Pdt. Hery Kwok
Maz 42:5 Inilah yang hendak kuingat, sementara jiwaku
gundah-gulana; bagaimana aku berjalan maju dalam kepadatan manusia, mendahului
mereka melangkah ke rumah Allah dengan suara sorak-sorai dan nyanyian syukur,
dalam keramaian orang-orang yang mengadakan perayaan.
Maz 34:9 Kecaplah dan
lihatlah, betapa baiknya TUHAN itu! Berbahagialah orang yang berlindung
pada-Nya!
2 Taw 5:13 Lalu para
peniup nafiri dan para penyanyi itu serentak memperdengarkan paduan suaranya
untuk menyanyikan puji-pujian dan syukur kepada TUHAN. Mereka menyaringkan
suara dengan nafiri, ceracap dan alat-alat musik sambil memuji TUHAN dengan
ucapan: "Sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih
setia-Nya." Pada ketika itu rumah itu, yakni rumah TUHAN, dipenuhi awan,
Ezra 3:11 Secara
berbalas-balasan mereka menyanyikan bagi TUHAN nyanyian pujian dan syukur:
"Sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya kepada
Israel!" Dan seluruh umat bersorak-sorai dengan nyaring sambil memuji-muji
TUHAN, oleh karena dasar rumah TUHAN telah diletakkan.
Pendahuluan
“Memuji Allah dengan
Penuh Semangat” adalah perkara yang penting karena di Alkitab bisa dilihat
contoh-contoh di mana umatNya memuji dengan penuh semangat. Contoh : Korah
melalui nyanyian pengajarannya pada Mazmur 42, Raja Daud memuji Allah pada Maz
34 , para peniup nafiri dan penyanyi pada 2 Tawarikh 5. Suatu kali saya berbicara dengan seorang anak
Tuhan yang yang hobinya bermain golf. Kalau di akhir pekan (Sabtu) ia bisa
pergi dari rumahnya pk 5 pagi (atau pk 4 kalau jarak tempuhnya jauh). Mengapa
ia rajin bermain golf dan mau berangkat pada pagi hari? Hal ini sudah dilakukannya
selama puluhan tahun berarti ada sesuatu yang berarti yang dialaminya melalui
kegiatan tersebut dalam hidupnya. Ia berkata,”Saya merasa senang dan bersemangat
karena di sana saya menemukan kesenangan bisa berkumpul dengan teman-teman. Selain
berolah-raga juga bisa ketemu teman dan kolega bisnis sehingga saya suka ke sana.”
Semangat dalam Memuji Allah
Di dalam kata “semangat” ada beberapa unsur yang terkandung di dalamnya
yakni :
a. kesenanganan.
Bagaimana orang berkata ia sedang bersemangat namun tidak
ada kesenangannya? Ada seorang Bapak yang rajin mencari uang sehingga bekerja
penuh dari Senin-Minggu. Ia berkata,”Mencari uang itu adalah perkara penting!
Kalau tidak cari uang maka saya tidak bisa menghidupi keluarga saya” Karena menganggap
penting sekali mencari uang maka ia pun berkonsentrasi dan bersemangat
melakukannya.
b. gairah (passion)
Kalau orang tidak memiliki semangat maka ia punya kekuatan
untuk menjalini hidupnya. Bahkan bila menjalani hidup berumah tangga tanpa
semangat ibarat kita menjalaninya seperti di neraka. Tanpa semangat, kehidupan
berumah tangga akan dijalani sebagai rutinitas belaka dan suatu saat akan
mengalami titik jenuh sehingga akhirnya pasangan suami istri akan bercerai. Kalaupun
tidak bercerai, maka kehidupannya dijalani dalam bentuk tanpa makna.
Bila didefinisikan bersemangat
berarti giat , bergairah, hati dan batinnya dipenuhi semangat. Dalam kata
semangat terkandung kekuatan dan tenaga. Kalau orang sudah putus asa (tanpa
semangat) berarti orang itu sudah mati. Kalau berbisnis tanpa semangat maka
berarti usahanya sudah tamat. Ada juga pasangan yang mengalami putus cinta dan
tidak diberi semangat bisa melakukan usaha bunuh diri seperti minum racun dan
lain-lain.
Pada film Korea berlatar belakang kerajaan biasanya
mengadung pesan-pesan yang dalam. Ada suatu film yang mengisahkan seorang
perempuan yang diperebutkan oleh 2 orang raja dan beberapa lelaki lainnya. Hal
ini berarti sang perempuan memiliki kelebihan karena ia bisa membuat beberapa
laki-laki jatuh cinta kepadanya. Namun sayangnya Sang Perempuan ini mati
dipanah musuh sehingga membuat kedua raja tersebut patah hati. Satu raja mewakili
kerajaan Tiongkok sampai tidak bisa berbicara (gagap) dan merasa putus asa.
