Pdt. Hery Kwok
Lukas 5:33-39
33 Orang-orang
Farisi itu berkata pula kepada Yesus: "Murid-murid Yohanes sering berpuasa
dan sembahyang, demikian juga murid-murid orang Farisi, tetapi murid-murid-Mu
makan dan minum."
34 Jawab Yesus
kepada mereka: "Dapatkah sahabat mempelai laki-laki disuruh berpuasa,
sedang mempelai itu bersama mereka?
35 Tetapi akan
datang waktunya, apabila mempelai itu diambil dari mereka, pada waktu itulah
mereka akan berpuasa."
36 Ia
mengatakan juga suatu perumpamaan kepada mereka: "Tidak seorangpun
mengoyakkan secarik kain dari baju yang baru untuk menambalkannya pada baju
yang tua. Jika demikian, yang baru itu juga akan koyak dan pada yang tua itu
tidak akan cocok kain penambal yang dikoyakkan dari yang baru itu.
37 Demikian
juga tidak seorangpun mengisikan anggur yang baru ke dalam kantong kulit yang
tua, karena jika demikian, anggur yang baru itu akan mengoyakkan kantong itu
dan anggur itu akan terbuang dan kantong itupun hancur.
38 Tetapi
anggur yang baru harus disimpan dalam kantong yang baru pula.
39 Dan tidak
seorangpun yang telah minum anggur tua ingin minum anggur yang baru, sebab ia
akan berkata: Anggur yang tua itu baik."
Pendahuluan
Saat membaca koran atau menonton TV, mungkin pernah mendapat berita ada
seorang Bapak yang tertangkap karena mencuri baju atau sepatu di sebuah toko agar
anaknya yang masih kecil bisa memasuki tahun baru dengan pakaian dan sepatu
yang baru. Orang ini pada waktu ditangkap polisi meminta untuk dimaafkan karena
ia hanya ingin anaknya mengenakan baju baru padahal ia bukan orang mampu. Ia
berkata,”Saya ingin anak saya memakai baju dan sepatu baru karena teman-temannya
memakai sepatu dan baju baru. Sehingga akhirnya saya khilaf dan mencuri.”
Konsep dunia tentang “baru” untuk
memasuki tahun atau momen baru seringkali diberi penekanan harus lahiriahnya dengan
mengenakan baju dan sepatu baru sehingga mal mengadakan obral (sale) besar-besaran dengan demikian orang bisa membeli barang-barang dengan murah.
Dunia bisa menangkap filosofi bahwa dunia ini memasuki yang “baru” secara
lahiriah.
Waktu kita membaca Injil Lukas
pasal 5 ada satu dialog yang terjadi antara Tuhan Yesus dengan orang-orang
Farisi. Kitab Injil banyak memberikan kita cerita tentang dialog antara Yesus dengan
orang-orang Farisi. Bacaan kita bukan yang pertama kali tetapi banyak sekali Yesus
dan orang Farisi beragumentasi karena orang -orang Farisi ingin menyerang dan
menjatuhkan Yesus. Mereka ingin Yesus dengan popularitasnya yang semakin maju bisa
mereka berhentikan. Kalau kita memahami tentang konsep makna puasa bagi
orang-orang Farisi baru kita memahami apa yang dimaksudkan oleh Lukas yang memberi argumentasi melalui perumpamaan
Tuhan Yesus. Orang Farisi khususnya para imam mengajarkan puasa yang sedemikian
ketat, njelimet dan dituntut karena mereka punya pemahaman bahwa mereka
menantikan seorang Mesias yang akan
datang. Jadi menurut pemahaman mereka nubuatan nabi-nabi membicarakan bahwa ada
Mesias yang akan datang dan menolong mereka. Ia dari keturunan Raja Daud.
