(Natal Aktifis GKKK Mabes 021212)
Ev. Hans Wuysang
Natal aktifis diadakan karena saat natal umum, para
aktifis tidak bisa menikmati natal itu sendiri. Supaya para aktifis dilayani
terlebih dahulu, sebelum melayani orang yang dipercayakan.
Fil 2:1-8
1 Jadi karena dalam Kristus ada nasihat, ada
penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan,
2 karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan
ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan,
3 dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau
puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang
menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri;
4 dan janganlah tiap-tiap orang hanya
memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.
5 Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh
pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus,
6 yang walaupun dalam rupa Allah, tidak
menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,
7 melainkan telah mengosongkan diri-Nya
sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.
8 Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah
merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.
Lukas 17:7-10
7 "Siapa di antara kamu yang mempunyai
seorang hamba yang membajak atau menggembalakan ternak baginya, akan berkata
kepada hamba itu, setelah ia pulang dari ladang: Mari segera makan!
8 Bukankah sebaliknya ia akan berkata kepada
hamba itu: Sediakanlah makananku. Ikatlah pinggangmu dan layanilah aku sampai
selesai aku makan dan minum. Dan sesudah itu engkau boleh makan dan minum.
9 Adakah ia berterima kasih kepada hamba itu,
karena hamba itu telah melakukan apa yang ditugaskan kepadanya?
Yoh 3:16 Karena
begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan
Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak
binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.
Yoh 15:12 Inilah
perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi
kamu.
Yoh 15:15 Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab
hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu
sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah
Kudengar dari Bapa-Ku.
Yoh 15:17 Inilah perintah-Ku kepadamu: Kasihilah
seorang akan yang lain."
Hati yang
Melayani
Melayani memang harus keluar dari hati yang
sungguh-sungguh karena telah dilayani Tuhan terlebih dahulu. Hati yang bisa
diteladani adalah hati Allah yang nyata kasihNya, pengorbananNya dan pelayananNya
lewat natal. Natal adalah pernyataan kasih Allah Bapa (Dia rela mengutus
AnakNya) dan hati Anak (mengosongkan diriNya rela menjadi manusia). Setelah itu
kita coba terapkan dalam hidup kita.
Bagaimana
meneladani dengan hati?
Fil 2:6-8 Natal dan Jumat Agung satu paket pengorbanan
Allah Putra (Yesus Kristus). Bukan sekedar inkarnasi, dalam ketaatanNya sebagai
hamba, Dia rela mati. Setelah Jumat Agung, lalu bangkit pada hari yang ketiga
membuktikan kuasa maut telah dikalahkanNya, setelah itu turun Roh Kudus dan
terakhir Tuhan Yesus akan datang kembali.
1.
Hati sebagai Hamba
Pada ayat 7 dan 8, ada kata hamba. Yesus merendahkan
diri jadi manusia dan hamba. Ciri hamba adalah taat kepada kehendak yang
menjadi tuannya. Allah Putra , Allah yang setara dengan Allah Bapa dalam
Tritunggal, taat kepada Allah Bapa datang ke dalam dunia untuk menyelamatkan
manusia. Hati yang melayani adalah hati seorang hamba. Karakter yang utama
adalah taat kepada tuannya.
Lukas
17: 7-10 konsep hamba.
Fil 2
bicara tentang Yesus dalam keteladanan sebagai Allah Putra mau jadi hamba untuk
taat kepada kehendak Bapa. Hati Yesus yang melayani adalah hati seorang hamba.
Luk 17:7-10 hati anak-anak Tuhan yang sudah dimerdekakan dari dosa, bukan lagi
miliki Ibils tetapi milik Allah. Bukan berarti kita otonom. Ilustrasi ini tepat
sekali untuk saya sebagai hamba Tuhan. Doulus = hamba milik Tuhan sepenenuhnya (apapun
juga).
Kita
milik Tuhan dua kali (doble). Pertama karena kita ciptaan Tuhan (semua mahluk
ciptaan Tuhan. Walaupun kita jadi ateis). Kita adalah milik Tuhan yang berdosa
dan ditebus dengan harga yang mahal.
Kita ditebus jadi milikNya kembali. Sehingga kita milik Tuhan dua kali. Tidak
ada milik kita lagi.
Hati
yang melayani Tuhan Yesus harus ditaruh dalam hati kita. Sebagai aktifis yang
giat melayani, apakah melayani sebagai hamba yang mau taat kepada kehendak Bapa
bukan mengharapkan pujian (diapresiasi)? Kalau kita dikritik , hal itu manusiawi
sekali. Kita belajar melayani dengan hati seperti hamba dengan meneladani Tuhan
Yesus dan tokoh-tokoh Alkitab yang taat kepada kehendak Allah.
