Ev.
Andy
Imamat 19:34
Orang asing yang tinggal padamu harus sama bagimu seperti orang Israel
asli dari antaramu, kasihilah dia seperti dirimu sendiri, karena kamu juga
orang asing dahulu di tanah Mesir; Akulah TUHAN, Allahmu.
Matius 22:39 Dan hukum yang kedua, yang sama dengan
itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.
Markus 12:31 Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah
sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama
dari pada kedua hukum ini."
Pendahuluan
Beberapa orang pakar
mencoba mendefinisikan arti hukum di antaranya :
Plato :
Hukum merupakan segala peraturan yang tersusun dengan baik dan teratur yang
mempunyai sifat mengikat hakim dan masyarakat
Immanuel Kant
: Hukum merupakan semua syarat dimana seseorang mempunyai kehendak bebas,
sehingga bisa menyesuaikan diri dengan kehendak bebas orang lain dan menaati
peraturan hukum mengenai kemerdekaan
Aristoteles
: Hukum merupakan kumpulan beraturan yang tidak hanya mengikat tapi juga hakim
untuk masyarakat, dimana undang-undang akan mengawasi hakim dalam menjalankan
tugasnya untuk menghukum para pelanggar hukum
Melihat
definisi-definini di atas, bukan berarti seseorang bisa dengan semena-mena
menjadi hukum bagi orang lain. Ada undang-undang yang diberlakukan (tidak serta
merta aku menjadi hukum bagi orang lain).
Berikut petikan berita dari Kompos.com dengan judul “Malam
Minggu Kelam Pasangan yang Dituduh Berbuat Mesum di Tangerang”.
Aksi main
hakim sendiri kembali terjadi. Kali ini peristiwa itu menimpa R dan MA.
Pasangan kekasih itu dianiaya, diarak, hingga dilucuti pakaiannya karena
dianggap berbuat tak senonoh di sebuah kontrakan di Sukamulya, Cikupa,
Kabupaten Tangerang, Banten, Sabtu (11/11/2017). Tak sampai disitu, warga yang
menggerebek memvideokan kondisi sejoli itu saat dianiaya dan dilucuti
pakaiannya. Video itu disebarluaskan di media sosial. Sontak aksi tak terpuji
itu menggegerkan warganet. Berdasarkan video yang viral itu, pihak kepolisian
bergerak melakukan penyelidikan. Kapolres Kabupaten Tangerang AKBP Sabilul Alif
menegaskan, dari hasil penyelidikan, muda-mudi itu tak terbukti berbuat mesum.
"Yang
bersangkutan tidak berbuat mesum dan memang yang bersangkutan adalah pacaran
dan akan segera menikah," ujar Sabilul, Selasa (14/11/2017). Sabilul
menceritakan, mulanya MA meminta dibawakan makanan oleh R. Permintaan perempuan
pujaannya itu dituruti R. Dia tiba di kontrakan kekasihnya sekitar pukul 22.00.
Begitu R datang, MA menyambutnya dan mempersilakan pacarnya itu masuk ke dalam
kontrakannya untuk menyantap makan malam bersama. Saat itu, pintu kontrakan tak
ditutup rapat. Seusai menyantap makan malam, pintu kontrakan MA digedor T
selaku Ketua RT 007 Sukamulya, Cikupa, Kabupaten Tangerang. T tak datang sendiri.
Dia datang bersama G dan A untuk menggerebek pasangan itu. Ketiganya memaksa
masuk ke dalam kontrakan dan langsung menuding R dan MA berbuat mesum.
"Keduanya
dipaksa mengaku berbuat mesum. Tiga orang berinisial G, T, dan A memaksa
laki-laki mengaku dan mencekik," ucapnya. Karena tak berbuat seperti apa
yang dituduhkan, R dan MA membantah tuduhan itu. Lantaran R dan MA tak mau
mengakau, G, T, dan A geram. Ketiganya
memaksa R dan MA keluar dari kontrakan dan membawanya ke rumah ketua RW.
Keduanya lalu diarak. T sebagai ketua RT
bukan menenangkan warganya, malah memprovokasi warga.
"T ini
yang pertama mendobrak pintu, melakukan penggerebekan, dan memobilisasi massa.
