Tiranus 18 (12 Mei 2019)
Kristologi “Masih Relevankah Kristus di Zaman
Sekarang”
Pdt. Imanuel Adam
2 Tim 3:1-6
1
Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar.
2 Manusia akan mencintai dirinya sendiri
dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan
menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu
berterima kasih, tidak mempedulikan agama,
3
tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak
dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik,
4
suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti
hawa nafsu dari pada menuruti Allah.
5
Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya
mereka memungkiri kekuatannya. Jauhilah mereka itu!
6
Sebab di antara mereka terdapat orang-orang yang menyelundup ke rumah
orang lain dan menjerat perempuan-perempuan lemah yang sarat dengan dosa dan
dikuasai oleh berbagai-bagai nafsu,
Rasul Paulus sudah mengingatkan kepada Timotius yang
muda, pada hari-hari terakhir mereka akan menghadapi masalah yang sulit.
Situasi yang egois, tidak ada kasih dstnya. Ketika berbicara tetang masih
relevankah Kristus di zaman ini? ini masalah teologi. Begitu banyak aliran
teologi yang ada tergantung perkembangan yang ada.
Masa kini tidak lepas pengaruhnya dari
masa lampau
Ada dampaknya dari masa lampau (ada kaitannya), tidak
langsung masa kini terjadi begitu saja (ada prosesnya). Kehidupan masyarakat sekarang
ini sangat dipengaruhi oleh kemajuan teknologi dan industri. Sekarang semua
pegang hanphone. Begitu tidak ada listrik, maka Jakarta akan macet. Bila tidak
pegang handphone sejam saja sudah
gatal. Segala hal yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari semuanya tidak
lepas dari teknologi.
Kemarin ini istri saya dibelikan sebuah kompor listrik
oleh menantu saya. Selama ini kami menggunakan kompor gas. “Mami daripada nanti
susah, sekarang lebih baik pakai kompor listrik” Hanya dipakai sekali lalu tidak
dipakai karena harus pencet sana-sini, tidak mengerti cara pakainya. Namun mau
tidak mau , suka tidak suka,kita harus berhadapan dengan perkembangan yang ada.
Istri saya dari yang tidak mau pegang komputer, karena buat di ngejelimet tapi
sekarang mau tidak mau harus pegang tab (computer tablet). Karena dia kalau
sedang menyiapkan khotbah, selama ini dia langsung ke lantai 2, tempat kami
untuk persiapan khotbah di mana di sana banyak buku sehingga ia bisa baca buku.
Untuk mencari bahan-bahannya saja perlu
2 jam, belum lagi untuk menyusun strukturnya dan itu harus cari buku lagi. Anak
saya berkata, “Mami buang waktu untuk naik-turun, cari buku-buku. Jadi aku
belikan ini, agar mami tinggal cari di google apa yang mami butuhkan”. Awalnya
tidak mau dipakai, tetapi lama-lama istri saya mulai berpikir dan berkata,
benar juga. Ia mulai melihat youtube dll. Bahkan dia sekarang bisa membelikan
makanan lewat Go-Food. Semuanya serba dipermudah. Itu kemajuan -kemajuan yang
kita temui saat ini.
Bagaimana dengan kehidupan gereja? Apakah gereja juga
berubah? Gereja dulu nyanyinya dengan orgel. Dulu saya pemain orgel di gereja
yang suaranya bergaung. Dulu belum ada yang elektronik, masih kuno semuanya.
Sekarang semua sudah pakai drum band, piano. Mau tidak mau gereja harus
berhadapan dengan kemajuan teknologi. Baru sekitar 2 tahun lalu , kami berdebat
dalam persidangan majelis jemaat tentang alat untuk transfer uang dengan mesin
EDC. Ada yang mengatakan perlu ada mesin EDC di gereja. Yang lain mengatakan tidak
boleh begitu. Ide ini muncul karena cukup banyak jemaat kami yang kerjanya di pasar
Tanah Abang. Saat pulang lewat gereja, ada rejeki mau kasih berkat tidak dapat
gembolan uang, jadi mau digesek saja. Perdebaan terjadi cukup lama. Saya hanya mengatakan,
“Mau tidak mau , suka tidak suka , gereja harus berhadapan dengan teknologi.”
“Jadi mau bagaimana Pak Pendeta?” tanya mereka. “Siapkan saja mesin EDC. Tetapi
Tetapi jangan sampai persembahan Minggu
pakai EDC. Belum siap. Karena berdampak pada pemahaman teologis (arti dari
sebuah persembahan)”.
Contoh kedua, untuk cari jodoh sekarang bisa pakai
teknologi. Anak saya cukup mengenal dunia ini. Suatu hari dia berkata, “Pi, ini
ada satu aplikasi. Menurut papi, kalau mencari
jodoh harus bagaimana? Biro jodoh itu seperti apa?” “Papi tahu, biro jodoh adalah
tempat di mana orang-orang mencari pasangan hidup, setelah memenuhi kriteria lalu
dipertemukan. Kemudian mereka kemudian berkomunikasi dan seterusnya.” jawab
saya. Dia langsung berseru,“Wah ketinggalan zaman,Pi. Sekarang ketinggalan
zaman. Ini aplikasinya ada di handphone
saya.” Saya lihat di handphone-nya ada wanita, 30 tahun, mencari suami usia
maksimum 37 tahun, pekerjaan ini , dan ada beberapa persyaratan lainnya. “Hanya
begini saja Noni?” tanya saja. “Oh tidak begitu. Sekarang coba papi menghadap ke
handphone aku, untuk di-scan wajah dan tubuh papi”. Setelah didesak anak saya,
saya berdiri dan discan, dan hanya dalam hitungan detik keluar “fail” karena
umur sudah 56 tahun sehingga tidak sesuai. Jadi tidak perlu dilanjutkan lagi. Tinggi
saya juga tidak sesuai. Hebat sekali. Itu baru sebagian dari kehidupan yang
dialami.