Sehingga apa yang mereka harapkan dari kedatangkan Mesias, harus mereka persiapkan
dengan cara mereka melatih dan membuat diri mereka harus mengikuti aturan-aturan
agama yang ketat dan salah satunya adalah puasa. Mereka menuntut secara
lahiriah agar orang-orang dan pengikut-pengikut
Taurat harus hidup seperti yang mereka lakukan. Kalau mereka berpuasa maka orang-orang
lain juga harus berpuasa. Murid-murid mereka puasa maka murid-murid dari
pengajar lain juga harus berpuasa. Waktu mereka harus mempersiapkan diri mereka
karena kedatangan Mesias yang mereka nantikan akan datang membebaskan mereka
dari penjajahan maka mereka harus menjaga perilaku mereka. Mereka puasa dan
melakukan tuntutan agama dengan ketat.
Sehingga waktu murid-murid Yesus
makan dan minum, mereka complain. Mengapa murid-murid Yesus tidak puasa? Mereka
pintar dengan mengungkapkan bahwa murid-murid Yohanes sering berpuasa. Mereka
tidak ingin mengangkat murid-murid mereka terlebih dahulu. Yohanes adalah tokoh
yang juga dihormati dan punya peran yang
luar biasa. Pada permulaan Injil kita menemukan bagaimana Yohanes dengan
pengaruhnya membuat orang-orang di Utara
dan Selatan datang berbondong-bondong untuk untuk mendengarkan Yohanes. Yohanes
dengan kemampuannya mengajar, pengaruh yang luar biasa dan pengajarannya yang berani
menegur orang membuat Yohanes disegani dan punya banyak pengikut. Murid Yohanes
(berarti murid orang terkenal) juga
berpuasa, selanjutnya baru mereka katakan bahwa murid-murid mereka juga
berpuasa. Artinya mereka juga sama . Namun konsepnya keliru. Karena Yesus
berkata pada orang-orang Farisi, “Dapatkah
sahabat mempelai laki-laki disuruh berpuasa, sedang mempelai itu bersama
mereka? Tetapi akan datang waktunya, apabila mempelai itu diambil dari mereka,
pada waktu itulah mereka akan berpuasa. (Lukas 5:34-35). Dia berkata, “Apa yang dilakukan oleh Yohanes
dan murid-muridnya karena mereka tidak mengerti bahwa mempelainya ada bersama-sama
mereka. Nanti baru setelah mempelainya diambil mereka berpuasa. Ungkapan ini
pernah disampaikan oleh Tuhan Yesus juga. Dari situ Yesus mengkirtik dan
membersihkan pemikiran orang Farisi yang keliru tentang konsep ‘baru’. Maka
Yesus masuk ke perumpamaan tentang kain baju dan anggur.
Perumpamaan ini adalah perumpamaan
yang diambil oleh Yesus yang merupakan sebuah pepatah yang sangat dikuasai oleh
orang-orang Yahudi . Karena rabi-rabi Yahudi pada zaman dahulu memiliki pepatah
(kata Mutiara) yang berhubungan dengan apa yang Yesus katakan. Yesus memulai sebuah
perumpamaan pada ayat 36 Ia mengatakan juga suatu perumpamaan kepada
mereka: "Tidak seorangpun mengoyakkan secarik kain dari baju yang baru
untuk menambalkannya pada baju yang tua. Jika demikian, yang baru itu juga akan
koyak dan pada yang tua itu tidak akan cocok kain penambal yang dikoyakkan dari
yang baru itu. Itu ilustrasi yang pertama. Yang kedua, anggur yang baru
harus ditaruh pada kantong (kirbat, botol) yang baru kalau tidak akan merusak
tempatnya. Itu ilustrasi yang sering diungkapkan oleh rabi-rabi mereka. Yesus
mengambil (mengangkat) dari apa yang didengar dari rabi-rabi mereka. Orang-orang
Yahudi sangat menghargai perkataan senior mereka. Bagi mereka perkataan rabi
sangat penting untuk mereka terima. Rabi-rabi itu mengajarkan , “Kalau engkau pakai tinta
baru jangan engkau tulis di kertas (papyrus) yang sudah lapuk. Karena kalau
gunakan tinta yang baru untuk menulis di atas kertas (papyrus) yang lapuk, maka
engkau akan saksikan sendiri bagaimana kertasnya akan hancur karena tinta yang
baru. Ini menarik sekali karena saat Yesus bicara pada mereka tentang apa yang
rabi-rabimu ajarkan sendiri, kalau engkau menulis di atas media seperti kertas (papyrus)
yang lapuk maka engkau sendiri akan menyaksikan kertas (papyrus) itu akan
hancur oleh karena tinta yang baru.
