Pdt. Liem Ie Liong
Ibrani 13:15; Ef 4:29: Mat 5:6
Ibr 13:15
Sebab itu marilah kita, oleh Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur
kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya.
Ef 4:29 Janganlah ada perkataan kotor keluar dari
mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu,
supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia.
Mat 5:6 Berbahagialah
orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan.
Sebelum Tuhan Yesus naik ke surga , Dia memberi Amanat
Agung kepada murid-muridNya untuk pergi dan menjadikan semua bangsa murid
Kristus (bukan untuk menjadi orang Kristen). Menjadi murid Kristus berarti Tuhan
Yesus bukan hanya selama-lamanya menjadi Juruselamat tapi juga Guru Agung kita,
agar hidup kita terus diperbarui sehingga semakin serupa dengan Tuhan Yesus.
Setelah saya percaya, kehidupan saya ditransformasi. Hidup saya bukan untuk
diri sendiri. Yesus sebagai pusat , bukan lagi saya. Dalam hidup, kita harus
senantiasa ditransformasi, khususnya dalam perkataan dan karakter.
Pohon dikenal dari buahnya. Pohon mangga pasti berbuah
mangga dan kalau sudah masak ada yang asam dan manis. Sedangkan karakter
kehidupan kita tercermin dalam tutur kata. Sebagai murid , hidup kita harus menyerupai
Kristus (hidup kita memiliki karakter Kristus). Dietrich Bonhoeffer mengatakan,
kekristenan tanpa pemuridan adalah
kekristenan tanpa Kristus. Perkataan ini perlu direnungkan. Murid harus mau
menjadi sama seperti guru. Kalau kita murid Kristus, kita mau serupa Kristus
termasuk dalam perkataan kita. Dengan mengikuti firman Tuhan akan terjadi transformasi
iman sehingga ada buah perkataan. Buah ini berasal dari iman karena ada
transformasi iman. Rom 12:2 mengatakan : Janganlah
kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan
budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik,
yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.
Hidup yang
memiliki buah perkataan
1.
Ibr 13:15 (perkataan
ucapan syukur). Melalui bibir , kita mengucap
syukur kepada Tuhan (memuliakan Tuhan dengan mengucap syukur). Baik senang-susah
kita mengucap syukur (1 Tes 5:18). Itulah kehidupan kita yang harus berubah
dari yang dulu ke yang sekarang. Kalau dulu sering mengeluh, sekarang mengucap
syukur selalu. Waktu masih kecil saya pergi ke sekolah minggu yang jaraknya
cukup jauh yakni sekitar 15-20 menit berjalan kaki dari rumah. Suatu kali dalam
perjalanan saya melihat ada seorang ibu berumur 60 tahun yang tersandung hampir
jatuh, namun dengan spontan ia berkata ,”Puji Tuhan”. Dulu saya tidak mengerti
mengapa tersandung tapi mengucapkan “Puji Tuhan”. Di samping itu, ada juga seorang
ibu yang pergi ke pasar. Ia tidak melihat besi di pinggir jalan sehingga
tersandung dan terluka. Ibu ini kemudian memaki-maki! Dua hal yang berbeda.
Sebagai orang Kristen, kalau ingin memuliakan Tuhan, ucapkanlah selalu syukur. Pdt
Peter Law memberikan kesaksian tentang sepasang muda-mudi yang sebentar lagi
akan menikah. Sang pemuda mengalami kecelakaan sehingga lumpuh total dan sulit
bicara (karena gangguan otak) tapi 4 tahun kemudian sang pemudi tetap menikahi
pemuda ini. Pernikahannya dirayakan dengan penuh sukacita di gereja dan
diberkati pendeta. Setiap hari sang pemudi harus memberikan obat dan menyuapi
makan suaminya. Ada satu hal yang dilakukan sang pemudi setelah ia menjadi
istri. Setiap hari ia menulis di atas kertas yang berisikan ucapan syukur yang
kemudian ditempel di papan tulis yang besar. Begitulah ia menjalani kehidupannya.
Ia merasa bahagia, karena selalu ada ucapan syukur.
2.
Perkataan kita harus membangun. Jangan menggunakan perkataan yang kotor. Pada Ef
4:29 dikatakan,” Janganlah ada perkataan
kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun,
di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia.