5 masa perkembangan teknologi yang
terjadi.
Dalam pertembangan teknologi, ada 5 masa yang sempat
dicatat. Sekarang ini disebut sebagai era kelima. Handphone sudah mengarah
kepada 5G.
1.
Revolusi Industri
Masa pertama dimulai 1780-an muncul mesin-mesin. Hidup
manusia tidak lagi manual sudah menggunakan mesin. Untuk menjahit dengan pakai
mesin jahit. Industri mesin semakin berkembang.
2.
Masa kedua : Industri massal.
Mulailah orang merasa penting dengan adanya listrik. Semua
alat yang digunakan menggunakan listrik.
3.
Masa 3 : munculnya sistem otomatis.
Semuanya serba otomtas, elektronik dan komputerisasi. Pengaruhnya
sampai sekarang terasa.
4.
Masa keempat : munculnya sistem dunia maya.
Semuanya cyber. Semuanya bisa dilihat di dunia maya. Bahkan kita punya
sahabat pun di dunia maya. Di Jepang dikenal Hikikomori, kelompok anak-anak muda yang
menarik diri dari pergaulan social dan mereka hidup sendiri (di apartemen
sendirian). Teman mereka ribuan karena teman mereka ada di-facebook (dunia
maya) dan hal ini tidak realistis. Itu sebabnya punya dampak yakni betapa
sulitnya orang-orang sekarang ini bersosialisasi. Mereka lebih senang
bersosialisasi di dunia maya daripada ketemu dan berbicara. Bahkan sekarang
usaha pun sudah elektronik. Anak saya bekerja di-disain grafis. Pekerjaannya
mempromosikan produk-produk dan dia membuat produk-produk itu agar bisa dilihat di dunia maya dengan lebih
detil. Biasanya ibu-ibu kalau beli baju, maka yang pertama-tama dilihat adalah jahitannya
terlebih dahulu. Itu tugas anak saya. Dia coba membuat 3 dimensi produknya.
Lalu bisa lihat ke dalam, jahatiannya seperti apa. Lalu bentuknya seperti apa,
bisa dilihat 3 dimensi dan berputar. Wajah kita bisa difoto di sana. Lalu
pakaian itu dipakaikan di foto kita untuk dicocokkan. Kerahnya seperti apa dan
seterusnya. Itu tugas anak saya di disain grafis. Mengapa? Karena bisnis
sekarang sudah mengarah ke business
online. Beberapa pedagang di pasar Tanah Abang , anggota jemaat kami, hampir
tutup toko karena semuanya beralih ke on-line.
Mereka mulai berpikir tentang tokonya, sehingga toko hanya digunakan untuk
pajangan dan taruh stock barang. Selebihnya semua online. Bahkan Hewlett Packard sekarang kalau mau menerima pegawai
, tidak langsung ketemu HRD tetapi bertemu mesin dahulu untuk dites. Alat ini bisa
memberikan informasi ke HRD, bahwa orang
seperti ini 2 tahun lagi akan keluar. Apakah diterima? Kalau tidak diterima, baru
face-to-face (bertemu), kalau tidak
mau diterima tinggal di-cut. Jadi
kita berhadapan dengan mesin.
Sekarang berhadapan dengan mesin.
Ibu-ibu punya kulkas dan sekarang kalau sendirian di dapur mesin itu bisa
diajak ngomong. Kalau lagi pusing, tinggal diucapkan dan mesin itu akan berkata,
“pusing kenapa?” “tidak usah khawatir”. Dia punya sahabat yaitu mesin. Diambil
dari teknologi cyri. Teknologi sudah semakin canggih. Sekarang tidak perlu lagi
manusia, melainkan robot karena robot lebih memahami manusia. Itu sebabnya pemuda
Jepang menunda pernikahan dan lebih senang memelihara boneka atau robot wanita
sebagai pasangan hidupnya. Karena deprogram lebih mengerti daripada pacaran
ribut melulu. Yang satu mau makan bapau, sedangkan yang lain maunya makan bakmi
sehingga ribut. Robot tidak begitu, ketika mau makan bakmi, robot akan
mempersilahkan karena robot tidak makan. Semakin canggih tekonologi, semakin
canggih juga taraf kehidupan kita, karena kalau mengikuti teknologi maka perlu
banyak uang untuk membelinya. Itu sebabnya, saat ini ada begitu banyak orang mengalami
stress yang luar biasa baik dalam dunia kerja maupun dunia usaha. Di dunia
kerja, ada persaingan luar biasa bahkan tidak malu-malu mereka menggeser rekan-rekan
kerjanya. Di gereja apa ada hal seperti ini? Ada! Pendeta atau panatua yang satu
menggeser pendeta atau panutua yang lain. Persaingan bahkan dalam pelayanan
gereja pun penuh dengan persaingan, gereja satu dengan gereja yang lain. Dulu
waktu saya berjemaat di Kebun Jati Bandung, belum pernah membuat poster apa pun
untuk menarik anggota jemaat. Sekarang cukup banyak gereja-gereja membuat spanduk,
“Hayo siapa yang bergereja di sini, akan dapat bonus ini itu”. Rumah Sakit di
Sunter banyak sekali spanduk-nya. Di situ dikatakan, “Kalau periksa darah sekian
akan mendapat promosi ini itu”. Dulu rumah sakit tidak seperti itu. Sekarang
begitu karena persaingan yang sangat luar biasa.