Sedangkan yang satu lagi raja Korea yang kemudian menjadi frustasi dan tidak
semangat lagi memimpin rakyatnya. Sutradara film tersebut coba memberikan
gambaran cinta yang luar biasa yang mengakibatkan orang-orang yang putus cinta jadi collapse.
Memuji Allah tanpa
semangat membuat ibadah seperti hanya berupa legalitas atau fomalitas belaka di
mana orang-orang datang ke gereja tanpa merasakan kepuasan dari Allah karena di
dalamnya mungkin tidak menikmati puji-pujian yang dinyanyikan dengan penuh semangat.
Bila ibadah dilakukan tanpa semangat maka ibadah akan menjadi kering, kaku dam tidak
menyentuh jiwa. Bulan ini temanya tentang ibadah. Pada minggu pertama diingatkan
betapa pentingnya beribadah. Allah sendiri yang membawa umatNya keluar dari
Mesir untuk beribadah di padang gurun. Begitu pentingnya ibadah sehingga Firaun
yang berusaha mencegahnya dijatuhi 10 tulah. Di mana pada tulah terakhir yang
menjadi puncak tulah terjadi kematian anak sulung baik dari manusia maupun dari
hewan. Ibadah penting karena Allah ingin berbicara dan bertemu umatNya karena
Ia mencintai umatNya. Itulah sebabnya kita diingatkan untuk sungguh-sungguh
beribadah bukan karena sekedar aturan dari gereja.
Selanjutnya saat datang
beribadah juga diingatkan agar kita mempersiapkan hati dan penampilan kita.
Mempersiapkan ibadah itu bagian yang penting karena kita akan berjumpa Allah
yang hidup, bila sembarang maka kita sendiri yang susah. Beberapa suku khususnya
di Timur memiliki kebiasaan di mana tidak boleh berpakaian asal saja seperti mau
pergi ke pasar (seperti mengenakan T-shirt, jean bahkan pakai celana selutut).
Alasan Memuji Allah
dengan Penuh Semangat
Waktu menemui Allah
apakah kita melakukannya dengan penuh semangat? Ada 2 alasan mengapa kita
memuji Allah dengan semangat :
1.
Sudah mengalami dan
menikmati kebaikan Allah.
Pada Maz 42 ditulis Korah bahwa bani Israel mengalami kesulitan untuk beribadah di negara asing. Kerinduan dia
datang beribadah digambarkan seperti rusa yang haus air di mana bila tidak mendapat
air maka sang rusa akan mati. Seperti rusa yang haus air, maka kita juga haus
beribadah. Di negeri orang lain, penduduk asli mengejak, “Di mana Allahmu?” Makanya
ia menulis,”Mengapa saat sedang gundang gulana, waktu di Israel aku merayakan
puji-pujian di rumah Tuhan” Kalau kita sedih maka untuk datang kepada Tuhan,
kita seringkali merasa malas. Saat melakukan pembesukan, saya sering bertanya,Mengapa
tidak ke gereja?” dan ada yang menjawab,”Karena sedang susah sehingga malas
datang beribadah.” Hal ini ibarat sudah miskin tapi sombong tidak mau cari
Tuhan. Seharusnya saat sedang gundah gulana, kita datang ke rumah Tuhan untuk
beribadah dan memuji dengan luar biasa.
Pemazmur punya semangat memuji Tuhan karena pada
kitab Mazmur 34 ia mengatakan,”Kecaplah dan lihatlah betapa baiknya Tuhan!”
Kita memuji dengan semangat karena kita telah mengalami dan menikmati sendiri kebaikan
Allah. Hanya orang-orang yang telah menikmati kebaikan Allah, mulutnya tidak akan pernah bungkam untuk memujiNya
dengan penuh semangat. Seperti orang Israel yang telah mengalami pertolongan
Tuhan dengan nyata. Bagi Allahlah mereka hidup sehingga mereka menyembahNya.
Seluruh pekerjaan Allah baik, sehingga patut dirayakan.
