Pdt. Alex Haryanto
Amos 5:21-27
21
"Aku membenci, Aku menghinakan perayaanmu dan Aku tidak senang
kepada perkumpulan rayamu.
22
Sungguh, apabila kamu mempersembahkan kepada-Ku korban-korban bakaran
dan korban-korban sajianmu, Aku tidak suka, dan korban keselamatanmu berupa
ternak yang tambun, Aku tidak mau pandang.
23
Jauhkanlah dari pada-Ku keramaian nyanyian-nyanyianmu, lagu gambusmu
tidak mau Aku dengar.
24
Tetapi biarlah keadilan bergulung-gulung seperti air dan kebenaran
seperti sungai yang selalu mengalir."
25
"Apakah kamu mempersembahkan kepada-Ku korban sembelihan dan korban
sajian, selama empat puluh tahun di padang gurun itu, hai kaum Israel?
26
Kamu akan mengangkut Sakut, rajamu, dan Kewan, dewa bintangmu,
patung-patungmu yang telah kamu buat bagimu itu,
27
dan Aku akan membawa kamu ke dalam pembuangan jauh ke seberang
Damsyik," firman TUHAN, yang nama-Nya Allah semesta alam.
Pendahuluan
Joseph
Paul "Joe" DiMaggio (1914 –1999, 85 tahun), yang berjuluk
"Joltin' Joe" dan "The Yankee Clipper", adalah seorang
pemain tengah Major League Baseball Amerika yang bermain selama seluruh 13
tahun masa kariernya untuk New York Yankees. Ia dikenal karena hitting streak 56 permainannya (15 Mei –
16 Juli 1941), sebuah rekor yang masih bertahan. DiMaggio tiga kali memenangkan
MVP dan sekali memenangkan All-Star dalam setiap 13 musimnya. Pada masa ia
bermain dengan Yankees, klub tersebut memenangkan sepuluh pertandingan American
League dan sembilan kejuaraan World Series. Saat pensiun, ia meraih peringkat
kelima dalam karier home run (361)
dan keenam dalam karier slugging
percentage (.579). Ia masuk dalam Baseball Hall of Fame pada 1955, dan
terpilih menjadi pemain olahraga terbesar yang masih hidup dalam sebuah jajak
pendapat yang diambil saat tahun keseratus bisbol 1969. Selain itu ia terkenal
karena menikahi Marilyn Monroe. Marilyn Monroe (nama lahirnya Norma Jeane
Mortenson; 1 Juni 1926 –5 Agustus 1962, 36 tahun) adalah seorang aktris dan
peragawati Amerika. Marilyn Monroe adalah cintanya yang sejati. Mereka menikah pada
Januari 1954, namun setelah menikah selama 9 bulan mereka bercerai. Kemudian
Marilyn Monroe meninggal tahun 1962. Joseph mengirimkan bunga pada hari
kematian Marilyn Monroe. Ia menghubungi toko bunga bernama Parisian Florist di
LA. Ia mengatakan agar bunga dikirim 3 kali seminggu ke kubur Marilyn
Monroe. Selama bertahun-tahun ia
mengirimnya. Ini adalah cinta kasih yang luar biasa. Kemudian tahun 1982 , ia
memutuskan mengontak toko bunga tersebut untuk berhenti mengirim bunga. Namun
sejak saat itu pengagum Marilyn Monroe terus memesan bunga dari toko itu untuk
dikirim ke kuburan Marilyn Monroe.
Sejarah
juga mencatat banyak bangunan sejarah yang didirikan karena latar belakang
cinta yang besar. Contohnya : Taj Mahal. Jauh ke belakang di zaman
Nebukadnezar, ia membangun taman gandum Babilonia, yang dilatarbelakangi
cintanya kepada istrinya. Di Indonesia juga ada legenda Candi Prambanan dari
Jawa Tengah dan Yogya yakni tentang Bandung Bondowoso yang mencintai Roro
Jongrang . Cerita ini mengisahkan cinta seorang pangeran kepada seorang putri yang
dibuktikan dengan membangun candi Prambanan namun berakhir dengan dikutuknya
sang putri akibat tipu muslihat yang dilakukannya. Kisah cinta ini ada
buktinya. Cinta menuntut pembuktian. Banyak sekali bahasa cinta yang
diekspresikan untuk menyatakan cinta. Semakin besar pengorbanan yang diberikan
(harga yang dibayar) semakin yakin bahwa seseorang mencintai.