'Tolong ayo-ayo lihat sini, lihat sini, silakan yang mau foto, mau
videokan'," ujar Sabilul. Pasangan kekasih itu diarak massa ke depan
sebuah ruko yang berjarak sekitar 200 meter dari kontrakannya. "Di situlah mereka dipaksa, ditempeleng,
dan dipukuli untuk mengaku. Bahkan, yang paling menyedihkan dari salah satu ini
membuka baju perempuan untuk memaksa. Yang laki-laki melindungi dan sudah tidak
menggunakan baju sama sekali," kata Sabilul. Seusai menganiaya dan
melucuti pakaian R dan MA, warga membawa mereka ke rumah ketua RW. Seusai
diinterogasi, R dan MA dipersilakan kembali ke rumah masing-masing. Berdasarkan
video penggerebekan yang viral itu, pihak polisi melakukan penyelidikan. Polisi
mendatangi R dan MA untuk mengecek kebenarannya.
Keduanya
mengakui telah menjadi korban perbuatan tak terpuji dari sekelompok orang.
Polisi akhirnya menangkap dan menetapkan enam tersangka dalam kasus itu. Polisi
masih memburu pelaku lain, termasuk orang yang mengunggah dan menyebarluaskan
video penggerebekan itu. Sejauh ini, sudah ada empat akun YouTube yang ditutup
karena mengunggah video itu.
Fenomena ini luar biasa. Orang melihat orang lain
sebagai objek dan dirinya adalah subjek. Sehingga subjek ingin melakukan apa
pun ke objek tersebut. Ini sangat memilukan hati.
1.
Hukum yang Horizontal harus menjadi Etika hidup
orang-orang Modern
Tuhan katakan ke umat Israel di
padang gurun yang telah 40 tahun lamanya berkelana, Orang asing yang tinggal padamu harus sama bagimu seperti orang Israel
asli dari antaramu, kasihilah dia seperti dirimu sendiri, karena kamu juga
orang asing dahulu di tanah Mesir; Akulah TUHAN, Allahmu (Imamat 19:34). Dulu
Mesir adalah bangsa besar dan memiliki banyak budak yang datang dari berbagai
bangsa (Mesopotamia, wilayah-wilayah Timur dll). Salah satunya adalah Yusuf yang
oleh saudara-saudaranya dijual sebagai budak dan dibawa ke Mesir. Ketika bangsa
Israel keluar dari Mesir di bawah pimpinan Musa, banyak budak yang sudah lama
menjadi budak di Mesir juga ikut. Ada budak yang karena kawin campur menjadi
percaya. Jadi banyak orang-orang yang bukan asli Israel juga ikut bersama rombongan
Musa untuk datang ke tanah perjanjian. Jadi orang asing ini adalah bukan bagian
dari 12 suku (anak-anak dari Yakub). Orang-orang asing ini harus dikasihi
seperti dirimu (melihat dia seperti bangsa dan saudaramu). Ini perintah yang Tuhan
inginkan. Padahal mereka belum sampai di tanah perjanjian (masih di padang
gurun dan belum jadi bangsa mandiri) tetapi Tuhan telah memberikan hukum ini
agar Bangsa Israel belajar sehingga saat sampai di Tanah Perjanjian maka orang
lain yang tinggal bersama mereka diperlakukan sebagai saudara (mengasihi orang
lain seperti diri sendiri). Mengasihi orang lain merupakan hal yang susah
karena manusia adalah mahluk egosentris (apalagi di zaman modern ini individualisme
begitu tinggi) sehingga “aku merasa
paling penting dibandingkan orang lain”. Yang diutamakan adalah diri sendiri.
Sewaktu
kuliah di Bandung, pada akhir pekan dari kota saya ingin pergi ke Bandung Timur.
Saya tinggal di daerah Pasteur dan akan naik KA ke Rancaekek dengan jarak
tempuh sekitar 45 menit. Untuk mendapat tiket, kita harus antri untuk membelinya
karena begitu banyak orang yang ingin pergi ke sana. Apalagi saat hujan, mereka
berdiri mengantri. Lalu setelah dapat tiket, berebutan untuk mendapat tempat
duduk. Ketika dapat tempat duduk, walau di depan ada orang tua (kakek-nenek)
tidak dipedulikan karena aku juga perlu
tempat duduk yang nyaman. Sehingga kasih terhadap sesama tidak dimunculkan, yang
diutamakan adalah diri kita. Kita sebagai subjek yang penting dan orang lain hanyalah objek. Sehingga Tuhan
berkata untuk belajar (orang asing yang tinggal padamu haruslah diperlukan
sebagai orang Israel). Bagi Israel kedua belas suku adalah suku yang
dijanjikan. Untuk mengasihi orang lain sulit. Orang Isarel melihat orang Samaria
sebagai orang kafir, anjing dll padahal mereka sama-sama keturunan orang Yahudi
walaupun sudah tercampur dengan bangsa yang lain (kawin campur). Ketika
mengasihi orang lain yang merupakan bagian dari kita sendiri sulit. Adik-kakak
bisa saling bunuh. Orang tua dan menantu bisa bertengkar kalau tidak sepaham.