5.
Masyarakat berbasis teknologi
Masyarat sangat dibentuk oleh teknologi.
Anak-anak kita adalah anak-anak yang super pandai. Saya ketinggalan di sini.
Contoh : saya mengajar katekisasi. Saat itu kita bicara tentang kasih Tuhan. Di
awal pertemuan, saya bicara dengan anak-anak. Anak-anak ini kebanyakan remaja
dan pemuda. Saya bertanya, “Menurut kalian ‘kasih’ itu apa?” Semuanya terdiam. Saya
mengulang pertanyaannya kembali. Tapi diam semua. Sehingga saya tanya satu per
satu, dan dijawab oleh mereka. Jawabannya mantap-mantap. Dari seluruh jawaban
mereka semua pelajaran hari itu sudah selesai hanya dalam waktu 10 menit.
Karena waktu ditanya, langsung mereka bertanya ke mbah Google. Ada segala macam
jawaban. Secara teologis. Wah canggih-canggih. Saya terdiam dan merenung. Mereka
anak-anak yang pandai mendapat, menyerap informasi tetapi belum tentu mengerti.
Akhirnya saya berkata, “Hari ini pelajaran sudah selesai 10 menit. Lalu kita
teruskan kakisasinya ke Grand Indonesia.” Saya boyong mereka ke Grand Indoneisa
dengan berjalan kaki selama 15 menit. Di
tempat ngopi, Saya pesan minuman. Namun saya pesan,”Jangan diminum dulu, tunda
dulu, kalian harus menyelesaikan satu tugas dahulu”. Semua ditugaskan untuk
mengitari seluruh Grand Indonesia. Setiap kali bertemu dengan seseorang, saya
minta mereka tersenyum. Orang gila? Tidak! Lalu tangkap respon mereka seperti
apa. Jangan dibalas direspon. Lalu balik lagi ke sini. Diberi waktu 30 menit.
Setelah 30 menit mereka datang kembali dan saya berkata, “Jangan ngopi dulu.
Saya mau tanya, apa respon yang didapat ketika engkau tersenyum?”
Jawabannya kalau dikelompokkan: yang pertama
kalau orang yang disenyumi mulai pikir orang gila. Yang kedua, begitu diajak
senyum, merasa ragu-ragu. Yang ketiga, ketika diberikan senyum maka langsung ia
ikut tersenyum dan bertanya, “Orang gereja ya? “Jadi apa maksudnya pendeta?”
tanya mereka. Maksudnya : kasih itu memberi bukan menerima. Berikan. Ketika
orang bererspon macam-macam, itu urusan dia, yang penting adalah menabur kasih.
Tersenyum adalah memberikan kebahagian untuk lain, damai ke orang lain. Orang
itu mau terima atau tidak, itu urusan
orang itu. Tetapi kita sedang belajar sesuatu yang luar biasa yaitu menekan
ego, gengsi untuk tersenyum. Tidak mudah untuk tersenyum. Apalagi saat sedang banyak
persoalan. Setelah selesai mereka hanya berkata,”Oh begitu ya Pak Pendeta?
Sekarang boleh ngopi dan sharing.
Lalu mereka sharing betapa sulitnya untuk
memberi senyum.” Ada yang berkata, “Iya betul. Papi disenyumin tidak pernah mau
senyum. Memang papi terkenal jutek dari dulu.” Sekarang engkau tersenyum terus
dengan papimu, maka besok begitu bangun
dan bertemu papimu tersenyum ,”Selamat pagi, Papi ” dan tersenyum. Setelah itu
terserah mau disambut atau tidak, itu urusan papimu. Tapi ketika kamu terus
menerus menebar senyummu, suatu hari papimu akan tersenyum padamu.” Benar saja,
beberapa bulan giliran saya mengajar lagi, saya tanya,”Bagaimana hasilnya.
Sudah tersenyum belum?”. Sekarang papi seumur hidup baru saya lihat tersenyum.”
Dulu tidak pernah tersenyum. Apa yang engkau tabur itu yang akan engkau tuai.
Tetapi di jaman teknologi hal seperti ini sudah hilang
Indikasi Era Saat Ini
1.
Persaingan = individualistis.
Dalam kehidupan, orang semakin
memikirkan diri sendiri. Kalau pindah rumah, tetangga pada menghampiri dan
bertanya,”Pindah ke mana?”. Sekarang kalau pindah rumah, tidak ada orang yang
menghampiri, hanya sedikit yang menghampiri. Di mal, orang lebih senang telinganya
ditutup dengan headset mendengar lagu
dan goyang sendiri. Tidak peduli orang melihatnya dan disebut orang gila, pokoknya
“ini gue”. Sangat individualistis.