Pengertian Ibadah
Ibadah
juga dihubungkan dengan cinta. Seorang penulis yang bernama Christ Hodges dalam
bukunya “Fresh Air” (2012) mengatakan ibadah adalah cinta yang dinyatakan
(diekspresikan). Penlus lain, Greg Share, mengatakan worship is as just as difficult word to define as love (ibadah itu
sama sulitnya dengan kata cinta untuk didefinisikan). Kedua kata (baik kata “cinta”
maupun “ibadah”) sama-sama sulit didefinisikan sehingga lebih baik
dialami. Hal ini tidak mengherankan bila
melihat cinta dan pengorbanan.
Dalam
ibadah kuno orang Israel (seperti tertulis dalam Perjanjian Lama) ada sistem
pengorbanan yang begitu kental dalam ibadah orang Israel walau Tuhan tidak
perlu pengorbanan. Apa yang terjadi dengan pengorbanan Israel sebenarnya? Dalam
kitab Amos 5 dikatakan bahwa Tuhan membenci (tidak senang) dengan ibadah
seperti ini yang di dalamnya ada pengorbanan-pengorbanan. Nabi Amos hidup dan
melayani Tuhan sekitar 790 SM. Demikian juga dengan kitab-kitab sebelum Amos
seperti kitab Yesaya , Yeremia,
Yehezkiel (dan juga Maleakhi) bahkan ketika orang Israel kembali dari
pembuangan sampai saat Raja Zedekia dibuang, kita bisa melihat bagaimana para
nabi tersebut mengkritik pengorbanan-pengorbanan yang dilakukan oleh orang
Israel. Kita bisa melihat begitu lama yakni dari zaman Amos 790 SM sampai
Yeremia 500-an SM, selalu ada kritik tentang ibadah mereka (tentang pemberian
pengorbanan-pengorbanan mereka) yang dibenci oleh Tuhan. Ini mengerikan karena selama
beratus tahun, para nabi memberitakan firman Tuhan dan memperingatkan orang Israel bahwa ibadah
mereka tidak diterima oleh Tuhan, tetapi tetap dijalankan sampai ke pembuangan.
Bahkan setelah pembuangan , di kitab Malaekhi 1 Tuhan berkata, “Saya tidak menerima binatang cacat sebagai
persembahan”. Ada kedegilan hati di dalamnya yang luar biasa sekali. Buat saya
itu merupakan peringatan untuk kita sampai saat ini. Apa sebenarnya yang sedang
terjadi?. Mengapa itu bisa terjadi selama beratus-ratus tahun di dalam sejarah
orang Israel.
Tuhan menginginkan manusia mendekat
kepadaNya
Dalam
Perjanjian Lama binatang dikorbankan dalam ibadah-ibadah orang Israel. Salah
satunya adalah yang dikenal dengann nama “korban penghapus dosa”. Binatang
dikorbankan dan dibunuh pada waktu ibadah-ibadah orang Israel. Binatang itu
dibunuh karena ada dosa-dosa yang harus dihapuskan. Binatang itu harus dibunuh
agar dosa-dosa orang-orang Israel diampuni oleh Tuhan. Sebenarnya yang harus
mati adalah pembuat dosa. Rasul Paulus mengatakan bahwa upah dosa adalah maut.
Setiap orang yang berbuat dosa harus mati. Di dalam Perjanjian Lama , binatang
yang mati itu menggantikan si pembawanya. Dosa ditimpakan pada binatang itu.