Orang asing adalah orang yang tidak sepikiran dengan kita. Mereka merupakan orang
asing karena berbeda dengan aku. Diskriminasi
mendatangkan permusuhan dan kebencian. Ini berbahaya. Terhadap siapa pun bisa
terjadi. Tuhan inginkan agar kita saling mengasihi sesama manusia seperti diri
sendiri. Ini adalah hukum dan ajaran yang relevan. Mari kita belajar sama-sama.
Kalau Tuhan berkata “kasihilah sesamamu manusia”, maka belajarlah untuk
mengaplikasikannya. Ini perwujudan nyata iman kita di tengah dunia yang kurang
kasih. Kasih terhadap sesama sulit dilakukan namun bukan berarti tidak bisa
dilakukan. Kita harus berjuang untuk melakukannya.
Waktu saya praktek pelayanan di Palembang , terjadi
hal yang menyedihkan. Rupanya diskriminasi itu juga terjadi di kalangan hamba Tuhan.
Karena berbeda sekolah maka kehadiran kita di gereja dianggap sebagai saingan. Apa
yang kita lakukan akan terus disorot. Padahal kalau kita sudah berada di gereja
dan sama-sama melayanai maka seharusnya kita menjadi satu tim. Tetapi bendera
sekolah tetap dikibarkan. Akhirnya kerjasama untuk tujuan yang baik susah
dicapai. Masing-masing kalau sudah membawa bendera menganggap orang lain asing
(bukan dari bendera yang sama dengan saya) dan menjadi musuh. Hamba Tuhan yang
satu tidak suka karena berbeda dengan yang lain. Kalau hal ini terjadi terus,
maka akan muncullah perpecahan. Masing-masing kuat dalam perbedaan dan tidak
mau mencari solusi. Bagaimana bagian yang berbeda itu bisa disatukan? Harusnya hukum
yang horizontal menjadi bagian hidup orang-orang modern karena ketetapan Allah
bagi manusia adalah hidup secara sosial. Saya harus berbagi karena saya bukan
mahluk individu. Saya membutuhkan engkau dan sebaliknya (saling membutuhkan).
Kalau kasih sudah tidak ada maka terjadi diskriminasi. Kalau ada diskrimasi
berbahaya karena bisa terjadi peperangan. Di Papua ada tentara OPM (Operasi
Papua Merdeka) yang ditangkap oleh TNI dan ditanya mengapa OPM menjadi
pemberontak. Mereka menjawab karena kekayaan alam di sana diambil terus
sedangkan kesejahteraan bagi masyarakat
tidak diberikan. Mereka sangat tertinggal sekali pendidikannya dan miskin
padahal kekayaan di sana sangat luar biasa. Sudah diambil sekian tahun tidak
habis-habis bahkan kerjasama dengan Freeport akan dilanjutkan terus. Sehingga
terjadi pemberontakan oleh orang-orang Papua (OPM). Tembak-tembakan terjadi
beberapa hari ini. Mereka menembak polisi dan ada yang mati. Ada
tembakan-tembakan di hutan dan di gunung. Mereka merasa didiskriminasi (kami
tidak melihat bagaimana keutuhan di dalam negeri). Bila diskriminasi ada akan
muncul banyak pertentangan, pemberontakan, kejadian-kejadian yang tidak diduga.
2. Hukum yang Horizontal Harus Menjadi Cerminan Sosial
Mengapa Hukum horizontal ini
diberikan ? Hukum horizontal harus menjadi cerminan sosial. Matius 22:39 Dan hukum yang kedua, yang sama
dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.