Perkataan yang baik membangun artinya memberi semangat kepada orang lain. Bukan
sebaliknya melemahkan orang lain. Sebagai murid Kristus, dalam komunitas gerejawi
kita harus menggunakan perkataan yang saling membangun, menguatkan, mendorong dan
memberikan semangat. Kita datang ke gereja dengan sukacita dan penuh semangat
karena ketemu dengan orang yang saling membangun. Pernah suatu kali ada sebuah masalah
yang saya sampaikan melalui telepon kepada seseorang, namun karena perkataan
saya disalahmengerti timbuh masalah baru dan ia menjadi marah. Jika perkataan
kita tidak saling mendukung, maka bukannya menciptakan damai sejahtera melainkan perselisihan.
Dalam Ef 6:19, Rasul Paulus meminta agar didoakan supaya mulutnya mempunyai
perkataan-perkataan benar. Rasul Paulus berperan memberitakan Injil sehingga
perkataannya tidak boleh salah. Demikian juga sebagai hamba Tuhan saya juga
ingin menyampaikan perkataan yang benar sesuai firman Tuhan agar bisa membangun
dan memberikan damai sejahtera. Saya menyadari kita bisa mengucapkan perkataan
yang salah. Tapi kita belajar untuk memiliki perkataan yang membangun bukannya
melemahkan dan memberikan damai bukan perselisihan karena ada buah perkataan.
3.
Buah perkataan firman Tuhan. Lawannya perkataan dari si jahat yang seringkali
menipu kita dengan tipu muslihat iblis sehingga perkataan kita tidak baik.
Perkataan kita bukan firman Tuhan. Yosua waktu memimpin bangsa Israel menuju
tanah Kanaan yang dijanjikan (Yos 1:8), berpesan, “Jangan melupakan Taurat
Tuhan. Tetapi renungkanlah siang dan malam supaya engkau bertindak hati-hati
sehingga perjalananmu berhasil dan engkau beruntung.” Agar buah perkataan ada
firman Tuhan, kita membaca dan merenungkan firman Tuhan. Kalau ingin
memperkatakan firman Tuhan dan tidak melupakannya, maka kita harus membaca dan
merenungkannya setiap hari. Setelah dibaptis perlu membaca firman Tuhan setiap
hari agar menjadi makanan rohani sehingga boleh bertumbuh dalam iman. Kalau
kita hanya ke gereja seminggu sekali, bagaimana perkataan kita bisa mencerminkan
firman Tuhan? Setelah berpuasa 40 hari 40 malam, datanglah iblis mencobai Yesus
yang sedang lapar, “Jika Engkau Anak Allah, ubahlah batu menjadi roti.” Yesus
menjawab, “Ada tertulis: Manusia hidup
bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah."
Kata “ada tertulis” artinya ada firman Allah yang dicatat dalam Perjanjian
Lama. Tuhan Yesus membaca dan menerima firman TUhan. Ketika dicobai, Tuhan
Yesus memakai firman itu. Manusia hidup dari setiap firman yang keluar dari
Allah. Ini membuktikan, hidup kita tidak hanya membutuhkan makanan saja, tetapi
kita membutuhkan firman Tuhan. Biarlah
kita merenungkan firman itu. Maz 1:2 kesukaanku adalah Taurat Tuhan dan merenungkannya
siang dan malam. Orang yang merenungkan firman Tuhan siang dan malam, suka
firman Tuhan, ia seperti pohon yang tumbuh di tepi aliran sungai. Daunnya
begitu lebat dan berbuah pada musimnya. Apa saja yang diperbuatnya berhasil.
Waktu membaca firman Tuhan, maka hidup kita akan berhasil. Yosua juga
mengatakan kepada bangsa Israel , jangan lupa memperkatakan firman Tuhan maka
perjalananmu akan berhasil, engkau akan beruntung. Tuhan Yesus mengatakan
berbahagialah orang yang haus dan lapar akan firman Tuhan karena akan
dipuaskan. Agar kita menjadi berkat bagi orang lain, menjadi murid Kristus yang
serupa Kristus. Kita bisa mengatakan buah perkataan bukan hanya hamba Tuhan,
tetapi kita juga bisa kalau kita selalu membaca dan merenungkan firman Tuhan. Kita
dapat memuliakan Tuhan dengan perkataan kita yang mengucap syukur, membangun
dan menjadi berkat bagi yang lain.
Biarlah kita belajar memiliki buah perkataan dalam
keluarga, gereja dan di manapun berada. Ada perkataan yang memuliakan Tuhan
sehingga orang lain mempunyai kasih karunia , menjadi berkat dan orang lain
menerima kasih karunia Allah. Kita boleh bersyukur menerima kasih karunia
Tuhan. Yang sudah dibaptis dapat menyatakan imannya dan bersaksi memuliakan
Tuhan, bukan saja bertobat tapi menjadi murid Yesus.
No comments:
Post a Comment