Bila segala sesuatu hari lepas hari berjalan dengan baik, apakah
hal itu baik tidak? Kebaikan Allah kita rasakan setiap hari. Waktu orang Israel
keluar dari Mesir ke tanah Kanaan , mujizat yang dilakukan Allah dengan membelah
laut hanya terjadi sekali. Selebihnya Tuhan dengan segala kesabaran dan
kesetiaanNya memelihara dengan memberi makan selama 40 tahun. Allah yang
membuat baju dan sepatu mereka tidak rusak selama 40 tahun mengembara di padang
gurun. Bukankah mujizat spektakuler terjadi sekali-kali dan itupun dalam bentuk
berlainan? Tetapi penyertaan Allah dengan kebaikan Allah setiap hari seringkali
dilupakan manusia karena manusia menganggapnya
biasa. Bahkan ada yang sering menganggapnya sebagai hukum alam. Waktu Allah memberi
terang dan hujan, maka itu dianggap sebagai fenomena alam (dianggap biasa). Padahal
di Kitab Suci dikatakan Alah membuat hujan berhenti, bahkan di Perjanjian Lama dikatakan
bahwa matahari bisa mundur karena Tuhan.
Kemarin kami melakukan pembesukan ke RS Hermina. Dokter di sana berkata, “Pak
Hery orang sakit di bangsal perawatan tidak ada, adanya di bangsal anak. Itu
pun hanya satu orang anak saja” Tetapi biar bagaimana pun 1 orang anak pun penting.
Jadi kami hanya mendoakan 1 orang anak sekolah Minggu. Ia begitu memiliki kerinduan untuk bernyanyi.
Waktu mau pulang saya bertanya, “Dok kami mau pulang, ada lagi yang ingin didoakan?”
Dia berkata, “Tunggu ya. Moga-moga ada orang dewasa yang ingin didoakan.” Jadi kami
menunggu sehingga kami tidak masuk ke dalam lift yang sudah terbuka. Satpam
mungkin mengira untuk apa kami menunggu di depan lift. Tetapi ternyata ada
seorang ibu yang punya penyakit kekurangan Kalium sehingga jari-jarinya tidak
bisa ditekuk (tegang). Ibu Lince yang ikut pembesukan berkata ,”Kurang makan pisang
hijau.” Waktu saya perhatikan tangannya kaku tidak bisa ditekuk membuat saya
tertegun. Waktu berdoa saya pegang tangannya yang diberi kutek merah,
benar-benar terasa kaku. Terkadang saya berpikir, kita bisa menekuk tangan namun
kita seringkali tidak mengerti kebaikan Allah.
Kita anggap kebaikan Allahkah kalau kita bisa bertepuk
tangan? Maka kita tidak lagi menikmati dan mengecap betapa baiknya Allah. Apakah
kita berpikir kebaikan Allah hanya dalam bentuk mujizat? Itukah kebaikan Allah?
Dengan bertambah usia, stamina tubuh banyak berkurang. Beberapa waktu lalu saya
mengalami kesulitan untuk buang air besar. Itu bukan sekedar pangilan alam.
Selama ini lancar buang air besar dianggap biasa. Walau pun saya sudah banyak
makan pepaya, tetapi tetap tidak bisa ke belakang. Jadi apakah kita bisa ke WC
bukan karena kebaikan Allah? Maka pemazmur berkata, “Coba kecaplah dan nikmati
Allah” di situ hati kita akan memuji Allah.
Bernyanyi bukan milik orang-orang karismatik semata. Walau pun mereka menyanyi
dengan hati mereka karena mereka menikmati Allah itu baik. Beberapa kali saya
khotbah di gereja Pantekosta dan bertanya,”Bapak-Ibu mengapa menyanyi dengan
penuh semangat?” Mereka menjawab ,”Karena Allah itu baik.” Saya 3 kali menangis
menyanyikan puji-pujian saat beribadah. Terkahir saat firman Tuhan mau
disampaikan saya menangis. Padahal Wewe dan Ervina memimpin puji-pujian. Yang
kedua, waktu seorang liturgos sebuah gereja Pantekosta memimpin pujian saya menangis.
Ada juga di kejadian pada persekutuan remaja di GKI saya menangis saat diajak menyanyi
oleh MC-nya,”Ya Tuhan setiap jam aku perlu Engkau.” Saya nangis waktu mendengar
syair itu,”Apakah benar setiap jam saya perlu Tuhan?” Pujian itu sepertinya mengingatkan
saya ,”Apakah betul kamu merasakan bahwa Tuhan itu baik?” Biasanya engkau mencari
Aku kalau ada perlu. Saat sakit engkau berteriak minta pertolonganKu. Engkau mencari
aku saat susah mencari sekolah untuk anakmu atau saat pasangan hidup bermasalah
dalam kehidupan rumah tangga. Saya
menangis karena tidak tiap jam tidak mencariNya. Saya disentuh Tuhan. Sehingga
waktu menyanyi saya merasa salah. Saya menangis padahal harus memimpin doa.