Ini dimulai dari pertanyaan orang Farisi,” Guru hukum
manakah yang utama dalam hukum Taurat?”. Pertanyaan yang diajukan oleh orang
Farisi dan jawaban yang diterima merupakan tamparan bagi mereka. Di dalam Bait
Allah ada Ruang Kudus dan Maha Kudus. Ruang Maha Kudus adalah tempat imam
besar. Tempat Kudus adalah tempat di mana para imam, ahli Taurat dan ahli Farisi. Adalagi pelataran dimana
pria-pria dewasa ada di sana. Di belakangnya ada wanita dan anak-anak. Di
belakangnya lagi ada orang berdosa yaitu orang yang sakit, kusta (orang yang
dikutuk) dan orang Samaria yang tidak menjaga Taurat dengan utuh, juga bangsa
lain-lain yang tidak mengenal Allah dianggap sebagai orang berdosa. Di dalam Ruang
Kudus dan Maha Kudus, orang Farisi dan ahli Taurat itu bersahabat. Rupanya
ketetapan atas struktur dalam Bait Allah dibawa dalam kehidupan (konteks)
sosial. Makanya orang Farisi dan Ahli Taurat tidak pernah bersahabat dengan
orang berdosa. Mereka mengucilkan anak-anak dan para wanita.
Waktu
Yesus duduk dan makan dengan pemungut cukai ,orang Farisi mencemooh , “Dia
duduk dan makan bersama orang-orang berdosa”. Yesus bergaul dengan orang-orang berdosa tidak seperti mereka yang bergaul dengan
orang-orang kudus karena mereka berada
di Ruang Kudus dan Maha Kudus. Ini yang mereka cemooh. Gap ini dibawa. Mereka melihat orang berdosa
sebagai objek. Sehingga ada perumpamaan doa orang Farisi dan pemungut cukai. Lukas 18:10-14 "Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk
berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai. Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam
hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama
seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan
bukan juga seperti pemungut cukai ini;
aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala
penghasilanku. Tetapi pemungut cukai
itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan
ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini. Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke
rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab
barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan
diri, ia akan ditinggikan." Doa pemungut cukai didengar Tuhan karena ia
datang dalam ketidakberdayaan. Gap ini sesuatu yang berbahaya apalagi di dalam
konteks sosial. Di zaman modern ini gap -nya juga kuat. Orang kaya bergaul
dengan orang kaya dan pengusaha bergaul dengan pengusaha. Akhirnya orang-orang
kecil dan miskin diabaikan. Sehingga waktu Yesus datang, maka tembok yang
dibangun tersebut dihancurkan. Dia yang Maha Kudus ,Allah yang tidak berdosa,
datang kepada orang berdosa. Hal ini menunjukkan bahwa Allah itu kasih. Menyatakan
kasih itu tidak hanya dengan berdiri di atas mimbar dan mengajarkan teori
tetapi Ia hadir dengan nyata dan orang bisa merasakannya. Ini yang dilakukan
oleh Yesus (menyatakan kasih dengan nyata). Tidak seperti ahli Taurat dan orang Farisi yang hanya mengatakan tentang
kasih tetapi tidak melakukannya. Sehingga apa yang dikatakan Yesus tentang
mengasihi sesamamu manusia seperti dirimu sendiri merupakan tamparan keras
karena memang mereka tidak bisa mengasihi sesama manusia termasuk orang berdosa.
Rupanya paham dari Perjanjian Lama masih mereka bawa. Hanya bisa mengasihi antara
orang Farisi dengan orang Farisi dan sesama orang-orang Yahudi saja, tetapi terhadap orang-orang berdosa tidak mereka bawa
dan aplikasikan. Paham-paham dalam Perjanjian Lama masih kental dalam pemahaman
ahli Taurat dan orang-orang Farisi sehingga mereka sulit mengasihi sesama.
Sehingga waktu Yesus hadir dan mengasihi sesama, duduk dan makan bersama
orang-orang berdosa , menyembuhkan orang sakit selalu dicemooh oleh orang-orang
Farisi dan ahli-ahli Taurat. Karena dalam pemahaman mereka , mereka membawa
konsep perjanjian Lama yang salah itu dikembangkan dan dihidupi dalam
keseharian. Tidak ada persahabatan orang Farisi dan ahli Taurat ketika melihat
orang sakit. Maka Yesus memberi perumpamaan tentang orang Samaria yang baik
hati (Lukas 10:30-38).
"Adalah
seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho; ia jatuh ke tangan
penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi yang juga
memukulnya dan yang sesudah itu pergi meninggalkannya setengah mati. Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan
itu; ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan. Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat
itu; ketika ia melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan. Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam
perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya
oleh belas kasihan. Ia pergi kepadanya
lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur.
Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu
membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya. Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar
kepada pemilik penginapan itu, katanya: Rawatlah dia dan jika kaubelanjakan
lebih dari ini, aku akan menggantinya, waktu aku kembali. Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut
pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun
itu?" Jawab orang itu: "Orang
yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya." Kata Yesus kepadanya:
"Pergilah, dan perbuatlah demikian!"