2.
Angka perceraian semakin tinggi.
Ini banyak data-nya. Mengapa? Karena
semakin orang kehilangan waktu untuk dirinya sendiri. Di tengah dunia yang
penuh tekanan, pekerjaan yang berat dan persaingan di mana-mana mereka capai, sampai
di rumah diributkan hal-hal sepele (dianggap tidak perlu diributkan), tekanan
seperti ini membuat perceraian semakin tinggi.
3.
Anak-anak kehilangan figur ayah / ibu.
Anak-anak laki-laki sekarang yang kehilangan
figur ayah menjadi orang-orang yang kewanita-wanitaan karena peranan ibu yang sangat
luar biasa mempengaruhi cara hidupnya. Sebaliknya anak-anak perempuan yang kehilangan
figur ibu menjadi kelaki-lakian.
4.
Perubahan budaya dan gaya hidup.
Kita menghadapi sebuah perubahan budaya
dan gaya hidup. Beberapa waktu lalu saat saya jalan pagi bersama istri saya, kami
melihat seorang ibu berusia sekitar 67-68 tahun. Wanita berusia seperti itu
dalam bayangan kita berpakaian seperti apa? Pertama saya lihat rambutnya
panjang dan penuh warna (merah, kuning , biru) serta dikepang. Kami berpikir
kalau dilihat dari belakang dia adalah seorang anak muda. Pakaian dan celananya
ketat. Istri saya berkata, “Anak muda ini mau ke pesta atau mau berjalan
kaki?”. Jalannya lambat dan ia pegang HP dan sekali-kali ke pinggir dan ber-swafoto.
Itu menghalangi langkah kami. Akhirnya kami menyusulkan. Waktu saya mengucapkan
selamat pagi kepadanya, baru tahu usianya sudah tua. Perasaan di belakang
orangnya muda sekali. Buat saya, wanita 67 tahun pasti tidak akan berpakaian seperti
itu., tetapi sekarang terjadi perubahan budaya dan gaya hidup.
Salah atau boleh tidak wanita berusia 67
tahun berpakaian seperti itu? Bisa atau boleh saja, tidak ada yang melarang.
Hanya saya yang lahir di zaman baby-boomer
(tahun 60-an) melihat keadaan seperti ini tidak bisa menerima hal seperti ini
oleh mata saya. Tapi saya harus belajar memahami bahwa sekarang terjadi perubahan
budaya dan gaya hidup. Sebentar-sebentar ke café, nongkrong sana-sini, makannya
di kedai kopi. Dulu tidak ada seperti ini. Namun ini sudah menjadi kebutuhan. Saya
berpikir di situlah tempat-tempat anak muda berkumpul. Kebetulan saya juga suka
ngopi. Kalau ada waktu sebelum pelayanan, sekitar 1 jam lebih sedikit, saya beli segelas
kopi dulu. Saya pikir yang nongkrong anak-anak muda, ternyata tidak juga. Ibu-ibu
muda pada nongkrong sambil tertawa-tawa dan merokok. Saya mulai berpikir, ini
zaman apa? Mengapa jadi seperti ini? Bukan anak-anak muda malah anak-anak muda
tidak terlalu banyak.
Ada juga demi gengsi berani pinjam uang.
Hanya gara-gara gengsi saja! Suatu hari anak saya berkata, “Pi, saya sudah
habis uang jajan minggu ini” (waktu itu masih kuliah). Saya menyerahkan uang
dan berkata “Nih untuk seminggu ya”. Dia menjawab lagi,”Iya Pi. Irit-irit. Ini
kan buat uang jajan saja, uang untuk bus belum.” Jadi saya tambah lagi Rp
50.000. Lalu ia berkata lagi,”Nanti sore , Papi ada pelayanan?”. Saya
menjawab,”Oh ada. Di gereja ada pelayanan pk 19-20.30.” Dia berkata lagi,”Oh kebetulan,
saya selesai kuliah pk 20.30 an. Nanti papi bisa jemput saya tidak sekalian
pulang?” “Kan kamu sudah dapat uang untuk naik bus?” jawab saya. “Iya sekalian
kan, sudah malam kan dekat dari gereja ke sini”. “Baiklah saya jemput”, jawab
saya. Lalu saya jemput. Waktu sudah di mobil ia berkata, “Pi, saya minta uang
lagi. Tadi, teman saya pinjam uang. Dia
sedang tidak ada uang. Dia banyak keperluannya. Uang tuanya sedang di
luar kota. Dia tadi pinjam Rp 50.000” “Oh Rp 50.000? Ya, sudahlah. Adik besok
papi gantikan. Kalau dia tidak bisa ganti , ya sudah tidak usah diganti. Karena
dari luar kota, mungkin belum dapat
kiriman”, kata saya. Lalu kami mutar kampus untuk keluar. Pas melewati
Star-buck, anak saya melihat dan berkata,”Yailah, dia nongkrong di Star-buck.
Pinjam uang Rp 50.000 untuk nongkrong.” Anak saya langsung buka jendela ,
melambaikan tangan dan berteriak memanggilnya.
Temannya membalas dan berkata,”ngopi”. Yailah pinjam uang hanya untuk
ngopi saja! Namun demi gengsi semua dilakukan. Ini zaman gaya modern.
5.
Absolut vs relativisme.
