Galatia 5:13-15
13
Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi
janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan
dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih.
14 Sebab
seluruh hukum Taurat tercakup dalam satu firman ini, yaitu: "Kasihilah
sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!"
15 Tetapi
jikalau kamu saling menggigit dan saling menelan, awaslah, supaya jangan kamu
saling membinasakan.
Yeremia 29:4-8
4
"Beginilah firman TUHAN semesta alam, Allah Israel, kepada semua
orang buangan yang diangkut ke dalam pembuangan dari Yerusalem ke Babel:
5 Dirikanlah
rumah untuk kamu diami; buatlah kebun untuk kamu nikmati hasilnya;
6 ambillah
isteri untuk memperanakkan anak laki-laki dan perempuan; ambilkanlah isteri
bagi anakmu laki-laki dan carikanlah suami bagi anakmu perempuan, supaya mereka
melahirkan anak laki-laki dan perempuan, agar di sana kamu bertambah banyak dan
jangan berkurang!
7 Usahakanlah
kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada
TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu.
Pendahuluan
Kamis lalu (16 Agustus 2018) kirab
obor (torch relay) Asian Games 2018 etape pertama (5 kilometer) berjalan mulai
dari Kantor Kelurahan Tanah Sereal - Jalan K.H Zainul Arifin - Jalan Gajah Mada
- Jalan Pintu Besar Selatan - Jalan Pintu Besar Utara - Jalan Kali Besar Barat
- Jalan Kunir sehingga polantas melakukan pengalihan arus lalu lintas di
Jakarta Barat. Tepuk tangan, teriakan
“Indonesia” dan lagu-lagu patriot terkait dengan kemerdekaan menyambut
kedatangan pawai obor Asian Games 2018. Anggota komunitas motor gede (moge)
mengawali iring-iringan kirab obor Asian Games 2018 di jalan Gajah mada. Warga
yang sudah menunggu sejak pagi langsung bersorak-sorai menyambut obor tersebut.
Kelompok drum band yang terdiri dari
siswa SD pun dengan semangatnya menabuh alat musik yang mereka bawa walau
mereka harus menunggu lama. Lagu penyemangat terus dimainkan, hingga obor
berpindah tangan ke Devina Yuliandharini yang merupakan atlet Nasional Renang Indah, dan di bawa ke
etape selanjutnya.
Karena
saya dan shi-mu tidak mengetahuinya
maka sewaktu mau pergi belanja beberapa
keperluan bazar gereja di Glodok lewat Hayam Wuruk dan Beos kami dihalangi oleh
para petugas. Akhirnya mobil saya parkirkan di Jl. Pinangsia. Begitu banyak orang
yang menonton kirab obor tersebut sehingga lalu lintas macet total. Mereka bersorak
dan menyanyikan lagu-lagu nasional sehingga suasananya sangat bersemarak. Kami ingin
ke Glodok karena mau berbelanja ke toko yang menjual barang-barang kebutuhan
rumah tangga (alat-alat masak). Saat kami tiba, toko itu sedang sepi pengunjung.
Biasanya toko itu sangat ramai , sehingga pemiliknya tidak mau melayani pertanyaan
para pembeli. Namun hari itu hanya ada saya dan istri. Setelah saya menyapanya ia
membuka pembicaraan dengan kalimat, “Sebentar lagi kita akan mengikuti pemilu.
Kira-kira pilih siapa ya?” Saya memahami arah tujuan pertanyaannya yang ingin
memancing jawaban. Jadi saya menanggapinya,”Kita pilih calon presiden yang memiliki
kinerja yang jelas dan telah terbukti mensejahterakan rakyat.” Namun ia sepertinya
tidak setuju dan membalas,”Tetapi keadaan ekonomi sekarang sedang sulit dan
merosot.” Saya balas kembali,”Yang merosot bukan hanya ekonomi Indonesia saja tetapi
juga ekonomi negara-negara lain seperti Singapura dll. Jadi bukan karena gara-gara
negara kita dipimpin oleh presiden sekarang.” Dia pun terdiam sejenak lalu
berkata lagi,”Tapi hari ini menjelang Asian Games ada pawai obor keliling
melewati Glodok membuat toko saya sepi.” Ini adalah contoh orang egois karena hanya
memikirkan diri, dagangan dan tokonya saja dan tidak mau melihat kepentingan bangsa yang
lebih besar. Kalau hidup orang-orang seperti ini, bagaimana dengan gereja dan apa
jadinya negara?