Imam hanya liwat saja karena kalau ia menyentuh orang
yang mau mati itu maka ia akan menjadi najis dan harus menguduskan diri
kembali. Demikian juga dengan orang Lewi. Maka ketika orang Samaria datang dan
menolongnya, membawanya ke penginapan dan mengobatinya, ini hal yang luar
biasa. Secara kenyataan tidak ada orang Samaria yang baik hati dan melakukannya
seperti itu. Yang ada adalah “kalau kamu melihat saya sebagai musuh maka saya
demikian juga”. Orang Israel melihat orang Samaria sebagai musuh dan
sebaliknya. Mau tidak ia mengasihi musuh? Tetapi Yesus menggambarkan kasih
seperti ini, “Kamu harus menyatakan kasih kepada musuh”. Di sini gambaran orang
Samaria adalah Yesus sendiri . Ia menggambarkan diriNya sebagai orang Samaria. Ia
memisahkan tembok yang sudah ada. Manusia lebih berharga dari teori dan prinsip
yang dihidupi. Lihatlah manusia sebagai subjek, ketika ia membutuhkan
pertolonganmu maka tolonglah dia. Ini adalah hal yang sulit dilakukan.
Ada video di youtube di mana terjadi pertengkaran sehingga
terjadi pukul-pukulan antara mertua dan menantunya (yang lebih muda dan kuat).
Pukul-pukulan dari dalam di bawa ke luar sampai di tangga-tangga. Rupanya mengasihi
sesama itu susah. Apalagi kalau sudah ada orang ketiga dalam rumah tangga (bisa
mertua, saudara, orang-orang terdekat). Bila ada orang ketiga bisa menjadi
ancaman. Mengasihi sesama adalah hal yang sulit. Dalam konteks zaman ini masih
relevan dan masih dibutuhkan dan dihadirkan untuk menjadi cerminan. Orang
krisen harus menjadi cerminan. Tuhan memberi hukum kasih karena Ia terlebih
dahulu adalah kasih itu sendiri. Dalam konsep Allah Tritunggal , Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus memiliki
relasi yang kuat dalam kasih. Maka sebagai manusia yang sudah mendapatkan kasih
itu seharusnya kita mengaplikasikan kasih terhadap sesama. Jangan hadirkan
gap-gap , diskriminasi dan jangan hidup dalam individualisme. Ini berbahaya. Kasihilah
sesama mu manusia adalah perintah yang harus dilakukan bersama dan hal yang penting
. Ini menjunjukkan iman kita. Dalam diri orang yang dewasa, kasih akan terlihat
di dalamnya. Dalam Kitab Imamat Tuhan memberikan hukum kasih terhadap sesama
sebagai pedoman dalam hidup kekudusan. “Aku bisa mengasihi sesama” menjadi bagian sikap hidup dalam kekudusan.
Penutup
Berbicara tentang kasih , hukum yang horizontal,
cerminan kehidupan horizontal , etika orang-orang modern maka hal yang paling
penting adalah kasih. Kasih menjadi sentral dalam hukum yang horizontal. Tanpa
adanya kasih dalam hukum yang horizontal maka tidak ada gunanya. Hukum itu
kehilangan artinya. Kasih menjadi poin penting walau ini sulit dilakukan
(ketika orang berbeda denganku kita sulit mengasihi). Firman Tuhan ini
mengingatkan kita untuk berjuang di dalam hukum yang telah Tuhan berikan kepada
kita (kasihilah sesamamu manusia). Ini yang harus diperjuangkan dalam hidup
kita. Jangan biarkan gap , diskriminasi itu menguasai kita. Mari lakukan hukum
yang horizontal itu. Berjuang lalukan hukum yang horizontal itu dan jadikan
cerminan hidup. Saat ini manusia zaman modern membutuhkan kasih yang
horizontal. Kalau bukan kita yang melakukannya siapa lagi yang akan
melakukannya? Kalau kita tidak sadar bahwa ini sesuatu yang penting, maka akan jadi apa bangsa kita
dan orang-orang yang dekat dengan kita? Bisakah kita lakukan kasih terhadap
sesamamu seperti pembantu , saudara-saudara, karyawan dan terhadap siapapun
yang kita jumpai. Jangan biarkan gap itu ada. Mari hadirkan kasih terhadap
sesama itu. Kiranya Tuhan menolong kita dan tetaplah berjuang melakukan hukum
yang horizontal ini. Tuhan Yesus memberkati.
No comments:
Post a Comment