Ev. Susana Heng
Yoh 6:60-70
60
Sesudah mendengar semuanya itu banyak dari murid-murid Yesus yang
berkata: "Perkataan ini keras, siapakah yang sanggup
mendengarkannya?"
61
Yesus yang di dalam hati-Nya tahu, bahwa murid-murid-Nya
bersungut-sungut tentang hal itu, berkata kepada mereka: "Adakah perkataan
itu menggoncangkan imanmu?
62
Dan bagaimanakah, jikalau kamu melihat Anak Manusia naik ke tempat di
mana Ia sebelumnya berada?
63
Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna.
Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup.
64
Tetapi di antaramu ada yang tidak percaya." Sebab Yesus tahu dari
semula, siapa yang tidak percaya dan siapa yang akan menyerahkan Dia.
65
Lalu Ia berkata: "Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak ada
seorangpun dapat datang kepada-Ku, kalau Bapa tidak mengaruniakannya
kepadanya."
66
Mulai dari waktu itu banyak murid-murid-Nya mengundurkan diri dan tidak
lagi mengikut Dia.
67
Maka kata Yesus kepada kedua belas murid-Nya: "Apakah kamu tidak
mau pergi juga?"
68
Jawab Simon Petrus kepada-Nya: "Tuhan, kepada siapakah kami akan
pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal;
69
dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari
Allah."
70
Jawab Yesus kepada mereka: "Bukankah Aku sendiri yang telah memilih
kamu yang dua belas ini? Namun seorang di antaramu adalah Iblis."
Perkataan
Yohanes 6:68-69 Jawab Simon Petrus kepada-Nya: "Tuhan, kepada siapakah kami akan
pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal; dan kami telah percaya
dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah.". Tema hari
ini adalah “PerkataanMu adalah Perkataan
Hidup yang Kekal”. Tema ini diambil dari jawaban Simon Petrus kepada Tuhan Yesus
yang bertanya kepada kedua belas murid-Nya : "Apakah kamu tidak mau pergi juga?". Pertanyaan ini menyebabkan
Rasul Petrus mengatakan bahwa perkataan Tuhan
Yesus adalah perkataan hidup yang kekal.
Setiap hari kita berkata-kata. Apakah pernah bertekad untuk
puasa (tidak) bicara sepanjang hari? Mungkin kalau bertengkar dengan suami maka
istri tidak bicara kepada suami saja (masih bicara dengan yang lain). Demikian
juga kalau suami sedang kesal dengan istri maka tidak bicara dengan istri minimal
selama 2 jam (sebelum suami minta makan). Saya juga bicara begitu banyak setiap
hari. Dari perkataan-perkataan yang saya ucapkan tersebut , saya tidak tahu
berapa banyak perkataan yang salah. Jadi saya seringkali minta ampun kepada Tuhan.
Karena saya berpikir, orang yang banyak bicara pasti banyak salah.
Perkataan
Tuhan Yesus adalah perkataan hidup yang kekal. Perkataan kita yang apa? Pernah
tidak orang bertengkar atau sakit hati karena perkataan? Perkataan kita adalah
perkataan apa? Perkataan yang membuat 2 orang bertengkar, menyakiti hati orang,
menggosipkan orang, perkataan yang tidak baik dan itu ada banyak sekali. Tetapi
perkataan Tuhan Yesus bukan perkataan yang demikian. Perkataan Tuhan Yesus yang
dikatakan oleh Rasul Petrus adalah perkataan hidup yang kekal. Kita tahu di
antara murid-murid Tuhan Yesus, Rasul Petrus yang paling cepat bereaksi.