Saya pernah berkumpul dengan teman
SMA. Dia berkata,”Saya belum tentu pilih presiden yang mencegah korupsi.” Saya
pun menanyakan alasannya,”Mengapa?”. Ia pun menjawab,” Karena usaha saya
menjadi susah!” Saya pun mencoba mengingatkannya, “Mengapa tidak memikirkan negara
jauh ke depan atau memikirkan generasi mendatang tapi hanya memikirkan diri
sendiri? Karena bagimu di negara yang bisa korupsi kamu bisa jadi makmur, berdagang
dan mendapat keuntungan pribadi!” Seringkali kita melihat kebenaran bahwa apa
yang ada dalam diri manusia tentang rasa
mementingkan diri (ego) sangat luar biasa.
Dalam kitab Galatia, Rasul Paulus
ingin memberikan suatu catatan yang sangat penting. Sehingga tema hari ini adalah
kita mempunyai tanggung jawab yang tidak boleh kita abaikan. Kedua contoh di
atas di mana manusia selalu menuntut hak-hak dan keinginannya. Tapi manusia telah
kehilangann dan lupa punya tanggung jawab. Kita punya 2 institutsi yang Tuhan
berikan untuk menolong orang yang tidak hanya memikirkan diri , tidak picik
untuk golongan-nya sendiri dan tidak mau peduli dengan orang lain yaitu gereja
dan negara.
Tanggung Jawab Orang Kristen
1. Tanggung
Jawab kepada Gereja
Apa tanggung jawab kita dalam kehidupan sebagai orang
Kristen yang sudah ditebus oleh Tuhan? Apa tanggung jawab kita sebagai gereja
yang ditempatkan Allah dalam keberadaan kita?
Kitab Galatia
5: 13 mengatakan Saudara-saudara, memang
kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan
kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan
layanilah seorang akan yang lain oleh kasih. Rasul Paulus dalam surat
kepada jemaat Galatia memberikan catatan-catatan yang sangat keras ke jemaat di
sana. Surat Galatia adalah surat yang paling keras karena di sana Rasul Paulus
mencela dan mengkritik orang-orang yang Kristen yang hidupnya tidak berpadanan
dengan Firman Tuhan dan hanya mementingkan kedagingannya. Itu sebabnya pada Galatia
pasal 5 Rasul Paulus memberikan kriteria dan ciri dari orang-orang yang
dipimpin oleh keinginan roh dan keinginan
daging. Padahal pada ayat 13 Rasul Paulus mengatakan bahwa kamu adalah orang-orang yang sudah merdeka. Rasul
Paulus menjelaskan tentang status orang-orang yang sudah percaya Kristus yang
disebut sebagai gereja Tuhan.