Ingus sudah saya lap namun terus turun. Saya berdoa dengan terpatah-patah. Sulit
bagi saya untuk berdoa dengan lancar. Herannya waktu persekutuan selesai dan
jemaat remaja pulang, mereka berkata, “Ko doanya dahsyat.” Bagi remaja dahsyat
karena mungkin mereka melihat bagaimana saya mengecap kebaikan Allah. Kita
duduk di sini apakah mengecap bahwa Allah itu baik?
Beberapa minggu lalu saya khotbah di sebuah kantor. Pemilknya menyampaikan
pernyataan yang bagus sekali. Hidupnya dulu susah. Ia ditaruh di rumah yatim
piatu Vinsensius, Kramat. Dari sana ia berkembang menjadi orang hebat. Ia
bertanya,”Pak Hery bagaimana Bapak tahu kalau gula itu manis?” Saya menjawab,”Harus
dicicip.” Ia berkata, “Betul! Lalu bagaimana Pak Hery tahu garam itu rasanya asin?”
Saya menjawab lagi,”Harus ada di lidah saya baru saya tahu garam itu asin.”
Bagaimana engkau tahu Allah itu baik kalau tidak menikmati Dia? Waktu Tuhan
menciptakan manusia ada 2 tujuannya yaitu kita harus menyembah , meninggikan
Dia dalam seluruh hidup kita dan agar kita menikmati Dia dan mengalami hidup
bersama Dia. Hidup seperti itulah yang membuat kita duduk di sini dan mau memuji
Dia dengan penuh semangat. Setiap pujian rohani mengatakan Allah baik. Pada 2
Taw dan Ezra dikatakan mengapa mereka memuji dengan nyaring karena bahwasanya
Dia baik. Konteks latar belakang 2 Taw 5 adalah saat Salomo menahbiskan bait
Allah yang dibangun dengan megah dan Salomo mengatakan di Maz 127 kalau bukan
Tuhan yang melakukannya, maka sia-sialah usaha manusia. Salomo merasakan
kebaikan Allah sehingga ia minta penyanyi menyanyi untuk meninggikan Allah
karena Dia baik. Kitab Ezra dilatar belakangi saat umat Israel dibuang ke Babel
lalu dikembalikan lagi untuk meletakkan batu pertama pendirian bait Allah. Di situ
mereka menyanyikan bahwa Allah itu baik. Bagaimana mungkin musuh memberi ijin untuk
mendirikan bait Allah bahkan memasok dana yang dibutuhkannya? Di situ mereka merasakan
Allah itu baik.
Waktu kita tidur dan kemudian membuka kelopak mata , itu
karena kebaikan Allah. Kemarin kami membesuk ayi Sari yang jatuh dari bangku
dan tulang belakangnya ada yang retak. Sepanjang hari ia tidur. Waktu
dibangunkan ia merasa pusing. Lalu ia tidur lagi supaya tidak pusing. Kalau
kita tidur terus maka kita akan pusing. Allah mengijinkan kita bangun supaya
kita tidak pusing. Jangan pikir kita bisa bangun karena hukum alam, karena
kalau bukan Allah yang ijinkan, kita tidak akan bangun. Kita juga melihat
kebaikan Allah saat membesuk. Kalau kita tidak menikmati kebaikan Allah maka kita
sulit memujiNya dengan semangat. Saya termasuk orang yang fals kalau bernyanyi.
Nadanya bisa tidak sesuai. Tapi hati saya senang memuji Tuhan dan berusaha mengikuti
lagu pujiannya. Karena saya memang menikmati bahwa Allah itu baik. Beberapa
hari lalu, saat shi mu kuliah Mandarin,
saya berada di rumah sendiri , maka berdoa dan memuji Tuhan karena kebutuhan
dana sebesar Rp 100 juta untuk misi di
NTT dicukupi Tuhan dari nol. Di situ saya bersyukur. Kebaikan Tuhan dimulai
dari saat kita membuka mata sampai tidur kembali. Masakan kebaikan Dia yang
hebat tidak membuat kita menyanyi dan mengagungkanNya dengan hebat dan bersemangat?
2.
Mendapat kelegaan,
kelepasan dan kepuasan saat memuji
Kalau orang yang mengalami pergumulan datang ke psikolog, maka psikolog akan
berkata,”Ceritakanlah apa yang menjadi masalahmu. Jangan ditutup-tutupi. Silahkan,
kalau mau menangis.” Maka orang tersebut akan bercerita, bahkan mungkin sampai menangis.