Apa yang Tuhan Yesus ingin sampaikan kepada mereka?
1.
Yesus ingin
membawa mereka untuk melihat nilai rohani yang harus dilakukan (dikerjakan) pada
diri seseorang.
Yang dituntut Tuhan adalah karakter mereka. Karena
karakter mereka tidak ada perubahan meskipun mereka notabene seringkali tidak
asing dengan firman Tuhan. Orang-orang Farisi adalah orang yang mengajar firman Tuhan
tetapi mereka tidak mengalami perubahan dari firman (karakter mereka tidak pernah
berubah setelah mendengar firman). Itu sebabnya catatan penulis Injil Matius 23
sebelum Yesus khotbah tentang akhir zaman, Tuhan Yesus mengecam ahli-ahli
Taurat bahwa mereka adalah orang-orang munafik yang sungguh-sungguh mengajarkan
ini-itu tapi mereka tidak melakukannya. Mereka membuat orang tidak bisa masuk
sorga padahal mereka sendiri tidak bisa masuk sorga. Mereka mencegah, menghakimi
orang kemudian menelan rumah-rumah janda sementara mereka berpuasa jadi mereka melakukan hal-hal yang kontradiktif
dari apa yang firman ajarkan.
Waktu
saya coba renungkan firman ini saya merasa agak ngeri. Ada ungkapan dari jemaat
yang berkata, “Sudah jadi majelis tapi tidak disangka bahwa ia tetap menipu” atau “Hamba Tuhan itu benar-benar menggelapkan
uang”. Itu ungkapan-ungkapan yang saya selalu dengar dan ungkapan-ungkapan itu benar-benar
mengerikan. Ungkapan itu dekat dengan kita yang melayani. Waktu kita mendengar seorang
hamba Tuhan menggelapkan Tuhan, ada yang berkata,”Kok hamba Tuhan bisa begitu ya?”
Saat hamba Tuhan melakukan kesalahan, ada yang bertanya,”Kok hamba Tuhan bisa
begitu?” Pertanyaan itu lahir karena bingung. Ia mengajar, berkhotbah dan
memberitakan firman tapi melakukan tidak sesuai dengan apa yang diajarkan.
Istri saya berkata, “Apa yang memang menjadi pengetahuan tapi tidak dilakukan
berarti hanya teori saja” Saat hamba Tuhan menipu, mencuri , menggelapkan atau berzina
, hanya ada satu kalimat,”kok bisa?” Demikan juga dengan majelis yang melakukan
sesuatu yang berbeda dari apa yang dipahami timbul perkataan,”Kok majelis bisa?”.
Banyak orang tidak mau menjadi orang Kristen waktu ia melihat hamba Tuhan dan
majelis nya seperti itu karena berbenturan dengan apa yang dipahami. Sebagai orang
mengajarkan firman , seharusnya ia hidup dalam firman. Apa yang mereka dapati
tentang firman Allah justru membuat mereka semakin luar biasa melakukan
kejahatan.
Kita sudah mendengar dan
mendapat firman Tuhan banyak sekali. Tetapi kalau tidak berubah karakteristik-nya,
saya khawatir firman Tuhan yang engkau dengar akan menghancurkanmu dan membuat engkau semakin terpuruk dengan
kelakuan dan hidup yang semakin jahat. Artinya saat memasuki tahun baru, dan engkau
tidak baru dalam karakteristikmu yang seharusnya diubahkan oleh firman, maka firman
yang baik, benar dan ditaburkan justru akan mengoyakkan engkau.