Ada 2
definsi tentang gereja yaitu yang pertama adalah orang-orangnya yaitu kita yang telah ditebus dan dimerdekakan oleh Kristus dari dosa. Yang kedua
adalah institusinya. Di sini saya berbicara tentang orang-orang-nya (definisi
yang pertama). Rasul Paulus berbicara tentang orang-orang yang sudah
dimerdekakan. Rasul Paulus memulai dengan kalimat bahwa statusmu sudah jelas yakni
sebagai orang merdeka. Kalau tidak menghargai kemerdekaan , kita tidak pernah
bisa mengisi kemerdekaan itu. Kadang-kadang manusia suka ironis dalam
kondisinya. Waktu di penjara kita menghendaki kebebasan (kapan saya bebas atau kapan
dapat remisi?). Kalau berbuat baik di penjara agar saya pada hari raya dapat
remisi dan dipotong masa tahanannya. Anehnya, sewaktu tahanan berada di penjara
ingin bebas, tetapi waktu berada di luar penjara dan sudah bebas, orang tidak
mengerti arti kekebasan. Artinya kita tidak mengisi kebebasan itu dengan hal-hal sepatutnya. Maka kondisi ini sangat
ironis dan bertentangan. Orang yang di penjara ingin bebas, sedangkan orang yang
bebas, tidak memahami kebebasannya dan dia melakukan hal yang baik. Pada ayat
13, Rasul Paulus mengatakan, “Memang
kamu sudah dipanggil untuk merdeka.” Ia ingin mengingatkan bagaimana Allah di
dalam Kristus sungguh-sungguh telah melakukan karyaNya yang hebat. Waktu membaca
ayat ini, saya teringat injil Matius tentang penggarap kebun anggur. Peristiwa
ini dicatat dengan baik oleh Matius. Pemilik kebun anggur mengirim orang-orang
upahannya untuk menagih. Orang-orang upahan ini merupakan catatan tentang
nabi-nabinya. Allah telah mengirim orang-orang upahannya yaitu nabi-nabinya untuk datang dan memperingati tentang dosa dan
tentang bagaimana mereka harus bertobat, sebagai orang pilihan harus punya kehidupan
yang jelas. Tetapi dalam catatan tentang kebun anggur ini, orang-orang itu (para
penggarap) membunuh orang-orang suruhan. Lalu pemilik kebun anggur mengirim
anaknya yang diharap akan dihormati dan diberi tempat yang baik. Tetapi justru
waktu melihat anak majikan itu penggarap-penggarap anggur membunuhnya. Pada
ayat 13 (memang kamu telah dipanggil untuk merdeka) Rasul Paulus ingin mengingatkan
karya Kristus yang telah sungguh-sungguh menebusmu dan membebaskan engkau dan telah membuatmu tidak
ada lagi dalam kukungan dosa dan terbebas dari kuasa dosa.
Dalam
ayat selanjutnya ia menuliskan ,”Tetapi janganlah kamu menggunakan kesempatan
itu untuk hidup dalam dosa”. Kebebasan yang diberikan dalam Kristus, tidak
membuatmu melakukan sebebas-bebasnya seperti di dalam hati. Kebebasan kita
adalah kebebasan yang terbatas. Para filsuf Barat khususnya Immanuel Kant (1724-1804)
mengatakan , “Kebebasan manusia tidak bisa sebebas-bebasnya.” Karena kalau kebebasan
manusia dilakukan sebebas-bebasnya maka akibatnya akan mengerikan. Pdt. Stephen
Tong pernah berkata ,”Kalau kita berada di jalan raya dan di perempatan jalan tidak
ada lampu merah maka setiap orang bisa jalan, nyelonong dan ngebut dari keempat
jurusan, maka di perempatan itu akan terjadi kecelakaan yang mengerikan.”
Karena kebebasan dilakukan seenak nya. Kita tidak berpikir bahwa kebebasan kita
terbatas terhadap apa yang ada di sekeliling kita. Jadi waktu bicara tentang
kebebasan, Rasul Paulus berbicara tetang kebebasan yang tidak boleh digunakan untuk
kesempatan dalam dosa. Apa maksud dengan
frase “kesempatan dalam dosa”? Ia bicara tentang keinginan daging yang sifatnya
untuk kepentingan diri sendiri. Keinginan daging yang membuat kita hidup untuk
diri kita.
Contoh sederhana
dari keinginan yang sebenarnya selalu untuk kita. Ada yang senang nyontek
karena itu perkara yang paling mudah. Tidak perlu usaha banyak tapi memperoleh
hasil sebanyak-banyaknya. Itu adalah ego karena orang tidak mau belajar dengan
susah payah tapi mau mendapat nilai. Kita berusaha dengan cara-cara yang tidak
bagus karena keinginannya untuk diri sendiri. Itu terbukti banyak sekali. Beberapa waktu lalu, saya melakukan diskusi
dengan teman-teman. Sekarang zaman online
yakni zaman di mana saat mau beli barang
kita tidak perlu ke toko, tinggal buka aplikasinya (seperti Tokopedia, Blibi dll) lalu pesan. Dalam sistem
usaha online ada yang bisa diakali
untuk mengambil keuntungan. Kemudian ada yang membuka rekening bodong lalu mencoba
pesan barang yang sebenarnya tidak ada, agar dapat komisi. Dengan melakukan hal
tersebut untuk mendapat komisi (tanpa ada transaksi jual beli) maka itu sebenarnya
transaski untuk kepentingan di mana kita melakukan perkara-perkara yang
sifatnya untuk ego, memuaskan hawa nafsu atau perbuatan dosa. Maka dikatakan
Rasul Paulus agar kita jangan menggunakan
segala kebebasan untuk melakukan hal-hal yang sifatnya dosa.