Perkataan Hidup yang Kekal
Sewaktu
Tuhan Yesus berkata, maka Rasul Petrus yang langsung berkata ,”PerkataanMu
adalah perkataan hidup yang kekal” padahal ada murid-murid yang lain. Mengapa Petrus
mengatakan perkataan ini? Di dalam konteksnya, mengapa sampai Tuhan Yesus
bertanya kepada ke dua belas muridNya yang dijawab langsung dijawab Rasul Petrus
secara spontan? Kalau kita di pesta dan kita bicara dengan seseorang, tentu ada
kejadian atau konteks mengapa mengatakan sesuatu hal. Apakah kita kesal bila
kita mengatakan tentang seseorang lalu perkataan tersebut langsung dikutip dan
disampaikan (dilapor) kepada orang tersebut agar kita bertengkar. Misalnya : Waktu
di pesta ada yang berkata, “Iya-ya, hari ini roknya kependekan”. Orang itu lalu
tidak melihat konteksnya menyampaikan bahwa menurut cuang dao itu , kamu memakai rok
terlalu pendek setiap hari. Orang itu menjadi kesal dan marah. Padahal itu konteksnya
pembicaraan di pesta. Sehingga saya mengajak untuk melihat konteks dari
peristiwa mengapa Petrus mengatakan hal itu. Mengapa Petrus mengucapkan perkataan
itu? Sewaktu membaca Alkitab, kita tidak boleh mengutip (ambil) satu ayat saja
secara sembarangan, karena di dalam Alkitab pun ada perkataan Iblis. Contoh di
kitab Ayub,iblis datang ke hadirat Tuhan dan menuduh Tuhan sewaktu iblis ingin menggoda Ayub. Jadi kita
harus tahu konteks ayat yang dikutip (jangan sembarangan mengutip ayat tanpa
mengetahui latar belakang-nya). Di nats Alkitab yang kita baca (Yohanes 6), latar
belakangnya terjadi di Kapernaum sewaktu Tuhan Yesus mengajar di rumah ibadah. Setelah mendengar perkataan Yesus, murid-muridNya
menanggapi dengan berkata bahwa perkataan Tuhan Yesus keras ,siapa yang sanggup
mendengarkannya. Murid-murid itu bersungut-sungut dan kemudian banyak yang
mengundurkan diri dan meninggalkan Tuhan Yesus (Yoh 6:66).
Setelah
kejadian di mana banyak murid-murid mengundurkan diri meninggalkan Tuhan Yesus,
Tuhan Yesus bertanya kepada 12 orang murid-Nya, ”Apakah kamu tidak mau pergi juga?” (karena sudah banyak orang
meninggalkan Tuhan Yesus). Tetapi pada saat itu juga Rasul Petrus dengan cepat langsung
menjawab,”Tuhan kepada siapa kami akan pergi? PerkataanMu adalah perkataan
hidup yang kekal.” Pada mulanya banyak orang mengikuti Tuhan Yesus. Mereka
berbondong-bondong mengikuti Tuhan. Tetapi kemudian waktu mendengar perkataan
Tuhan Yesus, mereka mengatakan bahwa perkataan Tuhan Yesus terlalu keras.
Kemudian mereka meninggalkan Tuhan Yesus. Sehingga Yesus bertanya kepada
murid-muridNya,”Apakah kamu juga akan pergi?” Dan Petrus
mengatakan,”PerkataanMu adalah perkataan hidup yang kekal”. Kemudian
dilanjutkan dengan ayat yang di bawahnya. Mengapa perkataan Yesus adalah
perkataan hidup yang kekal? Petrus mengatakan, “Karena Engkau adalah Allah”. Petrus
mengatakan bahwa ia percaya walaupun saat itu Petrus tidak tahu apa yang Tuhan Yesus ajarkan. Ia tidak terlalu
mengerti apa yang diajarkan Tuhan Yesus saat itu tetapi ia percaya. Seringkali
kita juga tidak mengerti apa yang terjadi di dalam hidup kita, seringkali kita juga
tidak mengerti firman Tuhan dibandingkan dengan apa yang terjadi di depan kita.
Tetapi dalam hati sewaktu kita tidak mengerti,”Percayalah!” Mengapa? Karena
Allah adalah Allah yang mengasihi kita. Ia pasti akan memberikan yang baik.