Saya ingat waktu Rasul Paulus berkata dalam kitab Roma, “Apakah hukum
Taurat itu dosa?” Tidak! “Apakah hukum Taurat itu salah?” Tidak! “Apa yang
benar yaitu Taurat diberikan oleh Allah. Tetapi karena mereka tidak mau
berubah, maka Allah mengijinkan hati mereka untuk terus mengikuti kejahatan
hati mereka. Sehingga akhirnya mereka benar-benar hancur-lebur dalam kejahatannya.
Kita memasuki tahun 2019 hari ini, masih ada 364 hari lagi. Kita
sudah melewati tahun 2018, apakah kita sungguh memiliki kebenaran firman Tuhan
yang mengubah atau kebenaran firman itu tidak mengubah? Kalau kebenaran firman itu
tidak mengubah, apa yang dikatakan Rasul Paulus sebagai manusia baru, maka sesungguhnya
kita akan berada pada peribahasa yang Tuhan
sampaikan bahwa secarik kertas (kain) yang baru akan merobek kertas (kain) yang
lama. Jangan pernah bermain-main atau berpikir
bahwa firman Tuhan yang diterima setiap minggu kalau disepelekan akan tidak
punya dampak terhadap kejahatan dan kedegilan kita karena itu akan
menghancurkan hidup kita. Mari pikirkan tahun 2019. Karakter apa yang masih
benar-benar menjadi kekuatan saya untuk hidup di dalam dosa? Kekuatan karakter
saya yang masih bertentangnan dengan firman Tuhan! Pikirkan baik-baik, waktu
karakter tidak diubahkan maka dengan mendengar firman Tuhan maka engkau justru
semakin beringas, jahat dan berbahaya.
Waktu baru memasuki tahun baru 2019, minta Tuhan agar diberikan hati
yang sungguh-sungguh mau diubahkan sehingga
kalau Tuhan tegur dan nyatakan, kita berubah. Hati yang seperti itulah yang
benar-benar bisa bertumbuh dalam firman Tuhan.
2.
Anggur yang baru
disimpan dalam kirbat (botol) yang baru.
Kemarin waktu ke Tegal, kami minum sedikit soju (minuman
beralkohol Korea) rasa anggur. Yang ikut minum soju adalah saya, Aldin dan Ev.
Putra. Bolehkah hamba Tuhan minum soju? Boleh, asal jangan jadi peminum. Karena
ada gereja yang majelisnya pro-kontra terhadap minuman beralkohol. Majelis yang
pro mengajak hamba Tuhannya untuk minum. Namun saat minum terlihat oleh majelis
yang kontra dan kemudian melaporkannya ke sekolah teologianya sehingga diskors.
Saya saat meminum minuman beralkohol mukanya menjadi merah sedangkan Aldin alergi
terhadap minuman beralkohol (mukanya jadi berbentol-bentol). Kadar alkohol
tergantung kadar minumannya. Jadi setelah itu kami langsung pulang agar tidak
mabuk. Kalau minum anggur , maka harus minum anggur yang tua. Semakin tua
anggur itu, semakin hebat kadarnya. Di Israel, kita diminta untuk melihat
anggur dari daerah Kana. Semua peserta tour berbondong-bondong untuk belanja.
Harganya berapa? Dijawab,”Tergantung anggur yang tahunnya lama atau yang baru. Yang
lama bisa langsung diminum, yang masih baru 7 tahun lagi baru bisa diminum.” Bagi
orang Indonesia yang diperlukan adalah harganya. Dikatakan,”Anggur yang tahunnya
lama harganya 15-20 $ (dulu Rp 12.000/$). Kalau yang tahun yang baru, baru
dibuat jadi perlu ditunggu lagi 15 tahun, harganya 5$.” Jadi itu yang dibeli.