Beberapa
waktu lalu seorang teman hamba Tuhan ditilang gara-gara melanggar peraturan
lalu-lintas ‘3 in 1’ . Ia marah sekali karena merasa rambu-rambu tidak jelas
dan oknum polisi hanya mencari-cari kesalahan
orang untuk mencari uang. Sehingga polisi dicap agar bila nanti punya anak
perempuan jangan menikah dengan polisi karena polisi adalah aparat yang suka
menilang orang, mencari kesalahan orang dan segala macam. Itu gara-gara
kesalahan seorang oknum polisi maka semua polisi dicap tidak benar. Sehingga
ada yang memberi pernyataan, “Biar saja polisi itu makan duit dengan tidak
benar, nanti anak-istrinya akan makan duit yang tidak benar.” Sehingga kalau bisnis
kita tidak benar, maka kita sedang memberi anak-istri makanan yang tidak benar
yang kata orang “tidak jadi daging”. Karena kita berada dalam kebebasan untuk
berbuat dosa. Rasul Paulus mengingatkan kita agar tanggung jawab kita sebagai
orang yang telah ditebus, dimerdekakan, melayani seorang akan yang lain. Ia
memberikan kita catatan untuk melakukan tugas sebagai gereja yaitu melayani. Karena
waktu kita melayani maka kita hidup dalam pimpinan roh. Orang yang melayani adalah
orang yang tidak ego terhadap dirinya, tetapi membuka hatinya untuk orang lain
dan memberikan dirinya untuk orang lain. Aku ingin ikut ambil bagian dalam apa
yang dibutuhkan. Apa yang menjadi kesulitanmu saya ingin ikut ambil bagian. Itu
tanggung jawab gereja yang dicatat oleh Rasul Paulus oleh karena kita sudah
dimerdekakan. Kalau kita sudah dimerdekakan tetapi tidak menggunakannya dengan melayani
maka kita akan menggunakan kebebasanmu untuk melakukan dosa. Karena itulah
Rasul Paulus mengingatkan tanggung jawab kita yang sangat baik sekali.
2. Tanggung
Jawab kepada Negara
Ini
merupakan tanggung jawab kita sebagai warga negara. Nabi Yeremia memberi
catatan suatu kondisi orang Israel yang berada dalam pembuangan. Orang Israel
mengalami dua kali perjalanan exodus. Pertama, perjalanan Israel keluar dari
Mesir ke Tanah Kanaan, itu exodus pertama. Saat itu mereka merasa sukacita
karena mereka menemukan tanah perjanjian dan mereka dibebaskan dari perbudakan
Mesir. Mereka tidak lagi diperhamba oleh bangsa Mesir. Mereka pergi dengan
sukacita karena mereka berada di negara yang dijanjikan Tuhan. Exodus kedua
adalah orang Israel pergi ke tanah pembuangan karena dosa-dosa mereka. Itu
merupakan masa yang paling susah. Sebagai bangsa mereka sudah kehilangan
dirinya. Sebagai orang Yahudi, nilai mereka sudah habis dengan musuh mereka. Di
tempat pembuanganlah ada nabi palsu yang mengatakan bahwa kita akan pulang dan
Allah memberi kelepasan lagi . Allah mengatakan itu adalah janji-janji yang
palsu. Pada kitab Yeremia 29:8 dikatakan Sungguh,
beginilah firman TUHAN semesta alam, Allah Israel: Janganlah kamu diperdayakan
oleh nabi-nabimu yang ada di tengah-tengahmu dan oleh juru-juru tenungmu, dan
janganlah kamu dengarkan mimpi-mimpi yang mereka mimpikan! Karena mereka adalah
nabi-nabi palsu maka kamu tidak perlu mendengarkan mereka.