Jadi dikatakan, “Percayalah!”. Seperti Rasul Petrus berkata,”karena Engkau
adalah Allah”. Tetapi banyak orang yang meninggalkan Tuhan.
Bandingkan
sewaktu orang banyak diberi makan oleh Tuhan Yesus, apa yang terjadi? (Pada Yoh
6:1-15 Yesus memberi makan 5.000 orang). Saat itu orang banyak melihat mujizat.
Mereka diberi makan roti dari 5 roti dan 2 ikan. Begitu banyak orang, tetapi roti
dan ikan yang tersisa masih banyak. Yoh
6:11 Lalu Yesus mengambil roti itu,
mengucap syukur dan membagi-bagikannya kepada mereka yang duduk di situ,
demikian juga dibuat-Nya dengan ikan-ikan itu, sebanyak yang mereka kehendaki.
Yoh 6:14-15 Ketika orang-orang itu melihat mujizat yang
telah diadakan-Nya, mereka berkata: "Dia ini adalah benar-benar nabi yang
akan datang ke dalam dunia.". Karena
Yesus tahu, bahwa mereka hendak datang dan hendak membawa Dia dengan paksa
untuk menjadikan Dia raja, Ia menyingkir pula ke gunung, seorang diri. Ketika
Tuhan Yesus memberikan makanan, roti , mereka ingin menjadikan Tuhan Yesus sebagai raja. Bandingkan
dengan Yohanes 6:66 Mulai dari waktu
itu banyak murid-murid-Nya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia.
Bagian depan semua orang mengikut Yesus, mereka
mencari Tuhan Yesus. Mengapa mencari Tuhan Yesus? Karena mereka diberi makan dan mereka kenyang. Karena mereka
disembuhkan dari penyakitnya, mereka melihat mujizat Tuhan. Tetapi sewaktu
mereka mengikuti Tuhan Yesus, melihat mujizat Tuhan , mereka terus mengikut
Yesus hendak menjadikan Yesus sebagai raja. Kemudian Tuhan Yesus mengajarkan
kebenaran kepada mereka. Tetapi bagian belakang dari Yoh 6:66, apa yang
terjadi? Mereka meninggalkan Tuhan Yesus! Kedua bagian ini kontras. Satu bagian
orang mengejar hendak menjadikan Dia sebagai raja , bukan karena mereka percaya
tetapi mereka sudah kenyang. Tetapi ketika Tuhan Yesus mengajar kebenaran
kepada mereka. Mereka mengatakan apa? “Ini terlalu keras.”
Bagaimanakah dengan kita?
-
Apakah kita orang
yang mengikut Tuhan karena roti (sudah kenyang)? Ataukah kita mengikut
Tuhan walaupun Perkataan (rhema) itu keras?
Ada gereja tertentu yang mengadakan KKR
kesembuhan. Saya tidak mengatakan hal tersebut tidak bagus, melainkan hal itu
bagus sekali. Banyak orang disembuhkan. Tetapi kemudian waktu Tuhan Yesus
mengajarkan kebenaran dan mengizinkan sesuatu terjadi , banyak kemudian yang
meninggalkan Tuhan. Jadi mereka ikut Tuhan karena mereka “roti”. Percayakah
mereka kepada Tuhan Yesus dan perkataanNya-kah atau karena mereka sudah kenyang
dan melihat mujizat? Yang mereka mau adalah mujizat Tuhan. Apa yang memenuhi
kebutuhan jasmaninya, bukan Yesus sebagai Tuhan!
Saat ini
dunia menawarkan yang enak-enak. Mengapa kalau ditawarkan hal begitu, jemaat
akan banyak? Banyak orang akan datang. Mereka akan berbondong-bondong datang untuk
mencari Tuhan. Tetapi saat perkataan Tuhan yang hidup itu dinyatakan, banyak orang
mengatakan “hal itu susah”. Tidak aneh ada yang meninggalkan Tuhan.