Segala hal yang absolut dulu (yang tidak
bisa diubah) sekarang semua jadi relative. Misalnya : Apa yang sudah disatukan
Allah tidak boleh diceraikan manusia. Sekarang ditambahkan apa yang sudah
disatukan Allah tidak boleh diceraikan manusia kecuali kasus-kasus khusus. Di
Alkitab tidak ada kasus-kasus khusus. Sekarang yang tidak bisa diubah, sekarang
mulai dipikirkan ulang. Maka Yesus yang begitu absolut, melalui perkembangan ilmu
pengetahuan saat ini muncul teologi modern yang mulai merekonstruksi tentang
Yesus. Yesus dilihat dari kacamata yang berbeda.
Contoh : waktu Yesus berjalan di atas air,
kira-kira kita menggambarkan Yesus yang seperti apa di sini? Ada yang mengatakan,”Allah
yang luar biasa berjalan di atas air”. Sekarang Deddy Cobuzer bisa berjalan di
atas air. Chriss Angel, seorang pesulap, bisa naik ke atas tanpa satu alat bantuan
apapun. Jadi ternyata cerita Alkitab tentang Kristus itu perlu direkonstruksi (diubah,
di tata ulang). Ada yang masuk akal dan ada yang tidak masuk akal. Yang tidak
masuk akal, jangan masuk bagian dalam iman. Tapi yang masuk akal, itu harus masuk
dalam bagian iman. Masuklah pemahaman teologi Yesus sejarah. Yesus sejarah
mulai merekonstruksi keberadaan Yesus. Ternyata Yesus digambarkan sebagai orang
yang patah hati. Yesus dilihat dari berbagai macam sudut. Dari ilmu psikologi, Yesus
dilihat sebagai orang yang patah hati, mengalami penyakit kejiwaan yang sangat
serius karena Dia adalah orang yang selalu membanggakan diriNya. Itu sudah
penyakit, disimpulkan demikian. Kemudian juga dikatakan Yesus terlalu banyak
mengalah berarti dia dahulu punya banyak trauma dalam kehidupannya. Tekanan-tekanan
emosional yang sangat luar biasa. Jadi sewaktu Yesus mengajarkan,”Kalau engkau
ditampar pipi kirimu berikan pipi kananmu” karena Yesus pernah mengalami trauma
yang luar biasa. Yesus yang adalah Tuhan mulai bergeser mulai menjadi Yesus
yang bisa dipikirkan di dalam begitu banyak ilmu yang ada sekarang ini. Itu
sebabnya di dalam ilmu teologi modern diajarkan sekarang tentang merekonstruksi
Yesus. Ketika dikatakan Yesus bangkit dari kubur, Yesus tidak bangkit dari
kubur sebenarnya. Yesus mati ya sudah mati. Hanya yang bangkit itu adalah namaNya dan pengaruhNya, bukan
tubuhNya yang bangkit. Ini bertambah gawat. Bahkan bukan hanya Yesus saja yang
dipersoalkan, tetapi Musa juga dipersoalkan. Yaitu ketika Musa berjalan di
tengah-tengah air dan air mulai terbelah, itu sebenarnya bukan berjalan di laut
tapi jalannya di parit kecil. Jadi ketika jalan di parit kecil, ada air di
situ. Banyak orang berjalan di sana, maka airnya menyibak. Itu yang katanya
disebut terbelah. Kalau diceritakan lebih jauh maka jadi tambah kacau. Itulah
perkembangan yang sedang dipikirkan sekarang. Belum lagi mengenai wajah Yesus.
Seperti apa wajah Yesus? Direkonstruksi lagi wajah Yesus. Dari saat kain kafan,
dilihat ada bentuk-bentuknya direkonstruksi lagi dengan teori karbon, sehingga
muncullah Yesus yang wajahnya hitam ,berambut kriting seperti orang dari Afrika.
Kita melihat Yesus seperti apa? Orang bule rambutnya panjang, matanya biru?
Mereka katakana, itu Yesusnya orang Belanda yang dibawa ke mari. Kita
mengenalnya yang digambar-gambar. Sebenarnya tidak seperti itu. Kita bertambah
bingung waktu berjalan-jalan di China,
Yesus matanya sipit, rambut dikepang. Buat orang China mengatakan
rekonstruksinya seperti ini. Di era digital semakin bingung lagi.
Itu sebabnya mengapa begitu banyak orang
ketika melihat kebingungan-kebingungan yang ada, belum lagi mereka mempertanyakan
kuasa Tuhan dalam kehidupan mereka. Tidak ada! Mereka ditolong karena
teknologi. Mereka bisa ini itu karena teknologi. Mereka punya sahabat karena
tekonologi. Mereka bisa berusaha karena tekonologi. Semua serba teknologi. Di
mana kuasa Tuhan? Tidak ada! Mulailah dipertanyakan tentang spiritualitas. Itu
sebabnya mengapa gereja-gereja tradisional di Eropa dan AS mulai sepi. Karena mereka
semakin mempertanyakan tentang Yesus yang tidak pernah terpikirkan oleh mereka
saat ini. Kok bisa ya orang-orang zaman dulu menyembah Yesus seperti ini? Kok
bisa ya, orang-orang zaman dahulu memuji Tuhan yang seperti ini? Mereka mulai mempertanyakan
tentang Yesus.
6.
Materialisme.