Seharusnya kitalah yang mati tetapi sebagai gantinya binatang itu yang mati,
maka disebut sebagai korban penghapus dosa. Apakah dosa kita benar-benar hilang
karena binatang itu mati? Tidak! Itu adalah bahasa simbol. Saat orang Israel
membawa korban itu ke hadapan Tuhan, ia punya kerinduan agar hubungannya
disambung kembali dengan Allah Bapa di sorga. Melalui binatang itu, hubungan
mereka dipulihkan. Orang-orang Israel di dalam Perjanjian Lama gagal untuk
memahami hal ini. Mereka menganggap ada hubungan yang erat antara dosa mereka
dengan binatang. Tuhan tidak menginginkan binatang mereka, yang Tuhan inginkan
adalah diri mereka yang mendekat kepada Tuhan. Binatang tidak mungkin mendekat
kepada Tuhan, tetapi manusianya Tuhan inginkan mendekat kepada Tuhan. Ini
sebenarnya masalah yang terus didengung-dengungkan oleh para nabi dalam
Perjanjian Lama. Tidak ada koneksi antara korban persembahan yang dibawa dengan
si pembawa korban ini.
Kita bisa melihat lebih
teliti ke awal Perjanjian Lama yakni pada korban persembahan dari Kain dan
Habel. Apa yang membedakan persembahan mereka diterima dan tidak? Mengapa
korban Habel diterima sedangkan korban Kain tidak? Apakah karena yang satu
berupa binatang sedangkan yang lain hasil perkebunan? Kalau kita mau melihat
lebih rinci, Tuhan melihat manusia yang membawakan persembahan. Kalau melihat
reaksi dari Kain setelah persembahannya ditolak oleh Tuhan, itu membuktikan
bahwa Kain sebenarnya tidak membawa dirinya seutuhnya pada Tuhan. Dia berpikir
bahwa Tuhan senang dengan apa yang ia bawa dan itu terlepas dari dosa, berbeda
dengan Habel. Ini semua contoh bahwa orang Israel tidak mengerti bahwa yang diinginkan oleh Tuhan (yang tidak
berkenan oleh Tuhan) adalah bila kita tidak menyerahkan (memberikan) dirinya
dan hidupnya kepada Tuhan. Yang kedua adalah disintegrasi. Tidak ada
hubungan antara apa yang kita lakukan dalam ibadah dengan apa yang terjadi
dalam kehidupan kita. Di dalam kitab Yeremia 7, orang Isarel diberitahu oleh Nabi
Yeremia, “Kamu pikir kamu datang ke
tempat ibadah ini, ada damai dan keselamatan dalam rumah ini, namun setelah
kamu keluar dari tempat ini kamu tetap hidup dalam ketidakadilan?” Hal ini seperti
yang ditulis oleh Nabi Amos, “Biarlah keadilan bergulung-gulung seperti air dan
kebenaran seperti sungai yang selalu mengalir”. Tidak ada keadilan walaupun
mereka terus beribadah kepada Tuhan. Dan mereka menipu diri mereka sendiri (tenanglah
Tuhan mengampuni dosamu, datang dan bawa persembahanmu maka Tuhan akan
mengampuni dosamu). Sehingga saat keluar dari ruang ibadah hidupnya tidak
pernah berubah. Itu yang dibenci oleh Tuhan. Itu kegagalan yang dilakukan oleh
orang Israel dan saya harapkan pada zaman ini tidak kita lakukan.
Kristus
sebagai Korban yang Sempurna
Dalam Yesus Kristus dalam
Perjanjian Baru, perintah Tuhan terpenuhi secara sempurna di dalam pengorbanan
Yesus Kristus. Ibrani 10:5 Karena itu
ketika Ia masuk ke dunia, Ia berkata: "Korban dan persembahan tidak Engkau
kehendaki — tetapi Engkau telah menyediakan tubuh bagiku — .