Waktu di orang-orang Yahudi ada di negara pembuangan
Tuhan ingin mengingatkan :
1. Hidupmu ada di negara yang memang Aku berikan sebagai
konsekuensi dosamu.
Kamu harus menanggung dosamu dan kamu berada dalam
pembuangan di mana engkau menanggung semua kesalahanmu. Di sanalah engkau harus
berdiam diri dan hidup sebagai bangsa yang terjajah. Pada ayat ke-8 dikatakan “Sesungguhnya
firman Tuhan : Jangan kamu diperdayakan oleh nabi-nabi”. Ayat ini ingin
mengingatkan bahwa realita hidup di mana Allah taruh engkau di mana saja adalah
realita yang harus engkau jalani. Orang
Israel tidak mau menerima realita bahwa mereka dijajah. Itu sebabnya mereka ada
yang mau pulang dan kembali dan Tuhan marah dengan orang-orang seperti ini.
Saya ingin menghubungkan dengan realita di Indonesia. Suku Tionghoa, Jawa ,
Batak adalah orang Indonesia. Kita hidup di Indonesia yang beraneka ragam dan
pluralisme. Itu sangat kental dalam perjalanan hidup kita berbangsa. Kita mungkin
sebagai kelompok yang menganggap diri orang-orang minoritas. Seringkali mungkin
ada perasaan-perasaan di mana kita berontak dan tidak menerima, tetapi itu
adalah realita. Saya senang dengan ayat ini
karena Nabi Yeremia mengingatkan tentang realita di mana kita ditempatkan
adalah bukan kebetulan. Tuhan tidak pernah menempatkan kita secara kesalahan
atau kebetulan . Kita dilahirkan sebagai orang Indonesia , itu adalah rencana
Allah untuk kita. Waktu kita ditempatkan sebagai bangsa Indonesia dan kita
adalah orang percaya kepada Kristrus , mungkin kita adalah kelompok sangat
kecil. Tetapi realita ini tidaklah membuat kita tidak memiliki peran dalam
negara ini. Karena itulah Nabi Yeremia mengingatkan realita ini terlebih dahulu
agar realita ini jangan sampai membuat kita tidak membuka diri atau tertutup
atau membenci. Berapa lama kita menjadi orang-orang yang membenci orang-orang
sebangsa kita. Berapa lama kelompok minoritas merasa yang kemudian memikirkan
hal-hal negatif kepada bangsa ini. Waktu kemarin penetapan cawapres dan capres mendatang
ada beberapa komentar muncul, di antaranya, “Apa masih mau golput seperti pada
pilkada?” Ternyata waktu pilkada lalu, banyak yang memilih sebagai golput (tidak
memilih). Siapa yang golput? Apakah kita dari suku etnis Tionghoa? Ini perkara
penting. Kalau golput kita hilang telah kesadaran bahwa kita hidup dalam
realita di bangsa ini sehingga kita tidak mau menerima realita itu. Nabi Yeremia
mengingatkan agar sebagai orang-orang yang dibuang engkau harus bisa menerima realita ini baru engkau bisa berkarya. Kalau
tidak pernah menerima maka engkau tidak akan bisa berkarya di suatu tempat di
mana engkau ditempatkan Tuhan.
Apa tanggung jawab kita sebagai warga negara di negara
Indonesia. Pada ayat 5:4-6 Nabi Yeremia tidak bicara muluk-muluk (engkau akan
menjadi politikus atau anggota DPR). Dia bicara tentang hal sederhana, tentang
kontribusi orang Israel yang ada di Babel. Apa kontribusinya? Engkau harus
bekerja keras di mana engkau bekerja atau berdagang maka jadilah karyawan atau
pedagang yang baik , maka kontribusi sebagai tanggung jawab Yahudi di
pembuangan “engkau harus bekerja keras”. Realitamu membukakan bahwa engkau ada di sini , dan
engkau tidak boleh berdiam dalam berkarya. Melalui apa? Melalui bekerja keras.