Anggur yang lama makin lama makin ok. Orang Israel, khususnya rabi punya
pepatah. “Manusia ibarat botol. Semakin ditaruh anggur dan anggur mengenadap
lama maka akan semakin sedap. Jadi dirimu waktu mendapat Taurat maka seharusnya
Taurat menjadi kesukaan dan membuat sedap dan menjadikan enak.” Filosofi ini
dituangkan dalam kitab Mazmur, “Tauratmu luar biasa” yang dilukiskan oleh pemazmur seperti gambaran
anggur tua. Karena itulah anggur yang baru harus disimpan dalam kirbat yang
baru lalu disimpan terus sampai nanti anggur itu menjadi tua baru dibuka. Jadi
anggur dan botolnya harus sama-sama tua. Itu yang disampaikan oleh rabi mereka.
Tetapi Lukas kemudian menambahkan pada ayat 36 "Tidak seorangpun mengoyakkan secarik kain dari baju yang baru
untuk menambalkannya pada baju yang tua. Jika demikian, yang baru itu juga akan
koyak dan pada yang tua itu tidak akan cocok kain penambal yang dikoyakkan dari
yang baru itu.. Lukas ingin mengatakan : Yesus mengkritik orang-orang
Yahudi khususnya orang Farisi, “Engkau menganggap dirimu anggur tua sementara
engkau menganggap pengajaranKu sebagai anggur muda sehingga engkau tolak apa yang
Aku ajarkan. Engkau merasa dirimu benar, konsep dan pengajaranmu benar sehingga
engkau mengabaikan apa yang Saya ajarkan. Waktu Tuhan berbicara seperti ini,
Tuhan sedang berbicara tentang konsep orang Yahudi keliru dan sungguh-sungguh tidak
sesuai sehingga Tuhan memberikan perumpamaan ini (engkau anggur tua yang
menganggap dirimu sungguh-sungguh hebat dan tidak perlu dinasehati sehingga engkau
menolak apa yang Aku ajarkan).
Kita sebagai
orang Kristen, jangan-jangan kita punya konsep yang sama dengan orang Farisi.
Konsep itu didapat dari keluarga, lingkungan, sosial media dan kemudian membuat
kita punya pendapat. Dari pandangan dunia yang didapat membentuk kita. Konsep
itu seringkali bertabrakan degan firman
yang mungkin menegur kita.
Saya punya catatan yang bagus sekali yakni :
a.
Orang Kristen
zaman sekarang adalah orang Kristen yang pintar mendengar tetapi tidak pintar
mengubah konsepnya.
Saya coba
pahami orang Kristen zaman sekarang yang pintar mendengar tapi tidak pintar
mengubah konsep. Contoh : Konsep tentang bohong putih. Itu adalah konsep yang dilakukan
pada saat kepepet. Konsep itu sangat kuat dan sangat lumrah di masyarakat.
Konsep ini dipegang dan dijalani meskipun firman Tuhan berkata tidak. Konsep
mau sembuh dan kaya, ,membuat kita melakukan apa yang tidak dianjurkan firman
Tuhan. Ada orang yang mau sembuh. Dia berkata,”Saya dengar kalau pergi ke sana
bisa disembuhkan. Katanya tidak bertentangan karena tidak mengajarkan
macam-macam.” Waktu kita menganggap apa yang didengar oleh konsep dunia dan dilakukan, maka konsep itu dianggap anggur
tua dan itulah yang Tuhan sampaikan kepada orang Farisi.
b.
Orang Kristen
zaman sekarang adalah orang Kristen yang pintar mendengar tapi tidak pintar mengubah
hidup.
Mengubah
hidup artinya hidup yang tidak selaras dengan Firman tidak mau diubah meskipun
sudah mendengar firman. Firman yang didengar dan dibaca tidak mengubah hidupmu.
Hidupmu seperti dahulu sehingga engkau bukan manusia baru.
c.
Orang Kristen yang
pintar mendengar tapi tidak pernah pintar mencari cara untuk hidup sinkron
dengan firman Tuhan.