Apa yang tertulis pada kitab Mazmur menuju pada Yesus Kristus. Yesus adalah
bukti yang terlihat, pengorbanan yang sempurna, seutuhnya dan yang Allah
inginkan sesuai dengan keinginan Allah dalam Perjanjian Lama. Yesus adalah
orang Israel yang sejati dan setia yang mempersembahkan diriNya sendiri seperti
yang diinginkan oleh Tuhan. KetaatanNya, doaNya, pelayananNya, kehidupanNya
semuanya menunjukkan korban. Bukan hanya waktu Yesus di rumah ibadah, tetapi
seluruh hidupNya adalah korban yang sejati pada Bapa di sorga. Pengorbanan
Yesus sungguh-sungguh telah mengakhiri semua pengorbanan binatang. Setelah
Yesus Kristus tidak ada lagi pengorbanan binatang. Tetapi pengorbanan itu
sendiri masih ada.
Pengorbanan kita didapati
dari pengorbanan Kristus. Bukan karena kita berkorban kita dapat artinya tetapi
karena ada arti yang diberikan oleh Yesus Kristus. Yesus Kristus memberi arti
baru dalam pengorbanan kita dan kita dimampukan untuk terus berkorban dalam
hidup kita. Dalam kematianNya , Yesus Kristus menunjukkan kepada kita cara
hidup yang sepadan dengan penyangkalan diriNya. Dalam Yeremia 7:22 Sungguh, pada waktu
Aku membawa nenek moyangmu keluar dari tanah Mesir Aku tidak mengatakan atau
memerintahkan kepada mereka sesuatu tentang korban bakaran dan korban
sembelihan; hanya yang berikut inilah
yang telah Kuperintahkan kepada mereka: Dengarkanlah suara-Ku, maka Aku akan
menjadi Allahmu dan kamu akan menjadi umat-Ku, dan ikutilah seluruh jalan yang
Kuperintahkan kepadamu, supaya kamu berbahagia! 24 Tetapi mereka tidak mau mendengarkan dan
tidak mau memberi perhatian, melainkan mereka mengikuti rancangan-rancangan dan
kedegilan hatinya yang jahat, dan mereka memperlihatkan belakangnya dan bukan
mukanya. Konteks Yeremia 7 adalah saat Yeremia sedang mengkritik ibadah
orang Israel. Apakah di padang gurun, orang Israel membakar korban untuk Tuhan?
Keinginan Tuhan terpenuhi di dalam Yesus Kristus sehingga persembahannya
diterima oleh Bapa di sorga.
Ibadah
berarti Menyerahkan Hidup kepada Tuhan dan Melakukan Kehendak Tuhan
Lahirnya gereja Perjanjian
Baru di dalam Kisah Para Rasul pasal 2 juga menggambarkan sistem pengorbanan.
Nabi Elia saat menghadapi nabi-nabi Baal mau menunjukkan Allah mana yang benar,“Kamu
membawa korban binatang dan saya juga membawanya. Lalu kamu berdoa, apakah ada
api yang turun?” Ada peperangan di sini. Para nabi Baal berdoa sepanjang hari
dengan menggores-gores tubuhnya tetapi tidak ada api yang turun. Sedangkan Elia
membuat parit di sekeliing mezbah , menaruh air dan berdoa lalu api turun. Itu
lambang, gambaran apa yang terjadi pada Perjanjian Baru ketika gereja lahir.
Dimana para murid sedang menunggu sesuai janji Tuhan Yesus, lalu tiba-tiba ada
guncangan, suara-suara, ada api dari sorga (api Roh Kudus). Artinya manusia dan
para rasul menjadi korbannya dan api Roh Kudus membakar ‘rumah’ itu lalu mulailah
gereja pertama di Perjanjian Baru. Manusia menyediakan dirinya. Sampai hari ini
sama, kita adalah korban yang harus kita berikan pada Tuhan dan Roh Kudus
membakar kita. Ibadah yang seperti yang kita lakukan setiap minggu memiliki
makna yang sama. Menyerahkan hidup kita pada Tuhan. Ketika kita menyerahkan,
mengorbankan hidup , ambisi dan pribadi kita, sebenarnya kita sedang
mengimitasi Yesus Kristus. Allah sendiri yang mengorbankan diriNya datang ke
dalam dunia. Tindakan datang ke gereja menghadap Tuhan itu mirip tindakan Allah
datang ke dalam dunia. Bedanya kita datang ke tempat kudus sedangkan Allah
datang ke dalam dunia yang berdosa untuk menyelamatkan manusia dan kita datang
menyambut keselamatan itu. Orang yang datang ke rumah ibadah didorong oleh Roh
Kudus, karena kita melakukan apa yang persis dilakukan Yesus datang ke dalam
dunia. Itu mengungkapkan cinta. Yesus Kristus datang karena begitu besar kasih
Allah kepada kita. Kita datang ke rumah ibadah karena begitu besar cinta kita
kepada Tuhan. Kita harus mengasihi Tuhan, tetapi kita harus mengecek arti cinta
kita kepada Tuhan.