-
Kalau mengikut Tuhan karena roti, maka ketika
menghadapi kesulitan, kita akan mudah meninggalkan Tuhan.
Hal ini bisa
kita lihat di dalam satu pasal (Yohanes 6), kalau kita bandingkan bagian depan
dan belakang-nya. Depan ikut Tuhan karena mereka kenyang, dan di bagian belakang
mereka meninggalkan Tuhan Yesus karena perkataanNya sangat keras. Sehingga kita bisa melihat bahwa
banyak orang mengikut Tuhan karena melihat atau mendapat mujizat. Kalau saya mendapat
mujizat Tuhan, saya akan senang sekali. Saat susah, saya menangis dan berdoa
terus. Semua kalau boleh minta kepada Tuhan, maka mintanya adalah berkat Tuhan yang
berkelimpahan. Tidak ada yang meminta agar percobaan datang dan bersusah-susah.
Saya dari dulu sampai sekarang mintanya adalah agar Tuhan memberkati. Semua
orang suka berkat termasuk saya. Berkat Tuhan, perkataan yang enak, mujizat
Tuhan (begitu sakit tinggal berdoa dalam nama Tuhan Yesus maka penyakit hilang
dan tidak perlu ke dokter.”) saya juga mau. Tetapi kalau ikut Tuhan hanya
dengan motivasi seperti itu, maka celakalah! Maka sewaktu doa tidak dijawab lalu dia akan meninggalkan Tuhan.
Namun saya bersyukur karena Alkitab berkata,”Perkataanmu adalah perkataan hidup
yang keras”.
Kalau
dilihat dalam bahasa Yunani maka untuk “perkataan” digunakan kata rhema (pernyataan atau perkataan Tuhan). Kata rhema ini ada juga ditulis di dalam
Matius 4:4. Waktu itu Tuhan Yesus dicobai di padang gurun. Setelah berpuasa 40
hari 40 malam tidak makan tentu Dia lapar. Iblis tahu Tuhan Yesus lapar dan dia
berkata,”Jikalau Engkau Anak Allah maka suruhlah batu ini menjadi roti” Apakah
Tuhan Yesus perlu mengubah roti menjadi batu sehingga Dia baru menjadi anak Allah? Dia adalah Anak
Allah, tidak perlu mengubah batu menjadi roti terlebih dahulu. Tidak perlu
mujizat apa pun karena dia adalah Anak Allah. Sehingga apa jawab Tuhan Yesus?
Tuhan Yesus menjawab,”Ada tertulis , manusia hidup bukan dari roti saja tetapi
dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah (=rhema). Di dalam Yohanes 6:68 perkataan Yesus itu adalah rhema yaitu perkataan dari Allah.
Sehingga kalau kita lihat pengajaran Tuhan Yesus mengenai roti hidup dan orang
dikenyangkan karena roti jasmani, sekarang kita melihat urutannya. Saya ingin
kita melihat urutannya. Bahwa Tuhan Yesus tidak ingin kita kenyang karena roti
saja, tetapi Tuhan Yesus mau kita dikenyangkan oleh firman Tuhan. Karena firman
Tuhan aalah makanan bagi kerohanian kita. Itu sebabnya hingga Petrus
mengatakan, “Itu adalah perkataan Tuhan yang hidup”. Itu yang memberikan hidup
yang kekal.
PerkataanMu / Rhema
Perkataan (rhema/yun)
; apa yang diucapkan, pernyataan ,
perkataan Tuhan Yesus. Mat 4:4, Tetapi
Yesus menjawab: "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi
dari setiap firman(rhema) yang keluar dari mulut Allah." Dari sini
kita melihat, kedua bagian ini memakai kata
rhema. Yoh 6:68 Jawab Simon Petrus kepada-Nya: "Tuhan,
kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal.