Tidak ada uang, tidak bisa hidup. Itu
sebabnya anak-anak muda sekarang dalam dunia kerja berusaha sekuat tenaga dan semampu
mereka untuk bisa meraih uang. Karena dengan uang mereka bisa melakukan segala
perkara. Secara sederhana dikatakan tanpa uang , manusia tidak bisa hidup. Kasihan
sekali anak-anak sekarang. Mereka bekerja dan bekerja untuk memenuhi kebutuhan
mereka, habis setiap bulan. Anak perempuan saya begitu bekerja , saya selalu
mengajarkan ke anak saya begitu selesai kuliah harus bekerja dengan orang. Dia
pun memprotesnya,”Pi, saya kan bisa bekerja sendiri”. “Tidak bisa! Karena kamu harus belajar jadi
karyawan. Kamu harus belajar tentang disiplin , struktur dan banyak hal di situ.”
Setelah 2-3 tahun dia bisa menyerap semua dan kalau mampu bekerja sendiri, bisa
bekerja sendiri. Kokonya tetap bekerja di perusahaan.
Tetapi apa yang terjadi? Karena kemajuan
teknologi yang sangat luar biasa, seseorang bisa bekerja di beberapa
perusahaan. Kalau dulu hanya bekerja di satu perusahaan. Suatu hari anak saya,
saat diskusi tentang dunia kerja, saya katakana,”Justru papi dengar dari
beberapa pengusaha zaman sekarang. Mereka selalu mencari orang yang jujur dan orang
yang setia. Susah dapatnya. Pernah ada pengusaha bertanya, Pak Pendeta, ada
tidak siapa rekomendasinya orang yang
jujur dan setia?” Saya jawab,” Kan di perusahaan kamu banyak. Kan ada direktur-direktur
yang hebat.” “Betul, mereka orang-orang
yang hebat. Tapi saya tidak percaya mereka orang yang setia, karena saya
ambil mereka dari perusahaan lain” jawabnya. Berapa tahun bekerja di sini , lalu
cari kerja di tempat lain pakai headhunter untuk pindah kerja dan naik jabatan.
Seorang dapat jabatan yang tinggi belum tentu dia mulai dari nol di satu
perusahaan itu. Orang itu pindah-pindah untuk sampai di sana. Orang-orang yang
pindah-pindah kerja seperti ini bisa disebut sebagai orang setia? Belum tentu! Itu
sebabnya mencari orang yang jujur dan setia, susah. Anak saya berkata, “Tidak
bisa begitu. Itu cara berpikir yang kuno kalau papi menginginkan di satu
perusahaan sampai nanti pensiun. Saya tidak bisa. Saya harus pindah. Sekian
tahun, saya harus punya target. Sekian tahun aku kerja di sini dan pindah. Naik
jabatan lagi. Karena hiidup perlu uang! Papi jangan munafik.” Saya katakana,”Memang
benar kita perlu uang, tapi uang dari mana? Kalau Tuhan tidak buka jalan, uang
tidak akan datang. Semua asalnya dari Tuhan. Kamu bisa sehat , kuat dan punya
peluang itu semua karena Tuhan yang berikan itu.” Walau memakan waktu yang lama,
akhirnya ia bisa juga mengerti setelah didiskusikan terus tentang itu. Tapi
karena pengaruh zaman yang mulai berpikir tentang pola yang baru memang susah. Itu
sebabnya segala sesuatu diukur secara materi. Gereja yang berhasil dilihat dari
jemaatnya yang banyak, persembahannya sammpai miliaran, gedungnya dari kristal,
dan buat saya ini tidak menjamin sebuah gereja yang berhasil. Gereja yang
berhasil adalah gereja yang mengetahui siapa Tuhannya dan apa kemauan Tuhannya
dan gereja yang selalu belajar tunduk pada perintah Tuhan. Bukan dari jumlah
tapi dari kesungguhan dan kesetiaan orang-orang ada di gereja yang menyembah dan melayani Tuhan dalam doa
dan persekutuan-persekutuan mereka. Itu yang disebut gereja yang berhasil.
Intinya banyak orang hanya melihat dari sudut luarnya, tidak melihat dari
dalamnya (casing- nya saja).
7.
Pengaruh media informasi yang berlimpah.