Tanggung jawab kita sebagai bangsa Indonesia adalah kerja keras. Kerja keras
inilah yang sudah mulai menghilang dalam zaman yang sekarang kita hidupi. Orang
lebih senang dapat banyak uang tanpa perlu berlelah-lelah. Orang ingin cepat
dapat uang tapi tanpa berkeringat. Mental ini adalah mental budak dan
mengerikan. Mental ini masuk ke gereja dan masuk ke orang-orang Kristen. Ada
banyak orang Kristen yang tidak mau bekerja keras tapi mau enak dan uang
banyak. Ada banyak orang Kristen yang bekerja lalu berhenti, kerja lagi terus
berhenti lagi dan terus begitu. Itu
mental yang tidak mau bekerja keras.
Saya hidup saat ekonomi sedang susah. Papa saya orang susah. Dari
kecil saya menenteng es untuk dibawa ke
kantin. Itu pekerjaan yang memalukan karena teman-teman saya melihat saya
membawa es. Tetapi papa saya hanya berkata, “Kalau kamu tidak mau bekerja
keras, maka lebih baik kamu tidak hidup.” Kata-kata ini luar biasa karena
membentuk saya untuk tidak menyerah terhadap kondisi. Saya berani untuk terus
bekerja karena itulah yang ditanamkan dalam diri saya. Nabi Yeremia berkata, “Usahakanlah
tempat di mana engkau berada.” Ia bicara tentang kerja keras yang harus kita lakukan
di bidang masing-masing. Kita tidak usah-usah muluk seperti ingin membela
bangsa dan lain-lain. Bekerjalah dengan baik. Saat bekerja sebaik-baik, punya
keluarga baik, tidak menyusahkan lingkungan dan tidak menjadi beban negara. Itu
sudah baik. Tetapi sepanjang kita tidak
bekerja keras, dan engkau menjadi keluarga yang merepotkan dan menjadi beban
negara, maka itulah yang menjadi bahaya .
Saya
beberapa kali bergurau dengan orang-orang yang taraf ekonominya rendah tapi
anaknya banyak. Saya suka berkata,”Bu tidak dipikirkan mengapa punya anak lagi?”
Jawabannya mudah,”Habis kebablasan Pak” jawabnya santai. Maunya tidak tapi akhirnya
dapat.” Untuk mencari makan saja susah tetapi anaknya terus lahir. Saya terkadang
berpikir,”Kita maunya apa? Tidak mau kerja keras tetapi anak maunya banyak dan duit
maunya banyak” Ini mental budak. Nabi Yeremia mengingatkan “Engkau berada di negara
Babel dan engkau harus tetap bekerja keras!” Mari pikirkan semangat ini. Karena
semangat ini lahir dari Kitab Suci. Semangat di mana engkau ada dengan realitamu
dan engkau terus bekerja keras.
2.
Harapan akan
hidup yang lebih baik.
Dalam ayat 5-6 Dirikanlah
rumah untuk kamu diami; buatlah kebun untuk kamu nikmati hasilnya; ambillah isteri untuk memperanakkan anak
laki-laki dan perempuan; ambilkanlah isteri bagi anakmu laki-laki dan
carikanlah suami bagi anakmu perempuan, supaya mereka melahirkan anak laki-laki
dan perempuan, agar di sana kamu bertambah banyak dan jangan berkurang! Ayat-ayat
ini berbicara tentang harapan untuk hidup yang lebih baik. Waktu orang percaya
yang bekerja-keras punya harapan, punya sesuatu di mana engkau percaya terhadap
apa yang akan Allah buat, itu akan membuatmu menjadi orang-orang yang punya
mental kuat menghadapi tantangan. Ini sebenarnya modal yang bisa diberikan
kepada bangsa ini. Ketika engkau mempunyai spirit yang kuat dan punya pandangan
tentang masa depan yang bisa diyakini di dalam Tuhan maka engkau akan menjalani
hidup itu dengan luar biasa. Menjalani hidup dengan luar biasa inilah adalah
sebuah upaya yang bisa diberikan kepada bangsa ini karena engkau bisa
berkontribusi untuk bangsa ini dengan baik.
Mari pikirkan apa
yang engkau bisa perbuat untuk gereja dan negaramu. Karena kita adalah
orang-orang yang sudah dimerdekakan oleh Tuhan.
No comments:
Post a Comment