Kalau makanan jasmani membuat kenyang untuk beberapa jam, maka firman Tuhan
setiap hari akan mengenyangkan. Itu sebabnya Tuhan mengajar kita untuk belajar
firman Tuhan, untuk belajar dari apa yang Dia ajarkan itu. Banyak orang belum belajar
firman Tuhan, malah mereka sudah meninggalkan Tuhan. Saya tidak tahu kalau PA
di gereja diikuti berapa orang. Jemaat GKKK Mabes ada 200 orang. Ada yang
membawakan Firman untuk menyelidiki Alkitab karena Alkitab susah lalu memberi
PR di rumah. Yang ikut ada pada bulan pertama 75 orang, itu hebat sekali. Bulan
kedua 50 dan terus menurun. Mengapa sedikit? Belajar firman Tuhan jenuh tidak?
Siapa yang baca Alkitab kalau kebanyakan apalagi sampai kitab Bilangan mau
tidur? Kadang Firman Tuhan membosankan atau menarik seperti saat membaca buku Narnia?
Terkadang Narnia lebih dibaca dibanding kitab Bilangan. Itu sebabnya banyak
yang meninggalkan Tuhan. Tetapi Tuhan mengajarkan, “Perkataan Tuhan adalah
perkataan yang hidup”. Maz. 119:105 Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang
bagi jalanku. Kalau tidak ada perkataan yaitu perkataan hidup yang kekal,
maka kita akan tersesat. Itu sebabnya kita belajar firman Tuhan. Kalau kita
mengatakan kita percaya Tuhan, maka kita harus belajar dari perkataan Tuhan.
Perkataan yang memberi hidup yang kekal.
Bukan perkataan tiap hari gossip tetapi perkataan dari firman Tuhan. Sehingga
di sini kita melihat , kenyataan yang terjadi saat ini. Sewaktu Tuhan Yesus
mengajarkan kebenaran dari perkataanNya, banyak orang yang meninggalkan Tuhan.
Ternyata firman Tuhan itu bukan saja untuk dihapal. Hapal saja susah apalagi
dilakukan. Firman Tuhan kalau hidup maka harus dilakukan dalam hidup kita. Sebagian
besar Alkitab mengajar kita bahwa Allah kita adalah Allah kudus sehingga kita
juga hidup kudus. Alkitab mengajar kita menjaga kekudusan.
Saya
pernah ikut tour belasan tahun yang
lalu. Pada tour itu yang ikut pesertanya seumuran. Dari Pontianak pada malam
hari kita naik bus ke Kuching. Busnya bisa tidur punya. Sampai di Kuching,
dijemput oleh tour guide dari Malaysia. Di sana tour guide omong-omong yang porno dan jorok. Mendengarnya telinga
kita tidak enak. Tetapi kita terlalu sopan duduk baik-baik sengaja tidak mau
melihatnya agar ia tahu kita tidak mendengar.
Tetapi dia tidak tahu. Bukan saja saya yang tidak melihatnya. Setiap
orang tidak mau lihat. Itu tanda omonganmu tidak kita dengar. Akhirnya tour
leader langsung berdiri dan bicara ke tour guide. Dia berkata,”Boleh tidak saya
minta kamu tidak bicara hal-hal yang seperti itu? Karena kami semua tidak suka”
Puji Tuhan ada satu orang yang bicara, kalau tidak kita harus menahan diri
untuk tidak menegur dia. Yang terjadi adalah fenomenanya. Mereka menganggap
tidak apa-apa. Orang senang menyerempet hal-hal porno sedikit, semua orang
mendengar tertawa supaya tidak ngantuk. Mereka menganggap hal yang melanggar kesucian
itu sebagai hiburan. Betul tidak? Terkadang kita menjadi bingung. Sedangkan saya
orangnya tidak terlalu malu untuk tampil beda. Prinsip saya : kamu tidak usah mengucilkan
saya karena saya sangat PD menarik diri.