Dalam proses pendekatan kita
datang ke gereja, apa yang sebenarnya terjadi di dalam ibadah? Kita dibelah
oleh kehendak firman Tuhan. Fimran Tuhan itu ibarat pedang bermata dua. Ibrani 4:12 Sebab firman Allah hidup dan
kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat
dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup
membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita. Ketika kita datang ke dalam
tempat ibadah dan mendengarkan firman Tuhan, bukan hanya lewat khotbah kita
dapati firman Tuhan. Dari awal kita datang beribadah, itu adalah proses
dibelah. Jadi kalau kita datang tidak menyerahkan hidup kita, tidak mungkin
kita dibelah oleh firman Tuhan dan dibakar oleh api Roh Kudus. Setiap minggu
bahkan setiap hari proses ini terus terjadi. Kita bukan saja menjadi
persembahan yang hidup buat Tuhan setiap minggu tetapi setiap hari. Firman
Tuhan membelah kita dan Roh Kudus membakar hidup kita, sehingga kita menjadi
persembahan seperti yang ditulis oleh Rasul Paulus dalam kitab Roma 12. Kita
mengeluarkan bau-bauan yang harum.
Akibatnya apa kita
dibelah-belah oleh firman Tuhan dan dibakar oleh api Roh Kudus, kita
mengeluarkan bau-bau yang harum. Hidup kita dibaharui dan berubah senantiasa.
Itu tanda bahwa kita korban yang hidup dan kita melakukan ibadah yang sejati
bukan ibadah yang dilakukan oleh orang Israel dahulu. Mereka gagal melihat
hubungan itu, mereka memisahkan antara yang jasmani (duniawi) dan yang rohani.
Kita harus berhati-hati dengan dikotomi. Kita harus hati-hati saat mengatakan
Allah mencintai orang yang berdosa tetapi membenci dosa. Dalam pemahaman
Alkitab, manusia itu tidak bisa dipisah-pisahkan. Apa yang muncul dari dalam
hati, terlihat dalam kehidupan sehari-hari. Orang berdosa karena ia berdosa,
karena dosa dikandung. Dia mengandung dosa maka manusia berdosa. Orang disebut
berdosa karena ia melakukan dosa dan mengandung dosa. Ketika Yesus datang dan
menyelematkan kita, dosa kita dihapuskan, maka status kita adalah orang kudus
di hadapan Tuhan. Saya bukan lagi orang berdosa di hadapan Tuhan. Kapan pun
kita meninggal di hadapan Tuhan, Dia melihat kita sebagai orang kudus.
Kekudusan Yesus diperhitungkan kepada saya bukan karena perbuatan saya. Apa
yang dilihat oleh Tuhan dan manusia sedikit berbeda. Seluruh pandangan Allah
dilihat melalui lensa Yesus Kristus. Sedangkan pandangan manusia adalah lensa
dunia ini. Tetapi seharusnya kita melihat dengan lensa Yesus sepanjang hidup
kita.