Setelah
kita sibuk dengan kegiatan melayani natal, jangan sampai kita ngomel karena
kita tidak dipedulikan orang lain. Dalam hati seorang hamba, kita hanya tahu
ini tugas saya karena kita milik Tuhan, tidak harapkan apresiasi walau ada apresiasi Allah kepada
hamba yang setia.
2. Hati yang Penuh Kasih
Yoh
3:16. Hati yang melayani, adalah hati yang penuh kasih.
Hati hamba
harus taat karena milik Tuhan. Kalau hanya di sini saja kita melayani seperti
robot (yang penting melayani). Hati yang melayani penuh kasih dan hal ini telah
diteladani oleh Allah Bapa, yang rela mengorbankan Yesus. Kasih sejati mencakup
tindakan yang nyata, ingin kebaikan buat orang yang dikasihi. Allah Bapa mengasihi AnakNya (bersama-sama
dalam Allah Tritunggal). Tetapi saat Allah menyatakan kasih, maka Tritunggal
rela dipecah dengan mengutus Anak untuk turun dalam dunia (mengasihi dengan
mengorbankan diri).
Pada Yoh
15:12 kita diperintahkan untuk saling mengasihi. Itu dalam rangka meneladani
Tuhan Yesus. Kita mengasihi karena sudah dikasihi terlebih dahulu, sekarang
kita menyatakan kasih kepada Tuhan dan orang-orang lain. Tuhan memberi teladan
kasih dengan rela berkorban, kita dipanggil dalam komunitas aktifis GKKK Mabes
untuk saling mengasihi. Bukan basa basi, namun seperti kasih Tuhan. Terkandung
unsur menerima perbedaan , kekurangan, mengampuni kesalahan dan bersedia dilayani. Kita memberi kesempatan
orang lain untuk juga menyatakan kasihnya. Itu kasih, bukan iri karena dilayani
orang lain tetapi juga mempunyai hak untuk menikmati pelayanan.
Tuhan
Yesus memberikan contoh orang yang menyerahkan nyawanya bagi sahabatnya. Rasul Paulus
: mati buat orang yang bukan sahabat tapi juga musuh. Saat terlalu giat
pelayanan dan sedang ada yang perlu dikerjakan, lalu ada yang bergerak sendiri
dan menyakiti orang lain secara tidak sadar (bisa gampang terjadi gesekan).
Apakah kita melayani dengan kasih, mengorbankan diri tanpa menerima pujian. Kita
bertekad : “Saya ingin berikan yang terbaik , supaya natal jadi berkat.”
Untuk
menyambut natal, setiap jemaat GKKK Mabes mendapat kesempatan untuk membawa
jiwa. Kalau tempat di dalam gereja tidak
cukup, maka aktifis, rela duduk di depan gereja (di bawah tenda), supaya tamu dapat
duduk di ruang di dalam. Walau di luar berisik dan panas, namun para aktifis meneladani
Kristus yang pengorbanannya jauh melampaui pengorbanan kita.
3.
Hati Seorang
Sahabat
Pada Yoh 15:15 tertulis bagaimana Yesus menerima kita
yang melayani sebagai hamba. Yesus menyebutnya sebagai sahabat. Hati yang
melayani adalah hati seorang sahabat. “Kepada sahabat, Aku memberitahukan isi
hatiKu. Apa yang kudengar dari Bapa , yang mengasihi dunia ini dan rela
berkorban.” Itu yang di-sharing-kan
kepada sahabatNya. Hati yang menyelamatkan manusia supaya kita bisa mengasihi
seperti Allah mengasihi. Hati seorang sahabat. “Aku tidak lagi menyebut kamu
lagi hamba” namun tidak otomatis, kita tidak berkata aku bukan lagi hamba.
Tetapi status kita yang awal adalah hamba , milik Tuhan dobel (dua kali). Itu
tidak boleh lupa. Dalam diri hamba, ada ketaatan. Kita dipanggil untuk taat dan
mengasihi dan disebut sebagai sahabat, dan sebagai sahabat kita dipercaya isi
hati Allah. Berarti melayani dengan setia dengan sepenuh hati, berkorban, Tuhan
menganggap kita layak sebagai rekan kerja. Kita layak dibagi isi hatiNya, kita
dipercaya. Kita diandalkan. Kita diberi wewenang. Seperti ilustrasi hamba yang
setia dalam perkara kecil dipercaya dalam perkara besar. Waktu hamba belajar taat sepenuhnya tanpa
pamrih, belajar mengasihi dan berkoran, Allah bisa “curhat”. Natal bukan
sekedar hura-hura, pesta pora, natal adalah mewartakan kasih Allah. Bukan
sekedar orang di dalam gereja , tetapi di luar gereja. Waktu saya mau berangkat
ke GKKK Mabes , saya menerima pesan di facebook. Ada orang yang menyanyi di mal
di Negara barat yang menyanyikan lagu natal. Mula-mula satu orang lalu disusul
satu per satu menjadi banyak sehingga membentuk format seperti pohon natal dan
mereka menyanyikan lagu secara medley. Ada komen yang membuat airmata terharu. Saat lagu yang dinyanyikan benar-benar
berisikan berita natal yakni Anak Allah
datang sebagai manusia. Nama Yesus disebut. Di bagian akhir ada drama
singkatnya di mana Yusuf-Maria-bayi berjalan. Komentar di video : luar biasa di
mal yang biasanya natal itu bersifat bisnis ( jualan) yakni natal hura-hura,
namun kali ini nama Kristus diberitakan.
