wanita Kristen tradisional Tionghoa berbudi luhur, ia sangat mendukung pelayanan suaminya
pada waktu itu Mrs.James Hui besama-sama Ibu Ruth Chang, alumnus angkatan
pertama dari MAAT sebagai kepala asrama.
Mahasiswa
MAAT yang tinggal di kampus memiliki kehidupan sangat disiplin , bangun pagi
lalu bermeditasi, berdoa, membaca Alkitab mengutip salah satu ayat menghafal
ulang sebelum makan pagi bersama-sama mahasiswa lain di meja makan waktu
sarapan pagi. No Bible no breakfast, motto Dr. Reland Wong itulah yang diingat.
Para mahasiwa dilarang membawa alat music tertentu ke dalam kampus seperti
gitar, mereka harus mencuci pakaian sendiri, mencuci kamar mandi dan WC. Pria
bertugas mencuci piring, sedangkan yang wanita bergilir masak di dapur dan
belanja ke pasar dan dilarang keras berpacaran! Motto kehidupan di kampus
adalah “… segala sesuatu harus berlangsung dengan sopan dan teratur” (1 Kor
14:40). Sekolah theologia yang satu ini menggembleng mahasiswanya sedemikian
rupa sehingga kebutuhan hamba Tuhan di gereja-gereja Tionghoa di Indonesia,
terpenuhi secara kuantitas maupun secara kualitas.
Setelah
Rev. James Hi dan istri pensiun, mereka kembali ke Taiwan pada tahun 1964, maka
yang menggntikan beliau adalh Rev. Dr. Peter Wongso. Sebagai rektor,
kepemimpinan Rev. Peter Wongso sangat menekankan misi penginjilan. Semangat
penginjilan ditanamkan ke dalam jiwa mahasiswa MAAT ini, amat bermanfaat bagi
mahasiswa itu sendiri dan sangat mendukung pertumbuhan gereja di Indonesia.
Sebagian lulusan MAAT yang tergerak, diutus untuk membuka ladang baru,
mendirikan Pos Penyiaran Injil GKKK di seluruh Indonesia.
Kebanyakan
mahasiwa lulusan MAAT pada saat itu, merasa tidak puas jika hanya melayani
Firman, berkhotbah dan jadi gembala jemaat saja; tidak puas jika belum pergi ke
luar menginjil, menjadi perintis jemaat baru. Lulusan seperti inilah yang
diutus Rev. Peter Wongso pergi ke luar merintis GKKK di seluruh Indonesia, di
28 kota dan 15 propinsi inilah berdiri GKKK dan SKKK yaitu : Medan, Pematang
Siantar, Sibolga, Padang Sidempuan, Batang Toru (Sumut), Pekan Baru, Selat
Panjang (Riau), Padang (Sumbar), Pangkal Pinang (Sumsel), Batam (Otorita), Jakarta
(DKI), Bandung (Jabar), Solo (Jateng), Yogyakarta (DI), Surabaya , Malang,
Kesamben (jatim), Denpasar, Singaraja (Bali), Makasar, Bone (Sulsel), Ambon,
Ternate (Maluku), Jayapura, Sorong (Papua) dan Manado (Sulut).
Pdt
Paulus Suhindro Putra
Kami
yang telah mewarisi Theologia Reformed Injili dan mewarisi semangat perintis
SAAT yang pernah dijuluki “militan” (oleh wartawan Tempo di Malang; waktu SAAT
di bom oleh orang yang salah paham terhadap SAAT pada tahun 1984) ini, kami
merasa tidak puas walaupun kami suami-istri sudah melayani di Gereja Baptis
Jakarta, yang merupakan suatu gereja yang sudah cukup mapan di kota Jakarta.
Oleh sebab itu setelah kontrak kerja 4 tahun selesai, kami tidak memperpanjang
kontrak kerja di sana lagi tetapi kami keluar untuk merintis GKKK Jakarta.
Hanya dengan kemauan yang keras untuk merintis sebuah gereja baru yang ideal
dengan menggunakan cara penginjilan pribadi yang tidak memerlukan bakat besar
tetapi mudah dilakukan kapan saja, di mana saja dan siapa saja asal punya visi
yang jelas dan punya kemauan dan keberanian untuk melakukan misi secara
konsisten seumur hidup itulah kami merintis GKKK Jakarta.