Tuhan
sebagai Pusat Ibadah
Orang Israel melihat hidup
di dalam rumah ibadah dan di luar rumah ibadah berbeda. Di dalam rumah ibadah
mereka melakukan hal-hal yang baik sedangkan di luar rumah ibadah terserah
(hidup mereka tidak pernah berubah). Itu yang dibenci oleh Tuhan. Pusat hidup
mereka bukan Allah tetapi diri sendiri. Padahal ibadah yang diterima oleh Tuhan
dan pengorbanan hidup (ibadah) yang sejati adalah orientasi bukan lagi diri
kita lagi tetapi hanya Allah semata-mata. Apapun yang kamu perbuat , perbuatlah
dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Itu bukan
hanya di gereja tetapi di manapun kita berada. Jadi penting sekali kita
mengerti bahwa beribadah itu bukanlah tentang hanya kegiatan di dalam gereja.
Bukan hanya tentang lagu, memuji dan menyembah tetapi lebih luas dan dalam daripada
itu. Tuhan Yesus harus menjadi Tuhan dalam hidup kita. Ketika kita beribadah,
kita mentuhankan Tuhan Yesus bukan hanya dengan kata-kata tetapi juga dengan
hidup kita. Banyak orang Kristen yang tidak memahami hal itu. Mereka berpikir
Yesus Kristus hanya Juruselamat saja, tetapi mereka lupa bahwa ia juga Tuhan
dalam hidup kita. Selamat berarti jiwa kita tidak masuk neraka. Saat bicara
tentang Tuhan Yesus sebagai Tuhan saya berarti tunduk dan taat dalam seluruh
hidup kita baik di gereja dan di luar gereja. Di rumah saya, Ia Tuhan saya.
Kita menyerahkan tugas kita. Sebagai suami yang bagaimana? Suami yang tuhannya
adalah Tuhan Yesus. Suami yang taat kepada Tuhan Yesus, suami yang mengasihi
keluarga. Ketika kita diselamatkan sekali saja, pada waktu itu Yesus mati dan
menyelamatkan saya. Tetapi saat mengatakan saya mau mentuhankan (Dia Tuhan
saya), itu terjadi seumur hidup. Semua bagian hidup kita , kita tundukan pada
keinginan Yesus. Saat kita memuji Tuhan dan juga saat bekerja, di gereja dan di
luar gereja, saat sadar dan tidak sadar. Ada hari sabat dan gereja, keluarga
dan pelayanan. Ini tempat kita beribadah dan dunia di mana kita mempersembahkan
hidup kita sebagai persembahan yang hidup dan sejati. Baik kita bekerja,
bermain-main, belanja, saat kita sendiri atau pun bersama-sama orang lain-lain,
itu adalah tempat kita beribadah. Di situlah kita mempersembahkan hidup kita
sebagai persembahan yang hidup dan yang berkenan kepada Allah. Orang Israel
gagal melihat hal ini dan Tuhan membencinya.
Dalam perjalanan pulang
mengisi bensin Rabu sore lalu, di dekat pom bensin ada perempatan lampu merah
dan lampu merah-nya menyala . Waktu itu lalu lintas tidak terlalu padat. Waktu
saya memelankan mobil saya, mobil di belakang saya mengklakson. Seketika itu
juga saya marah. Apakah dia tidak tahu lampu merah? Saya mau membalas
‘kejahatan’nya yang telah membuat saya jengkel. Jadi saat lampu sudah menjadi
hijau, saya berpikir untuk berjalan secara perlahan-lahan. Tetapi sebelum niat
itu dijalankan, saya sadar itu tidak benar. Dengan kesadaran itu , saya
mengalah. Saya berikan jalan. Lalu setelah lampu hijau, dia klakson dan
berjalan cepat. Ini kehidupan kita, pergumulan ini sering terjadi. Ketika itu
terjadi, sebenarnya kita sedang mempersembahkan hidup kita sebagai persembahan
yang hidup kepada Tuhan. Dan masih banyak kejadian yang lain dalam hidup kita.