Saya terharu. Itu isi hati Allah. Ada natal dengan suasana holy day (hari kudus) bukan holiday
(liburan). Biasanya suasana meriah tetapi bukan penghayatan. Seperti di Mangga Dua,
banyak perhiasan natal dan suasana natal, tetapi bukan seperti isi hati Bapa di
mana kasih Allah dicurahkan.
Bagaimana
menerapkan hati seorang sahabat? Bagaimana bisa menjadi sahabat Kristus yang
Allah percayakan isi hati Nya. Kita belajar mengasihi yang Tuhan kasihi. Kita
belajar melalui firmanNya. Hati yang melayani. Kita persiapkan diri memasuki
hari bulan Desember, sebelum kita terjebak kepada kesibukan sebagai aktifis.Mari
kita hayati segala persiapan dan kegiatan natal. Kita lakukan dengan hati yang
meneladani Tuhan Yesus. Hati yang dimiliki Kristus. Hati seorang hamba , yang
mau melayani tanpa pamrih tanpa dikomentari (dipuji). Hati yang penuh kasih,
siap berkorban. Perasaan cape tidak apa, karena memang memberikan yang terbaik
untuk Tuhan dan orang-orang yang kita kasihi. Kita jadi sahabat Kristus mau
mendengar isi hatiNya. Bukan dengan pikiran dan pengertian sendiri, tapi
pikiran yang dari Tuhan. Lewat baca Alkitab, berdoa dan bersekutu. Kita siap
layani dengan hati kita. Kita siap diatur Tuhan dan taat. Belajar yang Tuhan
kasihi.
Ev Hans Wuysang
Firman Tuhan, Dasar Pelayanan
Hans Wuysang, Direktur Pancar Pijar Alkitab
PERTUMBUHAN seseorang
banyak dipengaruhi oleh lingkungan di mana dia berada. Gereja Tuhan
memiliki tanggung jawab besar dalam menolong pertumbuhan rohani seseorang. Hal
ini dialami oleh Hans Wuysang. Kamp penginjilan kaum muda yang digelar gereja,
menjadi momen awal Hans menyadari diri sebagai pribadi yang telah ditebus.
Kesadaran ini mendorong Hans menyerahkan diri secara pribadi dan
sungguh-sungguh serta merasa terpanggil menjadi hamba Tuhan. Padahal saat itu
dia masih duduk di kelas 1 SMP. Keyakinan ini disampaikan Hans kepada keluarga.
Namun saat itu keluarga tidak terlalu
antusias, malah berkata bahwa Hans sebagai anak muda yang se-dang berkobar
dengan semangat sesaat, dan pasti akan lupa dengan keinginan tersebut. Namun
ternyata, perkiraan keluarga itu jauh berbeda dengan yang dialami Hans.
Awal kegagalan meniti panggilan
Sampai lulus dari SMA, keinginan untuk menjadi hamba
Tuhan tetap kuat bercokol di hati dan jiwa pria kelahiran Plaju, Sumatera
Selatan, 24 Juni 1962 ini. Namun ketika dia menyatakan tekad untuk melanjutkan
pendidikan ke sekolah teologi, sebagaimana cita-citanya sejak SMP, keluarga
menyatakan ketidaksetujuan mereka.
Hans akhirnya
melanjutkan studi ke Fakultas Teknik Universitas Indonesia, demi mengabulkan
keinginan orang tua. Harapan untuk menghadiahkan gelar sarjana (insinyur)
kepada orang tua, menjadi motivasi Hans melakukan hal ini. Di tahun ke-4
perkuliahan, Hans mengalami perubahan yang tidak dapat dipahami. Hans tidak
dapat fokus mengikuti seluruh perkuliahan. Kondisi ini menyebabkan suami dari
Suprapti Sekarmadidjaja ini, memikirkan ulang tujuan dan panggilan hidupnya.