Banyak hoax karena pengaruh media informasi
yang berlimpah.. Itu membuat kita kehilangan arah. Mana yang benar-benar benar
sekarang ini. Contohnya : mau pilih Probowo atau Jokowi? Dengar sana-sini,
ketika mau mencoblos pengaruhnya sangat luar biasa. Itu pengaruh dari media informasi
yang sangat luar biasa. Suatu hari kami rapat. Di gereja kami ada yang disebut
kelompok kesaksian dan pelayanan. Kelompok ini mengundang pembicara dari gereja
yang tidak seazas (misal dari Pentakosta, GBI dll) untuk berkhotbah di gereja
kami. Kelompok ini wadah untuk anggota jemaat kami yang ingin mempunyai warna ibadah
yang sedikit berbeda. Gereja kami adalah mainstream yang sangat kaki di mana
lagu-lagunya dari kidung jemaat, kalau bertepuk tangan saat bernyanyi akan
dilihatin orang. Pendeta yang berkata,”Mari jemaat kita nyanyikan pujian yang
indah ini, kita bertepuk tangan” langsung akan menimbulkan pertanyaan. Jadi ini
wadah untuk jemaat yang beribadah pada gereja-gereja yang sangat terbuka untuk
hal-hal yang baru. Suatu hari kami berpikir bagaimana caranya agar bisa
mengumpulkan orang bisa beribadah di tempat ini. Saya hanya mengatakan,”Apa
tujuan kelompok ini ada?”. Ada yang mengatakan,”Sebenarnya , kami melihat di
lingkungan pasar ini banyak orang yang belum kenal Tuhan, kiranya dengan
kehadiran kami secara sederhana mereka bisa mengenal Tuhan. Karena semuanya
serba sederhana. Khotbahnya sederhana. Pujiannya juga sederhana.” “Ok, kalau
begitu, bagaimana kalau kita wartakan?” “Saya katakana, kalau diwarkan tidak kena. Jadi kita pakai WA. Buat teks undangan
lalu sebarkan ke seluruh tetanggamu memakai WA dan undang mereka.” Jadi tidak perlu
diwartakan karena saya percaya media informasi punya pengaruh luar biasa. Hanya
dalam hitungan 4 hari, hari H-nya, gereja penuh. Datangnya informasi itu dari
WA. Itu baru dari WA, belum masuk instragram dll. Sekarang zamannya kita hidup
dalam dunia seperti ini. Apakah kita bisa melihat kebenaran di sini? Semakin
sulit melihat kebenaran di sini.
8.
Kekosongan spiritualitas.
Begitu banyak orang merasa kosong dalam kehidupan spiritual.
Justru saya melihat bahwa dalam perubahan zaman dan teknologi yang luar biasa,
begitu banyak orang kesepian, hampa, membutuhkan kekuatan tapi mereka tidak
tahu dari mana kekuatan itu. Begitu banyak orang yang rindu mendapat
penghiburan tetapi mereka tidak mendapat hiburan spiritual itu seperti apa. Ini
pintu gereja untuk masuk bagi mereka.
Di masa 5G, generasi milenial
membutuhkan Kristus.
Sebenarnya tidak bisa dipungkiri. Di masa sekarang banyak
orang membutuhkan Kristus. Namun Kristus yang seperti apa?
1.
Di dalam Kristus ada persahabatan Sejati
Mereka
tidak memerlukan Yesus yang konseptual tapi Yesus yang bersahabat. Ketika
dikatakan Yesus yang bersahabat, begitu banyak orang yang meninggalkan kamu,
tapi Yesus mau menjadi sahabat untukmu. Yesus menjadi sahabat bagi orang -orang
yang membutuhkan saat ini. Ada pergeseran lebih ke pemahaman yang praktis yang
menyentuh hati dan pikiran orang-orang sekarang ini.
Dulu
pernah diajarkan, hanya tidak diberikan penekanan yang kuat dalam kehidupan
bergereja. Yoh 15:14 Kamu adalah
sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu. Di
tengah-tengah murid-murid yang saat itu mengalami kekosongan jiwa. Dan juga
Yesus menyapa orang-orang pada zaman sekarang,”Akulah sahabatmu”. Kamu tidak
sendirian, tetapi ada Aku. Aku bukan sekedar teman tetapi sahabat. Apa beda
sahabat dengan teman? Kalau teman sekarang ada, besok belum tentu ada. Kalau
sahabat walaupun orangnya tidak ada, saat di-WA ‘kamu ada di mana?’ akan
dibalas ‘Saya ada di sini. Kenapa kamu? Ada apa kamu? Jangan takut, saya selalu
ada untukmu”. Itu seorang sahabat. Yesus yang seperti apalagi yang dibutuhkan pada
zaman ini?
2.
Di dalam Kristus ada tujuan hidup
Kalau
punya Tuhan, Ia harus tahu ke mana saya pergi. Saya harus melangkah ke mana? Di
dalam Kristus saya punya tujuan. Apa Tujuan Tuhan? Tujuan Tuhan hanya
mengatakan,”Aku mau bersama-sama dengan
kamu, di dunia ini sampai di dalam kekekalan. Tujuan Tuhan harus menjadi tujuan
kita. Orang-orang zaman sekarang ini dan anak-anak sekarang ini mulai diarahkan
bahwa ternyata hidupnya bukan hanya sekedar di dunia ini saja, tetapi juga di
dalam kerajaan sorga. Itu sebabnya harus ada kebangkitan orang mati. Pada
pengakuan iman rasuli dikatakan,” Aku percaya kepada kebangkitan orang mati”. Mengapa harus ada kebangkitan orang mati?
-
Yesus yang hidup
tidak pernah bisa hidup bersama orang mati.