Setelah
melalui proses organisasi seperlunya, maka kami pun segera menggabungkan diri
ke dalam pelayanan di Sekolah Kristen Kalam Kudus Jakarta, yang sudah berdiri
10 tahun terlebih dulu dari GKKK di Jakarta, dan kami menjadi kepala kerohanian
merangkap anggota Badan Pengurus SKKK Jakarta. Selanjutnya SKKK Jakarta menjadi
basis pelayanan dan kesaksian kepada murid-murid dan kepada orang tua murid
juga merupakan modal awal untuk merintis GKKK di Jakarta. Dengan adanya lokasi
sekolah yang sudah siap pakai, kami tidak perlu menyewa tempat untuk kebaktian,
semua kegiatan dilakukan di kelas dan aula sekolah pada hari Minggu di semua
cabang GKKK yang ada di Jakarta.
Setelah
kami keluar dari Gereja Baptis pada tanggal 30 November, kebetulan hari itu
adalah Reformasi 1980, kami pindah ke SKKK Jakarta dan tinggal di kantor
Yayasan Penyiaran Injil yang beralamat sama dengan SKKK Jakarta yaitu di Jalan
Tangkilio Timur no. 48-49, Mangga Besar V, Jakarta Barat. Kami diterima sebagai
hamba Tuhan penuh waktu di SKKK sampai Maret 1984 setelah GKKK Jakarta
diresmikan menjadi jemaat dewasa. Pekerjaan formal kami di SKKK adalah kepala
kerohanian dan merangkap sebagai anggota BP (hal itu sudah kami jabat sejak
masih di Gereja Baptis). Sekarang kami sekeluarga tinggal di rumah Yayasan dan
memakai kantor Yayasan Penyiaran Injil Indonesia sebagai tempat kerja kami.
Pekerjaan harian kami adalah mengirim traktat melalui pos, yang nama dan
alamatnya kami peroleh dari buku telepon. Selain itu tiap hari kami berkunjung
dari rumah ke rumah mencari jiwa baru. Kami berjanji tidak akan mengunjungi
anggota gereja lain dan tidak menerima anggota dari gereja lain. Tujuan kami
jelas dan motivasi kami murni hanya mencari orang baru, ini adalah prinsip
kerja kami sampai saat ini.
Sebagai
hasil kunjungan dari rumah ke rumah, kami berhasil menemukan keluarga-keluarga
yang menerima kami dan menerima Injil yang kami beritakan. Di antara
keluarga-keluarga yang menerima kami dan menerima Injil, akan saya kutip satu
saja di sini, sebagai salah satu bukti bahwa keberhasilan penginjilan bukan
karena kepandaian penginjil itu sendiri yang dapat menarik orang menjadi
percaya, melainkan karena pekerjaan Roh Kudus yang membuat penginjil itu
berhasil menemukan umat pilihan Tuhan yang tersebar di dalam lautan manusia.
Contoh yang akan saya kemukana ialah :
pada suatu hari kami mengunjungi rumah orang tua murid yaitu Sdr. Lim Sau Min
dan istrinya Chew Fie Chin, mereka tinggal di Jembatan V. Di rumah Sdr. Lim ini, kami bertemu dengan
dua wanita yang kebetulan hari itu bertamu di rumah Sdr. Lim. Mereka berdua
sangat tertarik Injil yang kami beritakan, paahal pembicaraan kami biasa-biasa
saja. Mulai hari itu mereka serius mengikuti persekutuan doa, belajar kekristenan
di kelas katekisasi. Mereka adalah Sdri. Lim Lie Chin (Lina Hendra) dan Sdri.
Lim Lie Khun (Evlonika). Akhirnya mereka menjadi anggota GKKK Jakarta yang
dibaptis tanggal 27 Des 1981 sebagai anggota baptisan angkatan pertama kelompok
19 orang itu. Sampai hari ini mereka masih setia melayani Tuhan di GKKK
Jakarta, sedangkan Sdri. Lim Lie Khun menikah dengan Sdr. Budi pemuda Kristen,
lalu tinggal di Ampenan NTT.
Selain
kunjungan, kami juga mengadakan kebaktian rumah tangga, ada dua tempat
kebaktian penyiaran Injil yaitu di rumah Ny. Willy Debora di Jl. Lautze dan di
rumah Sdr. Bun Juk Khiun di Gg Kramat Jl. Jembatan V. Kelas katekisasi diadakan
tiap-tiap hari Jumat di rumah Yayasan.
Alat
transportasi adalah alat penting untuk kunjungan perintisan dan kami
mendapatkan kredit sebuah mobil Jimmy buatan tahun 1979 seharga Rp 2,5 juta.