Terapi itu dilakukan agar hati orang itu menjadi lega. Beban yang ada di dalam
hatinya terbongkar. Maka di ruang konseling saya hanya menyiapkan 2 macam benda
yaitu air minum dan tisue. Karena kadang saat menangis tisue terus diambil.
Setelah pakai tisue, saya sodorkan segelas air yang langsung dihabiskan. Lalu
certa lagi dan saya sodorkan air lagi yang dihabiskannya kembali. Terkadang sekali
pertemuan bisa menghabiskan 4 gelas. Setelah itu selesai. Saya bertanya, “Apa
ibu puas?” atau “Apakah Bapak sudah
lega?” Dan biasanya mereka berkata, “Sudah
enakan.” Lalu saya katakan,”Sekarang pulang dan banyak berdoa.” Mengapa terapi
itu dilakukan? Karena waktu mengungkapkan sesuatu maka hati kita tidak lagi tertindih
beban. Waktu memuji Tuhan, maka hatimu keluar. Tenaga dan suaramu keluar untuk
memuji Tuhan. Jiwa dan roh kita memberikan ungkapan dari hati kita untuk Tuhan.
Kita akan dipuaskan Allah di dalam puji-pujian. Mengapa waktu kita melihat
orang karismatik setelah pulang sangat riang sedang orang protestan tidak?
Karena kita tidak menikmati kelepasan yang Allah berikan dalam pujian. Maka
coba lihat sikap kita dalam menyampaikan pujian. Jangan berkata, “Kalau tidak dipuji
maka Allah kehilangan kemegahan dan keagunganNya.” Itu keliru. Dia agung di
dalam diriNya. Dia mulia di dalam namaNya. Dia tidak pernah kehilangan kemuliaanNya
kalau ciptaanNya tidak memuji Dia.
Saat menyembah kita diberi kesempatan untuk memuji Allah dengan kata-kata
yang luar biasa. Itu sebabnya , orang yang memuji dengan segenap hati maka ia akan
mendapatkan kelegaan saat pulang. Guo shi mu mau mengumpulkan seluruh petugas
bidang ibadah (singer dan liturgos) dan
ingin mengemas kembali pujian dan penyembahan. Kita ingin agar yang memimpin menikmatinya
dan memuji Tuhan dengan luar biasa. Karena kalau kita memuji Tuhan dengan luar biasa,
maka hati kita sudah disiapkan untuk mendengar firman Tuhan. Kesalahan kita saat
kita berpikir bahwa beribadah adalah sekedar mendengar firman Tuhan. Sehingga walau
datangnya terlambat namun setelah mendengar firman Tuhan merasa cukup. Memang
intinya ibadah adalah firman Tuhan, namun ibadah tidak lepas dari pujian. Maka 10
menit sebelum ibadah, MC akan mengajak jemaat beryanyi untuk mempersiapkan
hati. Kalau konsep memuji Tuhan benar, saat mendengar pujian sudah dimulai maka
orang yang berada di kantin akan segera berlari masuk ke ruang ibadah untuk ikut
memuji Dia dengan benar. Itulah sebabnya mengapa pemzamur berkata, “Aku berlari
dengan sorak sorai karena jiwaku dipuaskan oleh Allah.” Itu sebabnya gereja
kita akan memperbarui dan mencoba melihat kekuatan pujian ini. Bukan hanya suku
tertentu yang bisa menyanyi. Orang Tionghoa juga bisa. Hal ini bisa dilihat
dari ada banyaknya buku pujian Mandarin. Kalau kita senang memuji maka raut
wajah kita akan lentur dan bagus ditinjau dari sisi kesehatan. Kalau pekerjaan
kita hanya ‘menghitung uang’ saja, maka bentuk mulut kita hanya datar. Tapi
saat memuji maka mulut kita akan bergerak mengikuti lagu yang dinyanyikan dan
hal itu menjadi ‘terapi kesehatan’ untuk wajah kita.
Orang yang pian sui sangat
sulit untuk berbicara sehingga perlu diterapi agar urat syarafnya menjadi
sedikit lentur. Penderita stroke (pian sui) sangat tersiksa untuk mengeluarkan
suara. Yang membuat sengsara orang yang menderita stroke adalah ia mau
melakukan sesuatu tetapi tidak bisa. Misalnya : ia mau berbicara, tetapi tidak
bisa dilakukannya. Kalau saat ini kita masih bisa berbicara dan memuji Tuhan tapi
tidak melakukannya dengan baik, maka kita akan menyesal. Mari mulai hari ini
kita datang beribadah untuk memuji Dia dengan penuh semangat. Karena di sanalah
kita akan menikmati Allah dan mendapatkan kelegaan daripadaNya.
No comments:
Post a Comment