Harus ada kebangkitan orang mati karena Yesus yang
hidup tidak pernah bisa hidup bersama orang mati. Tetapi Yesus yang hidup hanya
mau hidup dengan orang yang hidup. Persoalannya,”Alkitab mengajarkan bahwa
setiap manusia punya batas-batas hidup usia 70 tahun, kalau kuat 80 tahun. Saya
selalu mengukurnya dari ujung. Kalau dulu bangga waktu ditanyakan usia berapa ,
saya menjawab 32 tahun. Berarti sudah 32 tahun hidup di dunia. Sekarang kalau
ditanya, saya selalu hitungnya dari ujung (70 tahun). Kalau ditanya umurnya
berapa, berarti kalau tinggal berapa tahun lagi saya hidup? Pernah berpikir
begitu. Jangan hitung dari nol hingga ke usia sekarang tetapi dari ujung 70
tahun. Kalau usia sekarang 50 tahun, berarti tinggal 20 tahun lagi hidup. Kalau
sekarang usianya 60 tahun berarti tinggal 10 tahun lagi. Bukankah dengan
menghitung seperti itu, kita mulai berpikir saat ini ,”Wow… betapa berartinya
waktu itu.” Waktu itu berjalan sangat cepat sekali. Saya mau bersyukur dengan
Tuhan Yesus karena Ialah Allah yang menerobos hukum-hukum Nya sendiri,
aturan-aturanNya sendiri. Orang yang mati, mati saja. Namun Yesus hidup dari
kematian, berarti kita akan hidup dari kematian secara badani. Waktu kita dibangkitkan,
maka yang dibangkitkan apanya? Ini yang menjadi pertanyaan orang-orang zaman
sekarang ini. Apakah tubuh, jiwa dan roh nya dibangkitkan? Ini yang jadi
persoalan. Karena kita dipermainkan oleh ilmu filsafat. Yang namanya ilmu akan berkembang
terus. Sejak Perjanjian Lama , filsafat mengajarkan bahwa manusia terbagi 2
bagian yaitu tubuh dan roh. Di zaman Yesus, setelah Yesus naik ke surge dan
filsafat Yunani mulai menguasai Timur Tengah dan mengajarkan bukan 2 tapi 3
yaitu tubuh , jiwa (psike) dan roh. Pemahaman ini bertahan sampai beberapa
puluh sammpai ratusan tahun. Sekitar tahun 80-an ada seorang filsuf Jerman
mengajarkan bahwa bukan 3 tetapi 4 dalam penelitiannya yaitu tubuh, jiwa , roh
dan paradigma.
Beberapa
tahun kemarin, timbul filsafat baru yang mengatakan bukan 4 tetapi 5 yaitu tubuh, jiwa, roh, paradigma dan ide. Ilmu
tambah terus. Alkitab tidak pernah berbicara tentang, manusia terdiri dari 2,
3, 4 atau 5 bagian. Bukan persoalan. Tetapi Alkitab melihat manusia secara
keseluruhan. Jadi ketika manusia dibangkitkan, maka yang dibangkitkan adalah
orang mati. Orang keseluruhan inilah yang dibangkitkan. Jadi bukan hanya sebagaian
tapi seluruhnya.
Ketika
Yesus bangkit, ,Yesus bertemu dengan murid-muridnya di rumah yang tertutup dan
terkunci pintunya, tiba-tiba Yesus masuk. Dikatakan,”Yang ini adalah roh”. Namun
saat itu Yesus bertanya, “Apakah ada makanan di sini?” Murid-muridNya
mengatakan,”Oh ini ada ikan baka.” Yesus makan ikan itu. Artinya apa? Tubuh!
Yesus mau mengatakan,”Inilah tubuh kekekalan itu yang tidak terbatas pada ruang
dan waktu.” Itu sebabnya kebangkitan yang ada , bukan kebangkitan roh atau
hanya tubuh atau jiwa saja tetapi manusia secara utuh. Jadi ketika kita
ditanya, nanti yang dibangkitkan apa? Jawabnya,”Aku secara utuh”. Ini yang
dibangkitkan Tuhan. Supaya kita hidup dalam kekekalan bersama dengan Tuhan. Itu
tujuannya ke sana. Dan ketika anak-anak muda bertanya, “Pak Pendeta, sebenarnya
tujuan kita ke mana?” “Ke sana. Yesus sudah mengatakan ke sana. Barang siapa kepadaNya
tidak ada yang binasa, tetapi supaya mereka memperoleh hidup yang kekal. Itu tujuannya.”
Dan sekarang kita sedang berjalan ke sana. Tanpa Dia, kita tidak bisa berjalan
ke sana. Sehingga Yesus mengatakan,”Akulah jalan, kebenaran dan hidup. Tidak
seorang pun sampai ke sana tanpa melalui Aku.” Dialah yang menunjukkan
kekekalan itu, tujuan ke sana. Banyak anak-anak muda kita di dunia milenial,
kehilangan tujuan hidup dan mereka butuh tujuan hidup mereka. Di dalam Kristus ada
tujuan hidup. Ini yang tadi saya khotbahkan. Tujuan Tuhan yang lain adalah
berjalan bersama dengan kita. Di dunia ini begitu banyak orang yang menggunakan
materialisme dan ilmu teknologi. Tetapi itu sesaat bisa menemani mereka. Mereka
sadar bahwa ini hanya alat. Tetapi yang sungguh-sungguh yang bisa memberikan
mereka kekuatan, inspirasi, kemampuan bahkan kemampuan menerobs hal yang sukar saat
Yesus tinggal di dalam mereka dan mereka tinggal di dalam Kristus. Jadi Yesus
adalah Allah yang hidup y ang mau berjalan dengan mereka. Kristologi inilah
yang sebenarnya yang dibutuhkan oleh orang-orang di zaman ini. Jadi apakah
Yesus ini relevan? Ya, sangat relevan dengan perubahan pada zaman sekarang ini.
Justru di zaman sekarang ini, begitu banyak orang membutuhkan Yesus. Amin.
No comments:
Post a Comment