Inilah titik awal Hans kembali mengingat kerinduan
awalnya akan panggilan sebagai hamba Tuhan. Maka pada 1984 Hans melanjutkan
studi ke Seminari Alkitab Asia Tenggara (SAAT) Malang, Jawa Timur, dan
menyelesaikannya pada 1990, dengan mendapat gelar sarjana theologi. Masa-masa
pendidikan dengan pengaruh dosen yang mendidiknya, menghantar Hans, sebagai
pribadi yang menyenangi sejarah Perjanjian Lama, dan Biblika.
Dia mendapat kesempatan melayani sebagai pembina pemuda
di Gereja Kristen Abdiel Gloria, Surabaya, sejak 1989-1994. Di sini pula ayah
dari Hanny dan Sophia ini menemukan keunggulan dalam dirinya untuk konsen dalam
pembinaan-pembinaan. Hans juga membuat renungan bagi jemaat. Fokusnya terhadap
sejarah Perjanjian Lama, dan Biblika, mempermudahkan dirinya untuk berbagi
dalam hal ini.
Sang istri yang mensupport penuh pelayanan, dengan
latar belakang yang sama, sungguh-sungguh dirasakan Hans sebagai penolong yang
memberi perkembangan tersendiri bagi dirinya dan pelayanan.
Melayani Alkitab
Kesenangan dalam mengajar dan bidang pembinaan
mendorong Hans terlibat sebagai dosen tetap di Sekolah Tinggi Teologi (STT)
Cipanas, Jawa Barat, dari 1994-2003. Selain mengajar, Hans juga dipercaya
menangani puket kemahasiswaan. Kesempatan ini mendorong Hans untuk terus
memperlengkapi diri dalam pendidikan. Maka pada 1996-1998, Hans melanjutkan
studi ke Trinity Thelogical College, Singapura dan mendapat gelar Master
Theologi. Hans tetap menjadi dosen selain di STT Cipanas, dan juga menjadi
dosen tamu di Sekolah Tinggi Teologi Bandung dan Sekolah Tinggi Theologi Amanat
Agung.
Ketika ditanya tentang siapa di balik keberadaan Hans
sehingga dia tetap dipercayakan untuk melayani, dia menjawab: “Kasih setia
Tuhan yang mempercayakan saya pelayanan. Karena saya bukan orang hebat dan
pintar, ada mahasiswa yang saya didik pun lebih pintar dari saya. Selain itu,
dukungan dari istri saya dalam melayani dan bertukar pikiran”.
Pengabdian dan kemampuan yang dimiliki Hans, terus
menghan-tarnya mengenal diri untuk lebih maksimal melayani Tuhan. Waktu dan
kondisi akhirnya membawa Hans harus kembali ke Jakarta. Hingga akhirnya, Hans
bergabung melalui pelayanan Persekutuan Pembaca Alkitab (PPA), Jakarta di
bagian penerbitan sejak 2003-2008. Kini dia dipercaya sebagai direktur Pancar
Pijar Alkitab/PPA. Walaupun demikian, Hans tetap aktif sebagai penulis dan
editor, serta mengerjakan tanggung jawab besar untuk pengembangan PPA, mengadakan
pembi-naan-pembinaan ke wilayah-wilayah pelayanan PPA.
Dalam kesibukan, Hans selalu merasakan kebahagiaan
terutama dengan keberadaan keluarga. “Istri yang mengerti dan anak- anak yang
mengerti, serta kini ikut terlibat melayani. Berdoa malam bersama, Sharing,
makan malam bersama, di tengah-tengah kesibu-kan setiap hari. Tetap ada
keber-samaan untuk menikmati kesukacitaan keluarga,” ungkap Hans sambil
tersenyum.
Sebagai sosok yang melayani Alkitab dan sebagai Hamba
Tuhan, Hans mengurai pengamatannya: “Ada Hamba Tuhan yang menya-dari kebutuhan
mereka untuk diisi dengan firman Tuhan. Ada yang enggan melayani dengan basis
firman Tuhan. Ada yang berkharis-ma, tapi isinya tidak setia kepada Firman
Tuhan. Ada yang berlatar belakang tidak percaya Alkitab sebagai firman Tuhan,
sehingga firman Tuhan hanya sebagai hiasan. Hanya ide, tapi bukan khotbah
Alkitab”.
Hal-hal ini mendorong Hans berpesan kepada seluruh
rekan-rekannya sesama hamba Tuhan: “Kita sama-sama melayani Tuhan. Dasar
pelayanan adalah firman Tuhan. Maka firman Tuhan harus menjadi dasar, isi
pengajaran, penggembalaan kita”. Kepada setiap pribadi, Hans mengingatkan
betapa pentingnya menjaga saat teduh. Akhir kata dia menekankan kepada gereja
agar terfokus pada firman Tuhan. Lidya
No comments:
Post a Comment