Sebelum kami pindah ke Kalam Kudus, Ny Willy Debora menghadiahkan kepada kami
Rp 1 juta, uang itu kami pakai untuk bayar down payment, mobil tersebut sudah
kami pergunakan waktu masih di gereja Baptis, sisanya kami cicil setiap bulan
Rp 75.000 sampai lunas. Mobil itu sangat berguna, selain untuk besuk juga untuk
antara jemput jemaat dan anak-anak Sekolah Minggu. Sampai tahun 1984, gereja
sudah mampu membeli sebuah mobil dinas baru yaitu Toyota Kijang warna putih,
untuk antar jemput. Namun sayangnya mobil itu sekarang sudah tidak ada lagi dan
tidak disimpan sebagai kenang-kenangan!
Pos
PI GKKK Jakarta
Pada
tanggal 28 Janurai 1981 kami mulai adakan kebaktian doa setiap hari Rabu pk
19.00. Pada hari Paskah 18 April 1981 pk 19.00 kami mulai mengadakan kebaktian
umum, yang hadir pada hari itu kurang lebih seratus orang dan yang menyampaikan
firman Tuhan adalah Rev. Dr. Peter Wongso. Mulai tanggal 8 Agustus 1981
kebaktian diadakan pada hari Minggu, dan pada hari itu juga GKKK Jakarta
berstatus sebagai Pos PI dan diresmikan oleh Ketua Sinode Rev. Peter Wongso.
Dan tanggal tersebut ditetapkan menjadi hari ulang tahun GKKK Jakarta.
Beberapa
hal penting yang perlu dicatat adalah pada tanggal 19 April 1982, warta gereja
edisi pertama diterbitkan; dengan diterbitkannya warta gereja maka kegiatan dan
laporan keuangan dapat dicatat dan diketahui oleh jemaat. Persembahan
dijalankan sejak hari pertama Pos PI berdiri dari dilaporkan tiap minggu
bersama jumlah pengunjung melalui warta gereja sampai hari ini.
Pendewasaan
Pos PI GKKK Jakarta
Pada
tanggal 4 Maret 1984, Pos PI GKKK Jakarta didewasakan menjadi Jemaat mandiri
dengan mengangkat 7 orang membentuk majelis jemaat yang pertama yaitu :
Rev.
Paulus Suhindro Putra Ketua
Sdr.
Wimpie Salim Sekretaris
Sdri.
Lay Sui Chin Bendahara
Pembukuan
Ev
Lisiani Helena Bendahara
pemegang kas
Sdr.
Tan Yong Khi Penghubung
jemaat pria
Sdri.
Linda Sari Penghubung
jemaat wanita
Sdr.
Ang Che Yung Seksi
Umum
Kebaktian Peneguhan Majelis Jemaat I,
dipimpin oleh Rev. Boby Ticoalu selaku Ketua Sinode. Dengan demikian berdirilah sebuah gereja baru bernama Gereja
Kristen Kalam Kudus di kota Jakarta sebagai GKKK yang ke-17 dalam keluarga
besar sinode GKKK.
Setelah
didewasakan menjadi jemaat mandiri, program panjang berikutnya antara lain adalah
membangun rumah ibadah sendiri, maka Panitia Pembangunan Gereja pun dibentuk.
Mula-mula, kami merencanakan mencari tanah di samping sekolah , kemudian pada
tanggal 2 Mei 1986 kita dapat membeli sebidang tanah di samping sekolah,
luasnya hanya 132 m2 seharga Rp 27 juta, dengan harapan tanah di bagian
depannya juga dijual kepada kita, tetapi Tuhanlah yang menentukannya,
berkali-kali kita berunding dengan pemiliknya yang adalah tetangga kita juga,
tetapi selalu gagal. Akhirnya tanah tersebut dijual kepada orang lain, sehingga
tanah yang sebagian yang sudah kita beli untuk gereja ini diserahkan kepada
sekolah dan dananya diganti dari kas sekolah yang kemudian dipakai untuk
membeli tanah di jl. Madu yang Tuhan sediakan bagi kita itu.
Sejak
rencana pembangunan gereja dicetuskan, maka hampir setiap hari kami membaca
iklan di Koran atau bertanya-tanya untuk mencari tanah atau rumah yang cocok
untuk gereja. Beberapa tempat sudah kami lihat dan yang akan serius adalah
bekas pabrik roti di jalan Bandengan, ruko di jalan Cengkeh dan rumah besar di
jalan Mangga Besar VIII. Pada waktu itu, kami ditawarkan tanah yang akan
dijual, padahal kami belum memiliki dana, yang ada hanya iman dan kemauan.