Saya
punya teman-tema SMA di Medan. Suatu kali saya pulang Medanuntuk reuni. Setelah
reuni biasanya dilanjutkan dengan pergi nyanyi-nyanyi di karaoke. Kalau sudah sampai
jam tertentu saya sudah harus pulang tidur dan tidak bisa keluar. Biar tidak
tidur pun, di tempat tidur saya akan berbaring. Saya tidak bisa pulang malam.
Setelah makan malam pk 21, mereka mau lanjut, saya minta diantar pulang. Mereka
sudah tahu dan mengantar saya pulang. Besoknya dia bercerita, “Untung kamu
tidak ikut. Mereka minum-minum dan berdansa di atas meja sampai pk 12 malam.”
Mereka menganggap itu sebagai suatu hiburan. Minum-minum dan dansa-dansi. Mau
hidupkan firman Tuhan? Apa yang terbaik yang kita lakukan.
Apa
yang dibaca dilakukan sehingga firman itu adalah firman yang hidup dan memberi
hidup yang kekal? Sehingga bukan saya mendengar firman Tuhan lalu menutup
Alkitab dan selesai. Itu sebabnya banyak yang meninggalkan Tuhan karena tidak
menjalankan firman Tuhan dalam kehidupannya. Jangan anggap dosa itu hal yang
biasa. Kalau firman Tuhan katakan hal itu dosa , maka kita juga katakan hal itu
dosa.
Beberapa
waktu lalu, saya membaca ada berita tentang K-Pop dari Korea. Banyak anak muda
yang suka K-Pop (artis korea yang nyanyi). Anak muda suka sekali. Tahu-tahu
saya baca mereka tertangkap. Idola yang gagah dan ganteng, pakai jas dan muka cakap
seperti baby-face tidak tahunya menyewa PSK, dan melakukan ini-itu yang
diperkenan Allah. Mukanya baby face mengapa
hati kayak iblis? Orang yang ganteng dan cantik ternyata akhirnya banyak ditangkap bahkan ada yang
bunuh diri karena tidak tahan diperalat. Ini kemudian menjadi sesuatu yang menggoncangkan
Korea karena figure image yang selama ini dianggap bagus ternyata melakukan hal
yang kotor. Banyak orang menganggap dosa sebagai tidak apa-apa (hanya hiburan
saja). Karena kalau tidak, mereka merasa bosan. Hidup seperti orang tua dianggap
tidak ada menariknya. Bagi mereka “yang begini dong yang menarik”. Ternyata bagi
kita yang Kristen yang lebih menarik itu katanya dosa. Firman Tuhan menuntut
kita dengan jelas. Sehingga kita harus berdasarkan rhema berani berkata tidak kepada dosa. Berani katakan tidak
sewaktu ada yang mengajak ke tempat yang tidak benar. Walaupun kita akan
merasa, kita dikatakan sebagai orang kurang gaul. Kalau saya dari dulu , PD saja
tidak berteman karena tidak mau sampai malam ke tempat yang gelap lampunya
karena tidak tahan. Di sana hati saya tidak damai. Jadi tidak usah kucilkan
saya, karena saya akan menarik diri terlebih dahulu.
Rasul
Petrus mengatakan, “PerkataanMu adalah perkataan hidup”. Bukan berarti dia mengerti
seluruh rhema itu karena dilanjutkan dengan perkataan,”Karena saya percaya
engkau adalah Allah”. Mungkin banyak hal yang tidak semua bisa kita mengerti.
Tetapi kita percaya kepada Tuhan Yesus yang mati menebus dosa. Bukan percaya
karena sudah mendapat berkat atau melihat mujizat. Karena kalau hanya itu saja,
kita akan meninggalkan Yesus suatu kali. Apakah kita telah percaya perkataan
hidup yang kekal? Walau bukan berarti mengerti semuanya. Banyak yang masih tidak
kita mengerti. Percayakah kepada Tuhan
Yesus? PerkataanNya ya dan amin? Beranikah kita melakukan firmanNya dalam hidup
kita? Berani kita mengatakan tidak terhadap dosa?