Ibadah di
mana dan kapanpun
Ada integrasi di dalam dan
di luar ibadah sama saja, tidak berbeda. Kalau sopan di rumah ibadah maka kita
juga sopan di luar rumah ibadah. Saat mengemudi ke rumah ibadah kita sopan,
demikian juga saat menuju tempat lain. Apapun situasinya, sedang terburu-buru
atau tidak. Hidup yang terus menerus diubahkan. Kita akan menjadi sama dengan
apa yang kita sembah. Pada Mazmur dikatakan kamu menyembah batu maka kamu akan
menjadi seperti batu. Ini akan terlihat dalam hidupmu. Kalau kamu menyembah
Tuhan maka karaktermu akan menjadi serupa Tuhan. Ini sama seperti yang dikatakan Agustinus, “Kamu
menjadi apa yang kamu kasihi”. Kalau
kamu mengasihi Tuhan, kamu akan menjadi serupa denganNya. Tetapi kalau kamu
mengasihi yang lain, maka kamu akan menjadi sama seperti itu. Manusia itu
seperti itu. Kita bisa melihat contoh kecil dalam kehidupan kita. Anak mirip
seperti papanya atau ibunya. Demikian juga dengan suami istri yang saling
mencintai.
Kalau kita ibadah dengan
benar akan terlihat dalam hidup kita. Ada orang yang tidak berubah setelah sekian
lama percaya, pertanyaannya : benarkah engkau menyembah Tuhan yang benar?
Apakah engkau percaya kepada Tuhan? Jangan-jangan engkau hanya beribadah di
gereja, sedangkan di luar tidak. Apa yang harus dilakukan kalau ingin mengalami
ibadah? Maka pertama, kita harus membaca firman Tuhan. Yang kedua, mendengar
firman Tuhan. Kalau membaca firman Tuhan secara teratur maka firman Tuhan akan
bergema dalam kehidupan kita. Artinya dalam pekerjaan dan kegiatan ,kita akan
mengingatnya.
Seorang penulis, Henry Nouwen
(1932-1996) mengatakan kita perlu mendengarkan firman Tuhan karena di dunia ini
penuh dengan kata-kata menghakimi. Kita perlu mendengarkan janji-janji firman
Tuhan. Supaya kita tahu bahwa kita orang yang diberkati Tuhan, kita sudah
diterima dan diakui oleh Tuhan. Maka membaca , mendengar dan belajar firman
Tuhan itu penting. Ini semua akan membentuk hati yang takut pada Tuhan.
Pengertian takut ada 2. Kalau kita punya relasi dengan Tuhan, maka kita akan respek,
tetapi kalau tidak punya relasi dan kita berbuat salah pada seseorang maka
takut itu berupa takut dihukum. Takut yang dimaksudkan di sini adalah respek, hormat
dan kagum pada Tuhan. Membaca, mendengar dan belajar firman Tuhan akan
membentuk hati seperti ini. Kalau hati kita sudah dibentuk seperti ini (hati
yang takut akan Tuhan), maka hidup kita akan takut, menyerupai kepada siapa
kita menyembah.
1 Samuel 15:22
Tetapi jawab Samuel: "Apakah TUHAN itu berkenan kepada korban
bakaran dan korban sembelihan sama seperti kepada mendengarkan suara TUHAN?
Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan, memperhatikan
lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan. Dikaitkan dengan Roma 12:1
Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya
kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan
yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. Bagaimana kita
mempersembahkan hidup kita dengan jalan mentuhankan Yesus dalam kehidupan kita
bukan hanya Juruselamat kita semata. Ketika mau taat kepada Tuhan, pengendalian
diri itu penting. Kita tidak mengikuti kedegilan hati kita, tetapi kita mau
mengendalikan kedegilan hati kita dengan firman Tuhan. Anak yang terlalu
dimanja, kurang pengendalian dirinya. Tetapi anak yang diajar sesuai dengan
firman Tuhan, kita juga mengajarkan mereka untuk mengendalikan diri karena
keinginan manusia itu jahat. Kita belajar mengendalikan diri kita dengan
kebenaran firman Tuhan, kita sedang belajar beribadah, mempersembahkan diri dan
tubuh kita kepada Tuhan. Apakah kita berani dan siap? Beranikah kita beribadah
dan mempersembahkan diri kita? Tuhan tidak melihat persembahan uang kita setiap
minggu tetapi Ia melihat hati kita bagaimana. Jangan sampai kalau sudah memberi
uang , lalu hidup seperti apa yang kita mau.