Dalam proses tawar menawar dengan pemilik tanah yang ada di jalan Mangga Besar
VIII melalui telepon, bapak pemilik tanah yang bermarga Lan (biru) ini
menganjurkan kepada saya, agar menggunakan leasing saja apabila uangnya tidak
cukup. Sebenarnya pada saat itu kami bukannya tidak cukup uang, tetapi tidak
ada uang! Walaupun tidak pernah bertemu muka, tetapi dalam pembicaraan yang
hanya melalui telepon saja ini saya belajar banyak hal dari Bapak Lan ini. Dari
beliau saya baru mengetahui bahwa jikalau kita akan membeli rumah dan dananya
tidak cukup, kita dapat menggunakan leasing! Apakah yang dimaksud dengan
leasing? Secara sederhana membeli rumah menggunakan Leasing berarti meminjam
uang untuk membeli rumah dengan membayar bunga yang tinggi.
Memang
semua adalah pimpinan Tuhan. Pada saat itu keadaan perekonomian Indonesia
diprediksikan akan berkembang, banyak investor asing ingin menanamkan modalnya
ke Indonesia, istilah yang popular waktu itu adalah “gebrakan SUmarlin”. Karena
itu banyak orang mendirikan bank dan banyak bank swasta menawarkan pinjaman
dengan bunga rendah dan persyaratan yang sangat mudah, pendek kata, waktu itu
proses peminjaman uang tidak sulit.
Pada
suatu hari ketika saya memperbaiki kursi besi ruang kebaktian yang rusak kepada
seorang tukang las yaitu Bapak Subur di tepi jalan Madu, secara tidak sengaja
saya melihat sebidang tanah bekas pabrik kuali yang sudah lama tidak dipakai
lagi. Pada saat saya melihat tanah tersebut hati saya tergerak dan berkata di
dalam hati,”Alangkah baiknya kalau tanah kosong ini kita beli dan digunakan
untuk membangun gereja!: Kemudian saya
menyampaikan apa yang telah saya lihat ini kepada Ibu Sung, ternyata ia juga
memiliki perasaan yang sama. Tetapi dari mana kita mendapat uang untuk membeli
tanah tersebut? Dengan iman kami mencari pemiliknya, kami menitipkan pesan
kepada Bapak Rasyik, tukang bajaj yang membuka warung di pinggir jalan Madu,
agar kami dapat menghubungi pemilik rumah tersebut. Tidak berapa lama kami
dapat menghubungi pemilik tanah tersebut melalui telepon. Pemiliknya adalah Ibu
Herlina Prawira di Simpruk Kebayoran Baru Jakarta Selatan. Ia mau menjual
tanahnya seharga Rp 350.000.000 (setelah melalui proses tawar menawar akhirnya
tanah tersebut dijual seharga Rp 335 juta, termasuk biaya pemagaran Rp 12,5
juta serta biaya saluran air dan listrik Rp 10 juta).
Prosesnya
panjang dan berbelit-belit, baik-buruk, suka-duka, semuanya kami alami, tetapi
dari peristiwa ini saya belajar dalam banyak hal. Setiap hari saya bangun
pagi-pagi, ketika hari masih gelap di
halaman rumah sambil berolah raga saya berdoa, berseru sambil berteriak,
sungguh saya tidak pernah berdoa sampai begitu serius, berseru sambil
mengangkat tangan menatap ke langit berseru kepada Tuhan, karena pada saat itu
uangnya sudah saya bayar tapi transaksi belum dilaksanakan. Itu sebuah taruhan!
Coba kalau uang itu hilang di tangan saya, tanah tidak jadi dibeli, hutang di
BCA harus dibayar, saya tidak dapat membayangkan akibat yang akan saya
tanggung. Maka saya hanya bisa berseru kepada Tuhan minta tolong. Ternyata
Tuhan yang hidup mendengar seruan doa hambaNya. Singkat kata, kami mendapat
bantuan dari Sdr. Ongko Teknowidjaya, Majelis GKKK Solo, melalui Sdr. Ongko
kami mendapat pinjaman dana sebesar Rp 250 juta dari BCA Solo, untuk membeli
tanah tersebut.
Akhirnya
pada tanggal 1 November 1989 di hadapan Notaris Winanto SH , Surat Jual-Beli
antara pemilik lama Ny. Herlina Prawira dan Sinode GKKK ditandatangani. Dan
untuk melunasi hutang pembelian tanah tersebut kami mencoba mencari dana. Sejak
tanggal 5 Mei tahun 1986, kita mulai menjalankan persembahan iman. Jemaat yang
pertama kali meresponi persembahan iman saat itu tercatat ada 93 orang. Sejak
itu setiap tahun diadakan persembahan iman untuk pembangunan gereja. Dengan
persembahan iman itulah kita dapat melunasi hutang tersebut serta membangun
gereja dan pastori di jalan Madu. Pada hari ini kita dapat melihat hasilnya,
meresmikannya dan kita persembahkan segala kemuliaan bagi Nama Tuhan.
No comments:
Post a Comment