Menjadi orang Kristen yang sungguh-sungguh memiliki kepekaan terhadap
Tuhan maunya apa dan yang baru adalah dalam hidup kita taat pada firman dan mau
melakukannya.
3 ciri yang hidup berkenan kepada Allah
1.
Apa yang Tuhan
senang membuat kita senang
Contoh : Tuhan senang kalau kita diberkati dan percaya
kepada firman Tuhan. Sewaktu ia berbicara,”Jangan kamu khawatir” apakah kita
percaya bahwa Tuhan itu benar-benar berbicara bahwa Ia akan memelihara. Tuhan
disenangkan oleh orang-orang Yahudi sewaktu mereka melakukan dan menuruti firman
Tuhan. Dalam kitab Injil ada 2 orang yang dipuji oleh Tuhan . Yang pertama
adalah perwira yang berkata, “Tuan, jangan Tuan datang. Cukup Tuan bersabda
(berbicara) maka hambamu pasti lakukan.” Tuhan terpesona karena perwira itu
sungguh-sungguh menyenangkan hati Tuhan yaitu waktu dia mendengar firman dan
percaya. Waktu Tuhan berkata,”Jangan khawatir” apakah percaya? Tuhan senang memberkati,
menolong, orang pilihannya berada di dalam jalur . Saat memasuki tahun baru dengan
hati yang sungguh-sungguh peka terhadap apa yang Tuhan senang, maka kita akan
memasuki tahun itu dengan harapan yang luar biasa. Seornag anak diajak bicara oleh
papanya,”Nak, kok kamu tidak ikut teman-teman kamu dengan menghisap narkoba?” Rupanya
teman-temannya tertangkap karena menghisap narkoba. Anaknya menjawab,”Pa,
meskipun saya kos di tempat yang jauh dan punya teman-teman yang mungkin sering
menghisap narkoba, saya tidak mau. Karena saya hanya mengingat kata-kata papa agar
saya menjauhinya.” Tuhan senang saat kita melakukan dan menuruti firman Tuhan
dan belajar percaya pada Tuhan. Apa yang Tuhan senang , harusnya kita senang.
Kalau Tuhan senang tapi engkau tidak senang, berarti engkau tidak memiliki
kepekaan terhadap apa yang Tuhan mau.
2.
Waktu Tuhan marah,
membuat hati kita seharusnya juga marah
Kalau seorang pemarah sedang marah-marah maka benar-benar
dia akan marah. Dia akan berkata,”Saya benci!” Saya pikir ada benarnya kalau
marah orang menjadi benci. Kalau tidak benci berarti tidak marah. Misalanya : kalau
ditipu dan marah maka pada saat itu pasti
benci. Waktu Tuhan marah dan Tuhan benci , itu yang harus kita benci. Waktu
Tuhan marah tentang hidup kita yang tidak berubah (masih bergelimang dosa),
seharusnya engkau benci terhadap dirimu. Kalau engkau tidak benci terhadap
dirimu, berarti engkau belum punya hati yang Tuhan mau. Tuhan marah kalau engkau
masih menipu tetapi masih senang menipu, Tuhan marah kalau engkau menonton film
porno tetapi engkau masih menonton juga, Tuhan benci kalau engkau omong jorok
tapi engkau masih melakukannya. Berarti engkau belum sinkron dengan Tuhan dan belum
punya hati seperti Tuhan
3.
Apa yang membuat
Tuhan sedih seharusnya membuat kita sedih.
Saat ini kita memasuki tahun yang baru. Yang baru
karaktermu apa yang harus diubah? Yang baru dalam kehidupan hatimu, apakah sungguh-sungguh
engkau mau memiliki hati yang peka terhadap apa yang Tuhan baru. Kalau yang
baru ada dalam hati kita, maka kita akan sungguh-sungguh menikmati dengan kemurahan
Tuhan.
No comments:
Post a Comment